Loyalitas Pemakai Kendaraan pribadi

Kerjasama Bappeda Kota Bandung LQC Unpad 42 P0115

7. Loyalitas Pemakai Kendaraan pribadi

Diagram 6. Loyalitas Pemakai Kendaraan Pribadi 40 dari Pengguna kendaraan pribadi roda dua memiliki kecenderungan untuk beralih ke kendaraan umum sedangkan pengguna kendaraan pribadi roda empat yang akan beralih ke kendaraan umum adalah sebanyak 50. Switching Behaviour dari Kendaraan Pribadi ke Kendaraan Umum cenderung terjadi jika kendaraan umum memiliki faktor-faktor daya tarik seperti ditampilkan pada Diagram 7. Diagram 7. Kecenderungan Perpindahan dari kendaraan pribadi ke angkutan umum 84,8 Kerjasama Bappeda Kota Bandung LQC Unpad 43 P0115 Terdapat empat faktor dominan yang memiliki kontribusi sebesar 84,8 terhadap kecenderungan warga untuk beralih dari kendaran pribadi ke kendaraan umum. Empat faktor tersebut berkaitan dengan waktu, kelaikan,tarif, dan keamanan. Faktor waktu yang dipersyaratkan oleh warga membutuhkan program terobosan karena hal tersebut terkait dengan kinerja angkutan umum yang diharapkan dapat memberikan layanan yang cepat melalui jalur yang khusus diperuntukan bagi tarnsportsi massal. Di samping itu fasilitas angkutan umum ini juga dituntut untuk beroperasi 24 jam. Deskripsi Faktor kelaikan kendaraan meliputi kelaikan kendaraan secara fisik dengan jumlah penumpang yang sesuai dengan standar kapsitas kendaraan dan bebas dari polusi seperti asap rokok atau asap knalpot. Faktor kelima yang tidak kalah penting adalah kemudahan akses berfitur rute terpadu. Kunci sukes moda angkutan umum adalah akses dari rumah atau kantor ke atau dari stasiun. Penggunaan angkutan umum bukan hal mudah, karena tidak cukup hanya pembangunan fisik, tetapi memerlukan perubahan signifikan dalam cara orang bertransportasi. Perubahan dari pemakaian mobil pribadi menjadi berjalan dan naik angkutan umum kemudian duduk berjejal dalam suasana tidak nyaman secara lama, hal itulah yang harus di atasi. Kerjasama Bappeda Kota Bandung LQC Unpad 44 P0115

