Gambar 2b.
Grafik Fluktuasi Parameter Kualitas Air NO
2
,NO
3
,MBAS,Fenol,Fe,Zn,E.colie Sungai Anak Sungai - Agustus 2010
Catatan : S.Ciliwung CLW, S.Cibalok CBL,
S.Ciparigi CPG, S.Ciluar CLR, S.Cisadane CSD, S.Cisindangbarang
CSB, S.Cianten CTN, S.Cipakancilan CPK, S.Cidepit CDP
3.1.4. Limbah Cair Rumah Tangga
Sebagian besar pembuangan limbah cair rumah tangga di Kota Bogor dalam pengolahannya menggunakan septic tank dengan peresapan ke dalam tanah
dan sebagian kecil dengan penyedotan oleh truk tinja yang kemudian dilakukan pengolahan akhir di IPAL Tegal Gundil. Hanya sedikit saja pengolahan akhir
limbah rumah tangga yang menggunakan instalasi pengolahan yaitu IPAL Tegal Gundil sekitar ±300 SR yang melayani perumahan Perumnas Bantarjati kelurahan
Tegal Gundil. Namun meskipun demikian masih banyak area permukiman yang belum terlayani dengan pengolahan akhir limbah cair rumah tangga yang layak
yang umumnya merupakan area permukiman kumuh yang berada pada bantaran sungai dimana pembuangan akhir limbah cair rumah tangga langsung dibuang ke
sungai seperti : kawasan kumuh di RT 03 RW 04 kelurahan Cimahpar kecamatan Bogor Utara yang berada pada bantaran sungai cimaridin dimana terdapat 9 unit
rumah yang dihuni oleh 14 KK yang belum memiliki fasilitas jamban; kawasan kumuh RT 01 RW 02 kelurahan Cibuluh kecamatan Bogor Utara dimana 97
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI
23
Buku Putih Sanitasi Kota Bogor
rumah belum memiliki jamban keluarga; kawasan kumuh RT 01 RW 07 kelurahan Batu Tulis kecamatan Bogor Selatan; RT 02 RW 07 kelurahan Situ Gede
kecamatan Bogor Barat; RT 02 RW 08 kelurahan Menteng kecamatan Bogor Barat; RT 03 RW 04 kelurahan Pabaton kecamatan Bogor Tengah; RT 02 RW 03
kelurahan Sukasari kecamatan Bogor Timur; dan RT 02 RW 07 kelurahan Kencana kecamatan Tanah Sareal. Lokasi-lokasi tersebut merupakan kawasan
kumuh, padat penduduk serta belum memiliki fasilitas sanitasi yang layak dan sehat. Secara umum tingkat kepemilikan jamban di Kota Bogor pada tahun 2009
baru mencapai 74,27. Untuk pengolahan akhir limbah rumah tangga yang menggunakan septic tank dimana penyedotannya menggunakan truk tinja milik
swasta umumnya tidak diolah dan langsung dibuang ke sungai sehingga mencemari sungai.
3.1.5. Limbah Padat Sampah a
Timbulan Sampah Kota Bogor Sampah Kota Bogor adalah sampah yang berasal dari 1 perumahan 2 kantor,
sekolah, rumah sakit dan sejenisnya non patogen, gedung umum lainnya 3 pasar, pertokoan, bioskop, restoran 4 pabrikindustri yang sejenisnya dengan sampah
permukiman tidak berbahaya dan beracun, 5 penyapuan jalan, taman, lapangan 6 pemotongan hewan, kandang hewan, 7 bongkaran bangunan 8 instalasi pengolahan
sampah.
Berdasarkan data DLHK Kota Bogor Rata-rata produksi sampah tiap orangnya adalah 2,66 literoranghari, data ini tidak begitu jauh dari hasil survey lapangan
konsultan, yang menghasilkan produksi sampah tiap orangnya sebesar 2.50. Dengan mengalikan data tersebut terhadap jumlah penduduk, maka perkiraan potensi sampah di
Kota Bogor pada tahun 2005 yaitu sekitar 2,137.71 M3hari. Lebih lengkapnya dapat dilihat tabel berikut.
