maupun dalam hal pengambilan keputusan bagi masa depan dan perilaku. Perilaku-perilaku berisiko itu tidak saja merugikan diri sendiri seperti di
penjara tetapi juga merugikan orang lain, misalnya mengendarai kendaraan secara ugal-ugalan, mabuk-mabukan yang berimbas pada perusakan
fasilitas umum. Orang tua, khususnya di Indonesia kurang mendorong anak untuk
mengandalkan dirinya sendiri. Ketergantungan dengan orang tua pun masih cenderung diberi toleransi, Sarwono dalam Sawitri, 2009. Padahal
banyak orang tua di Indonesia yang sudah menentukan batas kemandirian yang harus dicapai oleh anak-anak mereka namun seringkali anak belum
mampu mandiri sesuai dengan usia yang diharapkan oleh orang tuanya. Hasilnya mereka depresi, tidak memiliki hubungan yang nyaman dengan
orang tua, memiliki harga diri yang rendah dan prestasi akademik yang buruk Juang, L.P., Lerner, J.V., McKinney, J.P., Eye, A.V., 1999.
Menurut Smith dalam Fleming, 2006, remaja akhir diharuskan telah mampu memecahkan masalahnya sendiri tanpa harus selalu
bergantung pada
orang lain
khususnya orang
tua, mampu
mempertanggungjawabkan setiap perilakunya, serta nilai-nilai yang diyakininya. Remaja akhir diharapkan dapat hidup mandiri sesuai dengan
usianya sebagai landasan hidup di masa dewasa. Pada jaman yang modern seperti saat ini, remaja banyak mendapat
tuntutan dari lingkungannya. Menjadi manusia mandiri merupakan salah satu tuntutan yang besar bagi remaja, khususnya remaja akhir Steinberg,
2002. Hal ini sebagai persiapan untuk masa dewasa awal. Oleh karena itu, dari penjelasan yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk membuktikan
teori James Marcia 1966 mengenai empat status identitas dengan kemandirian yang berbeda-beda, khususnya pada remaja akhir di
Indonesia yang ketergantungan dengan orang tua masih cenderung diberi toleransi. Mereka kurang didorong untuk mengeskplorasi alternatif-
alternatif yang lebih baik untuk menyelesaikan krisis identitas namun justru diijinkan untuk menunda komitmen. Peneliti ingin melihat
perbedaan kemandirian pada remaja akhir dilihat dari status identitas James Marcia.
B. Rumusan Masalah
Masalah dari penelitian ini adalah pembuktikan teori status identitas James Marcia pada kemandirian remaja akhir di Indonesia.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan teori James Marcia apakah ada perbedaan kemandirian pada remaja akhir di Indonesia
dilihat dari status identitas James Marcia.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi baru pada psikologi, khususnya psikologi perkembangan
tentang perbedaan kemandirian pada remaja akhir dilihat dari status identitas James Marcia.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis bagi remaja, penelitian ini dapat menambah pemahaman dan informasi tentang kemandirian serta status identitas
yang diperlukan khususnya oleh remaja akhir agar mereka dapat mengembangkan kemandirian dengan lebih baik dan mengurangi
ketergantungan terhadap orang lain. Bagi orang tua, penelitian ini dapat menjadi referensi dalam membimbing dan mengarahkan
anaknya yang memasuki masa remaja akhir sehingga dapat memahami dinamika perkembangannya.
