Aspek Teknis dan Teknologi

2,17 Liter org hr = 738.249 jiwa

3.3.4. Aspek Teknis dan Teknologi

Sampah yang diproduksi di Kota Bogor meningkat setiap tahun seiring dengan pertambahan jumlah penduduknya. Besarnya timbulan sampah suatu kota dapat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain jumlah penduduk, kepadatan penduduk, tingkat aktivitas penduduk, jenis bangunan yang ada, kondisi geografi, waktu, tingkat sosial ekonomi masyarakat, musim atau iklim, kebiasaan masyarakat atau adat istiadat, serta teknologi. Aspek yang terdapat dalam timbulan sampah, antara lain : a. Sumber Sampah Sampah di Kota Bogor bersumber dari beberapa tempat, yaitu lingkungan perumahan, toko, perkantoran, taman, jalan protokol dan jalan-jalan kolektor, pasar, serta terminal. b. Komposisi Sampah Sampah Kota Bogor yang diangkut ke TPA Galuga memiliki komposisi yang bermacam-macam. Komposisi ini tergantung pada iklim dan musim, tingkat sosial ekonomi penduduk, aktivitas dan kebiasaan hidup masyarakat. Komposisi sampah di Kota Bogor dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.42 Prosentase Timbulan Sampah Berdasarkan Komposisinya No Komposisi Presentase A Organik 70 1 Sisa Makanan, sayur, dll 69 2 Sampah Pohon 1 B Anorganik 30 1 Plastik 13 2 Kertas 7 3 Baju, Tekstil 1 4 Logam 2 5 Gelas 2 6 Karet, Kulit 2 7 Lain-lain 3 Jumlah 100 Sumber : Resume data Master Plan tahap I, 2007 berdasarkan data DLHK Kota Bogor, 2005 Dengan Komposisi sampah Kota Bogor pada tabel diatas dan seperti pada kota-kota besar di Indonesia pada umumnya terdiri dari ± 70 sampah organik dan 30 sampah an organik. Oleh karena itu Strategi Pengelolaan sampah kedepan tidak lagi hanya sekedar kumpul-angkut-buang tetapi mengolah sampah sejak dari sumber dan memanfaatkan sampah sebagai sumber daya, karena seharusnya ±70 dari sampah organik dapat dimanfaatkan dan ± 30 dari sampah anorganik berpotensi untuk didaur ulang, dengan menerapkan pengelolaan sampah sejak dari sumber, diharapkan potensi sampah BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI 52 Buku Putih Sanitasi Kota Bogor dapat dimanfaatkan secara optimal, serta dapat memperpanjang umur TPA . Kebijakan persampahan terbaru yaitu dengan adanya Undang-Undang No.18 tahun 2008 menegaskan seluruh pemerintah daerah untuk lebih serius dalam menangani sistem pengelolaan sampah didaerahnya masing-masing. Setiap Pemerintah Daerah memiliki beberapa kewajiban yang terkait dengan adanya undang-undang pengelolaan sampah, dimana konsep pengelolaan sampah yang diperintahkan mengacu pada dua jenis metoda yaitu metoda pengurangan dan penanganan sampah. Teknik operasional pengelolaan persampahan dimulai dari pewadahan, pengumpulan, pengangkutan serta pembuangan ke tempat yang aman sehingga tidak mengganggu lingkungan. Pelayanan pengelolaan sampah di Kota Bogor dipusatkan pada daerah komersil, pusat perdagangan, pasar, perkantoran, taman, jalan protokol, terminal, pemukiman terutama daerah yang padat penduduknya, khususnya di wilayah Kecamatan Bogor Tengah yang memiliki angka kepadatan penduduk tertinggi. Secara garis besar, aspek teknik operasional pengelolaan persampahan secara umum di Kota Bogor dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 3.11

A. Tempat Penampungan Sementara Pewadahan Sampah