Tabel 3.24 Timbulan Sampah Kota Bogor Tahun 2001 – 2005
N o
Kecamatan Kelurahan
Jumlah Timbunan Sampah M
3
Hari 2001
2002 2003
2004 2005
1 BOGOR UTARA
340,74 345,93
361,48 370,27
373,9 5
2 BOGOR TIMUR
192,56 201,87
209,81 209,77
217,4 5
3 BOGOR
SELATAN 375,75
386,56 400,01
408,24 416,8
6
4 BOGOR TENGAH
231,09 239,23
249,48 252,91
257,9 4
5 BOGOR BARAT
417,13 438,36
454,99 461,16
476,0 5
6 TANAH SAREAL
343,64 361,63
376,00 376,59
395,4 7
TOTAL KOTA BOGOR
1.900,9 1
1.973,5 6
2.051,7 7
2.078,9 3
2.137,7 1
Sumber : DLHK Kota Bogor
Jumlah timbulan sampah Kota Bogor pada lima tahun terakhir menunjukan angka
yang terus meningkat yaitu dari 2.078,93 M
3
hari pada tahun 2004 bertambah menjadi
2.131,71 M
3
hari pada tahun 2005, berbanding lurus dengan pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya.
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI
24
Buku Putih Sanitasi Kota Bogor
b
Komposisi dan Kandungan Sampah Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2 yaitu sampah organik biasa disebut
sebagai sampah basah dan sampah anorganik sampah kering. Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll.
Sampah jenis ini dapat terdegradasi membusukhancur secara alami. Sebaliknya sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, dan lain-lain tidak dapat terdegradasi secara alami.
Menurut data dari DLHK, sampah terbanyak dihasilkan oleh permukiman dan pasar tradisional. Sampah pasar khusus seperti sayur mayur dan pasar buah, jenisnya
relatif seragam, sebagian besar 95 berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari permukiman umumnya sangat beragam, secara
umum komponen organik yang ada adalah 58 didalam sampah yang dibawa ke TPA Galuga. Sedangkan 27,1 lainnya adalah komponen anorganik yang karakteristiknyan
berupa bahan-bahan seperti yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.25. Perbandingan Sumber Timbulan Sampah Kota Bogor Tahun
2005
No Sumber Timbulan
Volume Sampah Hari M3 Jumlah
Prosentase
1 Permukiman
1.340 63,09
2 Komersial Jalan
308 14,50
3 Pasar
282 13,28
4 Industri, dlll
201 9,13
5 Total
2.131 100
Rata-rata sampah literoranghari
2,66
Sumber : DLHK Kota Bogor, Tahun 2005
Berdasarkan data dari DLHK pada Tahun 2007, rata-rata komposisi sampah Kota Bogor adalah sebagai berikut sebagai berikut :
Volume Sampah : 2 – 3 ltkapitahari
Berat Sampah : 0,5 kgkapitahari Sampah Organik
: 75 – 95 Komponen lain :
•
Kertas : 7
•
Kayu : 1
•
Plastik : 13
•
Gelas : 2
•
Lainnya : 3
Tabel 3.26. Komposisi karakteristik Sampah Kota Bogor, Tahun 2005
No Komposisi
Volume M3 Hari
Presentas e
A Organik
1.492,20 70
1 Sisa Makanan, sayur, dll
1.470, 88
69 2
Sampah Pohon 21,
32 1
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI
25
Buku Putih Sanitasi Kota Bogor
B Anorganik
639, 51
30 1
Plastik 277,
12 13
2 Kertas
149, 22
7 3
Baju, Tekstil 21,
32 1
4 Logam
42, 63
2 5
Gelas 42,
63 2
6 Karet, Kulit
42, 63
2 7
Lain-lain 63,
95 3
Jumlah 2.131,
71 100
Sumber : DLHK Kota Bogor, Tahun 2005
c
Pola Pengumpulan Tempat Pembuangan sampah Sementara TPS
TPS adalah tempat pembuangan sampah sementara yang disediakan oleh pemerintah daerah atau partisipasi masyarakat untuk menampung sampah buangan dari
masyarakat. Sampah dari TPS berasal dari sampah hasil pengangkutan gerobak yang kemudian dimuat kedalam menuju TPA.
