Motivasi Belajar Siswa Pembahasan
Berdasarkan diagram di atas terdapat 75 siswa masuk dalam kategori tinggi, 25 siswa masuk dalam kategori sedang, dan 0 untuk
kategori rendah pada siklus I. Sedangkan, pada siklus II terdapat 100 siswa masuk dalam kategori tinggi dan 0 untuk kategori sedang dan
rendah. Selama proses pembelajaran siswa cenderung aktif terutama dalam
aspek psikomotor. Aspek psikomotor ini semakin meningkat pada siklus II. Siswa terampil menggunakan alatbahan praktikum, siswa tidak
mengalami kesulitan dalam melakukan pembedahan hewan vertebrata, siswa percaya diri menggunakan bahasa yang komunikatif dalam
mempresentasikan hasil pengamatan dan diskusi kelompoknya di depan kelas.
Dari hasil peningkatan motivasi belajar dan aspek psikomotor siswa menunjukkan bahwa metode observasi sangat memotivasi siswa dan
dapat meningkatkan aktivitas psikomotor siswa. Kegiatan observasi mendorong siswa untuk aktif bergerak dan menggunakan psikomotor
mereka secara maksimal. Kegiatan baru yang mereka lakukan juga membuat rasa ingin tahu siswa meningkat sehingga membuat siswa
menjadi aktif untuk bertanya baik kepada guru maupun dengan siswa lainnya. Rasa ingin tahu yang timbul juga memotivasi siswa untuk
mengamati bagian-bagain anatomi dan morfologi pada tiap bagian hewan vertebrata yang baru mereka amati.
Namun, jika cermati lebih detail peningkatan psikomotor dan motivasi belajar siswa terjadi hanya pada saat kegiatan praktikum
pembedahan hewan saja sedangkan pada saat diskusi siswa cenderung
kurang antusias dalam hal belajar sehingga kegiatan belajar siswa yang maksimal hanya terjadi pada saat metode observasi berlangsung. Hal ini
juga yang diduga menyebabkan keberhasilan peningkatan motivasi belajar dan psikomotor siswa tidak berbanding lurus dengan hasil aspek kognitif
siswa. Hal ini terbukti dari hasil observasi yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran bahwa siswa kurang tekun dalam mengikuti kegiatan
diskusi di dalam kelas. Pada saat kegiatan pembelajaran di dalam kelas pemberian materi berlangsung sebagian besar siswa ada yang berleha-
leha di kursi dan berbicara dengan temannya dalam artian lalai dengan tugasnya dan menyebabkan banyak waktu yang terbuang. Tidak adanya
peningkatan aspek kognitif ini juga disebabkan karena manajemen waktu yang kurang baik. Kegiatan observasi membutuhkan manajemen waktu
yang baik untuk menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien agar siswa dapat menyerap pembelajaran dengan waktu yang
sesuai dengan taraf kemampuan intelegensinya. Penjelasan di atas sesuai dengan teori menurut konsepsi Carrol dalam Winkell 2004 yaitu faktor-
faktor yang berperanan dalam belajar siswa adalah: a jumlah waktu yang disediakan; b ketekunan siswa untuk menggunakan waktu yang
disediakan sebaik-baiknya; c jumlah waktu yang dibutuhkan oleh siswa mengingat taraf kemampuan intelektualnya; dan lain-lain.
Rendahnya hasil aspek kognitif ini diduga karena siswa memiliki metode belajar yang kurang baik. Sebagian besar siswa tidak mengulangi
bahan pelajaran atau menghafalkan dan memahami materi di rumah. LKS yang diberikan tidak dibaca kembali bahkan ada beberapa siswa yang
menghilangkan LKS sehingga tidak ada bahan yang bisa digunakan untuk