Program-Program PMI Cabang Medan

72

V.1 Program-Program PMI Cabang Medan

1. Program Penanggulangan Bencana

Segenap komponen Palang Merah Indonesia baik di pusat, daerah maupun cabang bersama-sama dengan masyarakat dan mitra kerja lainnya perlu terlibat secara aktif dalam mengaktualisasikan Penanganan Bencana secara komprehensif yang memfokus pada upaya meringankan beban penderitaan masyarakat rentan melalui langkah-langkah antisipasi dan meminimalisasi dampak bencana serta melakukan upaya tanggap darurat bencana yang efektif, berkualitas dan berkelanjutan. Dukungan yang diberikan oleh Federasi, ICRC dan mitra kerja lainnya merupakan kontribusi yang sangat berarti bagi terwujudnya upaya tersebut. Menurut Kepres RI No 246 tahun 1963, tentang Perhimpunan PMI antara lain berbunyi: Bab II pasal 2 2 PMI mempersiapkan diri untuk dapat melaksanakan tugas-tugas baik di dalam negeri maupun di luar negeri Dengan Tujuan Tugas-Tugas Bantuan Pertama Pada Tiap-tiap Bencana Alam Yang terjadi baik Di Dalam Negeri Maupun Di Luar Negeri. Sesuai Kepres RI No 43 tahun 1990 tentang Penanggulangan Bencana di Indonesia dibawah koordinasi Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana BAKORNAS PB. Pada setiap tingkat organisasi, PMI perlu mengintegrasikan diri dan mengadakan sinkronisasi upaya dengan BAKORNAS Penanggulangan Bencana sehingga tercapai efisiensi dan efektivitas upaya yang optimal di dalam setiap penanganan korban bencana. Universitas Sumatera Utara 73 a. Tujuan Program PMI dapat memenuhi tanggung jawab untuk memberikan pelayanan terbaiknya kepada masyarakat yang paling rentan sebelum, saat dan sesudah bencana. b. Ruang Lingkup Kegiatan 1. Di dalam melaksanakan tugas memberikan pertolongan dan bantuan kepada korban akibat bencana alam atau terjadinya konflik dilakukan oleh tenaga KSR dan TSR yang sudah terlatih di bawah komando PMI Cabang. 2. Setiap orang yang luka siapapun dia dan meskipun dia ikut serta dalam peristiwa kekerasan tersebut, dia mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pertolongan pertama . Petugas harus menggunakan seragam Palang Merah dan harus mempunyai akses kepada semua pihak, karena petugas tersebut bersifat netral dan tidak memihak. Tugasnya hanya membantu semua korban tanpa perbedaan. 3. Apabila dampak dari kejadian bencana alam atau konflik tersebut mengakibatkan pengungsian penduduk yang memerlukan penanganan bersama, maka PMI Cabang harus meminta bantuan penanganan kepada PMI Daerah bahkan sampai ke tingkat pusat. 4. Untuk menjaga kemungkinan terjadinya bencana baik bencana alam maupun bencana konflik, di beberapa daerah yang rawan harus dibentuk tim khusus yang disebut SATGANA Satuan Siaga Penanggulangan Bencana. Anggota SATGANA tersebut terdiri dari dari anggota KSR dan TSR yang sudah terlatih dengan pengetahuan khusus. KSR yang masuk ke dalam Tim Universitas Sumatera Utara 74 SATGANA dapat berasal dari KSR Unit Perguruan Tinggi atau KSR Unit PMI Cabang yang terpenting dapat melaksanakan tugas setiap saat diperlukan. 5. Apabila penanganan korbanpengungsi tersebut sangat kompleks dan tidak mungkin ditangani oleh PMI sendiri, maka PMI dapat meminta bantuan dukungan kepada Palang Merah Internasional dalam bentuk permohonan bantuan disaster appeal ditujukan kepada IFRC, dan kepada ICRC bila itu bencana konflik. 6. Apabila diperlukan , PMI Pusat dan Daerah dapat bekerjasama dengan ICRC atau IFRC untuk membentuk sebuah tim khusus yang bertugas dalam kurun waktu tertentu hingga unsur PMI setempat mampu mengambil alih tugas-tugas yang dilaksanakan oleh Tim Khusus tersebut. Anggota Tim Khusus dapat direkrut dari unsur-unsur pengurus PMI, staf senior Pusat, Daerah maupun Cabang, KSR terlatih dari lintas daerah dan KSR PMI Cabang setempat. c. Target-target yang akan dicapai dalam melaksanakan program ini adalah 1. Menyusun program kongkrit berdasarkan pada kebijakan dan pedoman Penanganan Bencana berkoordinasi dengan PMI Daerah dan stakeholder di tingkat Cabang. 2. Merekrut, dan mengembangkan kapasitas staff dan relawan, khususnya SATGANA PMI Cabang dan CBATCommunity Based Action Team atau SIBAT Siaga Bantuan Berbasis Masyarakat, agar dapat melaksanakan operasional sebelum, saat dan sesudah bencana alam dan konflik. 3. Mencari dukungan dan persetujuan formal dengan PMI daerah, Institusi, lembaga lain di tingkat KabupatenKota, untuk mendapat dukungan logistic Universitas Sumatera Utara 75 yang layak untuk operasional bantuan Penanganan Bencana di Wilayah Cabangnya. 4. Mengupayakan adanya dana darurat bencana serta memanfaatkan secara efisien untuk respon darurat bencana. 5. Implementasi kebutuhan logistic, dan pemetaan rawan bencanaresiko di wilahnya, dalam usaha untuk merespon bencana secara efektif. 6. Advokasi mekanisme tugas dan tanggungjawab Satgana PMI Cabang pada saat bencana skala besar terjadi, kepada stakeholder. 7. Advokasi dan promosi prinsip, strategi, mandata, dan kebijakan pelayanan Penanganan Bencana dalam rangka mengembangkan dan menjaga kerjasama dengan pemerintah daerah dan stakholeder lainnya di lingkup Kabupaten Kotamadya. d. Keberhasilan program yang telah dicapai dari tahun 2005-2007 Dalam petikan percakapan yang diikuti peneliti dengan Ridha Yuanita Sutomo StafPetugas PMI mengenai bentuk kerjasama PMI dengan masyarakat: ” Palang Merah Indonesia PMI Cabang Medan sebenarnya sudah mencapai 50 program yang telah dilaksanakan sesuai dengan pokok-pokok kebijakan dan Rencana Strategi 2004-2009 di tingkat cabang setelah adanya kejadian gempa di Aceh dan Nias, PMI telah melaksanakan tugas dan fungsinya, Segala relawan telah disiapkan dalam menanggulangi bencana yang ada di Aceh dan Nias, begitu juga di medan, PMI telah melakukan tugasnya dan telah berusaha sebisa mungkin dalam membantu warga medan yang membutuhkan pertolongan ”. 