Pada beberapa daerah yang padat penduduknya TPS sangat kecil dan tidak cukup untuk menampung sampah yang ditimbulkan. Hal tersebut akan mengakibatkan timbulan
sampah yang tidak terangkat, dan bila terdekomposisi akan menimbulkan bau dan akan mengundang lalat.
TPS yang tersedia di Kota Bogor berjumlah 516 unit, umumnya kondisinya memerlukan perbaikan fisik dan peningkatan operasional berupa pengaturan jadwal
pembuangan dan pengangkutan, sehingga jangka waktu penumpukan sampahnya tertentu dan tidak lebih dari 1 hari. Hampir seluruh TPS yang terbuat dari bata tidak mempunyai
penutup, sehingga saat hujan sampah tercampur dengan air, yang dapat menimbulkan bau dan terjadi kontaminasi air hujan oleh sampah, yang mengalir di sepanjang jalan.
Tabel 3.27. Jumlah Tempat Penampungan Sementara TPS Bak Container
No .
Kecamatan VolM
3
Jumlah Baik
1 Bogor Selatan
138 23
23 2
Bogor Timur 60
10 10
3 Bogor Utara
48 8
8 4
Bogor Tengah 162
27 27
5 Bogor Barat
66 11
11
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI
26
Buku Putih Sanitasi Kota Bogor
6 Tanah Sareal
42 7
7 Jumlah
516 86
86
Sumber : DLHK Kota Bogor, Tahun 2005
Depo Pengalihan Depo pengalihan atau transfer depo adalah tempat gerobak memindahkan
sampahnya langsung ke truk sampah untuk dibawa ke TPA. Jumlah transfer depo di Kota Bogor adalah 8 unit. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.28. Lokasi Transfer Depo di Kota Bogor
No Transfer Depo
Lokasi
1 Depo Sempur
Kel. Sempur Kec. Bogor Tengah
2 Depo Bantar Kemang
Kel. Baranangsian Kec. Bogor Timur
3 Depo Tegal Gundil 1
Kel. Tegal Gundil Kec. Bogor Utara
4 Depo Tegal Gundil 2
Kel. Tegal Gundil Kec. Bogor Utara
5 Depo Tegalega
Kel. Tegalega Kec. Bogor Tengah
6 Depo Cibogor
Kel. Cibogor Kec. Bogor Tengah
7 Depo Menteng Asri
Kel. Menteng Kec. Bogor Barat
8 Depo Cipaku
Kel. Cipaku Kec. Bogor Selatan
Sumber : JABODETABEK Waste Management Corporation JWMC Consultan Suport,2006
Pembuangan Akhir TPA Galuga yang berlokasi di Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten
Bogor merupakan Tempat Pembuangan Akhir sampah yang dihasilkan oleh Kota Bogor. Lokasi TPA Galuga kurang lebih 2 Km dari jalan raya antara Bogor – Leuwiliang dan
kurang lebih 15 Km dari Kota Bogor. Kondisi jalan menuju lokasi datar dan baik, lebar 4 m, serta ada pemutaran truck. Luasan TPA, 13.6 ha, metode pengolahannya melalui
Control landfil dengan cara penumpukanpenutupan sampah dengan tanah di lahan yang telah disediakan untuk dibiarkan sampai dengan membusuk. Namun karena curah hujan
yang tinggi, maka sampah memerlukan waktu yang lama untuk pembusukannya. Penanganan TPA dengan open dumping tersebut menyebabkan terjadinya kerusakan
lingkungan karena bau yang ditimbulkan dari sampah yang terdekomposisi, sehingga bau tersebut mengundang lalat yang dapat menyebabkan berbagai penyakit menular. Selain
hal tersebut tanah maupun air permukaan dan air bawah tanah terkontaminasi oleh cairan lindi yang timbul karena kolam lindi di TPA tidak berfungsi dengan baik sehingga masih
ada cairan lindi yang tidak masuk ke kolam lindi.
