Doa Rosario sebagai sarana penghayatan iman Bunda Maria bagi mahasiswa program studi Pendidikan Agama Katolik angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

Judul skripsi DOA ROSARIO SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN BUNDA MARIA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA dipilih berdasarkan kenyataan bahwa penghayatan iman Bunda Maria mahasiswa PAK perlu ditingkatkan. Prodi PAK merupakan salah satu prodi yang memiliki tanggung jawab besar dalam mengembangkan iman. Untuk itu prodi PAK mempunyai harapan besar pada mahasiswa PAK untuk menghayati imannya dalam menghadapi kesulitan yang ada. Namun kenyataannya masih banyak mahasiswa yang kurang menghayati imannya. Mahasiswa PAK mengikuti kegiatan doa rosario yang diadakan di kampus maupun di luar kampus hanya sekedar rutinitas belaka tanpa ada dampak positif yang ditimbulkan. Dan yang lebih memprihatinkan adalah jumlah mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan doa Rosario sangat sedikit dari jumlah mahasiswa yang ada.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah seberapa besar mahasiswa yang mengetahui indikator bahwa mahasiwa memiliki penghayatan yang mendalam terhadap doa Rosari dan seberapa besar mahasiswa PAK meneladani sikap iman Bunda Maria, sebagai sumber kekuatan mahasiswa dalam menghadapi setiap masalah yang ada. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang sangat akurat, oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan cara penyebaran kuesioner, penyebaran kuesioner dilaksanakan di kampus PAK yang diwakili oleh mahasiswa angkatan 2013, dan sudah terlaksana.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa mahasiswa angkatan 2013 hanya menghayati imannya pada saat menghadapi kesulitan dalam menghadapi kesulitan atau persoalan terkait dengan perkuliahan. Namun demikian, mahasiswa memiliki harapan besar demi menghayati imannya dalam mengatasi segala kesulitan dan persoalan yang dihadapinya. Maka dari itu, penulis dalam skripsi ini mengusulkan program pendalaman iman melalui katekese umat model SCP (Shared Christian Praxis). Diharapkan Shared Christian Praxis dapat menjawab kebutuhan dari mahasiswa PAK khususnya mahasiswa angkatan 2013, agar mereka dapat lebih mengenal sosok Bunda Maria, khususnya spiritualitas Bunda Maria sehingga dapat meneladani sikap iman Bunda Maria dalam menghadapi segala permasalahan yang ada.


(2)

ABSTRACT

Thesis title ROSARY PRAYER AS A MEANS OF APPRECIATION FOR THE FAITH OF THE MOTHER MARIAE FOR STUDENT OF CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION CLASS OF 2013 SANATA DHARMA UNIVERSITY IN YOGYAKARTA been based on the fact that the appreciation of the faith of Mary students PAK needs to be improved. Prodi PAK is one that has a great responsibility in developing faith. For that Prodi has great expectations on the PAK students to live their faith in the face of difficulties. But in reality there are still many students who lack living their faith. Students PAK following the activities of the rosary were held on campus and off-campus just a mere routine without any positive impact generated. And even more alarming is the number of students involved in the activities of the Rosary very few of the students there.

A key issue for this paper is how much students know the indicators that students have a deep appreciation of the prayer of the Rosary and how much students PAK emulate the attitude of faith in the Virgin Mary, as a source of student power in the face of any problems that exist. To examine this issue needed highly accurate data, therefore the author doing research by distributing questionnaires, questionnaires conducted on campus PAK represented by student class of 2013, and has been implemented.

Based on the research found that student class of 2013 just living their faith in the face of adversity in the face of difficulties or problems related to the lecture. However, students have great hope for the sake of living their faith in overcoming all difficulties and problems that it faces. Therefore, the authors in this paper propose a program of deepening of faith through catechesis people SCP models (Shared Christian Praxis). Shared Christian Praxis is expected to answer the needs of students, especially students PAK force in 2013, so that they can get to know the figure of the Virgin Mary, especially the spirituality of Mary so that it can emulate the attitude of faith in the Virgin Mary in the face of all the existing problems.


(3)

i

DOA ROSARIO SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN BUNDA MARIA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Ignatius Dwi Cahyo Jiwandono NIM: 111124021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Bunda Maria dan PutraNya Tuhan Yesus Kristus.

Keluargaku yang selalu mendukung dan mendoakanku : Ibu, Mbak, Mas, Mbah, dan orang yang aku cintai.


(7)

v MOTTO

“Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan”


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

Judul skripsi DOA ROSARIO SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN BUNDA MARIA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA dipilih berdasarkan kenyataan bahwa penghayatan iman Bunda Maria mahasiswa PAK perlu ditingkatkan. Prodi PAK merupakan salah satu prodi yang memiliki tanggung jawab besar dalam mengembangkan iman. Untuk itu prodi PAK mempunyai harapan besar pada mahasiswa PAK untuk menghayati imannya dalam menghadapi kesulitan yang ada. Namun kenyataannya masih banyak mahasiswa yang kurang menghayati imannya. Mahasiswa PAK mengikuti kegiatan doa rosario yang diadakan di kampus maupun di luar kampus hanya sekedar rutinitas belaka tanpa ada dampak positif yang ditimbulkan. Dan yang lebih memprihatinkan adalah jumlah mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan doa Rosario sangat sedikit dari jumlah mahasiswa yang ada.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah seberapa besar mahasiswa yang mengetahui indikator bahwa mahasiwa memiliki penghayatan yang mendalam terhadap doa Rosari dan seberapa besar mahasiswa PAK meneladani sikap iman Bunda Maria, sebagai sumber kekuatan mahasiswa dalam menghadapi setiap masalah yang ada. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang sangat akurat, oleh karena itu penulis melakukan penelitian dengan cara penyebaran kuesioner, penyebaran kuesioner dilaksanakan di kampus PAK yang diwakili oleh mahasiswa angkatan 2013, dan sudah terlaksana.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa mahasiswa angkatan 2013 hanya menghayati imannya pada saat menghadapi kesulitan dalam menghadapi kesulitan atau persoalan terkait dengan perkuliahan. Namun demikian, mahasiswa memiliki harapan besar demi menghayati imannya dalam mengatasi segala kesulitan dan persoalan yang dihadapinya. Maka dari itu, penulis dalam skripsi ini mengusulkan program pendalaman iman melalui katekese umat model SCP (Shared Christian Praxis). Diharapkan Shared Christian Praxis dapat menjawab kebutuhan dari mahasiswa PAK khususnya mahasiswa angkatan 2013, agar mereka dapat lebih mengenal sosok Bunda Maria, khususnya spiritualitas Bunda Maria sehingga dapat meneladani sikap iman Bunda Maria dalam menghadapi segala permasalahan yang ada.


(11)

ix ABSTRACT

Thesis title ROSARY PRAYER AS A MEANS OF APPRECIATION FOR THE FAITH OF THE MOTHER MARIAE FOR STUDENT OF CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION CLASS OF 2013 SANATA DHARMA UNIVERSITY IN YOGYAKARTA been based on the fact that the appreciation of the faith of Mary students PAK needs to be improved. Prodi PAK is one that has a great responsibility in developing faith. For that Prodi has great expectations on the PAK students to live their faith in the face of difficulties. But in reality there are still many students who lack living their faith. Students PAK following the activities of the rosary were held on campus and off-campus just a mere routine without any positive impact generated. And even more alarming is the number of students involved in the activities of the Rosary very few of the students there.

A key issue for this paper is how much students know the indicators that students have a deep appreciation of the prayer of the Rosary and how much students PAK emulate the attitude of faith in the Virgin Mary, as a source of student power in the face of any problems that exist. To examine this issue needed highly accurate data, therefore the author doing research by distributing questionnaires, questionnaires conducted on campus PAK represented by student class of 2013, and has been implemented.

Based on the research found that student class of 2013 just living their faith in the face of adversity in the face of difficulties or problems related to the lecture. However, students have great hope for the sake of living their faith in overcoming all difficulties and problems that it faces. Therefore, the authors in this paper propose a program of deepening of faith through catechesis people SCP models (Shared Christian Praxis). Shared Christian Praxis is expected to answer the needs of students, especially students PAK force in 2013, so that they can get to know the figure of the Virgin Mary, especially the spirituality of Mary so that it can emulate the attitude of faith in the Virgin Mary in the face of all the existing problems.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah yang Maha Kasih, Sang sumber hidup karena atas berkat, rahmat dan kasih-Nya telah membimbing, menuntun dan menyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul DOA ROSARIO SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN BUNDA MARIA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA.

Skripsi ini penulis susun sebagai kepedulian dan keprihatinan terhadap mahasiswa yang kurang memaknai doa rosario dengan sungguh-sungguh. Banyak diantara mereka masih banyak yang berdoa Rosario hanya sebatas mengucapkan kata-kata saja tanpa menghayati isinya sehingga dapat mengurangi makna dari doa Rosario tersebut

Berkat dukungan, pendampingan, bimbingan dan kerja sama yang baik dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, akhirnya penulisan skirpsi ini bisa diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu dengan penuh rasa syukur penulis menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya dan mengucapkan banyak terimakasih melalui kesempatan ini kepada:

1. Dr. C. Putranto, SJ selaku dosen pembimbing utama dan pembimbing akademik yang telah memberikan kesempatan, memberikan waktu luang, rendah hati untuk membimbing, mengarahkan, memberikan masukan-masukan juga pengetahuannya yang membangun dan bermanfaat dari awal hingga akhir


(13)

xi

penulisan skripsi dengan penuh kesabaran dan murah hati sehingga selesainya penulisan skripsi ini.

2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen pembimbing penelitian dan penguji II yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi, masukan-masukan yang bermanfaat bagi penulis ketika menghadapi hambatan maupun masalah dalam menyelesaikan skripsi dan selama proses kuliah di PAK. 3. YH. Bintang Nusantara SFK., M.Hum selaku dosen penguji III yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk membaca dan memberikan saran, masukan yang berarti dan membangun dalam perkembangan skripsi dan hidup penulis. 4. Kaprodi PAK-USD Yogyakarta, Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ, M.Ed.,

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi dari awal hingga akhir proses penyusunan skripsi ini.

5. Para dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang setia membagikan cinta kasih, pengetahuan serta pengorbanan selama penulis menjalani masa studi.

6. Staf dan karyawan Prodi PAK yang turut memberi perhatian dan dukungan bagi penulis.

7. Keluargaku : Ibu Theresia Partinah, Mbah Pujo, Mbak Veronika Kurnia Purwantari, Mas Kobi yang dengan penuh kasih dan cinta selalu mendoakan, mendukung, memberi semangat, menegur, mengingatkan, membantu penulis dalam setiap perjalanan studi di PAK-USD Yogyakarta sehingga mendorong penulis untuk menyelesaikan studi ini dan membuat mereka bahagia.