8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Masa remaja adalah salah satu tahap perkembangan manusia. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak ke masa
dewasa yang mencakup perubahan fisik, kognitif, dan sosio-emosional Santrock, 2002.
a. Fisik
Perubahan pada aspek fisik terlihat dari bentuk tubuh yang semakin menunjukkan ciri kedewasaan. Pada perempuan, hal ini
terlihat dari tinggi badan meningkat secara cepat, pertumbuhan buah dada, pinggul, dan lain-lain. Sedangkan pada laki-laki terlihat
dari pertumbuhan tinggi badan secara cepat, alat kelamin, dan lain- lain. Selain itu, organ-organ reproduksi pada anak remaja sudah
mulai bekerja, seperti menstruasi pertama bagi remaja perempuan dan mimpi basah bagi remaja laki-laki. Perubahan-perubahan fisik
tersebut merupakan tanda-tanda pubertas. Selain itu, aspek psikologis juga muncul menyertai perubahan fisik pada masa
remaja pada saat pubertas ini, yakni citra diri. Remaja disibukkan dengan tubuh mereka dan gambaran individual mengenai tubuh
mereka.
b. Kognitif
Perubahan pada aspek kognitif yaitu remaja lebih berpikir secara abstrak, logis, dan idealis. Abstrak berarti pemikiran mereka
tidak terbatas pada pengalaman yang konkret, namun lebih membangkitkan situasi khayalan, kemungkinan hipotesis, atau
penalaran yang abstrak. Logis berarti remaja dapat menyusun rencana rencana untuk memecahkan suatu masalah, serta menguji
pemecahan masalah tersebut secara sistematis. Remaja tidak lagi seperti anak anak yang masih berpikir coba-coba untuk
memecahkan masalah. Idealis berarti bahwa remaja mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, seperti prinsip-prinsip
berpikir dan membandingkannya dengan ciri orang lain. Selama remaja, pemikiran yang muncul sering berupa fantasi yang
mengarah ke masa depan. c.
Sosio-emosional Dalam
aspek sosio-emosional,
remaja mengalami
perubahan dalam hal setting jaringan sosialnya, dimana pada masa ini figur idola bagi mereka adalah teman-teman sebayanya. Dalam
berbagai dimensi, remaja akan lebih mendengarkan dan mengikuti teman sebaya mereka. Secara sosial mereka merasa tidak lagi
cocok dengan orang yang lebih dewasa atau anak-anak, oleh karena itu mereka ingin membentuk kelompok sendiri yang terdiri
dari teman-teman sebaya.
Monks, dkk 2002 membagi masa remaja menjadi tiga tahap berdasarkan usianya. Remaja awal dengan rentang usia 12-15 tahun,
remaja tengah dengan rentang usia 15-18 tahun dan remaja akhir dengan rentang usia 18-21 tahun. Masing-masing tahapan ini
mengalami perubahan dari segi fisik, kognitif, dan sosio emosional “Nurturing Children and Youth: A Developmental Guidebook”,
2005. Perubahan-perubahan tersebut ditunjukkan pada tabel 1 :
Tabel 1 Perubahan Perkembangan Masa Remaja
Area Perkembangan
Remaja Awal 12-15 tahun
Remaja Tengah 15-18 tahun
Remaja Akhir 18-21 tahun
Pertumbuhan Fisik
Puncak dari pertumbuhan fisik
dan pubertas. Transisi menuju
tubuh dewasa. Harga diri dan body
image meningkat. Meningkatnya
seksualitas. Merasakan
ketertarikan antar gender dan
orientasi seksual. Berisiko besar
untuk terpengaruh alkohol, obat
obatan terlarang, dan aktivitas
seksual. Mencapai
perkembangan fisik seluruhnya.
Body image sudah jelas terlihat.
Kebutuhan untuk aktivitas seksual lebih
besar dan cenderung lebih senang untuk
memiliki pasangan. Belajar mengatasi
stress dan menjaga kesehatan.
Perkembangan Kognitif,
Intelektual Berubah pemikiran
dari yang hanya berpikir konkrit
menjadi abstrak, termasuk pemikiran
hipotesis. Konsentrasi pada
diri sendiri dan persepsi orang lain
terhadap diri Memiliki
kemampuan untuk berpikir deduktif,
induktif, terkonsep, dan hipotesis.
Mampu mensintesis dan menggunakan
informasi secara efisien.
Terbuka untuk belajar sesuatu.
Menyampaikan ide dengan kemampuan
linguistik yang bagus. Melihat banyak sudut
pandang dalam suatu masalah.