lain kebenaran, kelengkapan dan kejelasan dalam pengisian SPT Masa dan waktu pelaporan SPT Masa. Berdasarkan pengamatan penulis pada SPT
untuk Masa Pajak Oktober, November dan Desember tahun Pajak 2012 diketahui bahwa pengisian SPT Masa dilakukan dengan benar, lengkap dan
jelas, kecuali Masa Pajak Oktober terdapat kesalahan penulisan angka pada Jumlah Penghasilan Bruto Pegawai Tetap. SPT Masa dilaporkan tepat
waktu ke Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Klaten melalui Kantor Pos Klaten bersamaan dengan penyetoran PPh Pasal 21. Dan perusahaan
diberikan Bukti Penerimaan Surat dari kantor pos tersebut. Untuk waktu dan tempat pelaporan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 19. Waktu dan Tempat Pelaporan PPh Pasal 21
No. Masa Pajak
Waktu Pelaporan Tempat Pelaporan
1. Oktober
9 November 2012 Kantor Pos Klaten
2. November
7 Desember 2012 Kantor Pos Klaten
3. Desember
18 Januari 2013 Kantor Pos Klaten
Sumber: CV. Adicita Prayoga
B. Analisis Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21
Untuk menjawab
permasalahan yang
terkait dengan
penghitungan pemotongan PPh Pasal 21, penulis akan menghitung ulang Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang untuk Masa Pajak Oktober,
November dan Desember tahun 2012 secara teori dengan menggunakan data-data yang diperoleh dengan mengacu pada Peraturan Jenderal
Pajak Nomor: PER-31PJ2009. Berdasarkan Peraturan Jenderal Pajak
Nomor: PER-31PJ2009, untuk menghitung PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap yang dipindahtugaskan dalam tahun berjalan dihitung
dengan memasukkan data-data yang diperlukan ke dalam formula berikut.
Gaji yang diterima pegawai sejak pegawai dipindahtugaskan
xxxxxx Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
= 5 X Gaji Sebulan xxxxx
2. Iuran Lain
xxxxx xxxxxx
Jumlah penghasilan neto xxxxxx
Penghasilan neto masa sebelumnya xxxxxx
Jumlah penghasilan neto untuk penghitungan PPh Pasal 21
xxxxxx PTKP
xxxxxx Penghasilan Kena Pajak setahun
xxxxxx PPh Pasal 21 atas PKP setahun
= Tarif X Penghasilan Kena Pajak setahun xxxxx
PPh Pasal 21 yang telah dipotong masa sebelumnya
xxxxx PPh Pasal 21 terutang
xxxxx PPh Pasal 21 sebulan yang harus dipotong
= PPh Pasal 21 terutang : 3 xxxxx
Dan untuk menghitung PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap yang mulai bekerja pada pertengahan tahun tahun berjalan dapat menggunakan
formula sebagai berikut: Gaji Sebulan
xxxxxx THR Agustus
xxxxxx Penghasilan bruto sebulan
xxxxxx Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
= 5 X Gaji Sebulan xxxxx
2. Biaya THR
xxxxx xxxxxx
Penghasilan neto sebulan xxxxxx
Penghasilan neto setahun = 3 X Penghasilan neto sebulan
xxxxxx Penghasilan Tidak Kena Pajak
xxxxxx Penghasilan Kena Pajak setahun
xxxxxx PPh Pasal 21 terutang
= Tarif X Penghasilan Kena Pajak setahun
PPh Pasal 21 sebulan = PPh Pasal 21 terutang : 3
CV. Adicita Prayoga didirikan pada bulan Oktober 2012, sehingga untuk tambahan penghasilan bruto THR Agustus tidak diberikan kepada
pegawai yang baru mulai bekerja pada bulan Oktober karena telah melewati bulan Agustus. Dan untuk pegawai yang dipindahtugaskan, THR Agustus
telah diberikan oleh PT. Mondrian perusahaan lama saat masih berkerja di sana. Begitu pula untuk Biaya THR sebagai pengurang penghasilan bruto,
tidak dibiayakan kepada pegawai. Penggunaan istilah Biaya THR kurang
tepat. Seharusnya perusahaan menggunakan istilah yang umum digunakan dalam perpajakan yaitu Biaya Jabatan atas THR. Biaya Jabatan atas THR
adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan tidak teratur berupa THR.