(14)

(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR SINGKATAN………xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penulisan... 4

D. Manfaat Penulisan... 4

E. Metode Penulisan... 5

F. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II. PENGHAYATAN IMAN BUNDA MARIA MELALUI PERISTIWA-PERISTIWA DOA ROSARIO ... 7

A. Penghayatan Iman ... 8

1. Penghayatan Iman Sebuah Refleksi ... 8

2. Pengertian Iman... 9

a. Iman adalah Anugerah... 10

b. Iman adalah Keputusan ... 10


(16)

xiv

B. Pengertian Penghayatan Iman Bunda Maria... 11

1. Bunda Maria ... 11

2. Penghayatan Iman Bunda Maria ... 12

a. Maria Menyimpan Segala Perkara di dalam Hatinya ... 12

b. Penyerahan Diri ... 13

c. Pendoa ... 13

3. Keteladanan Maria melalui Peristiwa dalam doa Rosario ... 14

a. Peristiwa Gembira ……….. 14

b. Peristiwa Terang ……… 15

c. Peristiwa Sedih ……….. 16

d. Peristiwa Mulia ……….. 17

C. Doa Rosario ... 18

1. Pengertian Doa ……… 18

2. Pengertian Doa Rosario ……….. 20

3. Asal-usul Doa Rosario ……… 23

4. Tujuan Doa Rosario ……… 28

a. Menimba Inspirasi untuk Hidup ……… 28

b. Iman Makin Kuat………... 31

c. Iman Makin Terwujud dalam Perbuatan ………... 33

d. Hidup Makin Terfokus Kepada Tuhan ……….. 34

5. Corak Doa Rosario ………. 38

a. Doa Rosario adalah Doa Renungan ……….. 38

b. Doa Rosario adalah Ringkasan Injil ……….. 39

c. Doa Rosario adalah Doa Kristologis ………. 40

6. Unsur-Unsur Doa Rosario ……….. 41

a. Doa-doanya ……… 41

1) Doa Bapa Kami ………. 41

2) Doa Salam Maria ……….. 41

3) Kemuliaan ………. 42


(17)

xv

c. Cara Berdoa Rosario ………. 47

1) Pendarasan Salam Maria ……… 47

2) Kontemplasi ………... 48

BAB III. PRAKTEK DOA ROSARIO DI KALANGAN MAHASISWA PAK ANGKATAN 2013 ... 50

A. Situasi Umum Mahasiswa Prodi PAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 50

1. Latar Belakang ... 50

B. Persiapan Penelitian tentang Praktek Doa Rosario di Kalangan Mahasiswa PAK angkatan 2013 ... 53

1. Latar Belakang Penelitian ... 53

2. Rumusan Permasalahan Penelitian ... 55

3. Tujuan Penelitian ... 55

4. Metode Penelitian ... 56

a. Jenis Penelitian ………... 56

b. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 56

c. Responden Penelitian ………. 57

d. Instrumen Penelitian ……….. 57

e. Teknik Analisis Data ………. 58

f. Variabel Penelitian ……… 59

g. Definisi Konseptual ……….. 59

h. Definisi Operasional ………. 60

i. Kisi-Kisi ……… 60

C. Laporan Hasil Penelitian... 61

1. Identitas Responden ... 62

2. Tingkat Pemahaman Akan Doa Rosari ………... 63

3. Tingkat Penghayatan Iman Bunda Maria ……… 65


(18)

xvi

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Penghayatan Iman Bunda

Maria……… 68

6. Harapan Mahasiswa PAK untuk Mewujudkan Penghayatan Iman Bunda Maria ……… 70

D. Pembahasan HasilPenelitian ………... 72

1. Identitas Responden ... 72

2. Tingkat Pemahaman Akan Doa Rosario……….. 73

3. Tingkat Penghayatan Iman Bunda Maria ……… 75

4. Pelaksanaan kegiatan di Kampus dalam rangka penghayatan iman Bunda Maria ……… 76

5. Faktor pendukung dan penghambat penghayatan iman Bunda Maria……… 77

6. Harapan mahasiswa PAK untuk meningkatkan penghayatan iman Bunda Maria ……….... 79

E. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 79

BAB IV.USULAN PROGRAM KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS BAGI MAHASISWA PAK ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA, YOGYAKARTA ………... 81

A. Katekese dengan Model Shared Cristian Praxis ... 81

B. Usulan Program Katekese Umat bagi Mahasiswa PAK Angkatan 2013 dalam menghayati iman Bunda Maria melalui Peristiwa-peristiwa Doa Rosario ... 83

1. Tema dan Tujuan ……… 84

2. Matriks Usulan Program Pendampingan Mahasiswa PAK ……… 85

3. Contoh Satuan Pendamping Katekese Umat Model Shared Christian Praxis(SCP) ………... 87

a. Identitas ……….. 87

b. Pemikiran Dasar ………. 88

c. Pengembangan Langkah-Langkah ……… 89

BAB V. PENUTUP ... 99

A. Kesimpulan ... 99


(19)

xvii

DAFTAR PUSTAKA ... 103

LAMPIRAN ... 104

Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin Penelitian... (1)

Lampiran 2: Kuisioner Penelitian ... (2)


(20)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Gereja KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia

KGK : Katekismus Gereja Katolik SJ : Serikat Jesus

B. Singkatan Lain Art. : Artikel M : Masehi

dst : dan seterusnya bdk : bandingkan

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik USD : Universitas Sanata Dharma

HMPS : Himpunan Mahasiswa Program Studi HIMKA : Himpunan Mahasiswa

BEMU : Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas BEMF : Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas No. : Nomor


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Doa Rosario sebagai suatu penghormatan kepada Bunda Allah. Sesungguhnya doa Rosario merupakan devosi yang dilahirkan pada Yesus Kristus sebagai pusat iman kita sehingga “bila si ibu dihormati, sang Putra pun dikenal, dikasihi dan dimuliakan dengan semestinya” (LG, a. 66). Dengan berdoa Rosario umat dihantarkan untuk sampai pada Kristus, sehingga umat tidak hanya sampai pada devosi saja tetapi dihantar untuk sampai pada pertobatan yang sejati.( LG, Art. 66 ).

Dalam Rosarium Virginis Mariae, (art. 3) Paus Yohanes Paulus II memberikan perhatian terhadap doa Rosario dengan memaklumkan Tahun Rosario yang berlangsung dari Oktober 2002 sampai Oktober 2003. Ia menganjurkan untuk menggalangkan doa tersebut di seluruh kalangan umat Kristiani. Ada beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi hal itu, yakni pertama, adanya krisis Rosario di mana menurunnya nilai Rosario dan doa Rosario kurang dihayati maknanya, serta tidak lagi diajarkan kepada generasi muda jaman sekarang. Kedua, bahwa doa Rosario menjadi tersisih kedudukannya dalam liturgi. Ada kesan bahwa Rosario bertentangan dengan liturgi. Ketiga, dari sejumlah umat memiliki rasa takut bahwa doa Rosario kurang ekumenis karena memiliki sifat khas yaitu menonjolkan Maria. Padahal, seperti dijelaskan oleh Paus Yohanes Paulus II, doa Rosario sama sekali tidak bertentangan dengan


(22)

liturgi, bahkan doa Rosario itu menopang liturgi karena Rosario dapat menjadi pengantar dalam liturgi (RVM, Art. 4). Doa Rosario dapat membuat umat semakin berpartisipasi secara penuh lahir dan batin dalam liturgi dan darinya mereka dapat memetik buah-buah kehidupan.

Sebagai seorang mahasiswa calon katekis kita juga harus bisa terlibat aktif dalam kegiatan doa Rosario baik itu di lingkungan kampus maupun di lingkungan kost tempat kita tinggal, oleh karena itu kita tidak hanya terlibat dalam kegiatan doa Rosario saja tetapi sebagai calon katekis kita harus siap saat diminta untuk memimpin doa Rosario. Agar apa yang kita dapatkan dari perkuliahan bisa kita wujud nyatakan dalam kehidupan kita.

Berdasarkan pengalaman penulis mengikuti doa Rosario, timbul kesan bahwa mahasiswa kurang merefleksikan dan mengolah makna doa Rosario tersebut. Mereka kurang mengerti apa makna doa Rosario. Mereka menghayati doa Rosario sebagai suatu doa permohonan, artinya bahwa dengan doa Rosario permohonan mereka akan dikabulkan. Dengan kondisi seperti ini, doa Rosario menjadi menurun nilainya dan tergeser kedudukannya dalam liturgi. Doa Rosario menjadi kurang menarik karena dilaksanakan secara monoton dan doa ini identik dengan doa orang-orang tua. Banyak kaum muda yang tidak tertarik dengan doa Rosario ini karena ada kesan membosankan.

Hal ini juga penulis temukan di lingkungan kampus khususnya mahasiswa prodi PAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam mengikutin doa Rosario, mahasiswa PAK kurang memaknai doa Rosario dengan sungguh-sungguh. Mereka cenderung berdoa dengan cepat dan hanya sebatas


(23)

mengucapkan kata-kata tersebut tanpa menghayati isinya sehingga dapat mengurangi makna dari doa tersebut. Selain itu, yang sangat memprihatinkan bahwa kehadiran mahasiswa PAK dalam doa Rosario yang diadakan di kampus PAK sangat kurang. Kenyataannya yang hadir hanya pengurusnya saja dan beberapa mahasiswa (15-20 orang). Tentu hal ini sangat jauh dari apa yang diharapkan untuk menjadi seorang katekis yang beriman mendalam.

Berkaitan dengan hal di atas, ada juga hal positif dari mahasiswa Ilmu Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yakni mereka mempunyai kebiasaan untuk mendaraskan doa Rosario setiap bulan Mei dan Oktober di depan Gua Maria Della Strada untuk memberikan penghormatan terhadap Bunda Maria. Kegiatan seperti ini merupakan kegiatan yang sangat bagus, mahasiswa itu mempunyai wadah kegiatan yang bisa mengembangkan iman mereka dan memperat persaudaraan antar angkatan. Oleh karena itu, untuk menemukan penghayatan doa Rosario yang sesungguhnya, penulis tergerak untuk menyusun skripsi dengan judul : “DOA ROSARIO SEBAGAI SARANA

PENGHAYATAN IMAN BUNDA MARIA BAGI MAHASISWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Apa indikator bahwa mahasiswa PAK memiliki penghayatan yang mendalam terhadap doa Rosario sebagai penghayatan iman Bunda Maria?


(24)

2. Faktor-faktor apa yang mendukung dan membantu suasana penghayatan doa Rosario di kalangan mahasiswa PAK dan faktor-faktor apa yang menghambat suasana penghayatan doa Rosario tersebut?

3. Bagaimana cara supaya makna doa Rosario sungguh-sungguh dapat dihayati oleh mahasiswa PAK?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui penghayatan iman Bunda Maria bagi mahasiswa melalui doa Rosario.

2. Menemukan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penghayatan doa Rosario dalam rangka mengembangkan iman mahasiswa.

3. Menemukan cara dalam usaha memaknai doa Rosario sebagai sarana penghayatan iman mahasiswa.

D. Manfaat Penulisan

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa PAK untuk mengembangkan penghayatan imannya melalui doa Rosario.

2. Supaya Mahasiswa semakin mengenal, menghargai, dan mencintai doa Rosario.

3. Membantu mahasiswa untuk memaknai doa Rosario sebagai sarana penghayatan iman Bunda Maria.


(25)

E. Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah metode deskriptif analitis yang bertujuan untuk memaparkan makna doa Rosario secara umum yang diangkat melalui studi pustaka. Penulis juga akan mengungkapkan faktor-faktor pendukung dan penghambat penghayatan doa Rosario dalam mengembangkan iman. Untuk mengetahuinya, maka penulis akan melaksanakan penelitian terhadap mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Melalui data yang diperoleh tersebut, penulis mencoba menganalisis dan merumuskan sumbangan berupa refleksi kateketis yang dapat membantu mahasiswa PAK untuk semakin memaknai doa Rosario sebagai sarana penghayatan iman seturut teladan iman Bunda Maria.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi menjadi 5 bab. Bab I berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II menguraikan kajian pustaka dan hipotesis. Bagian pertama meliputi penghayatan iman dan pengertian iman. Bagian kedua meliputi pengertian penghayatan iman Bunda Maria. Bagian ketiga berisi tentang doa Rosario.