Sistem pewadahan sampah di kota bogor sudah cukup baik, tetapi belum seragam jika di tinjau dari bahan dan sifatnya. Ada yang bersifat permanen berupa pasangan batu bata atau tong besi berstatik kaki tanam, dan ada pula yang tidak permanen berupa keranjang anyaman bambu dan tong plastik. Wadah sampah dari tong plastik merupakan alternatif yang baik karena memiliki persyaratan bahan untuk pewadahan yang sudah sesuai dengan SK SNI T-13-1990-F tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan yaitu tidak mudah rusak dan kedap air, mudah untuk di perbaiki, ekonomis, mudah diperoleh atau dibuat oleh masyarakat, mudah dan cepat dikosongkan. Wadah sampah dari pasangan batu bata kurang baik jika digunakan sebagai sarana pewadahan karena pada saat pengumpulan sampah ke dalam gerobak sampah atau dump truck, petugas harus memasukkan sampah berkali-kali. Berdasarkan pengamatan lapangan, sampah yang dikumpulkan dalam wadah sampah dari pasangan batu bata sebagian besar tidak dimasukkan ke dalam kantung-kantung plastik sehingga waktu pengumpulan sampah yang diperlukan lebih lama. Wadah sampah dari anyaman bambu juga kurang baik karena tidak kedap air, dan juga tidak tahan lama karena mudah lapuk terutama saat musim hujan. Proses pewadahan seharusnya sudah dimulai dengan pemilahan dan pengolahan, seperti penerapan 3R sesuai dengan Revisi SK SNI 03-3242-1994 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di Pemukiman. Wadah sampah yang mendukung pemilahan dan pengolahan hanya yang disediakan dari dinas , BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI 53 Buku Putih Sanitasi Kota Bogor sedangkan yang disediakan masyarakat belum mendukung karena hanya ada satu wadah untuk setiap rumah. Tabel 3.43. Matrik Perbandingan Pewadahan Sampah di Kota Bogor dengan Rekomendasi Dinas Pekerjaan Umum Rekomendasi Dinas Pekerjaan Umum Realisasi di Kota Bogor Keterangan Wadah kedap airbertutup Wadah tidak bertutup Tidak sesuai Pemisahan sampah organik dan anorganik Sampah tercampur Tidak sesuai Wadah mudah dikosongkan dan dibersihkan Wadah mudah dikosongkan dan dibersihkan Sesuai Waktu pengosongan wadah 1-2 hari Waktu pengosongan wadah 1 hari Sesuai Wadah mudah didapat Wadah mudah didapat Sesuai Sumber: DCKTR 2009 Pengumpulan Sampah Kegiatan pengumpulan sampah di Kota Bogor dilakukan secara individual langsung maupun komunal langsung. Pola pengumpulan individual langsung dilakukan untuk rumah-rumah di pinggir jalan raya, sedangkan pola pengumpulan komunal langsung dilakukan untuk beberapa perumahan yang bukan berada di kawasan pinggir jalan. Tabel 3.44. Matrik Perbandingan Pengumpulan Sampah di Kota Bogor dengan Rekomendasi Dinas Pekerjaaan umum Rekomendasi Dinas Pekerjaaan Umum Realisasi di Kota Bogor Keterangan Ritasi antara 1-4 rithari Ritasi 2-3 rithari Sudah Efisien Periodisasi 1 sampai maksimal 3 hari sekali Periodisasi 1 hari sekali Sudah Efisien Daerah pelayanan tetap Daerah pelayanan tetap Sudah Sesuai Sumber: DCKTR 2009 a. Pengumpulan Sampah Pemukiman Sistem pengumpulan yang dilakukan untuk daerah pemukiman yaitu pengumpulan individual langsung dan pengumpulan komunal langsung yang dilakukan oleh Bidang Kebersihan DCKTR dengan menggunakan kendaraan pengangkut berupa dump truck kapasitas 8-10 m 3 setiap hari dengan ritasi 2-3 kali sehari. Ditinjau dari ritasi, periodisasi, daerah pelayanan dan pembebanan pekerjaan dalam pengumpulan sampah pemukiman di Kota Bogor sudah sesuai berdasarkan SK SNI T-13-1990-F tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan Masalah yang sering dihadapi dalam pengumpulan di pemukiman adalah penggunaan wadah sampah yang tidak bertutup sehingga sampah di dalamnya berterbangan serta pada saat musim hujan, sampah yang ada dalam wadah tanpa tutup ini menjadi lebih berat, basah dan berbau dibanding saat musim kemarau. BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI 54 Buku Putih Sanitasi Kota Bogor Kondisi seperti ini dapat berpengaruh terhadap kesehatan petugas sehingga idealnya petugas pengumpul perlu menggunakan sarung tangan dan masker. b. Pengumpulan Sampah Jalan dan Taman Sampah yang dihasilkan di Kota Bogor tidak hanya dari aktivitas rumah tangga, tetapi juga aktivitas di luar rumah, misalnya sampah yang dibuang oleh pejalan kaki dan pengendara kendaraan, maupun sampah yang berasal dari alam seperti daun-daun dan ranting kayu. Pengumpulan sampah jalan dilakukan dengan kegiatan penyapuan jalan. Di Kota Bogor penyapuan jalan dilakukan secara manual oleh petugas kebersihan dengan menempatkan petugas penyapu di ruas-ruas jalan raya dan kolektor Menurut IETCInternational Source Book on Environmentally Sound Technologies for Municipal Solid Waste Management, Osaka 199 dalam merencanakan penyapuan jalan perlu memperhatikan populasi dan kerapatan bangunan yang ada, kondisi jalan, iklim, topografi, kerapatan pepohonan dan akumulasi debu. Penyapuan dapat dilakukan oleh wanita atau pria dewasa dengan jarak dua sampai empat kilometer tiap harinya. Kegiatan penyapu jalan di Kota Bogor dilakukan dalam tiga shift, yaitu shift I pada pukul 05. 00 – 09. 30 WIB, shift II pada pukul 10. 00 – 15. 00 WIB dan shift III pada pukul 17. 00 – 21. 00 WIB. c. Pengumpulan Sampah Pasar Khusus sampah pasar sejak tahun 2006 telah dikelola oleh KOPPAS PD Pasar Jaya untuk meningkatkan partisipatif masyarakat atau pedagang-pedagang, namun proses pengangkutan ke TPA tetap dilakukan oleh Bidang Kebersihan DCKTR. Untuk memudahkan pengumpulan juga terdapat kontainer yang diletakan di dekat pasar, dengan waktu pengambilan kontainer dilakukan dini hari karena kondisi jalan yang lengang sehingga armroll truk dapat melakukan pengangkutan sampai sebanyak dua - tiga rit per hari. d. Industri Ruang lingkup sampah yang akan dikelola adalah sampah domestik, sampah sisa produksinya ada yang dimanfaatkan oleh Pihak lain untuk digunakan kembali, kecuali sampah B3 Bahan Berbahaya dan Beracun, harus diperlakukan atau ditempatkan dalam kontainer khusus sebelum dibuang ke Tempat Pengolahan Limbah B3 yaitu : Prasada Pamusnah Limbah Industri PPLI yang berlokasi di Cilengsi Kabupaten Bogor. e. Rumah Sakit, puskesmas dan isntitusi kesehatan lainnya. Jenis sampah yang dihasilkan adalah sampah non medis dan medis. Sampah non medis ditempatkan dalam tong sampah khusus yang telah dilapisi oleh kantong plastik berwarna hitam sebelum dikumpulkan di TPS, sedangkan pengangkutannya bekerja sama dengan Bidang Kebersihan DCKTR. Sampah medis, seperti kapas bekas, kassa pembalut, selang infus, botol infus dan sampah sisa tindakan pasien terutama yang telah terkontaminasi noda darah, dikemas dalam kantong plastik berwarna kuning dan ditempatkan dalam tong sampah khusus medis. Untuk benda-benda tajam seperti jarum suntik, disimpan dalam wadah benda tajamtahan tusukan sebelum dimasukkan kedalam pelastik kuning. Sampah medis selanjutnya dibakar di