Berikut ini merupakan penghitungan PPh Pasal 21 terhadap kedelapan pegawai yang mulai bekerja pada bulan Oktober tersebut oleh penulis
dengan menggunakan formula di atas: 1.
Ibu Fr. Kiswari, perempuan dengan status tidak kawin dan penghasilan yang diterima sebulan sebesar Rp2.400.000,00. Beliau merupakan
pegawai tetap yang dipindahtugaskan dari PT. Mondrian ke CV. Adicita Prayoga. Penghitungan PPh Pasal 21 terutang di CV. Adicita
Prayoga yang dilakukan oleh penulis adalah: Gaji Oktober s.d. Desember 2012
3 X Rp2.400.000 Rp
7.200.000 Pengurangan :
Biaya Jabatan = 5 X Rp7.200.000
Rp 360.000
Jumlah penghasilan neto Rp
6.840.000 Penghasilan neto masa sebelumnya
Rp 22.800.000 Jumlah penghasilan neto untuk
penghitungan PPh Pasal 21 Rp 29.640.000
PTKP Rp 15.840.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 13.800.000
PPh Pasal 21 atas PKP setahun = 5 X Rp13.800.000
Rp 690.000
PPh Pasal 21 yang telah dipotong masa
sebelumnya Rp
348.000 PPh Pasal 21 terutang
Rp 342.000
PPh Pasal 21 sebulan yang harus dipotong = Rp342.000 : 3
Rp 114.000
Biaya jabatan sebesar Rp360.000 diperoleh dari 5 sebagai tarif dari biaya jabatan dikalikan dengan penghasilan yang diperoleh Ibu
Kiswari sebesar Rp7.200.000. Biaya jabatan merupakan pengurang penghasilan bruto, sehingga diketahui penghasilan neto Ibu Kiswari
sebesar Rp6.840.000.
Beliau merupakan
pegawai yang
dipindahtugaskan sehingga untuk memperoleh penghasilan neto untuk penghitungan PPh Pasal 21 adalah penghasilan neto sebesar
Rp6.840,000 ditambah dengan penghasilan neto masa sebelumnya sebesar Rp22.800.000, sehingga jumlah penghasilan neto menjadi
Rp29.640.000. Untuk memperoleh Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan yaitu
sebesar Penghasilan Neto Setahun dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor Per.31Pj.2009 Pasal 11 ayat 1 sehingga diperoleh Penghasilan Kena Pajak PKP sebesar Rp13.800.000. Pada kasus ini
besarnya PTKP untuk Ibu Kiswari adalah PTKP hanya untuk dirinya sendiri, yaitu sebesar Rp15.840.000. Dari penghitungan tersebut,
diketahui bahwa PPh Pasal 21 terutang Ibu Kiswari untuk sebulan Tahun 2012 sebesar Rp114.000.
