1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan populasi dunia usaha di Indonesia yang pesat merupakan indikator peningkatan potensi penerimaan negara dari sektor perpajakan.
Pajak mempunyai kontribusi yang cukup tinggi dalam penerimaan negara non-migas. Pada beberapa tahun terakhir, penerimaan dari sektor fiskal
mencapai lebih dari 70 dari total penerimaan dalam APBN Resmi 2011:v. Untuk itu pemerintah perlu memaksimalkan penerimaan negara dari sektor
perpajakan dan disertai kesadaran dari masyarakat untuk membayar pajak. PPh yang merupakan singkatan dari pajak penghasilan adalah salah satu jenis
pajak yang ada di Indonesia dan dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak. PPh Pasal 21 merupakan salah satu jenis pajak atas penghasilan yang
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi subjek pajak dalam negeri. Pelaksanaan PPh Pasal 21
diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31PJ2009 tentang pedoman teknis tata cara pemotongan, penyetoran dan pelaporan
Pajak Penghasilan Pasal 21 danatau Pajak Penghasilan Pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi. Peraturan Direktur
Jenderal Pajak ini mengalami beberapa kali perubahan, sehingga dapat mengikuti perkembangan sosial ekonomi sebagai hasil pembangunan
nasional dan globalisasi serta reformasi di berbagai bidang yang sangat pesat.
Direktur Jenderal Pajak mempertahankan self assessment system dalam sistem pemungutan pajak. Self assessment system merupakan pemungutan
pajak dengan memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya
pajak yang harus dibayar Casavera 2009:5. Sesuai dengan self assessment system, wajib pajak diharapkan dapat menghitung dan membayar serta
melaporkan secara benar sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku. Dalam pemberlakuan sistem ini kepatuhan wajib pajak diharapkan
dapat meningkat, yang ditandai dengan pelaksanaan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak secara sukarela.
CV. Adicita Prayoga merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang konveksi yang memotong PPh Pasal 21 untuk pegawai. Pemotong
pajak sebagai pemberi kerja menghitung PPh Pasal 21 bagi pegawai dan melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak KPP.
Pajak penghasilan yang dipotong, disetor, dan dilaporkan oleh pemotong pajak harus berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku. Oleh karena itu,
dibutuhkan pemahaman terhadap undang-undang perpajakan dan peraturan- peraturan perpajakan yang berlaku. Penghitungan yang belum mengacu pada
peraturan perpajakan yang berlaku akan menyebabkan kesalahan dalam penghitungan pajak terutang, sehingga menyebabkan kesalahan juga dalam
memasukkan data penghitungan ke dalam Surat Setoran Pajak dan Surat Pemberitahuan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis ingin mengevaluasi pemotongan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk
pegawai tetap di CV. Adicita Prayoga Klaten sudah sesuai dengan peraturan perpajakan.
B. Rumusan Masalah