Bab III terdiri dari 6 bagian yaitu: situasi umum, persiapan penelitian, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, kesimpulan penelitian.

Bab IV penulis memaparkan usulan program katekese umat yang sesuai dengan situasi mahasiswa.


(26)

(27)

BAB II

PENGHAYATAN IMAN BUNDA MARIA

MELALUI PERISTIWA - PERISTIWA DOA ROSARIO

Pada bab II ini, penulis akan menguraikan mengenai penghayatan iman Bunda Maria melalui peristiwa doa Rosario. Pokok permasalahan yang akan diangkat dalam bab II ini menyangkut indikator yang menunjukan bahwa mahasiswa/i memiliki penghayatan yang mendalam terhadap doa rosario sebagai penghayatan iman Bunda Maria.

Pada bab II ini membagi menjadi tiga pokok bahasan, yakni pada pokok bahasan pertama menjelaskan tentang penghayatan iman. Pokok bahasan kedua menjelaskan tentang penghayatan iman Bunda Maria, dan ketiga doa Rosario.

Pokok bahasan pertama berisi penjelasan mengenai penghayan iman dan pengertian. Pokok bahasan kedua, penulis akan menjelaskan mengenai Bunda Maria, penghayatan iman Bunda Maria. Dan ketiga menguraikan tentang pengertian doa, pengertian doa Rosario, asal-usul doa Rosario, tujuan doa Rosario, corak doa Rosario, unsur-unsur doa Rosario


(28)

A. Penghayatan Iman

1. Penghayatan Iman (Sebuah refleksi)

Para Mahasiswa yang didampingi, adalah pribadi yang beriman pada Yesus Kristus, yang dalam hidupnya mengharapkan keselamatan. Kepenuhan keselamatan itu akan dialami bila pewahyuan pribadi Yesus Kristus ditanggapi oleh manusia. Tanggapan atas pewahyuan Allah dalam Yesus Kristus inilah yang disebut iman Kristiani. Secara nyata iman yang dimengerti sebagai tanggapan atas pewahyuan itu nampak dalam bentuk perbuatan-perbuatan nyata. Jika seorang menyatakan dirinya beriman kepada Allah dalam Yesus Kristus, dia harus menghayati hal ini dalam hidupnya. Jadi orang yang beriman sebetulnya adalah orang yang berbuat sesuatu (Yak 2:17).

Penghayatan iman merupakan tindakan nyata ini menyangkut dua bentuk, yaitu:

a. Yang meliputi kekhususan sesuai agamanya dan diketahui oleh kelompok orang yang menganut agama yang bersangkutan. Bentuk perbuatan yang menampakkan orang sebagai orang Kristiani mengungkapkan iman Kristen yang dihayati oleh orang yang bersangkutan. Bentuk-bentuk pengungkapan iman Kristiani tersbut misalnya: Perayaan Ekaristi di paroki tempat tinggal atau atau kost mahasiswa-mahasiswi, ibadat sabda, pendalaman iman, dan doa-doa yang biasa dilakukan sebelum dan sesudah makan.

b. Bentuk penghayatan iman dalam seluruh tindakan manusia, dalam hidup dan kuliah sehari-hari yang dilakukan dengan tanggungjawab dan demi perjuangan hidup manusia, disebut perwujudan iman. Dalam perwujudan


(29)

iman. Tidak lagi dapat dilihat apakah orang tersebut beriman Kristen atau tidak. Pada umumnya perbuatan morallah yang menjadi perwujudan iman, misalnya mengikuti perkuliahan dengan baik, mendengarkan dosen ketika dosen sedang menerangkan materi, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen. Berbagai bentuk ini dapat disebut sebagai perwujudan iman, sejauh mahasiswa dan mahasiswi melakukannya dengan penuh tanggung jawab.

Penghayatan iman Kristiani yang sejati tentu saja menempatkan dua bentuk tersebut sebagai hal yang penting dan harus dilaksanakan secara seimbang. Pengungkapan iman tanpa perwujudan dalam hidup tidaklah nyata dan perwujudan iman tanpa dilengkapi dengan pengungkapan iman akan kehilangan kejelasannya dan ada bahaya hanya akan menjadi kepentingan manusia belaka.

2. Pengertian Iman

Iman adalah penyerahan diri secara total kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa, melainkan “sukarela” (KWI, 1996: 128). Iman juga dapat diartikan sebagai suatu kepercayaan. Untuk mencapai taraf iman orang harus terlebih dahulu percaya. Orang dapat percaya akan sesuatu hanya jika ia mengetahuinya, oleh karena itu penting sekali bagi kita untuk mengetahui apa yang kita imani.

Iman dalam diri seseorang sangatlah pentingnya karena iman merupakan suatu aspek yang esensial dari konversi. Bersama dengan pertobatan, keduanya merupakan keharusan dalam keselamatan. Dengan beriman dapat mengantarkan


(30)

kita pada suatu keselamatan karena iman adalah sarana yang dengannya kita diselamatkan (Roma 10:9), dan jalan menuju pengharapan yang pasti (Ibr 11:1). Sampai saat kebangkitan, kita dijaga oleh kuasa Allah melalui iman (I Ptr 1:5).

Berikut ini akan diuraikan pokok-pokok iman menurut KWI (1996: 127-130) dalam buku “Iman Katolik” sebagai berikut:

a. Iman adalah Anugerah

Tuhan yang diimani jauh mengatasi yang mengimani-Nya. Tuhan adalah Mahatinggi dan tak terjangkau oleh manusia. Dengan kekuatan sendiri tidak mungkin manusia mengenal dan berhubungan dengan Tuhan. Demi melengkapi kekurangan dan demi kebaikan manusia, Tuhan memperkenalkan sabda-Nya, kehendak-Nya, perintah-Nya dan diri-Nya. Melalui iman Tuhan memberikan Sabda-Nya, kehendak-Nya, perintah-Nya dan manusia menjawabnya. Iman merupakan jawaban dan tanggapan manusia terhadap Tuhan yang memperkenalkan Sabda, kehendak, perintah dan diri-Nya (KWI, 1996: 129).

b. Iman adalah Keputusan

Dalam iman manusia mengenal Tuhan sebagai yang paling diandalkan dan mendatangkan kebaikan padanya (KWI, 1996: 129). Oleh karena itu, untuk beriman dari pihak manusia harus ada keputusan. Manusia harus menentukan apakah berhadapan dengan Tuhan yang dapat diandalkan dan mendatangkan kebaikanNya itu manusia berani dan mau memutuskan untuk menyerahkan diri kepadaNya. Iman berarti memilih, sehingga iman bukan hal yang otomatis apalagi kebetulan terjadi.


(31)

c. Iman adalah Keterlibatan

Iman berasal dari inisiatif Tuhan dan merupakan anugerahNya, dan merupakan hasil jawaban manusia yang diambil dalam keputusan bebas (KWI, 1996: 128). Iman membawa akibat pada hidup orang yang beriman. Orang beriman sejati menyerahkan diri kepada Tuhan, membiarkan dirinya berada di bawah bimbingan Tuhan dan di bawah kepenuhan hidup dan masa depan yang mampu dibuatNya. Iman yang menuntut keterlibatan, membawa kesetiaan dalam segala hal dan sepanjang hidup terikat pada Tuhan dan kehendakNya. Oleh karena itu iman tidak hanya menyangkut budi, tetapi seluruh diri manusia; cipta, rasa, karsa dan karya (Hardjana, 1993: 57-58).

B. Pengertian Penghayatan Iman Bunda Maria 1. Bunda Maria

Bunda Maria adalah seorang perawan yang tinggal di Nazaret, Galilea. Maria adalah anak dari anak Yoakim dan Anna. Sebagai seorang Yahudi tentu saja Maria mengharapkan kedatangan seorang Mesias, Juru selamat dunia. Ketika Allah hendak melaksanakan karya penyelamatan dan penebusan dunia, Allah memilih Maria yang adalah seorang perempuan yang taat pada hukum Taurat” (Gal 4:4-5) untuk mengandung Sang Juru Selamat.

Dalam kehidupan umat Kristiani Bunda Maria dapat dijadikan teladan atau spirit dalam menjalani hidup sehari-hari. Banyak yang bisa kita teladani dari kisah hidup seorang Maria itu sendiri. Dalam Lumen Gentium art 57 dan 58 ketaatannya kepada Allah yang digambarkan ketika Maria menerima kabar


(32)

gembira dari Malaikat Gabriel. Maria dengan ketaatannya menerima kehendak Allah tersebut. Selain itu dengan ketaatannya pula Maria dengan setia mempertahankan persatuannya dengan Putra-Nya hingga wafat di Salib. Ia mau menanggung penderitaan yang dahsyat bersama Putra-Nya yang tunggal, dengan hati keibuan-Nya Ia menggabungkan diri dengan korban-Nya, dan penuh kasih menyetujui persembahan korban yang dilahirkan-Nya. Dan akhirnya oleh Yesus Kristus itu juga, menjelang wafat-Nya di Kayu Salib, Ia dikaruniakan kepada murid menjadi Bundanya dengan kata-kata ini: “ Ibu, inilah, anakmu!” (Yoh 19: 27).

2. Penghayatan Iman Bunda Maria

a. Maria Menyimpan Segala Perkara di dalam Hatinya

“Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan

merenungkannya” (Luk 2:19), ketika Maria mendengar sesuatu yang kurang jelas, Maria tidak langsung mengungkapkan atau banyak bertanya tetapi menempatkannya menjadi bahan doa atau permenungan, seperti halnya Yesus berumur 12 tahun. Maria dan Yosef mencari-cari Yesus yang ketika itu tinggal di Bait Allah dan ketika bertemu dengan Yesus berkatalah Yesus : “ Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah BapaKu?” (Luk 2:49). Ketika seorang ibu bertanya dan mendapatkan jawaban seperti itu dari anaknya kiranya sang ibu akan marah-marah kepada anaknya, tetapi sama sekali Maria menyimpan segala perkara di dalam hatinya.


(33)

b. Penyerahan Diri

“Jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Sabda Tuhan itulah yang menjadi pusat hidup Bunda Maria. Bunda Maria terlibat di dalam rencana keselamatan Allah secara utuh. Sikap penyerahan diri Bunda Maria ini sesungguhnya merupakan buah iman Bunda Maria yang tidak mengandalkan diri pada kekuatannya sendiri tetapi kepada kuasa Allah yang menaungi dan akan menyertai dengan berbagai rahmat yang lain.

c. Pendoa

Doa Bunda Maria dengan hati semakin lama semakin membuahkan keakraban dengan Yesus yang lebih mendalam, yaitu tidak hanya bertindak sebagai ibu jasmani bagi Yesus, melainkan menjadi rekan sekerja dengan Yesus (Yoh 2:4). Doa hati inilah yang menjadikan Bunda Maria mengerti segala sesuatu yang terjadi atas dirinya dalam menyambut Allah. Dengan berdoa seperti itu, yaitu menyimpan dan merenungkan dalam hati, Bunda Maria mengajarkan kepada kita bagaimana bersikap benar dan berdoa benar kepada Allah. Semakin dekat dengan Tuhan, orang semakin merasa dirinya kecil, lemah dan tak pantas. Kita diajak untuk berdoa dengan seluruh hati, dengan segala kerendahan hati dan dengan segala penyerahan diri. Doa Maria sungguh doa seorang hamba, yang kenal betul akan Tuhannya.