Incinerator dengan suhu diatas 1000 C . Khusus untuk sampah radioaktif dimasukkan kedalam plastik warna merah sebelum diserahkan ke Badan Tenaga Atom Nasional BATAN untuk diproses lebih lanjut. BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI 55 Buku Putih Sanitasi Kota Bogor Pemindahan Sampah Tempat Pengumpulan SementaraTPS Pemindahan sampah adalah proses memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk selanjutnya dibawa ke tempat pembuangan akhir, sedangkan TPS adalah suatu bangunan atau tempat yang digunakan untuk memindahkan sampah dari gerobak ke kontainer atau langsung diangkut ke truk pengangkut sampah Damanhuri, 2004 Proses pemindahan sampah di Kota Bogor menggunakan pola langsung. Sampah yang terkumpul dalam suatu wadah kontainer diangkut oleh petugas dari DCKTR menuju TPA Galuga. Pola ini sudah efisien sebab tidak banyak tahapan yang dijalankan dalam proses pemindahan, dan prosesnya sehat karena sampah terkumpul di satu titik kontainer, serta waktu yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan dengan pemindahan sampah secara tidak langsung. Tahap memindahkan sampah dari TPS ke alat angkut antara 3 sampai 87 menit Kebersihan DCKTR, 2009. Kondisi TPS di kota bogor belum mendukung untuk pemilahan sampah yaitu tidak dibagi atas sampah organik dan anorganik serta sebagian besar TPS juga belum memiliki ataptutup sehingga saat musim hujan sampah akan bertambah berat, basah, dan berbau. Hal ini dapat membahayakan petugas karena sampah merupakan vektor penyakit , apalagi petugas tidak menggunakan sarung tangan dan masker. Jumlah container yang ada di Kota Bogor saat ini berjumlah 100 unit dan jumlah TPS sampai dengan tahun 2009 seluruhnya kurang lebih ada 957 unit DCKTR, 2009. Dikota Bogor juga terdapat 12 dua belas lokasi transfer depo. Transfer depo ini dilengkapi dengan lahan parkir, gerobak dan kantor yang juga digunakan untuk menyimpan alat-alat kebersihan. Ditinjau dari luas dan fungsinya, transfer depo ini termasuk transfer depo tipe II. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Lokasi transfer depo dapat dilihat tabel di bawah ini. Tabel 3.45. Lokasi Transfer Depo di Kota Bogor N o. Nama T r a n s f e r D e p o Lokasi - Wilayah Luas m2 Luas Bangu nan Volum e Pengangk utan 1. Depo Sempur Container Kel. Sempur Kec. Bogor Tengah 120 5 X 5 m2 10 geroba k 200 m3 Setiap hari 2. Depo Ceger Jl. Swadaya RW 10 Kec. Bogor Utara 3 geroba k 3 m3 2 X seminggu BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI 56 Buku Putih Sanitasi Kota Bogor N o. Nama T r a n s f e r D e p o Lokasi - Wilayah Luas m2 Luas Bangu nan Volum e Pengangk utan 3. Depo Bantar Jati Ereng Kel. Kec. Bogor Utara 400 5 X 3 m2 4 geroba k 1,5 m3 2 hari sekali 4. Depo Palayu Kel. Kec. Bogor Utara 400 3 X 3 m2 15 geroba k 270 m3 Setiap hari 5. Depo Jl. Pandu Raya 2 Container Kel. Kec. Bogor Utara 14 geroba k 400 m3 1 X seminggu 6. Depo Cibogor Container Kel. Cibogor Kec. Bogor Tengah 7. Depo Menteng Asri Kel. Menteng Kec. Bogor Barat 300 3 X 6 m2 2 m3 8. Depo Indraprasta 1 Container Kel. Kec. Bogor Utara 200 3 X 3 m2 2,5 m3 Setiap hari Sumber : DLHK Kota Bogor, 2008 BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI 57 Buku Putih Sanitasi Kota Bogor Pengangkutan Sampah Mekanisme operasi pengangkutan sampah ke TPA yang berjalan di Kota Bogor adalah sebagai berikut:  Pengangkutan dengan sistem pengumpulan individual langsung Truk pengangkut sampah dari pool Kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan menuju sumber sampah pertama untuk mengambil sampah, selanjutnya mengambil sampah pada sumber-sumber berikutnya sampai truk penuh sesuai kapasitasnya kemudian diangkut ke TPA. Sumber sampah untuk pola ini adalah rumah, kantor dan toko di sepanjang jalan. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan dump truck berkapasitas 8-10 m 3 .  Pengangkutan sampah di TPS dan Transfer Depo Dari pool kendaraan kantor Kebersihan, truk menuju TPS-TPS untuk mengangkut sampah ke TPA Galuga. Setelah aktivitas bongkar muat sampah di TPA selesai, truk kembali ke pool kendaraan. Pengangkutan ini menggunakan dump truk berkapasitas 8-10 m 3 . Sedangkan sampah yang ada di transfer depo tidak semuanya diangkut ke TPA, melainkan untuk sampah organiknya dilakukan pengolahan menjadi kompos sebab pada transfer depo juga berlangsung kegiatan composting. Sampah yang tidak digunakan dalam kegiatan composting dibuang dengan menggunakan dump truck.  Pengangkutan sampah pada kontainer Kendaraan pengangkut sampah jenis arm roll berangkat dari pool Kantor Kebersihan dengan membawa kontainer kosong menuju kontainer isi pertama pada wilayah operasional yang telah ditentukan, selanjutnya menuju ke TPA. Dari TPA kendaraan tersebut kembali ke tempat semula, menurunkan kontainer yang kosong dan mengangkut kontainer isi yang kedua kemudian menuju ke TPA. Dari TPA, arm roll menuju kontainer di tempat yang berbeda dari tempat semula, menurunkan kontainer yang telah kosong, mengambilan kontainer yang sudah penuh di tempat tersebut, dan membawanya menuju TPA. Dari TPA kendaraan kembali ke pool. BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI 58 Buku Putih Sanitasi Kota Bogor Kebutuhan Alat Angkut Banyaknya sampah yang harus diangkut akan memerlukan banyak truk sampah, dengan keterbatasan jumlah armada pengangkut, ritasi truk pengangkut menjadi lebih tinggi. Kondisi tersebut menyebabkan biaya pemeliharaan dan perawatan truk pengangkut akan meningkat serta masa pakai akan semakin pendek. Berdasarkan data yang diperoleh, volume sampah Kota Bogor yang terangkut ke TPA Galuga pada tahun 2009 adalah sebesar 1.602 m 3 hari. Bila diasumsikan jumlah sampah yang dimanfaatkan kembali oleh pemulung diabaikan karena volemenya yang relatif kecil, maka kebutuhan alat angkut dump truck dan arm roll dengan kapasitas yang dibuat rata-rata sama yaitu sebesar 8 m 3 adalah sebagai berikut : Kebutuhan Alat Angkut = Jumlah sampah terangkut Kapasitas truk 1602 m3 hr 8 m3 x 2 shift unit hr = 101 unit Tabel 3.46. Matriks Perbandingan Ideal Kondisi Eksisting Sarana Pengangkutan Sampah Kota Bogor Jenis Kendaraan Kondisi Ideal unit Realisasi unit Keterangan Dump Truck dan Arm Roll 101 90 Belum sesuai Perlu Penambahan Sumber: DCKTR 2009 Dari perhitungan yang dilakukan, diketahui jumlah armada yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan operasional pengangkutan sampah di Kota Bogor adalah sebanyak 101 unit. Bila melihat jumlah armada dump truck dan arm roll yang dimiliki Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Bogor sampai dengan tahun 2009 sebanyak 90 unit, maka diperlukan penambahan 11 unit lagi agar dicapai kondisi jumlah alat angkut yang ideal. Untuk lebih jelasnya mengenai potensi armada penanggulangan sampah di Kota Bogor dapat