LATAR BELAKANG PERSEPSI KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PEMERINTAH KOTA BANDUNG.

Kerjasama Bappeda Kota Bandung LQC Unpad 1 P0115

BAB I. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Secara mendasar, tugas pemerintah kota ialah memecahkan problem dan mengakomodasi keinginan penduduk melalui program kerja dan kebijakan pemerintah ynang efektif. Pemahaman pemerintah kota mengenai problem dan keinginan penduduk bukan saja merupakan modal kerja tetapi juga merupakan penggerak mula roda pemerintahan kota. Bagaimana cara pemerintah kota menyusun program kerja dan kebijakan yang mampu memecahkan problem dan mengakomodasi keinginan penduduk? Cara yang paling mudah, murah, dan sering dilakukan ialah dengan mengumpulkan para pakar untuk menyusun program kerja dan kebijakan. Pendekatan inilah yang telah digunakan oleh pemerintah Kota Bandung dalam menyusun dokumen Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Bandung 2005- 2025. Tapi, apakah program kerja dan kebijakan yang disusun oleh para pakar ini sejalan dengan problem dan keinginan penduduk? Apakah para pakar tersebut benar-benar mendengarkan dan memahami problem dan keinginan penduduk? Atau, apakah para pakar itu membuat rekomendasi berdasarkan persepsinya tentang problem dan keinginan penduduk? Dalam sebuah survey, Zeithaml et. al 1990 meminta sekelompok eksekutif bank untuk menyebutkan faktor-faktor kualitas yang penting di mata pelanggan. Zeithaml juga meminta sekelompok pelanggan untuk menyebutkan faktor-faktor kualitas tersebut. Hasil survey menunjukkan bahwa ada faktor-faktor kualitas yang disebutkan oleh kelompok pelanggan namun gagal disebutkan oleh kelompok eksekutif. Survey ini menunjukkan bahwa persepsi mengenai pelanggan yang dimiliki oleh para eksekutif tersebut tidak lengkap, bahkan bias. Hal senada juga dilontarkan oleh Johnson dan Gustafsson 2000 bahwa dalam mengumpulkan informasi customer, sebuah organisasi seringkali hanya melihat dari kacamata organisasi, bukan dari kacamata customer sebagaimana mestinya. Paparan di atas menunjukkan bahwa cara yang terbaik untuk mengetahui problem dan keinginan penduduk adalah dengan jalan mendengarkannya langsung dari penduduk. Namun, penduduk suatu kota merupakan populasi yang sangat besar sehingga melakukan sensus untuk mengetahui problem dan keinginan penduduk memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang lama. Jalan satu-satunya ialah Kerjasama Bappeda Kota Bandung LQC Unpad 2 P0115 dengan melakukan survey terhadap sampel penduduk. Tantangannya adalah, bagaimana menentukan sampel penduduk agar survey menghasilkan problem dan keinginan penduduk secara lengkap, detil, dan representatif? Perlu pula diingat bahwa kalangan penduduk tertentu tidak begitu artikulatif dalam mendefinisikan problem dan keinginannya. Sayang sekali, ketika mencari literatur yang menyajikan metodologi untuk mengungkap problem dan keinginan penduduk Kota, penulis tidak menemukannya. Banon 2003, 2003b, 2004 dan Baines et. al. 2000 menyarankan kerangka kerja frame work untuk mengungkap keinginan masyarakat. Walaupun kerangka kerja ini memuat prinsip-prinsip pemasaran secara umum seperti segmentasi pasar namun tujuan dari kerangka kerja ini ialah pemenangan kampanye partai politik. Tentu saja langkah-langkah seperti market targetting dan market positioning tidak cocok diterapkan dalam penelitian ini karena pemerintah Kota Bandung tidak memiliki pesaing. Selain itu, segmentasi yang disarankan juga adalah segmentasi untuk memetakan preferensi politik. Johnson dan Gustafsson 2000 menyarankan penggunakan critical incident technique CIT dan Zeithaml et. al. 1990 menyarankan focus group discussion untuk mengumpulkan persepsi customer terhadap suatu produk. Hal ini juga tidak cocok dilakukan dalam penelitian ini karena yang ingin diungkapkan adalah problem dan keinginan bukannya persepsi penduduk terhadap produk layanan pemerintah. Karena metodologi khusus yang dapat digunakan langsung untuk mengungkap problem dan keinginan penduduk suatu kota belum pernah dipublikasikan maka perlulah dikembangkan metode baru untuk keperluan tersebut. Metode baru tersebut harus mampu mengungkap problem dan keinginan masyarakat secara lengkap, detil, dan dapat mewakili seluruh lapisan penduduk. Metode baru tersebut harus melibatkan segmentasi penduduk seperti yang disarankan Bannon 2004 dengan sedikit modifikasi. Alih-alih untuk mengidentifikasi preferensi politik, segmentasi tersebut harus ditujukan untuk mengidentifikasi kelompok- kelompok penduduk yang bersifat relatif homogen. Metode tersebut juga harus mempertahankan sifat terbuka terhadap persepsi penduduk sebagaimana disarankan oleh Johnson 2000. Hal ini dapat dilakukan dengan sedikit memodifikasi metodologi CIT terutama pada langkah penentuan protokol wawancara. Alih-alih ditujukan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap Kerjasama Bappeda Kota Bandung LQC Unpad 3 P0115 suatu produk, wawancara harus ditujukan untuk mengksploitasi problem dan keinginan penduduk. Dengan demikian penelitian ini memberikan dua kontribusi utama yaitu membantu pemerintah Kota Bandung dalam mengungkap problem dan keinginan penduduk dan dikembangkan serta diujinya metodologi baru untuk mengungkap problem dan keinginan penduduk. Tidak adanya laporan penelitian mengenai penelitian semacam ini hanya menunjukkan dua kemungkinan : penelitian semacam ini belum pernah dilakukan atau penelitian semacam ini tidak dipublikasikan.

2. PERMASALAHAN