(34)

3. Keteladanan Maria melalui Peristiwa-peristiwa dalam Doa Rosario Menurut Rosarium Virginis Mariae (art. 20-23) dalam berdoa Rosario terdapat 4 peristiwa yaitu Peristiwa Gembira, Peristiwa Terang, Peristiwa Sedih, dan Peristiwa Mulia. Berikut ini akan dijabarkan secara lebih rinci keteladanan Maria berdasarkan peristiwa-peristiwa dalam doa Rosario:

a. Peristiwa Gembira

Peristiwa Gembira yang pertama “Maria Menerima Kabar Gembira dari Malikat Gabriel” (Luk 1:26-38). Salam dari Malaikat Gabriel kepada gadis Nazaret dikaitkan dengan undangan mesianis, “Bersukacitalah, Maria”. Seluruh sejarah keselamatan, dalam arti tertentu seluruh sejarah dunia, telah dituntun kepada salam ini adalah rencana Bapa untuk menyatukan segala sesuatu dalam Kristus. (Ef 1:6). Maka seluruh alam dengan cara tertentu disentuh dengan penuh kasih oleh perkenan ilahi; dengan perkenan ini Bapa menaruh hati pada Maria dan mengangkatnya menjadi Bunda Putra-Nya. Karena hal ini, seluruh umat manusia menyatakan bahwa Maria dengan tulus ikhlas menyetujui kehendak Allah (RVM art. 20).

Sikap iman Maria yang sikap tulus ikhlas menerima undangan Allah untuk mengandung Putra Allah mengartikan bahwa Maria meyerahkan dirinya secara

total pada kehendak Allah. Ungkapannya “Terjadilah padaku menurut kehendak

-Mu” inilah merupakan sikap iman yang penyerahan total atas rencana Allah pada dirinya. Inilah dan teladan Gereja yang ulung (LG, art. 53).


(35)

Selain itu, pada Peristiwa Gembira yang ke lima “Yesus diketemukan dalam Bait Allah” (Luk 2:41-52) nampak juga sikap iman Maria yakni dengan menyimpan segala perkara dalam hatinya. Maria tidak segera memarahi Yesus ketika ia menemukan-Nya di Bait Allah tetapi Maria justru menyimpannya dalam hati. Menyimpan dalam hati segala perkara di sini bukan berarti Maria tidak mau tahu dengan apa yang dilakukan Yesus tetapi mengandung arti sebenarnya bahwa ia merenungkan dalam hatinya dan dibawanya dalam doa. Sikap dan keteladanan Maria yang selalu membawa setiap perkara dalam hatinya dan dibawa dalam doa merupakan suatu sikap yang patut diteladani.

b. Peristiwa Terang

Peristiwa Terang yang ke dua “Yesus menyatakan diri-Nya dalam pesta pernikahan di Kana” (Yoh 2:11) merupakan pewahyuan yang dinyatakan sendiri oleh Bapa pada pembaptisan Yesus di Sungai Yordan dan digemakan oleh Yohanes Pembaptis, serta diucapkan oleh Maria di Kana, “Lakukan apa yang Ia katakan” (Yoh 2:5). Amanat ini menjadi amanat bundawi terbesar yang disampaikan Maria kepada Gereja di setiap zaman. Amanat ini merupakan pengantar yang tepat untuk kata-kata dan tanda-tanda yang dibuat Yesus dalam pelayanan di hadapan umum, dan ini menjadi dasar keyakinan bahwa sungguh terlibat dalam semua “Peristiwa Terang” (RVM art. 21).

Dalam peristiwa di kana ini tidak banyak menceritakan tetang Maria tetapi pada akhir dari kisah ini pemimpin pesta bertanya pada mempelai laki-laki mengapa anggur yang baik tidak dikeluarkan lebih dahulu. Para pelayan yang tahu


(36)

asal-usul anggur tidak memberitahu pemimpin pesta apa yang sesungguhnya telah terjadi, begitu pula dengan Maria. Di sini terlihat suatu sikap kerendahan hati Maria yang tidak ingin menonjolkan diri akan setiap pengalaman hebat yang ia alami apalagi peristiwa ini melibatkan putranya yakni Yesus. Hal ini bisa saja membuat Maria menjadi bangga dan sombong ketika melihat Putranya mengubah air menjadi anggur tetapi sebaliknya Maria tetap rendah hati. Inilah sikap iman yang perlu diteladani dari Maria.

c. Peristiwa Sedih

Dalam peristiwa sedih ini, hampir semua bagian dari peristiwa ini menceritakan Maria yang selalu setia dan penuh ketabahan hati menyaksikan PutranyaYesus disiksa dan wafat di salib. “Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena...” (Yoh.19: 25 -27). Kutipan ini menujukan bahwa ada sebuah relasi yang dekat dengan Yesus. Maria selalu hadir dan menyaksikan penderitaan Putra-Nya, bahkan sampai wafat di kayu salib. Paus Yohanes Paulus II menyebutkan bahwa penderitaan Bunda Maria di kaki salib ini merupakan pengosongan “Kenosis” iman yang terdalam yang pernah terjadi dalam sejarah manusia. Di kaki salib itulah dipenuhinya nubuat Simeon, “Dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri” (Luk 2:35). Di sinilah keagungan dan kesempurnaan Maria yaitu mengutamakan kehendak Allah, walupun harus menempuh jalan penderitaan. Maria menghadapi semua itu dengan penuh ketabahan hati. Selain itu, dalam diri Maria dapat pula ditemukan


(37)

keteladanan kesetiaan total sebagai hamba Allah dalam menanggapi dan melaksanakan Sabda-Nya. Keteladanan hidupnya inilah yang patut mejadi contoh teladan hidup umat beriman dalam meniti panggilannya sebagai umat Allah.

d. Peristiwa Mulia

Peristiwa Mulia ke empat yakni “Maria diangkat ke Surga” merupakan puncak dari semua keteladanan dan ketaatan serta ketulusan Bunda Maria dan juga puncak dari keikutsertaan Maria ambil bagian dalam karya keselamatan Allah bagi semua orang. Dari seluruh keutamaan Maria membuahkan Kemuliaan bagi-Nya. Berdasarkan pengalaman Maria tersebut membuahkan pengharapan bagi orang beriman untuk bisa mengalami kemuliaan, bersama Kristus yang telah dimuliakan. “Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya Kristus sebagai buah sulung, sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya”. (1 Kor 15:23).

Ketabahan, kesetiaan, dan sikap rendah hati Bunda maria sungguh mengagumkan. Keterlibatannya dalam karya penebusan Yesus, Puteranya, membuatnya menerima anugerah istimewa, dan kemudian Ia diangkat ke surga, jiwa dan raganya. Keseluruhan sikap dan tindakan iman Maria inilah yang dapat menjadi teladan bagi semua orang dalam menjalani hidup sehingga pada akhirnya dapat memperoleh kehidupan kekal di surga.


(38)

C. Doa Rosario 1. Pengertian Doa

Dalam KGK 2558; berdoa merupakan getaran hati suara nurani yang menyapa Allah, itulah sebuah pemahaman tentang arti doa dari ajaran Gereja Katolik. Maka doa juga merupakan suatu permohonan dan syukur kepada Allah. Oleh karena itu tidaklah dapat dipungkiri bahwa berdoa merupakan suatu bagian penting bagi orang beriman. Tanpa doa iman kita akan lemah tanpa daya, kering dan tidak berbobot, tapi dengan berdoa iman kita dikuatkan, diteguhkan, ditopang hingga kokoh kuat tak tergoyahkan. Maka kebiasaan berdoa bagi kita umat Katolik sangatlah penting, baik itu dari anak-anak hingga orang tua dan kakek nenek tak terkecuali semuanya wajib berdoa.

Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan kepada Tuhan demi hal-hal yang baik (KWI, 1996: 194). Dari mana kita berbicara, kalau kita berdoa? Dari ketinggian kesombongan dan kehendak kita ke bawah atau “dari jurang” (Mzm 130:1) hati yang rendah dan penuh sesal? “Siapa yang merendahkan diri akan ditinggikan” (Luk 18:9-14). Kerendahan hati adalah dasar doa, karena kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa (Rm 8:26). Supaya mendapat anugerah doa, kita harus bersikap rendah hati: Di depan Allah, manusia adalah seorang pengemis atau hamba. (KGK 2559).

Dengan demikian dapat saya simpulkan bahwa terdapat hubungan yang tidak terpisahkan antara doa dan iman. Hubungan itu terletak pada iman yang dikuatkan, diteguhkankan, dan ditopang hingga kokoh kuat tak tergoyahkan. Iman itu sudah ada dalam hati kita, tetapi dengan doa iman itu semakin kuat.


(39)

Menurut Xavier Leon – Dufour (1990: 87) dalam bukunya Ensiklopedi Perjanjian Baru. Doa yaitu memperjelas hubungan dari orang perseorangan atau bangsa, yang ingin tetap bersama Allah. Doa merupakan bagian integral (utuh) dari ibadat bangsa Israel. Baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri doa menonjolkan kehadiran bangsa Yahudi. Dalam bahasa Yunani mempunyai beberapa arti di antaranya adalah aiteo yang berarti meminta. Deomai (dengan menegaskan kebutuhan konkret), erotao: menghimbau” (dengan menegaskan kebebasan si pemberi). Kata-kata ini dipakai baik di bidang-bidang profan maupun keagamaan, yang mengandung arti meminta dengan sangat, berdoa dan mengemis.

Sedangkan menurut J.G.S.S Thomson dalam artikelnya di Ensiklopedia Aklkitab Masa Kini jilid I A-L (1992: 249) menuliskan bahwa doa merupakan kebaktian yang mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah. Orang Kristiani berbakti kepada Allah jika ia memuja, mengakui, memuji dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa. Doa sebagai perbuatan tertinggi yang dapat dilakukan oleh roh manusia, dapat juga dipandang sebagai persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan kepada prakasa ilahi. Seseorang berdoa karena Allah telah menyentuh rohnya.

“Dalam buku Iman Katolik dikatakan “doa merupakan pernyataan

kepercayaan akan kasih sayang Allah. Maka hanyalah “doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang” (Yak 5:15). Doa adalah ungkapan kehidupan iman, dan tidak dapat dilepaskan dari ungkapan serta perwujudan iman yang lain. “bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” (Rm. 12:12). Semua itu satu dan sebetulnya sama. Doa adalah salah satu unsur kehidupan orang beriman, tetapi mempunyai tempat yang sentral. Namun doa bukan yang pokok. Yang pokok adalah iman, pengharapan dan kasih (1 Kor 13:13). Doa mengungkapkan apa yang hidup dalam hati orang beriman. Maka


(40)

untuk seluruh umat beriman, Paulus berdoa: “Semoga Allah memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan” (Rm 15:13). Hidup orang Kristiani dirumuskan dalam tiga sikap dasar: “Berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengaharapan keselamatan” (1 Tes 5:8). Dan sikap dasar itu, sebagai tanggapan manusia terhadap kasih-karunia Allah, merupakan sumber doa. “Sebab bagi orang yang ada di dalam Kristus Yesus yang punya arti, hanyalah iman yang bekerja oleh kasih” (Gal 5:6). Maka ketekunan dalam doa pertama-tama

berarti “bertekun dalam iman dan kasih” (1 Tim 2:1; 2 Tim 1:13). Bukan

hanya dalam iman, tetapi juga dalam kasih, sebab doa, juga doa pribadi, tidak pernah bersifat “sendirian”. Orang selalu berdoa dalam Gereja, bahkan dalam kesatuan dengan semua orang lain”(KWI, 1996 :195).