1. Sekitar 50 PMI Cabang telah mengimplementasikan program-program penanganan bencana berdasarkan kebijakan penanganan bencana yang bekerjasama dengan PMI daerah dan stakeholder lainnya di tingkat Cabang. Universitas Sumatera Utara 76 2. PMI Cabang telah memberikan pelatihan dalam bidang penanganan bencana kepada staf dan relawanya. 3. PMI telah mampu menjalankan kebijakan dan pedoman standart sistem logistic untuk mendukung operasional bantuan penanganan bencana di wilayahnya. 4. Sekitar 50 PMI Cabang memiliki SATGANA dan CBATSIBAT yang mampu berfungsi dengan baik dalam merespon bencana dan mengembangkan program CBDPKBBM pada sedikitnya 1 desa mitra yang rawan bencana di PMI Cabangnya masing-masing. 5. Adanya Monitoring Utama Antara PMI Cabang dengan PMI daerah terhadap penyediaan dana pemanfaatan dana darurat bencana di PMI Cabang dan sedikitnya 70 PMI Cabang telah mengalokasikan dana darurat bencana di wilayahnya masing-masing. 6. Sekitar 50 PMI telah memiliki jaringan komputer dan internet yang standart untuk mendukung Sistem Informasi Penanganan Bencana dan masing-masing markas Cabang dari 50 PMI Cabang rawan bencana memiliki sedikitnya 1 orang staff yang memiliki keahlian memfungsikan jaringan komputerinternet untuk mendukung program Sistem Informasi Penanganan Bencana. 7. Peningkatan kerjasama sebesar 70 dengan PMI Cabang yang ditargetkan dan dengan stakeholder lainya dan peningkatan jangkauan media lokal KabKota besar 50. Universitas Sumatera Utara 77 8. 50 Daerah dan Cabang Rawan bencana mendapatkan dukungan formal dari SATLAK dan Dinsos dan instansi terkait lainya untuk mendapatkan posisi di struktur KabupatenKotamadya yang ada. d. Kendala-kendala yang diadapi dalam melaksanakan program ini Dilihat dari target maupun kriteria keberhasilan yang telah diuraikan diatas tetap saja ada terdapat kendala-kendala yang dihadapi para relawan dari PMI cabang Medan pada waktu mereka dikirim oleh markas PMI ke Nias dalam mengevakuasi korban bencana alam seperti petikan percakapan yang diikuti oleh peneliti dengan Bang Dedi koordinator relawan: ” Dalam mengevakusasi korban kami terbentur masalah yaitu pada saat kami datang ketempat kejadian dengan membawa bahan logistik dan obat-obatan warga tiba-tiba menyerang kami dijalan mereka ingin merampas bahan logistik yang kami bawah. Sebanarnya bahan logistik yang kami bawah itu untuk mereka juga, Dari Medan kami ditugaskan agar menyerahkan bahan logistik itu terlebih dahulu ke kantor desa yang ada di pulau teluk dalam Kabupaten Nias, pada waktu itu kami uda kebingungan, jarak kantor desa dengan kejadian sekitar 2 kilometer lagi, Saya sebagai koordinator relawan membuat keputusan dengan membujuk mereka agar kami diperbolehkan terlebih dulu menyerahkan bahan logistik tersebut ke pada kantor desa setempat. Setelah itu menyerahkan kepada mereka. Namun mereka berupaya membongkar muatan yang ada di mobil kami, TNI sebenarnya ikut dalam rombongan kami namun mereka masih dibelakang bersama Palang Merah Belanda pada waktu itu. Dari pada mereka merampas semua bahan logistik yang kami bawah, Saya menyuruh anggota relawan agar memberikan sebagian bahan logistik yang dibawah seperti mie-instant, beras beserta air mineral ,setelah itu kami bergegas untuk meninggalkan tempat tesebut”. Salah satu kendala yang dihadapi PMI yaitu: 1. Pelayanan PMI Cabang Medan dalam penanganan bencana walaupun sudah diupayakan memenuhi standart pelayanan prima, namun secara umum belum memenuhi kualitas dan kuantitas serta menjangkau keseluruhan masyarakat Universitas Sumatera Utara 78 yang rentan. Hal ini disebabkan keterbatasan dana, kapasitas dan jumlah sumber daya manusia yang dimiliki. 2. Dalam menangani bencana para relawan PMI Cabang Medan belum bisa memenuhi target yang telah ditentukan dalam program sehingga program yang dijalankan PMI belum semuanya dirasakan oleh warga. 3. Belum adanya kejelasan kerangka keanggotaan PMI Cabang Medan seperti: KSR, TSR, PMR, Satgana,tim khusus, staff dan Pengurus maupun kejelasan peran dan fungsi masing-masing sehingga dalam melaksanakan tugasnya masing-masing masi simpang siur dan membuat PMI Cabang Medan kesulitan dalam membagi tugas dalam menangani bencana. 4. Untuk menjangkau daerah bencana alam PMI Cabang Medan belum bisa sepenuh menjangkau daerah-daerah rawan bencana karena faktor georafis maupun persediaan peralatan belum memadai. 5. Dana yang tersedia belum memenuhi standart yang telah ditetapkan dalam penanggulangan bencana alam. 6. Keamanan belum bisa diatasi karena PMI masih mempunyai kekurangan baik di dalam struktur organisasi maupun dalam menjalankan tugas yang ada di lapangan. e. Solusi-solusi yang dilakukan dalam menghadapi kendala-kendala tersebut 1. Mencari dukungan dari lembaga lain: Usaha yang dilakukan yaitu membuat suatu proposal kegiatan berupa dukungan untuk bekerjasama melaksanakan program ini juga meminta dukungan dana untuk membantu terlaksananya program ini di mana Universitas Sumatera Utara 79 dengan mencantumkan izin dari pemerintah kotamadya dimana gunanya program ini tidak dijalankan oleh suatu lembaga saja. 2. Dalam Setiap Minggu PMI Cabang Medan melakukan pelatihan yang diadakan di markas cabang untuk membantu para relawan untuk lebih siap siaga dalam penanggulangan bencana alam. 3. PMI Cabang Medan berusaha menjalin kerjasama dengan masyarakat untuk membantu tugas-tugas kemanusian para relawan dalam tanggap darurat. 4. PMI berusaha semaksimal mungkin mencari jalan terbaik untuk mengatasi kendala-kendala yang sering terjadi dilingkungan PMI, dengan mengatasi kendala dilingkungan PMI bisa mempercepat kinerja PMI dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam mengatasi terjadinya bencana alam. Universitas Sumatera Utara 80