2. Bapak Urip Widyatmoko, laki-laki dengan status kawin dan
mempunyai tanggungan 3 tiga orang. Penghasilan yang diterima sebulan sebesar Rp 2.500.000,00. Beliau merupakan pegawai tetap
yang dipindahtugaskan dari PT. Mondrian ke CV. Adicita Prayoga. Penghitungan PPh Pasal 21 terutang yang dilakukan oleh penulis
adalah: Gaji Oktober s.d. Desember 2012
3 X Rp2.500.000 Rp
7.500.000 Pengurangan :
Biaya Jabatan = 5 X Rp7.500.000
Rp 375.000
Jumlah penghasilan neto Rp
7.125.000 Penghasilan neto masa sebelumnya
Rp 23.750.000 Jumlah penghasilan neto untuk
penghitungan PPh Pasal 21 Rp 30.875.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak Untuk diri sendiri
Rp 15.840.000 Tambahan kawin
Rp 1.320.000
Tanggungan 3 orang Rp
3.960.000 Rp 21.120.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp
9.755.000 PPh Pasal 21 atas PKP setahun
= 5 X Rp9.755.000 Rp
487.750 PPh Pasal 21 yang telah dipotong masa
sebelumnya Rp
131.500 PPh Pasal 21 terutang
Rp 356.250
PPh Pasal 21 sebulan yang harus dipotong = Rp356.250 : 3
Rp 118.750
Besarnya Pajak Penghasilan Bapak Urip diperoleh dengan cara yang sama dengan pengitungan Ibu Kiswari yang telah dijabarkan.
Akan tetapi terdapat perbedaan dalam menentukan PTKP. Besarnya PTKP untuk Bapak Urip adalah PTKP untuk dirinya sendiri ditambah
PTKP untuk status kawin dan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya. Sehingga dengan langkah penghitungan yang
sama dengan Ibu Kiswari, maka PPh Pasal 21 terutang sebulan pada tahun 2012 untuk Bapak Urip sebesar Rp118.750.
3. Bapak Lastyo Army DJ., laki-laki dengan status kawin dan mempunyai
tanggungan 2 dua orang. Penghasilan yang diterima sebulan sebesar Rp 2.000.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21 terutang yang dilakukan
oleh penulis adalah: Gaji Oktober s.d. Desember 2012
3 X Rp2.000.000 Rp
6.000.000 Pengurangan :
Biaya Jabatan = 5 X Rp6.000.000
Rp 300.000
Jumlah penghasilan neto Rp
5.700.000 Penghasilan neto masa sebelumnya
Rp 19.000.000 Jumlah penghasilan neto untuk
penghitungan PPh Pasal 21 Rp 24.700.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak Untuk diri sendiri
Rp 15.840.000 Tambahan kawin
Rp 1.320.000
Tanggungan 2 orang Rp
2.640.000 Rp 19.800.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp
4.900.000
PPh Pasal 21 atas PKP setahun = 5 X Rp4.900.000
Rp 245.000
PPh Pasal 21 yang telah dipotong masa sebelumnya
Rp -
PPh Pasal 21 terutang Rp
245.000 PPh Pasal 21 sebulan yang harus dipotong
= Rp245.000: 3 Rp
81.600 Besarnya Pajak Penghasilan Bapak Lastyo diperoleh dengan cara
yang sama dengan pengitungan Bapak Urip yang telah dijabarkan. Sehingga dengan langkah penghitungan yang sama dengan Bapak Urip,
maka PPh Pasal 21 terutang sebulan pada tahun 2012 untuk Bapak Lastyo sebesar Rp81.600.
4. Bapak Jaka Mulyata, laki-laki dengan status kawin dan mempunyai
tanggungan 3 tiga orang. Penghasilan yang diterima sebulan sebesar Rp
2.200.000,00. Beliau
merupakan pegawai
tetap yang
dipindahtugaskan dari PT. Mondrian ke CV. Adicita Prayoga. Penghitungan PPh Pasal 21 terutang yang dilakukan oleh penulis
adalah: Gaji Oktober s.d. Desember 2012
3 X Rp2.200.000 Rp
6.600.000 Pengurangan :
Biaya Jabatan = 5 X Rp6.600.000
Rp 330.000
Jumlah penghasilan neto Rp
6.270.000 Penghasilan neto masa sebelumnya
Rp 20.900.000 Jumlah penghasilan neto untuk
penghitungan PPh Pasal 21 Rp 27.170.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak Untuk diri sendiri
Rp 15.840.000 Tambahan kawin
Rp 1.320.000
Tanggungan 3 orang Rp
3.960.000 Rp 21.120.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp
6.050.000 PPh Pasal 21 atas PKP setahun
= 5 X Rp6.050.000 Rp
302.500 PPh Pasal 21 yang telah dipotong masa
sebelumnya Rp
- PPh Pasal 21 terutang
Rp 302.500
PPh Pasal 21 sebulan yang harus dipotong = Rp302.500: 3
Rp 100.800
Penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Bapak Jaka diperoleh
dengan cara yang sama dengan pengitungan Bapak Urip yang telah dijabarkan. Sehingga dengan langkah penghitungan yang sama dengan
Bapak Urip, maka PPh Pasal 21 terutang sebulan pada tahun 2012 untuk Bapak Lastyo sebesar Rp100.800.