2. Pengertian Doa Rosario

Setiap umat katolik pasti sudah mengenal doa rosario. Setiap bulan Mei dan Oktober setiap hari umat katolik berdoa rosario bersama baik itu di lingkungan, di gereja, di kampus, bahkan di lingkup keluarga. Rosario itu sendiri artinya karangan bunga mawar, boleh putih atau merah, kuning; warna itu mempunyai arti simbolik (C. Groenen. 1988:175). Bapa Paus sangat menganjurkan seluruh umat Katolik untuk berdoa rosario terutama pada bulan Mei dan Oktober dikhususkan untuk doa rosario.

Bapa Paus Yohanes Paulus II dalam Surat Apostolik Rosarium Virginis Mariae tahun 2002 menyatakan bahwa “doa Rosario adalah doa sederhana tetapi sangat mendalam. Doa Rosario berciri khas Maria, tetapi pada intinya rosario adalah doa yang Kristosentris” (RVM art. 1). Berdoa Rosario berarti juga menyerahkan beban-beban hidup kita kepada Kristus dan BundaNya yang murah hati. Dengan doa Rosario orang Kristiani berguru di sekolah Maria : mereka dilatih untuk menatap keindahan wajah Kristus dan mengalami kedalaman kasihNya. Berkat doa Rosario kaum beriman menerima berkat berlimpah lewat


(41)

tangan Bunda Penebus sendiri. Mendaras doa Rosario tidak lain adalah menatap wajah Kristus bersama Maria (RVM art. 3).

Bapa Suci Yohanes Paulus II mendaraskan bahwa “doa Rosario itu sendiri merupakan sarana yang paling efektif untuk mengembangkan di kalangan kaum beriman komitmen untuk berkontemplasi pada misteri kristiani. Doa Rosario adalah salah satu tradisi kontemplasi kristiani yang terbaik dan paling berharga. Rosario juga merupakan doa meditatif yang khas. (RVM art. 5). Bapa Suci Yohanes Paulus II menegaskan bahwa di antara semua devosi, yang paling mampu menguduskan dan menyerasikan jiwa dengan Tuhan kita adalah devosi kepada Maria, ibuNya, dan semakin dikonsekrasikan kepada Maria, semakin ia dikonsekrasikan kepada Yesus Kristus. Hanya dalam doa Rosariolah kehidupan Yesus dan kehidupan Maria tampak begitu terpadu (RVM art. 16).

Namun, sesungguhya, doa Rosario hanyalah suatu metode kontemplasi. Sebagai metode, doa Rosario merupakan sarana mencapai suatu tujuan, dan bukan tujuan itu sendiri. Bapa Suci mengingatkan bila pemahaman tersebut diabaikan ada bahaya doa Rosario akan gagal membuahkan dampak rohani yang merupakan tujuan doa ini; bahkan, lebih dari itu, ada bahaya bahwa biji-biji Rosario, yang menjadi sarana pendarasan, dilihat sebagai semacam jimat atau benda magis, dan karenanya sama sekali menyimpang dari makna serta fungsinya (RVM art. 28).

Menurut Bapa Suci Yohanes Paulus II tiap renungan dimulai dengan memaklumkan peristiwa, yang bahkan bisa diragakan dengan ikon (patung/gambar) yang serasi. Pemakluman peristiwa ibarat penayangan skenario untuk memusatkan perhatian para pendoa. Rumusan peristiwa menuntun pikiran


(42)

dan perenungan ke episode atau saat tertentu dalam kehidupan Yesus. Penghormatan ikon dan devosi-devosi memanfaatkan panca indera, seperti misalnya metode doa yang menggunakan unsur-unsur visual dan imajinatif (compositio loci). Metode tersebut dinilai sangat membantu memusatkan perhatian pada misteri tertentu (RVM art. 29).

Bapa Suci Yohanes Paulus II menegaskan bahwa metode tersebut adalah suatu metodologi, yang serasi dengan logika batin mengenai inkarnasi: dalam Yesus, Allah ingin mengenakan sosok insani. Lewat realita ragawi inilah kita dituntun untuk berkontak dengan misteri ilahiNya. Hal-hal yang konkret sunguh-sungguh diperlukan dalam Rosario. Pemakluman peristiwa-peristiwa dalam doa Rosario tidak menggantikan Injil, dan tidak juga menyerap seluruh isinya. Maka dari itu, doa Rosario bukanlah pengganti bacaan Kitab Suci, sebaliknya doa Rosario menuntut lectio divina dan mengembangkannya. Peristiwa-peristiwa yang direnungkan dalam doa Rosario, juga dengan tambahan peristiwa terang, hanyalah kerangka yang menampilakan unsur-unsur fundamental dalam kehidupan Yesus (RVM art. 29).

Menurut Bapa Suci Yohanes Paulus II doa Rosario pada hakikatnya adalah doa untuk perdamaian, karena inti doa ini adalah kontemplasi akan Kristus, pangeran perdamaian. Dia yang adalah “damai kita”. Ia mempelajari rahasia damai dan membuat damai menjadi proyek hidupnya. Berkat ciri meditatifnya, dengan alur Salam Maria yang tenang, doa Rosario dapat menciptakan damai dalam hati mereka yang mendaraskannya. Doa Rosario dapat membuka hati si pendoa untuk menerima damai sejati yang adalah anugerah khusus dari Tuhan


(43)

yang bangkit, mengalaminya dalam lubuk hati yang terdalam, dan menyebarkannya (RVM art. 40).

Berdasarkan uraian mengenai doa Rosario di atas maka dapat dirumuskan bahwa doa Rosario adalah sebuah sarana doa yang sederhana dan sangat mendalam yang berciri khas Maria tetapi pada intinya mengarah pada Kristosentris, di mana orang dapat menyerahkan beban-bebannya kepada Kristus dan Bundanya yang murah hati.

3. Asal-usul Doa Rosario

Buku yang bejudul Doa Rosario: Menatap Untuk Menjadi Serupa karangan Georges Madore, SMM menceritakan tentang sejarah Rosario, bahwa Doa Rosario merupakan hasil suatu proses panjang yang ditimbulkan oleh bermacam-macam bentuk devosi Maria pada abad pertengahan. Berikut ini garis besar terjadinya bentuk Rosario sebagaimana kita mengenalnya dewasa ini. Pada abad ke 9, kaum awam yang “bertobat” kepada hidup religuis (para “convers”) menjadi anggota komunitas monastik. Namun karena buta huruf mereka tidak bisa ikut dalam ibadat hariannya yang terdiri dari pendarasan 150 mazmur. Mereka dianjurkan untuk mendasarkan 150 kami sebagai penggantinya, sambil menghitung jumlahnya dengan batu-batu kecil dalam sebuah kantong atau dengan menggunakan simpul-simpul pada sebuah tali.

Abad ke 11, Santo Petrus Damianus memprakarsai kebiasaan mendaraskan 150 Salam Maria sebagai ganti Bapa Kami. Saat itu, mereka punya kebiasaan membuat suatu gerakan badan pada setiap Salam Maria (bungkuk atau berlutut).


(44)

Kemudian pada Abad ke 12, muncul berbagai rumusan doa atau pengulangan Salam Maria yang dikaitkan dengan perayaan berbagai “peristiwa” (misteri): 15 Salam Maria untuk 15 kegembiraan Maria; 7 Salam Maria untuk ketujuh kedukaan atau ketujuh kegembiraan Maria; 33 Salam Maria untuk ke 33 tahun kehidupan Yesus; 63 Salam Maria untuk ke 63 tahun kehidupan Maria.

Pada abad ke 13, beberapa teolog yang ingin mengungkapkan arti Kristiani mazmur-mazmur Perjanjian Lama, menyusun “Kitab Mazmur Tuhan kita Yesus Kristus”, suatu seri 150 pujian untuk menghormati Yesus Kristus, berdasarkan penafsiran Kristiani Kitab Mazmur. Tidak lama kemudian muncul “Kitab Mazmur Perawan Maria” disusun menurut pola yang sama. Maka, selama beberapa tahun umat Kristiani dapat memilih antara berbagai jenis “Rosario” :

a. 150 Bapa Kami b. 150 Salam Maria

c. 150 pujian kepada Kristus d. 150 pujian kepada Maria.

Pada abad ke 14, seorang biarawan asal daerah sungai Rhein, Hendrik dari Kalkar, meluncurkan gagasan untuk membagikan 150 Salam Maria dalam puluhan yang dipisahkan oleh sebuah Bapa Kami. Kemudian abad ke 15, menjelang tahun 1410, seorang biarawan Kratusia asal Jerman, Dominicus Prutenus, menyusun seri 50 seruan pendek untuk disisip dalam setiap Salam Maria untuk mendukung permenungan peristiwa-peristiwa. Pada tahun 1470, seorang Dominikan asal Bretanye, Alan de la Roche mendirikan perserikatan


(45)

Rosario pertama. Gerakan ini akan menyebar ke seluruh Eropa dan memberikan sumbangan besar dalam menyebarluaskan kebiasaan berdoa Rosario.

Pada abad ke 16, setelah penemuan percetakan ada kemungkinan menyertakan gambar pada setiap 150 peristiwa Kitab Mazmur Santa Perawan. Namun, untuk menghemat tempat, mereka hanya sampai menyertakan gambar pada gagasan ke 15 Bapa Kami. Dari situlah lahir ke 15 peristiwa yang masih kita pakai sampai hari ini. Sekitar zaman yang sama bagian kedua Salam Maria mulai tersebar di tengah masyarakat. Maka, Rosario dapat didaraskan di luar kepala dan dalam kelompok yang sahut-bersahutan.

Doa Rosario sebagai salah satu sarana latihan kekudusan yang terbaik dan berharga berkembang dalam sejarah kehidupan orang kudus. Sehubungan dengan hal tersebut, Bapa Suci Paulus II mengenang kembali peranan para tokoh Gereja pada masa itu yang telah menemukan jalan lurus untuk menjadi kudus dalam doa Rosario. Bapa Suci menyebut St.Louis Marie Grignion de Montfort yang menulis karya ulung mengenai Rosario. Dan secara khusus, Bapa Suci menampilkan seorang tokoh pecinta Rosario yang disebut sebagai rasul sejati doa Rosario, yakni Beato Bartolo Longo. (RVM art.8)

Bapa Suci Yohanes Paulus II menyatakan bahwa Beato Bartolo Longo memiliki kharisma khusus. Langkahnya menuju kesucian bertumpu pada bisikan nurani yang selalu mengiang dalam lubuk hatinya, “siapa saja yang menyebarkan doa Rosario akan selamat”. Akibatnya, ia merasa terpanggil untuk membangun sebuah gereja yang didedikasikan kepada Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci di Pompei, di depan puing-puing kota lama, yang nyaris tidak mendengar


(46)

pemakluman tentang Kristus sebelum tertimbun pada 79 M karena letusan Gunung Vesusius. Baru berabad-abad kemudian kota ini muncul dari lahar sebagai suatu kesaksian mengenai terang dan bayang-bayang peradaban klasik. Lewat seluruh karya sepanjang hayatanya, dan utamanya lewat praktik doa “15 sabtu”, Bartolo Longo memajukan hakikat Kristosentris dan kontemplatif dari doa Rosario. Dan dia mendapat dorongan serta dukungan kuat dari Paus Leo XIII, yang dijuluki “Paus Rosario”. (RVM art. 8)

Pada awal mula, Rosario disebut “Kumpulan Mazmur Bunda Maria dan Yesus Kristus”, sebab terdiri dari 150 Salam Maria dan 150 “misteri” (peristiwa) menurut jumlah Mazmur. Istilah ini bisa ditemukan sampai akhir abad ke 17.