Pengangkutan Kegiatan selanjutnya adalah berkaitan dengan pengangkutan sampah dari
tempat timbulan sampah ke Tempat Pembuangan Sementara TPS. Pengangkutan sampah Kota Bogor umumnya dilakukan dengan mengunakan gerobak atau truk sampah
yang dikelola oleh kelompok masyarakat maupun petugas DLHK. Berdasarkan hasil
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI
27
Buku Putih Sanitasi Kota Bogor
pengamatan hal-hal yang terjadi pada pengangkutan sampah tersebut adalah ceceran sampah maupun cairannya sepanjang rute pengangkutan. Memindahkan sampah dari
tempat pembuangan sampah sementara yang hanya ditimbun dan tidak ditempatkan pada tempat penampungan akan menyebabkan kesulitan pada saat memindahkan sampah
tersebut. Proses pemindahan tersebut harus dilakukan cepat agar tidak menggangu kelancaran lalulintas dan penggunaan truk pengangkut menjadi efisien.
Banyaknya sampah yang harus diangkut akan memerlukan banyak truk pengangkut, dengan keterbatasan jumlah truk yang dimiliki oleh DLHK, ritasi truk
pengangkut menjadi lebih tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan biaya perawatan truk pengankut akan meningkat dan masa pakai kendaraan pengangkut akan semakin pendek.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah waktu tempuh ke TPA, jarak tempuh dan kondisi jalan yang kurang memadai menyebabkan waktu tempuh menjadi
lama, sulitnya memperoleh lahan yang sesuai untuk TPA pada kawasan perkotaan menyebabkan waktu dan jarak tempuh ke TPA menjadi lebih lama dan lebih panjang.
Fasilitas transfer dan transport yang digunakan oleh DLHK Kota Bogor dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.29. Potensi Armada Penanggulangan Sampah Di Kota Bogor
No. Kecamatan
Dump Truck
Arm Roll
Bak Containe
r Pick
Up Motor
gerobak
1 Bogor Selatan
6 -
23 -
- 2
Bogor Timur 10
- 10
- -
3 Bogor Utara
7 -
8 -
- 4
Bogor Tengah 15
- 27
- -
5 Bogor Barat
8 -
11 -
- 6
Tanah Sareal 9
- 7
- -
Jumlah 63
22 86
5 5
Sumber : DLHK Kota Bogor, Tahun 2005
Keterangan :
•
Untuk route arm roll tidak dibagi wilayah
•
Untuk route kijang pick up dan motor gerobak tidak dibagi perwilayah keliling
Perkembangan kondisi penanganan persampahan di Kota Bogor secara mendetil dan lebih update disajikan pada sub-bab
3.3 3.1.6. Drainase Lingkungan
Kota Bogor merupakan daerah yang bervariasi atau bergelombang dengan perbedaan ketinggian yang cukup besar, bervariasi antara 200 – 350 m diatas permukaan
laut, titik tertinggi berada di sebelah Selatan dengan ketinggian 350 meter di atas permukaan laut dan titik terendah berada di sebelah Utara dengan ketinggian 190 meter di
atas permukaan laut. Morfologi tanahnya terbagi dalam dua hamparan, di sebelah Selatan relatif berbukit-bukit kecil dan di sebelah Utara merupakan daerah dataran dengan
kemiringan lereng dapat dilihat pada Sub-bab sebelumnya.
Dilihat dari proporsinya, pada tahun 2009 permukiman mendominasi peningkatan penggunaan lahan mencapai
± 36 dari tata guna lahan permukiman tahun 2005. Hal ini
dapat dipahami karena setiap tahunnya sektor permukiman terus mengalami peningkatan karena adanya tuntutan kebutuhan yang tinggi dari masyarakat Kota Bogor. Pada kondisi
eksisting, penggunaan lahan lainnya terdistribusi dengan proporsi rata-rata dibawah ±
5
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI
28
Buku Putih Sanitasi Kota Bogor
kecuali untuk pertanian, ruang terbuka hijau dan lapangan olahraga masing-masing mencapai
± 27 , 15 dan 7.
