3. 4.
5. 6
Bgr Selatan Bgr Barat
Bgr Tengah Tanah
Sareal 48
39,8 90,5
37,8 20,5
14 2,9
14 1,3
8 0,9
2,1 29,9
36,9 2,1
44,2 0,04
- 0,02
1,9 -
- -
0,01 0,04
0,5 3,5
- 0,3
0,7 -
0,01
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2009
Dari tabel diatas terlihat bahwa masih ada masyarakat yang menggunakan sarana air bersih dari mata air yang tidak terlindungi meskipun jumlahnya
tidak besar.Jumlah rumah yang menggunakan sumber air bersih dari mata air yang tidak terlindungi terbanyak ada di Kelurahan Katulampa yaitu sebanyak
375 rumah.
g. Rumah Bebas Jentik
Tabel 3.3 Angka Bebas Jentik per Kecamatan Tahun 2009
No Kecamatan
Triwulan I Triwulan II
Triwulan III Triwulan IV
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Bogor Utara Bogor Timur
Bogor Selatan Bogor Barat
Bogor Tengah Tanah Sareal
90 91
93 93
91 92
87, 91
92 94
94 92
91, 93
92 94
95 93
94 93
94 94
94 92
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2009
Dari tabel diatas terlihat bahwa angka bebas jentik seluruh Kecamatan di Kota Bogor belum mencapai target yang ditetapkan yaitu 95 , hal ini
mengakibatkan tingginya kasus Demam Berdarah Dengue di Kota Bogor.
3.1.2. Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat
Derajat Kesehatan menurut HL.Blum dipengaruhi oleh empat faktor yaitu : Faktor Lingkungan, Faktor Perilaku, Faktor Pelayanan Kesehatan dan Faktor
Genetik. Dari keempat faktor tersebut di atas faktor lingkungan mempunyai pengaruh paling besar untuk meningkan derajat kesehatan diikuti dengan faktor
perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor genetik. Beberapa indikator derajat kesehatan di Kota Bogor dapat dilihat melalui Tabel 3.4 Berikut ini.
Tabel : 3.4 Indikator Derajat Kesehatan Kota Bogor Tahun 2009 NO
Indikator Tahun 2008
Tahun 2009
1. Jumlah Kematian Bayi Lahir
95 47
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI
4
Buku Putih Sanitasi Kota Bogor
2. Jumlah Kematian Ibu
8 13
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2009
Perkembangan jumlah kematian bayi sendiri sangat berfluktuatif namun data yang tersedia adalah data pencatatan jumlah kematian bayi sehingga angka
kematiannya sendiri kemungkinan sangat lebih rendah mengingat pertumbuhan populasi penduduk yang terus meningkat. Berikut ini perkembangan jumlah
kematian bayi dari tahun 2000 hingga 2008.
Gambar 3.1 Jumlah Kematian bayi dari tahun 2000 sampai dengan 2008
Sumber : Kesga pendataan kematian Ibu Bayi 2008 Bila dilihat dari penyebab kematian bayi dapat dilihat dari tabel sebagai
berikut:
Tabel 3.5 Distribusi Kematian Bayi Menurut Penyebab Kematian Tahun 2008
No Penyebab
Jumlah 1
BBLR 26
27,37 2
Asfiksia 22
23,16 3
Tetanus 1
1,05 4
Ispa 4
4,21 5
Diare 2
2,11 6
Infeksi 6
6,32 7
Mslh Laktasi 1
1,05 8
Lain-lain 33
34,74 Total
95 Sumber : Kesga tahun 2008
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa kematian bayi terbesar terjadi karena BBLR, hal ini menjunjukkan bermasalahnya bayi sejak dalam kandungan
ibu yang kurang gizi KEK=Kurang Energi Kronis, oleh karena itu Pemeriksaan Antenatal Care sangat penting untuk mencegahnya. Pada urutan rangking
penyebab kematian bayi, Diare dan Ispa menduduki perigkat ke-4 dan 5 dimana hal ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan lingkungan juga masih menjadi
salah satu factor penyebab.
Dari Table 3.4 terlihat adanya kenaikan derjat kesehatan di Kota Bogor dari Tahun 2008 terlihat dengan menurunnya jumlah kematian baik jumlah
kematian bayi, ibu maupun balita.Kenaikan derajat kesehatan merupakan hasil dari berbagai upaya yang telah dilakukan oleh berbagai pihak baik pemerintah,
swasta dan masyarakat. Berbagai upaya tersebut meliputi upaya perbaikan sarana sanitasi, upaya peningkatan perilaku hidup bersih sehat dan upaya peningkatan
pelayanan kesehatan. Terkait dengan upaya peningkatan Perilaku Hidup Bersih Sehat, Kota Bogor melalui Dinas Kesehatan telah melakukan survey setiap tahun
di tatanan rumah tangga sejak tahun 2007. Ada 10 Indikator yang dinilai dalam Perilaku Hidup Bersih Sehat yaitu : Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI
5
Buku Putih Sanitasi Kota Bogor
Memberi bayi Asi Eksklusif, Menimbang balita setiap bulan, Menggunakan air bersih, Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, Menggunakan jamban sehat,
Memberantas jentik di rumah sekali seminggu, Makan sayur dan buah setiap hari, Melakukan aktivitas fisik setiap hari dan Tidak merokok di dalam rumah. Adapun
hasil survey PHBS di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini.