Istilah “Rosario” untuk pertama kalinya ditemukan dalam tulisan pada tahun 1327. Bunga mawar (bhs. latin: “rosa”) mempunyai makna simbolis yang kuat pada abad pertengahan. Karena keindahan dan khasiat penyembuhan yang diduga dimilikinya (orang sakit dinasihati menggunakan tutup kepala terbuat dari bunga mawar untuk bisa sembuh), bunga mawar diberi tempat penting dalam sastra (antara lain dalam roman Misteri Bunga Mawar, La Divina Comedia, karya Dante, dst.). Dengan sendirinya simbolisme ini ditetapkan kepada Santa Perawan Maria: dialah bunga mawar “yang mengusir musim dingin”, yang “tumbuh di tengah duri-duri”, ”yang menyembuhkan segala rasa sakit di dalam hati”. Demikian misalnya puisi berikut dari abad ke 14 : (RVM art. 9 )

Salam Santa Maria Mawar yang amat indah, Keperawananmu terjaga.


(47)

Salam kepada Yang Ilahi

Yang beristirahat dalam dirimu. Antara Surga dan bumi

Engkaulah yang paling manis. Salam Santa Maria,

Ratu yang mulia,

Kegembiraan segala wanita, Dan mahkotanya yang perawan Mintalah kepada Putramu

Agar Ia, bagaikan gunung yang menunduk, Menjadi obat bagi kesalahanku.

Salam Santa Maria.

Pada zaman yang sama kata ‘Rosarium’ juga berarti bunga rampai, kumpulan teks-teks yang indah, khususnya berisi pujian-pujian kepada Yesus atau Maria. Maka, tidak mengherankan nama tersebut diberikan kepada kumpulan 150 pujian, kemudian kepada kumpulan 150 peristiwa yang sampai saat itu mengisi “Kitab Mazmur Bunda Maria”.

Umat berbagai bangsa Eropa juga menggunakan istilah ‘mahkota mawar’ (chapele,’ rozenhoedje’ ,’ korona’ )untuk sepertiga dari doa Rosario, yang terdiri dari 50 (kemudian hanya 5) peristiwa. Asal mula kata ini memang sebuah

rangkaian bunga mawar sebagai tutup kepala. “Memberikan mahkota mawar

kepada seorang gadis” merupakan suatu ungkapan kuno yang berarti: mengawini seorang gadis. Para pengkhotbah abad pertengahan mengundang umat


(48)

mengucapkan sejumlah Salam Maria bagaikan rangkaian bunga mawar yang membentuk sebuah mahkota bagi perawan Maria. Berbagai legenda bercerita bagaimana bunga mawar bermunculan pada wajah atau keluar dari mulut orang-orang suci setiap kali mereka mengucapkan sebuah Salam Maria. (Georges Madore, SMM 2002: 32,33).

4. Tujuan Doa Rosario

a. Menimba Inspirasi untuk Hidup

Inspirasi itu penting bagi orang untuk menjadi sesuatu yang menguatkan iman, untuk mengambil keputusan. Namun bagaimana inspirasi itu bisa diambil dari doa Rosario yang hanya mendaraskan berulang-ulang. Inspirasi yang diambil dalam doa Rosario ada pada peristiwa-peristiwa yang direnungkan di dalamnya. Sumber inspirasi ini adalah Yesus dan Maria ibunya.

Doa Rosario sebagai salah satu doa kerakyatan bertujuan untuk umat Kristiani menjalin kontak dengan Maria yang terus-menerus ingat akan Sang Putra dan menatap wajah-Nya dalam kontemplasi. Maria terus-menerus membeberkan “misteri-misteri” Putranya di hadapan kaum beriman dengan dambaan agar kontemplasi pada misteri-misteri itu dapat menjadi saluran turunnya semua kuasa yang menyelamatkan. Maka, dengan mendaraskan Rosario umat Kristiani menjalin kontak dengan Maria yang terus-menerus ingat akan Sang Putra dan menatap wajah-Nya dalam kontemplasi (RVM art. 11).

Sedari hakekatnya, pendasaran Rosario dapat membangun irama yang tenang dan tetap. Maka dari situ, melalui dan dengan berdoa rosario umat akan


(49)

terbantu dalam merenungkan misteri-misteri kehidupan Kristus sebagaimana dilakukan oleh Maria yang memiliki hubungan paling dekat dengan Tuhan. Melalui doa Rosario kekayaan tak terperikan dari misteri-misteri doa Rosario yang akan dicurahkan kepada umat-Nya (RVM art. 12).

Kristus merupakan guru yang paling ulung, Sang Pewahyu dan sekaligus Sang Terwahyu. Dalam hal ini, adakah guru yang lebih baik daripada Maria? Dari sudut pandang ilahi, Roh Kuduslah guru batin yang menuntun kita kepada kebenaran penuh tentang Kristus (Yoh 14:26; 15:26; 16:13).

Dengan kita berdoa Rosario, kita sebagai umat Allah berproses diri mulai dari Maria untuk belajar mengenal Kristus. Bagi kita, Kristus merupakan guru yang paling utama. Yang terpenting kita bukan hanya belajar mengetahui apa yang Ia ajarkan, tetapi “belajar mengenal Dia” Dalam proses pengenalan tersebut, umat Allah harus belajar pada Bunda Maria. Bapa Suci Yohanes Paulus II menegaskan bahwa Maria adalah guru yang paling baik. Bersama Bunda Maria, umat Allah belajar mengenal Kristus. Bapa Suci memberikan contoh tanda pertama yang dibuat oleh Yesus adalah mengubah air menjadi anggur dalam pesta perkawinan di Kana (RVM art. 14).

Maka, jelaslah bahwa misteri-misteri kehidupan Kristus menjadi sumber inspirasi. Supaya bisa merenungkan misteri-misteri kehidupan Kristus, orang harus belajar mengenal Kristus. Melalui Maria kita bisa belajar tentang Kristus. Maria menjadi inspirasi bagaimana merenungkan misteri-misteri Kristus dan bagaimana mengenal Kristus secara lebih baik.


(50)

Dalam perkawinan di Kana sangat jelas menampilkan Maria dalam sosok seorang guru, yakni waktu ia mendesak para pelayan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Yesus (Yoh 2:5). Maria pasti melakukan hal yang sama untuk para murid sesudah kenaikan Yesus, saat ia bergabung dengan mereka menantikan Roh Kudus dan membesarkan hati mereka dalam mengamalkan perutusan perdana. Maka, merenungkan peristiwa-peristiwa Rosario bersama Maria berarti belajar dari dia “mengenal” Kristus, menemukan rahasia -rahasia-Nya, dan memahami amanat-Nya. Maka dalam menimba inspirasi belajar berguru pada Bunda Maria merupakan cara belajar yang paling efektif karena ia mengajar dengan memperoleh bagi kita karunia-karunia Roh Kudus secara berlimpah, khususnya ketika ia memberikan contoh yang tak tertandingi, yakni “ziarah iman”-nya sendiri (RVM art. 14).

Bapa Suci Yohanes II menandaskan bahwa doa Rosario itu ibarat ziarah batin yang didaraskan pada kontemplasi terus-menerus atas wajah Kristus, bersama Maria. Dalam ziarah batin ini ideal untuk menjadi serupa dengan Kristus diupayakan lewat ikatan “persahabatan”. Dengan demikian, kita dapat masuk secara alami dalam kehidupan Kristus, dan ikut merasakan gejolak-gejolak hati-Nya yang terdalam. Dalam kaitan ini, B. Bartolo Longo telah menulis : “persis seperti dua orang sahabat, makin sering bertemu satu sama lain, mereka cenderung makin serupa dalam perilaku, demikian juga, dengan bergaul akrab dengan Yesus dan Maria, dengan merenungkan peristiwa-peristiwa Rosario, dan dengan mengahayati kehidupan yang sama dalam komuni kudus, sesuai dengan keterbukaan hati kita, dapat menjadi serupa dengan mereka; dari guru-guru yang


(51)

unggul ini kita dapat belajar hidup dalam kesederhanaan, kemiskinan, kerendahan hati, kesabaran, dan kesempurnaan. (RVM art. 15).

Proses untuk menjadi serupa dengan Kristus, dalam doa Rosario kita mempercayakan diri secara khusus kepada kasih Bundawi Maria. Dia adalah Bunda Kristus dan anggota Gereja, anggota yang “ulung dan istimewa”; sekaligus ia adalah “Bunda Gereja”. Sebagai ibu, ia terus-menerus melahirkan anak untuk Tubuh mistik Putranya. Hal ini dilakukannya lewat doa-doa, di mana ia memohon bagi mereka pencurahan Roh Kudus yang tak kunjung habis. Maria adalah gambar sempurna dari kebundaan Gereja (RVM art. 15).

b. Iman Makin Kuat

Hidup devosional atau hidup bakti berlandaskan kepada suatu hubungan yang sifatnya kurang lebih personal. Hubungan personal tersebut mempunyai nilai tinggi dalam hidup bakti (Darminta, 2001: 83). Hidup bakti terwujud baik dalam hidup moral maupun dalam hidup peribadatan. Hidup bakti berarti suatu intensitas hubungan personal (Darminta, 2001: 68).

Dari segi bentuk dan cara maupun sasaran hidup devosi, kehidupan devosional itu bermula dari cara yang sederhana dan berkembang semakin menjadi rumit dan sedemikian kaya. Bentuk doa juga mengalami perkembangan. Begitu juga dengan sasaran devosi (Darminta, 2001: 71).

Ada pengaruh timbal balik antara praksis devosi dengan penghayatan devosi, dan sebaliknya pemahaman devosi juga melahirkan penghayatan devosi secara baru sekurang-kurangnya isi baru dari pengahayatan devosi itu. Jadi


(52)

devosi, mempunyai arti pembaktian dan penghormatan. Dan pada intinya, devosional berarti hidup takwa kepada Allah (Darminta, 2001: 71).

Devosi berarti persembahan hidup kepada Allah dengan kebesaran dan kerelaan hati. Devosi juga berarti pemupukkan sikap batin untuk hidup sesuai dengan iman dan tujuan hidup di dunia yaitu berbakti kepada Allah. Oleh karena itu, memupuk hidup devosional berarti mempertahankan sikap jiwa agar tetap hidup pada semangat pengabdian kepada Tuhan. (Darminta, 2001: 72).

Yang menjadi dasar hidup devosi adalah iman, dan sumbernya adalah cinta kasih. Dan syarat untuk menghayati ialah ketaatan mutlak terhadap Allah dan perintah-perintah-Nya. Tanpa devosi, cinta bakti dan takwa kepada Allah dianggap tidak berguna. Devosi merupakan kualitas hubungan antar Allah dengan manusia. Devosi merupakan kualitas iman, cinta, dan harapan. (Darminta, 2001: 72). Oleh karena itu, dengan berdoa Rosario hidup kita yang dibaktikan kepada Allah merupakan kualitas iman, cinta, dan harapan. Dengan demikian devosi kepada Maria menunjukan kualitas iman.

St. Thomas Aquino mengajarkan devosi pada intinya merupakan gerak kemauan untuk memberikan diri seutuhnya untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah. Devosi itu merupakan sikap ciptaan kepada Pencipta. Dalam kehidupan keagamaan devosi menunjukan hormat serta bakti, yang menjadi keharusan manusia di hadirat Allah. Jadi, devosi itu merupakan sikap manusia di hadapan Allah, ciptaan di hadapan Pencipta. Devosi merupakan dorongan yang hidup dalam hati dan kehendak manusia untuk meluhurkan dan menghormati yang ilahi. Devosi merupakan keutamaan keagamaan dan merupakan manifestasi iman yang


(53)

terdalam (Darminta, 2001: 83). Berlandaskan pemahaman tersebut, dapat dikatakan bahwa dengan doa Rosario iman kita semakin kuat dan mendalam.