dilihat dalam tabel berikut ini : BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI 59 Buku Putih Sanitasi Kota Bogor Tabel 3.47. Potensi Armada Penanggulangan Sampah Di Kota Bogor No. Kecamatan Dump Truck Arm Roll Bak Container Pick Up Motor gerobak 1 Bogor Selatan 6 30 23 6 11 2 Bogor Timur 10 11 3 Bogor Utara 9 12 4 Bogor Tengah 17 30 5 Bogor Barat 8 11 6 Tanah Sareal 14 13 Jumlah 64 30 100 6 11 Sumber : Bidang Kebersihan Kota Bogor, Tahun 2009 Keterangan : • Untuk route arm roll tidak dibagi wilayah • Untuk route kijang pick up dan motor gerobak tidak dibagi perwilayah keliling

B. Tempat Pemrosesan Akhir

Pemerintah Kota Bogor sebenarnya saat ini telah mempunyai TPA yang berlokasi di Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dengan luas lahan ± 13,6 Ha, tetapi Ijin pemakaian atau penggunaanya terbatas hanya untuk jangka waktu 3 tiga tahun yaitu berdasarkan Keputusan Bupati Bogor Nomor 658.1393KPTSHUK2008 pada tanggal 24 Juli 2008 sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Kabupaten Bogor dengan Pemerintah Kota Bogor tentang Perpanjangan Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhit TPA Sampah Galuga di Desa Galuga Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor No. 658.142PrjnHuk2008, No. 658.1Perj.24-DLHK2008 pada tanggal 06 Agustus 2008 , Izin penggunaan terakhir yang berlaku sampai dengan bulan Juli 2011 akan diperpanjang kembali dan saat ini sedang dalam proses dan diharapkan ijin penggunaan kedepan dapat disepakati sampai dengan TPPAS Regional Nambo beroperasi. Lokasi TPA Alternatif di wilayah Kota Bogor sudah pula dipersiapkan oleh Pemerintah Kota Bogor. Pembangunan TPA Alternatif ini merupakan sutau kebutuhan bagi suatu kota dalam upaya penanganan sampah yang mendekati sumber timbulan sampah, TPA tidak hanya sebagai “Tempat Pembuangan Akhir sampah” tetapi juga merupakan tempat pengelolaan awal sampah, dimana produk olahan sampai dapat menghasilkan produk sehingga dapat membantu meningkatkan penghasilan masyarakat sekitar lokasi TPA serta untuk mendukung pelayanan publik dalam penyediaan lahan TPA yang layak dari berbagai aspek kesehatan masyarakat, lingkungan hidup, biaya dan sosial ekonomi Metode Pengolahan Sebagai Kota Besar, metode pembuangan akhir sampah yang seharusnya dilaksanakan oleh pemerintah Kota Bogor adalah Sistem Sanitary Landfill. Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internasional dimana penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan yang timbul dapat diminimalkan. TPA Galuga pada awalnya dioperasikan dengan menggunakan metode controlled landfill. Hal ini bertujuan untuk mengurangi bau yang ditimbulkan, berkembang biaknya binatang pengerat dan lalat serta juga mengurangi terbentuknya timbulan leachate akibat air hujan yang masuk dalam lahan BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI 60 Buku Putih Sanitasi Kota Bogor timbunan sampah. Sementara untuk mengalirkan limbah cairair lindi dari timbunan sampah tersebut telah dibuat saluran drainase lindi pipa yang bermuara ke kolam leachate. Air lindi tersebut seterusnya dinormaliasasikan dan diolah di dalam IPAl sebelum dialirkan ke badan air penerima. Namun seiring dengan perjalanan waktu karena keterbatasan sarana dan prasarana serta biaya maka pengoperasian TPA saat ini dilakukan secara open dumping. Sesuai dengan UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah, pada tahun 2013 sudah tidak diperbolehkan lagi TPA Open Dumping. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Bogor perlu menyediakan anggaran untuk penutupan sampah dengan tanah karena pengurugan memerlukan biaya yang sangat besar, serta mempersiapkan rencana penggantian sistem dari open dumping menuju sanitary landfill. Beberapa kegiatan yang dilakukan di TPA antara lain: 1. Pencatatan volumeritasi sampah yang masuk 2. Perataan dan pemadatan sampah oleh alat berat 3. Pemilahan dan pengurangan sampah oleh pemulung 4. Pengomposan secara berkala 5. Penutupan sampah dengan lapisan tanah secara periodik 6. Pengaliran dan pengolahan leachatelindi di Instalasi Pengolahan Air Lindi IPAL Gambar 3.12 Fasilitas Pendukung Tuntutan pengelolaan TPA Galuga yang lebih baik datang dari berbagai pihak dan pemerintah Kota Bogor telah berupaya untuk menciptakan kondisi TPA sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku, terutama dalam rangka memenuhi isi Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Bogor dengan Pemerintah Kota Bogor. Sejak tahun 2009 TPA Galuga tidak hanya dipergunakan untuk kepentingan Kota Bogor saja, tetapi juga untuk kebutuhan masyarakat Kabupaten Bogor dan dapat dikatakan sebagai TPA Regional. Penggunaan TPA dalam kondisi seperti diatas menimbulkan beban pengelolaan dan pengolahan yang besar. TPA Galuga memiliki sarana dan prasarana pendukung, antara lain : a. Pos Jaga Digunakan untuk pengawasan kendaraan sekaligus kontrol terhadap sirkulasi kendaraan dan memantau setiap kegiatan pembuangan secara umum. b. Jalan Masuk Jalan masuk angkutan sampah dari jalan raya menuju lokasi TPA melalui jalur pemukiman. Kondisi eksisting jalan masuk saat ini adalah panjang jalan 1500 meter dan lebar badan jalan 4 meter. Kondisi jalan di sekitar pemukiman cukup sempit sehingga mengganggu jalannya kendaraan apabila terjadi papasan antara mobil yang akan membuang sampah ke TPA dengan mobil yang telah membuang sampah di TPA. Oleh karena Itu, perlu adanya perlebaran jalan menuju TPA di luar kawasan pemukiman. BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI 61 Buku Putih Sanitasi Kota Bogor c. Peralatan Berat Di TPA Galuga terdapat tiga unit bulldozer, satu unit track loader dan satu unit escavator yang berfungsi untuk meratakan dan memadatkan sampah. d. Rumah Kompos Rumah kompos di TPA Galuga digunakan untuk melakukan kegiatan pengomposan sampah terutama sampah organik dari pasar. Kegiatan pengomposan dilakukan dengan menggunakan perangkat pencacah sebanyak tiga unit. Kompos yang telah dibuat di rumah kompos nantinya akan dipasarkan untuk mendukung kegiatan operasional rumah kompos tersebut. e. Zona Penyangga Di TPA Galuga terdapat banyak pepohonan yang digunakan sebagai kawasan penyangga. Zona penyangga berfungsi untuk mengurangi bau karena sampah yang ditimbun dalam jumlah yang sangat besar dan juga untuk mengurangi populasi lalat. f. Kolam Pengelolaan Leachate dan Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL Pada saat ini, kolam pengolahan leachete sudah tidak difungsikan karena terkena dampak longsoran sampah, hanya bak terakhir yang masih berfungsi sebagai bak pengumpul sebelum dialirkan ke IPAL. IPAL TPA Galuga dibangun pada tahun 2009 menggunakan sistem oksidasi dan filtrasi, sehingga effluen yang dibuang ke badan air penerima diupayakan telah memenuhi ketentuan yang