Tabel 3.6 Hasil Survey PHBS di Tatanan Rumah Tangga Kota Bogor
No Tahun Persentase Rumah Tangga Sehat
1. 2.
3. Tahun 2007
Tahun 2008 Tahun 2009
24,97 32,86
44,70 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2009
Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa setiap tahun terdapat peningkatan rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat, meskipun angka yang
dicapai masih dibawah angka SPM yang ditetapkan yaitu 65 .Dari angka yang telah dicapai didapatkan data bahwa pada tahun 2007 untuk pencapaian rumah
tangga sehat tertinggi ada pada wilayah kerja Puskesmas Bondongan 58,20 yang membawahi 3 wilayah kelurahan yaitu Kelurahan Bondongan, Kelurahan
Empang dan Kelurahan Cikaret sedangkan jumlah rumah tangga sehat terkecil ada pada wilayah kerja Puskesmas Cipaku 7,28 yang membawahi 5 wilayah
kelurahan yaitu Kelurahan Cipaku, Kelurahan Genteng, Kelurahan Rancamaya, Kelurahan Kertamaya dan Kelurahan Bojongkerta. Untuk Tahun 2008 jumlah
rumah tangga sehat tertinggi ada pada wilayah kerja Puskesmas Bondongan 57,14 yang membawahi 3 wilayah kelurahan yaitu Kelurahan Bondongan,
Kelurahan Empang dan Kelurahan Cikaret sedangkan jumlah rumah tangga sehat terkecil ada pada wilayah kerja Puskesmas Warung Jambu 9,52 yang
membawahi 3 wilayah kelurahan yaitu Kelurahan Kedung Halang, Kelurahan Ciparigi dan Kelurahan Ciluar Tahun 2009 jumlah rumah tangga sehat tertinggi
ada pada wilayah kerja Puskesmas Tegal Gundil 78,92 yang membawahi 2 wilayah kelurahan yaitu Kelurahan Tegal Gundil dan Kelurahan Bantarjati
sedangkan jumlah rumah tangga sehat terkecil ada pada wilayah kerja Puskesmas Sempur 14,90 yang membawahi 3 wilayah kelurahan yaitu Kelurahan
Sempur, Kelurahan Tegallega dan Kelurahan Babakan. Penyakit Berbasis Lingkungan
Pengaruh lingkungan yang belum memenuhi syarat kesehatan memberikan dampak terjadinya berbagai penyakit yang banyak terjangkit di masyarakat.
Penyakit yang disebabkan karena kondisi lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan disebut Penyakit Berbasis Lingkungan PBL . Beberapa
penyakit PBL yang sering terjadi di Kota Bogor seperti Demam Berdarah Dengue, Diare, TBC Paru, Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Penyakit Kulit, Demam
Thypoid, Filariasis dan Penyakit Kecacingan. Data terkait dengan jumlah kasus penyakit berbasis lingkungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.7 Data Kasus DBD per Kecamatan di Kota Bogor
No Kecamatan
Tahun 2008 Tahun 2009
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI
6
Buku Putih Sanitasi Kota Bogor
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Bogor Utara Bogor Timur
Bogor Selatan Bogor Barat
Bogor Tengah Tanah Sareal
299 kasus 132 kasus
126 kasus 299 kasus
225 kasus 263 kasus
319 kasus 128 kasus
157 kasus 361 kasus
251 kasus 288 kasus
TOTAL KOTA BOGOR 1.344 kasus
1.504 kasus Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2009
Dari data tersebut diatas terlihat ada kenaikan kasus yang cukup besar dari tahun 2008 hampir di semua Kecamatan. Adapun distribusi kasus tertinggi tahun
2009 yaitu Kelurahan Bantarjati 79 kasus, diikuti Kelurahan Menteng 73 kasus dan yang ketiga Kelurahan Gunung Batu 66 kasus. Sedangkan jumlah kasus
terkecil adalah Kelurahan Genteng, Kelurahan Kertamaya dan Kelurahan Bojongkerta masing-masing 1 kasus. Tingginya kasus DBD di Kota Bogor banyak
dipengaruhi oleh keadaan curah hujan yang cukup tinggi, tingginya mobilitas penduduk dan faktor lingkungan yang memungkinkan timbulnya perindukan
nyamuk.