5. Ibu Th. Sulistyawati, perempuan dengan status tidak kawin dan
penghasilan yang diterima sebulan sebesar Rp1.200.000,00. Beliau merupakan pegawai tetap yang dipindahtugaskan dari PT. Mondrian ke
CV. Adicita Prayoga. Penghitungan PPh Pasal 21 terutang yang dilakukan oleh penulis adalah:
Gaji Oktober s.d. Desember 2012 3 X Rp1.200.000
Rp 3.600.000
Pengurangan : Biaya Jabatan
= 5 X Rp3.600.000 Rp
180.000 Jumlah penghasilan neto
Rp 3.420.000
Penghasilan neto masa sebelumnya Rp 10.990.000
Jumlah penghasilan neto untuk penghitungan PPh Pasal 21
Rp 14.410.000 PTKP
Rp 15.840.000 Penghasilan Kena Pajak setahun
Rp 1.430.000 PPh Pasal 21 sebulan yang harus dipotong
Rp Besarnya Pajak Penghasilan Ibu Sulistyawati diperoleh dengan
cara yang sama dengan pengitungan Ibu Kiswari yang telah dijabarkan. Akan tetapi terdapat perbedaan yaitu PTKP lebih besar daripada PKP,
sehingga penghasilan yang diterima Ibu Sulistyawati tidak dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 21.
6. Bapak Sri Widodo, laki-laki dengan status kawin dan mempunyai
tanggungan 1 satu orang. Beliau merupakan pegawai baru yang mulai bekerja di CV. Adicita Prayoga bulan Oktober tahun 2012. Penghasilan
yang diterima sebulan sebesar Rp 1.100.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21 terutang yang dilakukan oleh penulis adalah:
Gaji Sebulan Rp
1.100.000 Pengurangan :
Biaya Jabatan
= 5 X Rp1.100.000 Rp
55.000 Penghasilan neto sebulan
Rp 1.045.000
Penghasilan neto setahun = 3 X Rp1.045.000
Rp 3.135.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak Untuk diri sendiri
Rp 15.840.000 Tambahan kawin
Rp 1.320.000
Tanggungan 1 orang Rp
1.320.000 Rp 18.480.000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 15.345.000
PPh Pasal 21 terutang = 5 X Rp 15.345.000 = Rp 0
Besarnya Pajak Penghasilan Bapak Sri diperoleh dengan cara yang sama dengan pengitungan Ibu Sulistyawati yang telah dijabarkan.
Sehingga dengan langkah penghitungan yang sama dan dikarenakan PTKP lebih besar daripada PKP, maka penghasilan yang diterima
Bapak Sri tidak dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 21. 7.
Bapak Catur Yulianto, laki-laki dengan status kawin dan mempunyai tanggungan 3 satu orang. Penghasilan yang diterima sebulan sebesar
Rp 1.100.000,00.
Beliau merupakan
pegawai tetap
yang dipindahtugaskan dari PT. Mondrian ke CV. Adicita Prayoga.