IV.2 INTERPRETASI HASIL SURVEI 1. Analisis Kinerja-Dampak Kota Bandung

Sebagaimana telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, sistem pengukuran kepuasan terbaik hanya dapat menyediakan informasi, ia tidak dapat memberikan keputusan. Proses pergerakan dari informasi ke pengambilan keputusan sangat bertumpu pada analisis dampak-kinerja sebagaimana diperlihatkan pada strategic satisfaction matrix berikut ini: Diagram 8. Strategic Satisfaction Matrix Kota Bandung Matriks pada Diagram 8 menetapkan garis batas 0.5 pada sumbu horizontal dan skor 50 pada sumbu vertikal.Seyogyanya penetapan garis-garis batas tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan manjerial. Hal ini karena setiap skor akan memberikan konsekuensi manajerial. Penetapan Garis batas sumbu vertikal berkaitan dengan kebijakan manajerial tentang seberapa besar nilai targert kinerja yang akan dipatok. Hal ini menunjukkan tingkat aspirasi manajemen dalam merespons persepsi kinerja masyarakat. Kerjasama Bappeda Kota Bandung LQC Unpad 45 P0115 Semakin tinggi target maka semakin sedikit jumlah aspek yang akan menjadi competitive advantage pemerintah kota Bandung . Demikian juga jika garis batas pada sumbu horizontal semakin ke kanan. Pada laporan ini diberikan ilustrasi dengan mengambil nilai default 50 untuk sumbu vertikal dan 0.5 untuk sumbu horizontal. Konsekuensi dari batas- batas tersebut terhadap konfigurasi kuadran-kuadran diperoleh informasi sebagai berikut: Competitive Advantage pemerintah Kota Bandung 1. Kelayakan Kendaraan Angkutan Umum 2. Memicu Kerawanan di Angkutan Umum 3. Fungsi Pengaman Lalu-lintas 4. Kondisi Jalan 5. Keamanan 6. Penanganan Sampah 7. Pemenuhan Air Bersih 8. Penataan Pasar tradisional dan pertokoan 9. Kinerja Pelayanan 10. Kejelasan persyaratan dan akurasi pendataan 11. Penyalahgunaan Wewenang 12. Perumahan 13. Ketertiban sosial setempat 14. Akses menuju pelayanan kesehatan 15. Penegakan Aturan 15 aspek di atas merupakan keunggulan kompetitif Pemerintah Kota Bandung. Ini adalah wilayah yang memuat factor-faktor yang dipersepsi penting oleh penduduk dan penduduk mempersepsi factor-faktor tersebut memiliki kinerja baik. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan atau ditingkatkan karena dalam 15 isu ini pemerintah Kota Bandung dipersepsi unggul dimata penduduk Bandung. Competitive Vulnerability pemerintah Kota Bandung 1. Pengentasan Banjir 2. Penertiban PKL 3. Bantuan Wirausaha 4. Ketertiban Sosial Kota 5. Kesejahteraan pekerja 6. Tingkat Pengangguran 7. Pengelolaan Parkir Kerjasama Bappeda Kota Bandung LQC Unpad 46 P0115 Ke-7 aspek di atas merupakan attributes to improve atau Focus of Improvement. Competitive Vulnerability Selanjutnya disingkat CV. Merupakan titik lemah pemerintah Kota Bandung. Ini adalah wilayah yang memuat isu-isu yang dipersepsi penting oleh penduduk Bandung tetapi pada kenyataannya hal-hal tersebut memperoleh skor kepuasan yang masing sangat rendah. Kinerja isu-isu yang masuk dalam kuadran ini harus ditingkatkan, pemerintah kota harus melakukan program total continuous improvement sehingga performance variable yang ada dalam kuadran ini bergeser ke kuadran CA Maintain Reduce [Low Impact and Strong Performance] 1. Tempat rekreasi 2. Wisata Kuliner 3. Sarana Rekreasi 4. Biaya Rekreasi 5. Tarif Angkutan Umum 6. Pengaturan Lalu-lintas 7. Manfaat pasar modern 8. Kemudahan mencapai pertokoan 9. Kewajaran harga kebutuhan 10. Keramahan Masyarakat Kota 11. Penerimaan Peserta didik baru 12. Kelayakan pendapatan Pengajar 13. Kemampuan dalam menyembuhkan 14. Biaya layanan Kesehatan 15. Seni dan Budaya 16. Kewajaran Tarif Parkir 17. Sarana Olah Raga 18. Sarana Ibadah Pada Kuadran ini Pemerintah Kota Bandung disarankan untuk membuat program Maintain atau Reduce Investment MRI . Ini adalah wilayah yang memuat isu-isu yang dipersepsi tidak penting oleh penduduk Bandung. Hati-hati membuat keputusan di wilayah ini karena kategori ini bisa memuat satisfaction drivers yang dalam persepsi Kerjasama Bappeda Kota Bandung LQC Unpad 47 P0115 penduduk merupakan hal mendasar dan diperlukan sehingga jika terjadi reduksi kinerja berdampak pada kepuasan penduduk Don’t waste Resources [Low Impact and Weak Performance] 1. Dekorasi Jalan 2. Kemacetan 3. Kelayakan Fasilitas Jalan 4. Tingkat Polusi 5. Pekerja kontrakoutsourching 5 isu di atas menggambarkan situasi dalam hal program pemerintah dipersepsi kurang penting oleh penduduk dan kinerja pemerintah juga dipersepsi tidak baik. Secara teori, peningkatan variable-variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh penduduk sangat kecil. Fenomena ini disebut Inconsequential dan pemerintah disarankan Don’t waste the resources, selanjutnya disingkat IDWR. Interpretasi lain fenomena ini mengacu pada pemikiran bahwa hanya informasi-informasi yang dianggap pentinglah yang dipedulikan. Keempat fenomena itu tidak dipedulikan oleh warga karena fenomena tersebut merupakan stimulus yang tidak lagi menjadi drive untuk memotivasi suatu gerakan. Hal ini dapat dijelaskan oleh sikap apatisme atau skeptic sebagai produk frustasi akibat dari berlarut- larutnya penyelesaian suatu permasalahan . Analisis mendalam dan sistemik dari model persepsi penduduk Bandung terhadap berbagai aspek pembangunan di Kota Bandung dipresentasikan dalam diagram jalur Tingkat kontribusi masing-masing aspek pembangunan terhadap indeks kepuasan masyarakat kota Bandung disajikan secara komprehensif pada Diagram 9. Kerjasama Bappeda Kota Bandung LQC Unpad 48 P0115 Kerjasama Bappeda Kota Bandung LQC Unpad 49 P0115 Kerjasama Bappeda Kota Bandung LQC Unpad 50 P0115 Diagram 9. Tingkat Kontribusi Masing-Masing Aspek Pembangunan Terhadap Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Bandung Kerjasama Bappeda Kota Bandung LQC Unpad 51 P0115 Diagram 9. memuat level-level Informasi. Sebagai ilustrasi, untuk aspek Penanganan Banjir, informasi dampak pada diagram 9 menunjukkan attribute level impact 0.51 pada atribut N1-Fungsi Gorong-gorong dalam Mengatasi Banjir. Hal ini memberi informasi bahwa 1 unit perubahan pada atribut ini atau item pertanyaan yang berkaitan dengan Fungsi Gorong-gorong dalam Mengatasi Banjir pada kuesioner berasosiasi dengan 0.51 unit perubahan pada indeks benefit Penanganan Banjir. Sedangkan Benefit level impact 0.0441 pada aspek Penanganan Banjir menunjukkan bahwa satu unit perubahan pada indek benefit Penanganan Banjir berasosiasi dengan peningkatan sebesar 0.0441 unit pada Indeks Kepuasan. Penjelasan yang sama berlaku untuk 21 aspek lainnya Konsekuensi dari nilai default 50 untuk skor target manajerial dan 0.5 untuk skor dampak maka konfigurasi informasi pada kuadran-kuadran untuk empat Area disajikan pada bagian 2,3,dan 4 .

2. Analisis Kinerja-Dampak Area 1 Kota Bandung