Tabel 3.8 Data Kasus TBC Paru BTA + per Kecamatan di Kota Bogor
No Kecamatan
Tahun 2008 Tahun 2009
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Bogor Utara Bogor Timur
Bogor Selatan Bogor Barat
Bogor Tengah Tanah Sareal
191 kasus 96 kasus
232 kasus 202 kasus
113 kasus 193 kasus
184 kasus 97 kasus
163 kasus 199 kasus
108 kasus 209 kasus
TOTAL KOTA BOGOR 1.027 kasus
960 kasus Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2009
Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah kasus TBC Paru BTA + pada tahun 2009 mengalami penurunan dibanding tahun 2008, dimana sebaran kasus
tertinggi ada pada kelurahan Kedung Badak 33 kasus dan kasus terkecil ada pada Kelurahan Harjasari 1kasus. TBC BTA + adalah penderita TBC Paru
yang pada pemeriksaan dahak SPS Sewaktu – Pagi – Sewaktu ditemukan kuman mycobakterium tuberculose yang mana penderita TBC Paru BTA +
tersebut sangat menularkan.Penyakit TBC Paru sangat dipengaruhi kondisi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti rumah yang tidak
memiliki ventilasi, kurang pencahayaan, penghuni yang terlalu padat, lantai rumah dari tanah termasuk perilaku yang tidak sehat seperti kebiasaan meludah
sembarangan, tidak menutup mulut pada saat batuk dan merokok.
Tabel. 3.9 Data Kasus Diare per Kecamatan di Kota Bogor
No Kecamatan
Tahun 2008 Tahun 2009
1. 2.
3. 4.
Bogor Utara Bogor Timur
Bogor Selatan Bogor Barat
5.765 kasus 1.661 kasus
4364 kasus 6.421 kasus
4.469 kasus 1.957 kasus
3.305 kasus 3.525 kasus
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI
7
Buku Putih Sanitasi Kota Bogor
5. 6.
Bogor Tengah Tanah Sareal
8.372 kasus 7.084 kasus
2.598 kasus 4.162 kasus
TOTAL KOTA BOGOR 33.667 kasus
20.016 kasus Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2009
Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah kasus diare pada tahun 2009 mengalami penurunan dibanding tahun 2008. Untuk tahun 2009 jumlah kasus
tertinggi ada di wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara 2.286 yang membawahi 3 wilayah kelurahan yaitu Kelurahan Tanah Baru, Kelurahan Cimahpar dan
Kelurahan Cibuluh.Penyakit diare sangat berhubungan dengan kondisi lingkungan yang kurang memadai dan perilaku hidup tidak sehat seperti penggunaan sumber
air yang tercemar terutama oleh bakteri E.Colli, buang air besar sembarangan, kebiasaan tidak mencuci tangan pada saat berhubungan dengan makanan,
kebiasaan minum air yang belum dimasak, tidak menutup makanan dengan tudung saji, mencuci alat makan dengan air yang tercemar dan makan makanan
yang tidak aman.
Tabel. 3.10 Data Kasus ISPA per Kecamatan di Kota Bogor
No Kecamatan
Tahun 2008 Tahun 2009
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Bogor Utara Bogor Timur
Bogor Selatan Bogor Barat
Bogor Tengah Tanah Sareal
36.814 kasus 20.341 kasus
64.987 kasus 53.886 kasus
95.299 kasus 41.343 kasus
26.196 kasus 20.660 kasus
27.998 kasus 35.749 kasus
22.249 kasus 35.089 kasus
TOTAL KOTA BOGOR 312.670 kasus
167.941 kasus Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2009
Dari tabel diatas terlihat bahwa kasus ISPA di tahun 2009 mengalami penurunan dibanding tahun 2008. Sedangkan untuk kasus ISPA tertinggi ada di
wilayah kerja Puskesmas Kedung Badak 12.990 kasus yang membawahi 3 wilayah kelurahan yaitu Kelurahan Kedung Badak, Kelurahan Kedung Waringin
dan Kelurahan Kedung Jaya. Seperti halnya penyakit PBL lainnya ISPA juga sangat dipengaruhi kondisi lingkungan dan perilaku hidup bersih sehat seperti
kondisi rumah yang kurang sehat dimana ventilasi dan pencahayaannya kurang, rumah yang lantainya masih dari tanah, rumah dengan penghuni yang padat,
kebiasaan buang dahak sembarangan, tidak menutup mulut pada waktu batuk dan merokok.