berlaku. g. Saluran Drainase Saluran drainase di TPA Galuga berfungsi selain membuang air hujan juga menghindarkan masuknya air hujan ke dalam sel-sel sampah yang ditimbun sehingga dapat menekan sekecil mungkin leachete yang dihasilkan. Namun saat ini kondisi saluran drainase baik drainase jalan maupun drainase kavling TPA masih bersatu dalam satu saluran sehingga menyebabkan sebagian leachete dan air hujan bersatu mengalir ke badan air saluran air. h. Pipa Gas Pipa gas yang dipasang berfungsi sebagai jalan keluarnya gas metan dan karbon dioksida. Gas-gas tersebut perlu dikendalikan karena dapat menimbulkan bahaya kebakaran dan dapat berpengaruh pada pemanasan global. i. Lampu Penerangan Jalan Umum PJU Untuk memudahkan operasional TPA dan penerangan jalan akses TPA Galuga, sampai saat ini telah dipasang fasilitas penerangan jalan umum yakni dari akses jalan masuk sampai dengan Kampung Cisasak. j. Hanggar Garasi Alat Berat TPA Galuga tidak memiliki jembatan timbang sehingga kegiatan pencatatan volume sampah yang masuk ke TPA setiap hari belum akurat karena hanya berdasarkan perkiraan petugas. Untuk mengotimalkan pengelolaan TPA Galuga juga telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI 62 Buku Putih Sanitasi Kota Bogor 1. Melaksanakan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Bogor terkait dengan izin operasional penggunaan TPA Galuga. 2. Memberikan layanan kesehatan secara berkala kepada masyarakat sekitar TPA Galuga, penyediaan air bersih dan melaksanakan fogging untuk meminimalkan penyebaran jentik latat di area pemukiman di sekitar lokasi TPA. 3. Melakukan pengelolaan Lingkungan di sekitar TPA Galuga dengan membuat dokumen lingkungan UPLUKL dan hasilnya disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Bogor. 4. Pemeliharaan sarana yang ada dilaksanakan antara lain : a. Pemeliharaan Jl. Akses menuju TPA b. Penyediaan Jaringan Air Bersih Untuk Warga sekitar TPA c. Bangunan Tempat Kerja Kantor TPA d. Pemeliharaan PJU di Areal TPA e. Pemeliharaan Saluran Pembuangan Leacheate f. Pemeliharaan saluran drainase g. Pemeliharaan emplacement tempat pembuangan sampah h. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Leachate i. Pembangunan Garasi Alat Berat Hanggar j. Penutupan Zona Tidak Aktif dengan tanah dan rumput k. Pembuatan Ventilasi Gas Methane l. Penanaman Pohon Pelindung sebagai buffer zone m. Pemasangan papan informasi dan petunjuk Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah TPPAS Regional Dalam upaya penanggulangan sampah di Kabupaten Bogor, Kota Bogor dan Kota Bogor karena mengingat kondisi usia pakai TPA yang selama ini digunakan sudah melampaui umur teknis TPA serta untuk menciptakan keterpaduan pembangunan antar kawasan dan mewujudkan efisiensi, efektifitas dan sinergitas penyediaan pelayanan umum, guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, kualitas lingkungan dan menjadikan sampah sebagai sumber daya dan berdaya guna, maka Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menandatangai Kesepakatan Bersama dengan Pemerintah Kabupaten Bogor, Pemerintah Kota Bogor dan Pemerintah Kota Depok tentang Kerjasama Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Regional yang berlokasi di Nambo, serta direncanakan pada awalnya TPPAS Regional Nambo pada tahun 2012 sudah dapat dioperasionalkan. Gambar 3.13 Gambar 3.14

3.3.5. Peran serta Masyarakat dan