31
e. Aquadest dan aquabidest yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
D. Alat dan Instrumen Penelitian 1. Alat ekstraksi
a. Seperangkat alat gelas berupa bekker glass, Erlenmeyer, gelas ukur, labu ukur, cawan porselen, pipet tetes dan batang pengaduk
Pyrex. b. Shaker
c. Timbangan analitik d. Oven
e. Mesin Penyerbuk
2. Alat uji hepatoprotektif
Seperangkat alat gelas Pyrex, Timbangan analitik, Sentrifuge, Vortex, Spuit
dan syringe, Micropipet, Eppendorf, Stopwatch, Vitalab mikro Microlab 200, Merck.
E. Tata Cara Penelitian 1.
Determinasi daun Macaranga tanarius L.
Determinasi daun M. tanarius dilakukan dengan mencocokkan ciri- ciri tanaman M. tanarius pada buku acuan determinasi Koorders dan Valeton,
1918 dan disesuaikan dengan kunci determinasinya.
32
2. Pengumpulan bahan uji
Bahan uji yang digunakan adalah daun M. tanarius yang masih segar dan berwarna hijau, dipanen dari Kebun Obat Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta
3. Pembuatan serbuk daun M. tanarius L.
Daun M. tanarius dicuci dengan air mengalir hingga bersih dan diangin-anginkan hingga kering. Pengoptimalan pengeringan dilakukan
dengan oven pada suhu 50 C selama 24 jam. Daun yang telah kering diserbuk
dengan alat penyerbuk. Setelah didapatkan serbuk kasar, kemudian dilakukan pengayakan dengan ayakan no.50 untuk mendapatkan serbuk daun M.
tanarius yang lebih halus.
4. Pembuatan ekstrak etanol-air daun M. tanarius L.
Sebelum pembuatan ekstrak, daun M. tanarius dibuat serbuk terlebih dahulu supaya kandungan fitokimia yang terkandung dalam daun M. tanarius
lebih mudah terekstrak karena luas kontak permukaan semakin besar. Sebanyak 10 g serbuk kering daun M. tanarius diekstraksi secara maserasi
dengan melarutkan serbuk dalam 100 ml pelarut etanol 50 pada suhu kamar selama 3x24 jam dengan kecepatan 140 rpm. Tujuan dilarutkan dalam pelarut
etanol adalah agar senyawa kimia yang terkandung dalam daun M. tanarius dapat terlarut. Setelah dilakukan perendaman hasil maserasi disaring dengan
kertas saring. Larutan hasil saringan dipindahkan ke cawan porselen yang telah ditimbang sebelumnya, agar mempermudah perhitungan randemen
33
ekstrak yang diperoleh. Kemudian, cawan porselen yang berisi larutan hasil maserasi tersebut dimasukkan dalam oven untuk diuapkan selama 24 jam
dengan suhu 50 C.
5. Penetapan konsentrasi pekat ekstrak
Menghitung rata-rata rendemen ke-6 replikasi ekstrak kental etanol- air daun M. tanarius. Rendemen ekstrak = berat cawan ekstrak kental – berat
cawan kosong. Konsentrasi ekstrak didapat dari hasil rata-rata randemen ekstrak. Konsentrasi yang digunakan adalah konsentrasi pekat yang dapat
dibuat dimana pada konsentrasi tersebut ekstrak dapat dimasukkan serta dikeluarkan dari spuit per oral. Pembuatan konsentrasi pekat dilakukan
dengan melarutkan ekstrak per cawannya, yaitu 1,92 g dalam labu ukur terkecil dengan pelarut yang sesuai yakni CMC Na 1. Labu ukur terkecil
yang tersedia adalah labu ukur 5 ml sehingga konsentrasi ekstrak dapat ditetapkan, yaitu sebesar 0,384 gml atau 384 mgml atau 38,4 bv Andini,
2010.