Penghitungan PPh Pasal 21 terutang yang dilakukan oleh penulis adalah:
Gaji Oktober s.d. Desember 2012 3 X Rp1.100.000
Rp 3.300.000
Pengurangan : Biaya Jabatan
= 5 X Rp3.300.000 Rp
165.000 Jumlah penghasilan neto
Rp 3.135.000
Penghasilan neto masa sebelumnya Rp 10.090.000
Jumlah penghasilan neto untuk penghitungan PPh Pasal 21
Rp 13.225.000 Penghasilan Tidak Kena Pajak
Untuk diri sendiri Rp 15.840.000
Tambahan kawin Rp
1.320.000 Tanggungan 3 orang
Rp 3.960.000
Rp 21.120.000 Penghasilan Kena Pajak setahun
Rp 7.895.000 PPh Pasal 21 sebulan yang harus dipotong
Rp Besarnya Pajak Penghasilan Bapak Catur diperoleh dengan cara
yang sama dengan penghitungan Ibu Sulistyawati yang telah dijabarkan. Sehingga dengan langkah penghitungan yang sama dan
dikarenakan PTKP lebih besar daripada PKP, maka penghasilan yang diterima Bapak Catur tidak dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 21.
8. Bapak Dwi Prasetyo, laki-laki dengan status kawin dan mempunyai
tanggungan 2 satu orang. Penghasilan yang diterima sebulan sebesar Rp 1.250.000,00. Beliau merupakan pegawai baru yang mulai bekerja
di CV. Adicita Prayoga bulan Oktober tahun 2012. Penghitungan PPh Pasal 21 terutang yang dilakukan oleh penulis adalah:
Gaji Sebulan Rp
1.250.000 Pengurangan :
Biaya Jabatan = 5 X Rp1.250.000
Rp 62.500
Penghasilan neto sebulan Rp
1.187.500 Penghasilan neto setahun
= 3 X Rp1.187.500 Rp
3.562.500 Penghasilan Tidak Kena Pajak
Untuk diri sendiri Rp 15.840.000
Tambahan kawin Rp
1.320.000 Tanggungan 2 orang
Rp 2.640.000
Rp 19.800.000 Penghasilan Kena Pajak setahun
Rp 16.237.500 PPh Pasal 21 terutang = 5 X Rp 16.237.500 = Rp 0
Besarnya Pajak Penghasilan Bapak Dwi diperoleh dengan cara yang sama dengan pengitungan Ibu Sulistyawati yang telah dijabarkan. Sehingga
dengan langkah penghitungan yang sama dan dikarenakan PTKP lebih besar daripada PKP, maka penghasilan yang diterima Bapak Dwi tidak dikenakan
Pajak Penghasilan Pasal 21. Dari uraian di atas dapat diringkas dalam Tabel 15. Pada tabel-tabel di
bawah juga ditampilkan penghitungan berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31PJ2009 untuk semua pegawai tetap untuk
masing-masing pegawai yang mulai bekerja pada bulan Oktober, November dan Desember tahun 2012.
Tabel 20. Data Hasil Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang untuk Sampel Pegawai pada Masa Pajak Oktober, November dan Desember Tahun 2012 oleh penulis
Sumber: Data yang diolah
Tabel 21. Data Hasil Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk Pegawai yang Mulai Bekerja pada Masa Pajak Oktober Tahun 2012 oleh penulis
Tabel 21. Lanjutan
Sumber: Data yang diolah
Tabel 22. Data Hasil Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk Pegawai yang Mulai Bekerja pada Masa Pajak November Tahun 2012 oleh penulis
Sumber: Data yang diolah
Tabel 23. Data Hasil Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk Pegawai yang Mulai Bekerja pada Masa Pajak Desember Tahun 2012 oleh penulis
Tabel 23. Lanjutan
Tabel 23. Lanjutan
Sumber: Data yang diolah
C. Analisis Penyetoran PPh Pasal 21