Kehidupan devosional mempunyai makna dan nilai. Kehidupan devosional baru bermakna dan bernilai bila bentuk devosi tersebut mampu menumbuhkan dan menyuburkan hidup rohani seseorang. Maka, doa Rosario sebagai sarana menjalin relasi personal dengan Allah, mampu menumbuhkan dan menyuburkan hidup rohani seseorang. Unsur hakiki dari kegiatan devosional adalah mampu menyederhanakan berbagai unsur serta bentuk hidup rohani, dan dengan mudah dapat dihayati oleh banyak orang untuk jangka waktu yang cukup lama dan panjang (Darminta, 2001: 83). Maka, dengan berdoa Rosario, kita akan mengalami proses pertumbuhan dan penyuburan hidup rohani.

Doa Rosario tetaplah bukan jaminan seseorang untuk dapat menghayati dan memaknai hidup Yesus dan Maria. Terkadang makna yang hendak dicari terlalu tinggi, tidak terlihat sederhana dan terasa jauh dari umat, dengan demikian diperlukan penyederhanaan makna sehingga dapat dimengerti oleh banyak orang dan dapat dihayati.

c. Iman Makin Terwujud dalam Perbuatan

Devosi merupakan sikap iman yang dinamis dalam budaya manusia. Karena itu devosi memerlukan penerapan atau perwujudan konkret dari aspirasi rohani entah itu cara pembatinan maupun cara penghayatan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Hidup devosional berarti perluya konkretisasi hidup rohani,


(54)

yang secara sadar dapat dirasa, disentuh, dipandang serta diresapkan (Darminta, 2001: 82).

Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Paulus yaitu pada hakekatnya iman tanpa perbuatan adalah mati. Jika doa Rosario itu berpengaruh pada iman, memperkuat iman dan meneguhkannya seharusnya orang beriman yang berdoa Rosario semakin mewujudkan imannya dalam tindakan-tindakan nyata.

Unsur terpenting dalam devosi ialah pergerakan hati atau kehidupan afektif, bahkan kadang kala emosi diikutsertakan secara intensif pula. Hal tersebut pula ada demi mewujudkan dan merasakan cinta kepada Dia yang dijadikan sasaran penghormatan serta kebaktian, seperti nampak dengan adanya hiburan rohani yang diperoleh, dorongan-dorongan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, niat-niat hidup serta cita-cita hidup dan lain sebagainya. Dengan menyatakan rasa hormat dan bakti kepada Allah melalui doa Rosario, umat beriman semakin mampu memupuk transformasi manusia ke dalam Kristus, yaitu semakin menghayati rasa-perasaan Yesus tidak hanya seabagai sikap batin atau keutamaan tetapi juga dalam tindakan dan pengabdian (Darminta, 2001: 83).

d. Hidup Makin Terfokus Kepada Tuhan

Ketika seseorang melakukan secara terus-menerus suatu kegiatan pikirannya akan juga diarahkan pada kegiatan itu. Demikian pula dengan doa Rosario orang akan memikirkan berdoa Rosario jika berdoa Rosario adalah kebiasaan yang dilakukan.


(55)

Spiritualitas Kristiani secara jelas terlihat dalam komitmen seorang murid untuk menjadi makin “serupa” dengan gurunya (Rm8:29; Flp3:10.12). Pencerahan Roh Kudus dalam pembaptisan mencangkokkan orang beriman pada Kristus ibarat ranting pada pokok anggur (bdk. 1 Kor 12:12; Rm 12:5). Tetapi, kesatuan awal ini mengundang orang baeriman untuk bertumbuh makin serupa dengan Kristus, yang akan secara bertahap membentuk perilaku murid menjadi selaras dengan “pikiran” Kristus: ”Hendaklah kamu menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Flp 2:5). Rasul Paulus mengatakan, kita dipanggil “untuk mengenakan Tuhan Yesus Kristus” (bdk.Rm 13:14; Gal 3:27).

Dengan berdoa Rosario yang didaraskan pada kontemplasi terus-menerus atas wajah Kristus, Bersama Maria umat beriman Kristiani diantar untuk menjadi serupa dengan Kristus yang diupayakan lewat ikatan “Persahabatan”. Dengan demikian, kita dapat masuk secara alami dalam kehidupan Kristus, dan ikut merasakan gejolak-gejolak hatiNya yang terdalam. Dalam kutipan ini, B. Bartolo Longo telah menulis:

”Persis seperti dua orang sahabat, makin sering bertemu satu sama lain, mereka cenderung makin serupa dalam perilaku, demikian juga, dengan bergaul akrab dengan Yesus dan Maria, dengan merenungkan peristiwa-peristiwa rosario, dan dengan menghayati kehidupan yang sama dalam komuni kudus, kita-sesuai dengan keterbukaan hati kita, dapat menjadi serupa dengan mereka; dari guru-guru yang unggul ini kita dapat belajar hidup dalam kesederhanaan, kemiskinan, kerendahan hati, kesabaran, dan kesempurnaan.”(Bapa Suci Yohanes Paulus II, 2002,art.15).

Doa Rosario secara mistik mengantar kita ke sisi Maria yang sedang sibuk memperhatikan pertumbuhan insani Kristus dalm keluarga Nazaret. Ini memberikan dia kesempatan untuk melatih kita dan membentuk kita dengan


(56)

perhatian yang sama,sampai “Kristus sepenuhnya terbentuk” dalam diri kita (Gal 4:19).

Panggilan untuk menjadi serupa dengan Kristus mewajibkan yang terpanggil untuk memusatkan perhatiannya kepada Kristus. Dalam hal ini cara memperhatikan Kristus, mengenalnya dan merenungkannya dilakukan dengan cara berdoa Rosario.

Bapa suci Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa peristiwa-peristiwa Rosario membangkitkan dalam hati kerinduan untuk mengenal Kristus yang terus-menerus dipupuk oleh sumber murni Injil. Setiap peristiwa dalam kehidupan Yesus, sebagaimana dituturkan oleh para penginjil, tampak cemerlang berkat Misteri yang mengatasi segala pengertian (Ef 3:19), yakni Misteri Sabda menjadi manusia; di dalamnya “segala kepenuhan Allah diam secara ragawi” (Kol 2:9) (a. 24).

Karena alasan ini, Bapa Suci menegaskan bahwa Ketekismus Gereja Katolik sangat menonjolkan misteri-misteri Kristus, sambil menunjukkan bahwa “segala sesuatu dalam kehidupan Yesus adalah tanda misteriNya.”Pengalaman

amanat “duc in altum” yang diemban Gereja pada milenium ketiga akan

ditentukan oleh kemampuan orang-orang Kristiani masuk ke dalam “pengenalan sempurna akan misteri Allah, yakni pengenalan akan Kristus, sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.” (Kol 2: 2-3). Surat kepada Jemaat di Efesus membuat Rosario menjadi doa yang menyentuh hati bagi semua orang yang telah dibaptis:

“Semoga oleh iman Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasarkan di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu [...] dapat mengenal


(57)

kasih Kristus yang melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi dengan segala kepenuhan Allah.” (Ef 3:17-19).

Oleh karena itu doa Rosario menampilkan “rahasia” yang dengan mudah mengantar ke pengenalan yang mendalam tentang Kristus. Doa Rosario biasa disebut sebagai Jalan Maria. Inilah contoh yang diberikan Perawan Maria, seorang perempuan yang sungguh beriman, yang suka akan keheningan, seorang pendengar yang penuh perhatian. Ini juga jalan devosi Maria yang diilhami oleh pengenalan tentang ikatan yang tak terpisahkan antara Kristus dan bundaNya yang kudus: misteri Kristus dalam arti tertentu juga misteri ibuNya, juga kalau Maria tidak dilibatkan langsung, karena Maria hidup dari Kristus dan lewat Kristus. Kita membuat kata-kata Malaikat Gabriel dan kata-kata Elisabet yang tercakup dalam Salam Maria menjadi kata-kata kita sendiri. Dengan demikian, kita merasakan diri kita terus-menerus ditarik untuk sekali lagi menemukan dalam diri Maria, dalam rengkuhannya dan dalam hatinya: “buah rahimnya yang terpuji.” [Luk. 1:42] (RVM art. 24).

Bapa Suci Yohanes Paulus II menunjukkan prinsip unggul yang diungkapkan dalam Konsili Vatikan II yang pengaruhnya amat kuat dalam hidupnya, dan telah mendasari motto episkopalnya, yakni Totus tuus. Bagi Bapa Suci, motto tersebut diilhami oleh ajaran St. Louis Marie Grignion de Monfort, yang menjelaskan peran Maria dalam upaya umat Allah menjadi serupa dengan Kristus, dikatakan.

Seluruh kesempurnaan kita terwujud karena kita dibangun, disatukan dengan, dan dikonsekrasikan kepada Yesus Kristus. Maka, yang paling sempurna dari semua devosi pastilah yang dapat menyerasikan dan memadukan kita dengan


(58)

Yesus Kristus, dan mengkonsekrasikan kita secara paling sempurna kepadaNya. Di antara semua makhluk, Maria adalah yang paling serupa dengan Yesus Kristus. Maka diantara semua devosi, yang aling mampu menguduskan dan menyerasikan jiwa dengan Tuhan kita adalah devosi kepada Maria, ibuNya dan semakin jiwa dikonsekrasikan kepada Maria, semakin ia dikonsekrasikan kepada Yesus Kristus. (RVM art. 15).

Pandangan Yohanes Paulus di atas menampakkan keberanian untuk menjalani dan memaknai doa Rosario. Panggilan untuk bertolak ke tempat yang dalam merupakan panggilan untuk berani mengambil keputusan untuk mengenal Kristus secara lebih mendalam. Perjalanan Maria yang digunakan untuk mengenal Kristus mengandung banyak makna yang dapat ditimba.

5. Corak Doa Rosario

a. Doa Rosario Adalah Doa Renungan

Sambil mendaras doa Salam Maria berulang-ulang para pendoa merenungkan salah satu misteri yang dirangkai dalam Rosario. Pemahaman dan praktek ini sangat ditekankan oleh sejumlah dokumen dan pernyataan pimpinan Gereja: 1) Doa Rosario adalah salah satu tradisi kontemplasi Kristiani yang terbaik dan paling berharga. Rosario adalah doa renungan yang khas. 2) Doa Rosario adalah sarana yang paling efektif untuk mengembangkan diri di kalangan kaum beriman, suatu komitmen untuk merenungkan misteri Kristiani; ini sudah diusulkan dalam surat Apostolik Novo Millennio Ineunte sebagai "latihan kekudusan" yang sejati. Kita memerlukan kehidupan Kristiani yang menonjol


(59)

dalam seni berdoa. 3) Doa Rosario adalah doa renungan yang sangat indah. Tanpa unsur renungan, doa Rosario akan kehilangan maknanya. Tanpa renungan, doa Rosario menjadi ibarat tubuh tanpa jiwa, dan ada bahaya bahwa pendarasannya akan menjadi pengulangan kata-kata secara mekanis. Ini bertentangan dengan anjuran Yesus: "dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan." (Mat 6:7). Sedari hakikatnya, pendarasan Rosario membangun irama yang tenang dan tetap. Ini akan membantu orang untuk merenungkan misteri-misteri kehidupan Kristus. (Apostolik Marialis Cultus, 2 Februari 1974, 156; RPM no. 12)

Kutipan di atas tentu tidak banyak diperhatikan. Sejalan dengan panggilan untuk mengenal Kristus, penjelasan di atas sangat penting karena banyak dari praktik berdoa Rosario, orang hanya mengulang-ulang kata demi kata dalam doa Rosario itu. Padahal doa Rosario adalah doa kontemplasi dan renungan untuk semakin mengenal Kristus. Dengan demikian dalam mendaraskannya orang harus melakukannya sambil merenungkannya. Hal ini dapat dibantu dengan kutipan-kutipan Kitab Suci sebelum setiap masing-masing peristiwa.

b. Doa Rosario Adalah Ringkasan Injil

Sebagaimana Injil merupakan refleksi tentang hidup Yesus Kristus, demikian pula halnya dengan Rosario. Dalam Injil, kita dapat melihat kisah tentang Yesus meliputi kelahiran, mukjizat, kebangkitan dan penebusan yang


(60)

membahagiakan. Ada pula kisah sengsara yang memilukan, kisah tentang keagungan Yesus yang luar biasa.