Tabel. 3.11 Data Kasus Demam Thypoid per Kecamatan di Kota Bogor
No Kecamatan
Tahun 2008 Tahun 2009
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Bogor Utara Bogor Timur
Bogor Selatan Bogor Barat
Bogor Tengah Tanah Sareal
2.766 kasus 1.160 kasus
2.146 kasus 1.723 kasus
1.258 kasus 1.409 kasus
1.256 kasus 1.004 kasus
693 kasus 890 kasus
394 kasus 594 kasus
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI
8
Buku Putih Sanitasi Kota Bogor
TOTAL KOTA BOGOR 10.462 kasus
4.831 kasus Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2009
Dari Tabel diatas terlihat ada penurunan jumlah kasus yang cukup besar dari tahun 2008. Adapun sebaran kasus tertinggi ada di wilayah kerja Puskesmas
Bogor Utara 775 kasus yang membawahi 3 kelurahan yaitu Kelurahan Tanah Baru, Kelurahan Cimahpar dan Kelurahan Cibuluh.Demam Thypoid di sebabkan
karena masuknya kuman salmonella thypi kedalam tubuh. Kuman Salmonella thypi banyak terdapat di dalam bahan makanan, air dan tanah. Sehingga kondisi
sanitasi yang kurang memadai dan perilaku hidup yang tidak sehat menjadi salah satu penyebab terjangkitnya penyakit demam thypoid.
Tabel. 3.12 Data Kasus Penyakit Kulit per Kecamatan di Kota Bogor
No Kecamatan
Tahun 2008 Tahun 2009
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Bogor Utara Bogor Timur
Bogor Selatan Bogor Barat
Bogor Tengah Tanah Sareal
3.116 kasus 2.508 kasus
4.347 kasus 6.080 kasus
5.281 kasus 3.393 kasus
1.968 kasus 2.128 kasus
1.797 kasus 3.259 kasus
797 kasus 1.512 kasus
TOTAL KOTA BOGOR 24.725 kasus
11.461 kasus Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2009
Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah kasus penyakit kulit pada tahu 2009 mengalami penurunan yang cukup signifikan dibanding tahun 2008. Adapun
sebarab kasus tertinngi ada di wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara 1.599 kasus yang membawahi 3 kelurahan yaitu Kelurahan Tanah Baru, Kelurahan Cibuluh
dan Kelurahan Cimahpar. Penyakit Kulit sangat identik dengan lingkungan yang kurang sehat dan perilaku yang tidak sehat seperti penggunaan sarana air bersih
yang tidak memenuhi syarat kesehatan, rumah yang bersebelahan dengan kandang, sampah yang tidak dikelola dengan benar, saluran limbah rumah tangga
yang menggenang, kebiasaan mandi yang tidak benar,memakai baju yang jarang dicuci, menggunakan handuk secara bersama, tempat tidur yang tidak pernah
dijemur dan kuku yang tidak dipotong secara rutin.
Tabel. 3.13 Data Kasus Penyakit Kecacingan per Kecamatan di Kota Bogor
No Kecamatan
Tahun 2008 Tahun 2009
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Bogor Utara Bogor Timur
Bogor Selatan Bogor Barat
Bogor Tengah Tanah Sareal
4 kasus 1 kasus
43 kasus 39 kasus
20 kasus
4 kasus 1 kasus
- 1 kasus
1 kasus 3 kasus
16 kasus TOTAL KOTA BOGOR
111 kasus 19 kasus
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor Tahun 2009 Kasus kecacingan di Kota Bogor pada dua tahun terakhir cukup kecil
dimana kasus tertinggi ada di wilayah kerja Puskesmas Kedung Badak 15
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI
9
Buku Putih Sanitasi Kota Bogor
kasus yang membawahi 3 kelurahan yaitu Kelurahan Kedung Badak, Kelurahan Kedung Jaya dan Kelurahan Kedung Waringin. Kecacingan juga sangat
berhubungan dengan kondisi lingkungan yang kurang bersih dan juga perilaku hidup kurang bersih dan sehat.Salah satu penyebab penurunan kasus kecacingan
yang cukup tajam pada dua tahun terakhir dikarenakan sejak tahun 2007 Kota Bogor melaksanakan kegiatan meminum obat cacing secara massal selama 5
tahun berturut-turut.Upaya ini sebagai langkah untuk melaksanakan pemberantasan penyakit Filariasis. Pada tahun 2005 Kota Bogor dinyatakan
sebagai daerah endemis Filariasis. Penetapan Kota Bogor sebagai daerah endemis Filariasis adalah dengan ditemukannya 6 penderita Filariasis 1,2 pada saat
pemeriksaan survey darah jari di 500 penduduk di Kelurahan Sukadamai.Penyakit Filariasis disebabkan oleh cacing mikrofilaria yang ditularkan ke manusia melalui
gigitan nyamuk. Tentunya penyakit Filariasis juga erat hubungannya dengan kondisi lingkungan yang kurang bersih dimana banyak terjadi perindukan
nyamuk.
3.1.3. Kuantitas dan Kualitas Air