d Berubah fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase, khususnya
di kawasan Bogor Utara. Perubahan penggunaan lahan yang sangat signifikan dari budidaya
kawasan pertanian, menjadi budidaya kawasan perkotaan dan permukiman perumahan. Seringkali saluran irigasi yang seharusnya
dimanfaatkan sebagai penyuplai air pada areal persawahan berubah fungsi menjadi saluran drainase permukiman dan drainase jalan. Karena
sistem jaringan irigasi dan drainase tersebut saling terkoneksi, kondisi demikian menyebabkan efektifitas fungsi dan kapasitas pelayanan
saluran irigasi dan drainase diwilayah diwilayah Kota dan Kabupaten Bogor menjadi berkurang.
e Mix Drain,
Terjadi akibat penyimpangan perilaku pengelolaan sampah dan limbah serta penggunaan lahan yang keliru diperkotaan areal pemukiman
yang padat penduduk dan pusat kegiatan perdagangan pasar tradisionil, sehingga membebani kapasitas normal saluran drainase
sehingga harus berfungsi sebagai wadah buangan limpasan air hujan maupun limbah domestik dan sampah padat.
Kondisi demikian mendorong terjadinya alih fungsi bangunan-bangunan penyuplai air seperti pintu air dan saluran irigasi menjadi saluran drainase
sehingga cenderung berdampak pada terjadinya permasalahan semakin menurunnya potensi ketersediaan debit andalan pada sumber air permukaan
maupun air tanah, terutama selama perioda berkurangnya curah hujan musim kemarau.
3.5. Penyediaan Air Bersih
3.5.1. Landasan HukumLegal Operasional
Landasan hukum yang relevan dengan penyediaan air bersih meliputi undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri dan peraturan daerah.
Garis besar materi yang diatur pada masing-masing aturan perundangan dipaparkan sebagai berikut.
A. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Pada dasarnya terkait dengan penyediaan air bersih, UU No. 7 Tahun
2004 pasal 5 menyebutkan negara menjamin hak warga negara untuk memperoleh air bersih minimal untuk mempertahankan hidupnya. Pasal
ini mengamanatkan bahwa akses terhadap air bersih merupakan hak asasi warga masyarakat, dan konsekuensinya adalah pihak pemerintah
berkewajiban memenuhi keperluan masyarakat akan air bersih.
B. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum SPAM
Pada peraturan pemerintah tersebut intinya menyebutkan adanya kewajiban bagi pemerintah atau pemerintah daerah untuk
menyelenggarakan pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakatnya. Pemenuhan kebutuhan air minum tersebut dapat
dilakukan dengan system perpipaan amaupun non perpipaan. Air minum yang diditribusikan kepada masyarakat harus sudah memenuhi standar
baku mutu seperti yang disyaratkan oleh keputusan menkes. Selain itu
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI
75
Buku Putih Sanitasi Kota Bogor
pada aturan tersebut juga disebutkan bahwa kualitas air baku harus memenuhi standar seperti yang ditetapkan pada aturan yang berlaku.
C. Kepmenkes No. 907MENKESSKVII2002, tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum
Keputusan menkes ini pada dasarnya adalah mengatur dan menetapkan standar kualitas air yang dihasilkan melalui penyelenggaraan SPAM.
Berbagai variable menyangkut kondisi kualitas air seperti sifat fisika, kimia, bakteriologi dll ditetapkan sehingga air yang didistribusikan
kepada masyarakat oleh penyelenggara SPAM harus sudah siap minum. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi munculnya penyakit yang
disebabkan oleh kualitas air yang tidak memenuhi standar kesehatan yang ada.
3.5.2. Aspek Institusional