6. Pembuatan larutan karbon tetraklorida-minyak zaitun 1:1
Hepatotoksin yang berupa karbon tetraklorida dilarutkan di dalam minyak zaitun dengan perbandingan 1:1, perlakuan ini sesuai dengan penelitian
Janakat dan Al-Marie 2002 yang mengoptimasi dosis dan rute pemberian karbon tetraklorida.
34
7. Uji pendahuluan
a. Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida
Penetapan dosis hepatotoksin ini dilakukan dengan melakukan studi literatur. Pada penelitian ini ditetapkan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida,
yaitu 2 mlkg BB Janakat dan Al-Merie, 2002. Pemilihan dosis hepatotoksin ini karena dosis tersebut telah dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati pada
tikus jantan tetapi tidak menyebabkan kematian pada tikus jantan.
b. Penetapan dosis ekstrak etanol-air daun M. tanarius
Penetapan dosis ekstrak etanol-air daun M. tanarius untuk
perlakuan jangka pendek berdasarkan penelitian yang dilakukan Rahmamurti 2012 dimana pada penelitian tersebut didapatkan bahwa dosis 1280 mgkg
BB menunjukkan efek hepatoprotektif tertinggi pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.
c. Penetapan waktu pencuplikan darah
Dalam penetapan waktu pencuplikan darah ini, hewan uji tikus dibagi menjadi
3 kelompok perlakuan waktu dengan masing-masing kelompok terdiri dari lima ekor tikus. Kelompok I diambil darah pada jam ke-0 setelah
pemejanan karbon tetraklorida, kelompok II diambil darah pada jam ke-24 setelah pemejanan karbon tetraklorida dan kelompok III diambil darah pada
jam ke-48 setelah pemejanan karbon tetraklorida. Setelah darah dicuplik, dilakukan pengukuran aktivitas serum ALT dan AST.
35
8. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji
Efek hepatoprotektif ekstrak etanol-air daun M. tanarius pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. Tikus jantan dibagi secara
acak dalam 8 kelompok dimana tiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus jantan. Kelompok I diberi karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB sebagai kontrol
hepatotoksin. Kelompok II diberi minyak zaitun dosis 2 mlkg BB sebagai kontrol pelarut hepatotoksin. Kelompok III diberi ekstrak etanol-air daun
M.tanarius dosis 1280 mgkg BB sebagai kontrol ekstrak etanol-air daun M.
tanarius . Kelompok IV- VIII diberi ekstrak etanol-air daun M. tanarius dosis
1280 mgkg BB secara oral berturut-turut kemudian setelah selang ½, 1, 2, 4, dan 6 jam sesuai tiap kelompok waktu diberikan hepatotoksin CCl
4
-minyak zaitun, 1:1. Dua puluh empat jam setelah pemberian hepatotoksin, darah tikus
diambil melalui sinus orbitalis mata dan diukur aktivitas ALT-AST serumnya.
9. Pembuatan serum
Darah diambil melalui sinus orbitalis mata tikus dengan bantuan pipa kapiler non hematokrit dan ditampung melalui dinding ke dalam tabung
Eppendorf. Darah kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit dan diambil bagian supernatannya serum.
10. Penetapan aktivitas ALT-AST serum
Alat yang digunakan untuk menganalisis aktivitas ALT-AST serum adalah Vitalab mikro Microlab-200. Aktivitas enzim diukur pada panjang
gelombang 340 nm, suhu 37 C, dengan faktor koreksi -1745. Aktivitas serum
36
ALT dan AST dinyatakan dalam UL. Pengukuran aktivitas serum ALT dan AST dilakukan di Laboratorium Farmakologi Toksikologi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Analisis fotometri ALT dan AST serum, masing-masing dilakukan dengan cara sebagai berikut : 100 μl serum
atau plasma dicampur dengan reagen I sebanyak 800 μl kemudian dicampurkan dengan 200 μl reagen II, lalu dibaca absorbansinya setelah 1
menit.
F. Tata Cara Analisis Hasil