Doa Rosario adalah "ringkasan Injil", karena di dalamnya dirangkai dan direnungkan sejarah keselamatan yang dipaparkan dalam Injil; mulai kisah-kisah sekitar inkarnasi sampai dengan kebangkitan dan kenaikan Tuhan. Dengan ditambahkannya satu rangkaian peristiwa baru, yakni peristiwa terang, doa Rosario menjadi ringkasan Injil yang lebih utuh. Kini renungan Rosario mencakup: peristiwa-peristiwa sekitar inkarnasi dan masa kecil Yesus (peristiwa-peristiwa gembira), (peristiwa-peristiwa-(peristiwa-peristiwa amat penting dalam pelayanan Yesus di hadapan umum (peristiwa-peristiwa terang), peristiwa-peristiwa sekitar sengsara-Nya peristiwa sedih), dan kenangan akan kebangkitan-sengsara-Nya (peristiwa-peristiwa mulia).

c. Doa Rosario Adalah Doa Kristologis

Doa Rosario adalah salah satu doa Kristiani yang sangat Injili, yang intinya adalah renungan tentang Kristus. Sebagai doa Injil, Rosario dipusatkan pada misteri inkarnasi yang menyelamatkan, dan memiliki orientasi Kristologis yang gamblang. Unsurnya yang paling khas adalah pendarasan doa Salam Maria secara berantai. Tetapi puncak dari Salam Maria sendiri adalah nama Yesus. Nama ini menjadi puncak baik dari kabar atau salam malaikat, "Salam Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu," maupun dari salam ibu Yohanes Pembaptis, "Diberkatilah buah rahimmu" (Lukas 1:42). Pendarasan Salam Maria secara berantai itu menjadi bingkai, di mana dirajut renungan atau kontemplasi


(61)

atas misteri-misteri yang ditampilkan lewat Rosario. (Paus Paulus VI, Anjuran Apostolik Marialis Cultus, 2 Februari 1974, 46).

6. Unsur-unsur Doa Rosario a. Doa-doanya

1) Doa Bapa Kami

Sesudah perintaan, “Tuhan, ajarilah kami berdoa? Yesus menjawab, “Bila kamu berdoa, katakanlah: Bapa Kami...” (Luk 11:1-4). Sudah banyak tafsiran yang bagus mengenai doa ini. Kami hanya ingin mencatat di sini bahwa doa Bapa Kami menempatkan kita dalam keadaan kita yang sebenarnya dalam hubungan dengan Allah. Dalam doa ini pertama-tama Allah diperkenalkan baik sebagai Dia yang mendekatkan diri: ‘Bapa’ dan sebagai Dia yang melampaui kita: ‘yang ada di surga’. Di hadapan Allah kita seperti anak-anak yang bebas dan dikasihi. Kerinduan terbesar kita, permintaan kita yang pertama bukanlah agar Allah mau melayani rencana-rencana kita, melainkan agar kita mau masuk dalam rencana Allah yang besar, ‘datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu’, suatu rencana yang jauh lebih murah hati daripada rencana kita sendiri (Georges Madore, SMM 2002: 21).

2) Doa Salam Maria

Pada bagian pertama doa Salam Maria berasal dari Injil Lukas: dua ucapan salam yang disampaikan kepada Maria. Yang pertama oleh Malaikat Gabriel (Luk 1:28) dan yang kedua oleh sepupunya Elisabet (Luk 1:42). Hingga menjelang tahun 600, kedua ayat ini sudah digabungkan dalam misa Minggu Adven ke-4.


(62)

Namun, baru pada abad 12 doa ini menjadi sangat populer. Menjelang abad ke-14 nama Yesus ditambah pada ujungnya. Hal ini berarti bahwa selama hampir 500 tahun (dari abad ke-12 sampai abad ke-16) umat mengucapkan doa Salam Maria sebagai berikut :

Salam Maria Penuh rahmat, Tuhan sertamu.

Terpujilah engkau di antara wanita Dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus.

Bagian kedua doa Salam Maria mula-mula hanya merupakan suatu seruan sebagaimana ditemukan dalam litani para orang kudus :

Santa Maria, Bunda Allah, Doakanlah kami. Amin

Pada doa Salam Maria ini sedikit demi sedikit menjadi lebih panjang, karena doa ini ditambah dengan permohonan untuk dilindungi pada saat kematian. Pada abad petengahan, manusia itu hidup dalam ketakutan akan maut dan akan pengadilan terakhir. Dokumen tertulis yang mencantumkan bagian kedua doa Salam Maria bermunculan sejak 1483. Kebiasaan ini rupanya tersebar cukup cepat di negara-negara Eropa, sebab pada 1568 Paus Pius V mencantumkannya secara resmi dalam brevir Romawi. (Georges Madore, SMM 2002: 22).

3) Kemuliaan

Di dalam Perjanjian Baru kita temukan beberapa rumusan triniter (Mat 28:19; 2 Kor 13:13). Rumusan kemuliaan Kepada Bapa yang dipakai sekarang


(1)

INSTRUMEN PENELITIAN

DOA ROSARIO SEBAGAI SARANA PENGHAYATAN IMAN BUNDA MARIA

BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Identitas Responden 1. Jenis Kelamin

a. Laki-laki b. Perempuan 2. Usia sekarang

a. Di bawah 25 tahun b. Di atas 25 tahun

Tingkat Pemahaman Akan doa Rosario

3. Doa Rosario adalah sebuah sarana doa yang sederhana dan sangat mendalam yang bercorak devosi Maria tetapi pada intinya mengarah pada Kristus. a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

4. Tujuan doa Rosario adalah menimba inspirasi untuk hidup, iman makin kuat, iman makin terwujud dalam perbuatan dan hidup makin terfokus pada Tuhan. a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju


(2)

5. Corak doa Rosario meliputi doa renungan, kisah-kisah dari injil dan doa Kristologis.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

6. Dalam doa Rosario memuat unsur-unsur : doa-doanya, peristiwa-peristiwanya dan cara berdoa Rosario.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

Tingkat penghayatan iman seturut teladan iman Bunda Maria

7. Penghayatan iman seturut teladan iman Bunda Maria berarti kesetiaan meneladani sikap dan tindakan Bunda Maria setiap hari.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

8. Dengan menghayati secara sungguh-sungguh iman seturut teladan iman Bunda Maria mampu menjadikan hidup kita semakin terarah pada Yesus. a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju


(3)

Pelaksanaan penghayatan iman seturut teladan iman Bunda Maria

9. Apakah anda terlibat dalam kegiatan doa Rosario yang diadakan di kampus? a. Selalu terlibat

b. Kadang-kadang terlibat c. Tidak pernah terlibat

10. Apakah anda mempraktekkan sikap dan tindakan kesetiaan Bunda Maria dalam menghadapi persoalan-persoalan perkuliahan?

a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Tidak selalu

11. Apakah anda setuju bahwa doa Rosario sangat berpengaruh dalam hidup anda?

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

12. Apakah anda setuju bahwa dengan berdoa Rosario dapat membantu penghayatan iman?

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

13. Saya meneladan Bunda Maria dengan menyimpan dan merenungkan dalam hati, masalah yang terjadi di dalam masa perkuliahan saya.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju


(4)

Faktor pendukung dan penghambat penghayatan iman seturut teladan iman Bunda Maria.

14. Niat, semangat, dan pemahaman akan doa Rosario dapat mendukung penghayatan iman seturut teladan iman Bunda Maria.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

15. Tempat yang cocok dan suasana yang tenang dapat mendukung penghayatan iman seturut teladan iman Bunda Maria.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

16. Jadwal pelaksanaan doa Rosario dan variasi dalam berdoa Rosario dapat mendukung penghayatan iman seturut teladan iman Bunda Maria.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

17. Rendahnya minat ingin berdoa Rosario dapat menjadi penghambat. a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Kurang setuju d. Tidak setuju

18. Kesibuk kegiatan perkuliahan dan permasalahan dengan orang lain dapat menghambat pemahaman iman seturut teladan iman Bunda Maria.


(5)

Harapan mahasiswa IPPAK untuk meningkatkan penghayatan iman seturut teladan iman Bunda Maria.

19. Selain berdoa Rosario, kegiatan dalam bentuk apa yang dapat meningkatkan penghayatan iman seturut teladan iman Bunda Maria?

a. Ziarah ke Goa Maria b. Novena

c. Angelus

d. ...

20. Apa harapan anda agar dapat meningkatkan penghayatan iman seturut teladan iman Bunda Maria?

a. Pelaksanaan doa Rosario tidak hanya pada bulan Mei dan Oktober saja. b. Adanya variasi dalam berdoa Rosario seperti adanya bacaan Kitab Suci

serta renungan

c. Adanya kesungguhan hati para mahasiswa IPPAK dalam berdoa Rosario d. ...


(6)

Lampiran no.3

HARI INI KU RASA BAHAGIA

Hari ini kurasa bahagia berkumpul bersama saudara seiman Tuhan Yesus tlah satukan kita

Tanpa memandang diantara kita

Bergandengan tangan dalam kasih dalam satu hati Berjalan dalam terang kasih Tuhan

Kau sahabatku, kau saudaraku

Tiada yang dapat memisahkan kita 2x

DALAM YESUS KITA BERSAUDARA

(Kalimat “kita bersaudara” boleh diganti dengan kata “ada cinta kasih, saling melayani”)

Dalam Yesus kita bersaudara Dalam Yesus kita bersaudara Dalam Yesus kita bersaudara Sekarang dan selamanya Dalam Yesus kita bersaudara


Dokumen yang terkait

Kesalahan ejaan dalam skripsi mahasiswa program studi Pendidikan Ekonomi, angkatan 2010, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 0 2

Deskripsi perkembangan iman mahasiswa-mahasiswi kabupaten Kutai Barat program studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma.

3 69 162

Pengaruh mata kuliah program pengalaman lapangan pendidikan Agama Katolik paroki terhadap panggilan mahasiswa menjadi seorang Katekis di program studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3 45 136

Pengaruh pengelolaan waktu belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2009-2012.

0 5 141

Pengaruh Ekaristi terhadap perkembangan hidup rohani mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan KeKhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis.

2 20 241

Peranan doa meditasi bagi peningkatan penghayatan hidup rohani para mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 5 168

Usaha meningkatkan mutu renungan harian di program studi Pendidikan Agama katolik untuk pembinaan spiritualitas katekis bagi mahasiswa Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakart

0 11 138

MANAJEMEN WAKTU MAHASISWA TERHADAP KURIK

0 1 17

Pengaruh penghayatan sakramen tobat terhadap penghayatan tugas pewartaan mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 138

Pembinaan spiritualitas di program studi IImu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai upaya membantu mahasiswa dalam menanggapi panggilannya sebagai katekis - USD Repository

0 2 167