Pengaruh Variasi Beban Terhadap Nilai Efisiensi Turbin Uap Pengaruh Variasi Beban Terhadap Nilai Efisiensi Kondensor

bakar 1 meningkat menjadi 36,17. Meningkatnya efisiensi ruang bakar 1 disebabkan energi keluaran yang semakin meningkat. Nilai efisiensi ruang bakar 2 pada beban 70 MW 31,38 meningkat menjadi 33,51 pada beban 80 MW. Meningkatnya efisiensi ruang bakar 2 disebabkan meningkatnya energi keluar. Pada beban 90 MW nilai efisiensi ruang bakar 2 menurun menjadi 32,77. Menurunnya efisiensi ruang bakar 2 disebabkan energi masuk lebih besar dari energi keluar. Pada beban 100 MW nilai efisiensi ruang bakar 2 meningkat menjadi 34,94 pada beban 100 MW. Meningkatnya efisiensi ruang bakar 2 disebabkan energi keluar yang semakin meningkat. Nilai efisiensi ruang bakar 3 pada beban 70 MW 31,84 meningkat menjadi 34,44 pada beban 80 MW. Meningkatnya efisiensi ruang bakar 3 disebabkan energi keluar yang meningkat. Pada beban 90 MW nilai efisiensi ruang bakar 3 menurun menjadi 33,54. Menurunnya efisiensi ruang bakar 3 disebabkan energi masuk lebih besar dari energi keluar. Pada beban 100 MW nilai efisiensi ruang bakar 3 meningkat menjadi 36,99 pada beban 100 MW. Meningkatnya efisiensi ruang bakar 3 disebabkan energi keluar yang semakin meningkat. Dari gambar 4.12 nilai efisiensi ruang bakar 3 lebih baik dari ruang bakar 1 dan ruang bakar 2 disebabkan energi keluaran yang lebih besar.

4.3.3 Pengaruh Variasi Beban Terhadap Nilai Efisiensi Turbin Gas 1, Turbin Gas 2 dan Turbin Gas 3

Gambar 4.13 menunjukan nilai efisiensi turbin gas 1 pada beban 70 MW 67,14 menurun menjadi 66,09, 65,66 dan 64,41 pada beban 80 MW, 90 MW dan 100 MW. Menurunnya efisiensi turbin gas 1 disebabkan energi masuk lebih besar dari energi keluar. Nilai efisiensi turbin gas 2 pada beban 70 MW 67,59 menurun menjadi 66,52, 65,54 dan 64,70 pada beban 80 MW, 90 MW dan 100 MW. Menurunnya Gambar 4.13 Grafik Efisiensi Turbin Gas Terhadap Beban efisiensi turbin gas 2 disebabkan energi masuk lebih besar dari energi keluar. Nilai efisiensi turbin gas 3 pada beban 70 MW 67,44 menurun menjadi 66,37, 65,75 dan 64,44 pada beban 80 MW, 90 MW dan 100 MW. Menurunnya efisiensi turbin gas 3 disebabkan energi masuk lebih besar dari energi keluar. Dari gambar 4.13 nilai efisiensi turbin 2 lebih baik disebabkan energi keluar dan energi masuk lebih kecil dari turbin 1 dan turbin 3.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal pada Kota di Pulau Sumatera

3 155 93

Analisis Flypaper Effect Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Belanja Daerah Terhadap Efisiensi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

3 74 100

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Daerah di Provinsi Aceh

1 50 99

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Di Kabupaten Dan Kota Provinsi Aceh

5 75 107

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Jambi

6 89 104

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Langsung Pemerintah Kabupaten/Kota Di Sumatera Barat

3 56 90

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat periode Tahun 2009-2012

1 17 161

PENGARUH EFISIENSI BEBAN OPERASI TERHADAP PROFITABILITAS PT INDONESIA POWER UNIT BISNIS PEMBANGKITAN SAGULING.

0 0 43

Analisis laju kerusakan exergy dan efisiensi exergy mesin PLTGU PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan Semarang.

2 14 88

ANALISA SISTEM EKSITASI GENERATOR SINKRON 3 PHASA GTG 1 DI PLTGU UNIT 1 SEKTOR PENGENDALIAN PEMBANGKITAN KERAMASAN

0 0 14