Dengan meningkatnya penggunaan lahan permukiman sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah 2009, maka dalam perencanaan sarana drainase perlu diperhatikan
meningkatnya koefisien tutupan lahan. Peningkatan koefisien tutupan lahan akan menyebabkan meningkatnya debit run off yang terjadi ketika banjir.
Dari hasil analisis perhitungan dan laporan WJEMP tahun 2004, diperoleh kesimpulan bahwa erosi tanah tergantung dari kondisi daerah aliran sungai antara lain;
cuaca, kemiringan lereng, geologi dan tataguna lahan. Walaupun data akurat tentang laju erosi di wilayah Kota Bogor sangat terbatas tetapi berdasarkan analogi dengan laporan
terdahulu diperkirakan bahwa laju erosi daerah aliran sungai di Kota Bogor tidak jauh berbeda dengan di wilayah Jabodetabek sebesar 100 tonhatahun.
Partikel tanah yang tererosi dikelompokkan berdasarkan ukuran butiran yang meliputi, lempung, lanau, pasir dan batu kerikil. Berdasarkan laporan WJEMP dinyatakan
bahwa ukuran partikel D50, dari material dasar sungai berkisar antara 0,18 mm dan 2,05 mm atau pasir halus sampai pasir agak kasar.
Material tersuspensi menunjukkan ukuran partikel dengan kisaran D50 dari 0,002 mm - 0,15 mm atau lempung sampai lanau. Dengan menggunakan cara analogi
diperkirakan ukuran partikel tanah yang tererosi dihulu daerah aliran sungai di Kota Bogor tidak jauh berbeda dengan di wilayah Jabodetabek dan saat ini mendekati nilai
diatas. Pengerukan sedimen perlu dilakukan sedini mungkin untuk menekan resiko banjir karena menurunnya kapasitas hidrolik dari sungai, drainase utama, waduk dan situ.
Pengelolaan DAS secara terpadu dan pengendalian erosi selama kegiatan pembangunan perlu ditingkatkan di wilayah Bogor untuk mengurangi sedimentasi pada sungai dan
drainase utama.
Upaya meningkatkan kesadaran penduduk perlu dilakukan terutama dalam hubungannya dengan penanganan sampah agar tidak dibuang ke badan air. Hal tersebut
diperlukan pengadaan fasilitas yang memadai yaitu: transportasi, tempat pembuangan sementara TPS dan tempat pembuangan akhir TPA yang memenuhi persyaratan.
Pengawasan terhadap limbah industri perlu ditingkatkan terutama dalam kaitannya dengan pemenuhan standar limbah. Upaya tersebut akan dapat menekan tingkat
kontaminasi sedimen. Kajian dampak lingkungan dari rencana kegiatan pengerukan sedimen diperlukan untuk merumuskan upaya penanganan dampak negatif yang mungkin
timbul.
Dari hasil perhitungan erosi, terlihat bahwa laju erosi per satu hektar lahan di Bogor adalah sebesar 42 tontahun. Oleh karena itu pengerukan di situ maupun saluran
harus dilakukan setiap tahun dengan kedalaman pengerukan 30 mm atau untuk situ minimal 5 tahun sekali dengan kedalaman pengerukan minimal 1 m.
Sistem drainase di Kota Bogor belum terencana dengan baik. Sebagian besar masih mengikuti pola alamiah, sebagian lagi berupa sistem drainase jalan. Secara umum,
sistem drainase di Kota Bogor terbagi menjadi 2 dua bagian, yaitu drainase makro dan drainase mikro.
Saluran pembuangan makro adalah saluran pembuangan yang secara alami sudah ada di Kota Bogor yang terdiri dari dua sungai besar, yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane
yang mengalir dari arah Selatan ke Utara serta beberapa sungai kecil seperti Sungai Cipakancilan, Sungai Cipinanggading, Sungai Ciluar, Sungai Cikalibaru, Sungai
Ciheuleut, Sungai Ciapus, Sungai Cisindangbarang, Sungai Cigede Wetan, Sungai Cigede Kulon, Sungai Cileungsir, Sungai Cipalayangan, Sungai Cibeureum, Sungai Cikaret,
Sungai Cigenteng, Sungai Cinyangkokot, Sungai Cileuwibangke, Sungai Cipaku dan Sungai Cijeruk.
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI
29
Buku Putih Sanitasi Kota Bogor
Saluran pembuangan mikro adalah saluran yang sengaja dibuat mengikuti pola jaringan jalan. Pada akhirnya saluran ini bermuara pada saluran makro yang dekat dengan
saluran mikro tersebut. Wilayah Kota Bogor terdiri atas jaringan-jaringan drainase yang rumit. Beberapa
di antaranya adalah jaringan saluran drainase yang secara hidrolik berdiri sendiri namun terdapat jaringan saluran drainase yang saling berhubungan satu sama lain. Selain itu
masih terdapat pula jaringan irigasi yang mempunyai fungsi berbeda dengan jaringan drainase. Jaringan irigasi yang berubah menjadi jaringan drainase, yaitu di saluran induk
Ciliwung Katulampa, Saluran Cibalok, Saluran Bantarjati Cibagolo, Saluran induk Cisadane Empang, Saluran sekunder Cibuluh, Saluran sekunder Cidepit dan Saluran
sekunder Ciereng
Saluran drainase yang secara hidrolik saling berkaitan tersebut harus dikembangkan sebagai sebuah sistem yang konsisten secara hidrolik, misalnya dengan
sistem polder. Pada hakekatnya setiap daerah genangan memiliki saluran drainase lokal. Wilayah Kota Bogor dilewati oleh dua sungai besar dengan aliran dari selatan ke utara
yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane. Sungai-sungai tersebut selain dipergunakan sebagai saluran induk dalam pengaliran air hujan, juga oleh sebagian kecil penduduk masih
dipergunakan untuk keperluan MCK. Potensi air lainnya adalah terdapatnya sumber air tanah berupa mata air yang sebagian telah dipergunakan oleh masyarakat sebagai sumber
supply air bersih.
Pada gambar berikut diperlihatkan skema tata air di Kota Bogor. Skema tata air ini merupakan skema tata air termutakhir dibandingkan dengan studi-studi sebelumnya.
Kajian dan Analisis mengenai tata air di Kota Bogor selanjutnya akan mengacu kepada skema tata air ini dengan penyesuaian dan verifikasi di lapangan.
Gambar 3.3. Skema Tata Air dalam WJEMP 2004
Situ-situ yang berada di wilayah kota Bogor sejumlah 6 enam situ eksisting dan 2 dua lokasi potensial untuk kolam retensi dan hampir seluruhnya akan ditangani oleh
Pusat melalui PIPWS-CC.yaitu :
Tabel 3.30. Sebaran Situ-situ di Kota Bogor Tahun 2007
N o
Nama Situ Desa
Kecam atan
Luas Areal
ha Fungsi
1 Situ Gede
Situ Gede Bogor
Barat 4.0 Irigasi,
Retensi
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI
30
Buku Putih Sanitasi Kota Bogor
N o
Nama Situ Desa
Kecam atan
Luas Areal
ha Fungsi
2 Situ Kecil
Situ Gede Bogor
Barat 1.0 Irigasi
3 Situ Panjang
Situ Gede Bogor
Barat 2.5 Irigasi
4 Situ Curug
Curug Bogor
Barat 2.0 Irigasi,
Retensi 5
Situ Anggalena Ciparigi
Bogor Utara
1.0 Rekreasi ,
Retensi 6
Situ Danau Bogor Ray
Katulampa Bogor
Timur 1.04 Retensi,
Rekreasi 7
Kolam Retensi Cimanggu
Kedungwari ngin
Tanah Sareal
1.0 Retensi 8
Kolam Retensi Taman Persada
Cibadak Tanah
Sareal 0.5 Potensia
l
Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor Tahun 2009
Berdasarkan data dari Dinas PSDA Propinsi Jawa Barat, berikut disampaikan volume efektif situ dan volume netto dari tiap situ.
Tabel 3.31 Luas Layanan dan Volume Situ di Kota Bogor Tahun 2007
N o
Nama Situ
Lokasi Luas
Laya
nan Ha
Volu me
Efekt if
m3 Kehilan
gan Air juta
m3 Dihitun
g 20 Volu
me Nett
o m3
Desa Kecam
atan
1 Asem Cibada
k Bogor
Barat 3
2 Curug Curug
Bogor Barat
2 60.00
12.000 48.00
3 Gede Situ
Gede Bogor
Barat 4
200.0 00
40.000 160.0
00 4 Kecil
Situ Gede
Bogor Barat
1 30.00
6.000 24.00
5 Panjang Situ
Gede Bogor
Barat 2,5
60.00 12.000
48.00
6 Salam Ciparig
i Bogor
Utara 1
7 Bogor
Raya Cimah
par Bogor
Utara 7,5
75.00 15.000
60.00 Total Potensi
Situ 7 buah
21 425.0
00 85.000
340.0 00
Sementara permasalahan Situ yang meliputi masalah fisik dan nonfisik dapat dilihat pada tabel berikut.
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI
31
Buku Putih Sanitasi Kota Bogor
Tabel 3.32. Identifikasi Permasalahan Situ dan Usulan Solusi
Permasalahan Cara Mengatasi
Fi si
k Pengurangan
luas situ 1.
Peroleh informasi luas situ semula, kembalikan luasan situ seperi semula
dengan pembebasan tanah
2.Tetapkan luas situ sesuai yang ada dan lestarikan
3.Keikutsertaan masyarakat sekeliling situ untuk pelestarian situ
Sedimentasi 1.Pengerukan situ dengan
mempertimbangkan fungsi pengendali banjir dan penyediaan air
2.Pencegahan sedimen masuk situ misal dengan perangkap sedimen
Tumbuhan air dan rumput
Pemeliharaan khusus dan pemeliharaan rutin
Kerusakan sarana situ
Perbaiki dengan pemeliharaan khusus N
o n
Fi si
k Ketidakjelasan
penguasaan Pemerintah Pusat agar memutuskan
penguasaan situ Pusat atau Kabupaten Kota dan pensertifikatan situ dengan
melibatkan BPN
Ketidakjelasan instansi
pengelola Pelimpahan wewenang pengelolaan dari
Pusat ke Kabupaten Kota diteruskan penunjukan instansi yang berwenang
mengelola
Penurunan kualitas
lingkungan 1.Keikutsertaan masyarakat sekeliling situ
dalam kepedulian lingkungan tidak membuang sampah dan limbah rumah
tangga ke situ
2.Jika terpaksa air limbah diolah dulu dengan kolam pembersih limbah alami
wet land dan atau tangki UASB Upflow Aerobic Sludge Blanket
Untuk mempermudah penanganan sistem drainase dalam perencanaan dan dalam pengelolaannya akan di buat beberapa sistem situ dan sistem drainase lokal telah
dikelompokkan kedalam beberapa Zona Drainase dimana Kota Bogor memiliki 15 zona drainase Pengelompokan didasarkan atas kesamaan daerah dipandang dari sudut
topografi, saluran atau sungai pembatas yang ada, dan daerah aliran sungai tertentu
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI
32
Buku Putih Sanitasi Kota Bogor
sebagai saluran makro dari jaringan drainase. Berikut adalah gambaran Daerah Aliran Sungai dan gambaran zona drainase Kota Bogor.
Gambar 3.4 Hasil Delianasi Daerah Aliran Sungai Kota Bogor Gambar 3.5 Peta Zona Drainase Kota Bogor
3.1.7. Pencemaran Udara