2. Pelayanan Sosial PMI

Bantuan PMI dalam bentuk pelayanan atau jasa kepada masyarakat yang memerlukan yang difokuskan pada upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat tersebut dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya. Pelayanan Kesehatan Masyarakat PMI Bantuan PMI dalam bentuk jasa atau upaya-upaya lain untuk memperbaiki perilaku kesehatan masyarakat, mendukung kegiatan pelayanan kesehatan, pemberian pemulihan kesehatan, latihan dan pendidikan dasar untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara kesehatannya. Kedua bentuk pelayanan ini sering disingkat dalam kamus PMI menjadi ”Yansoskesmas” Pelayanan Sosial dan Kesehatan Masyarakat. a. Tujuan Program Memberi kontribusi dalam rangka pembangunan nasional dalam bidang kesejahteraan sosial dan kesehatan masyarakat sesuai kebutuhan dan kemampuan satuan masing-masing. b. PelaksanaanKegiatan PMI Cabang Medan: 1. Pembentukan Unit Yansoskesmas di tingkat Daerah dan Cabang 2. Pelaksanaan kegiatan pelayanan sosial dan kesehatan masyarakat dalam kemasan kegiatan berbasis masyarakat Community Baset First AidCBFA 3. Melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat langsung ditingkat cabang seperti membentuk dan mengelola P3K Jalan Raya, Balai Kesmas dan ambulans jalan raya. 4. Melakukan kerjasama dengan Jasa Raharja dan Kepolisian untuk pembiayaan transportasi korban kecelakaan dari tempat kecelakaan ke Rumah Sakit. Universitas Sumatera Utara 81 5. Pelayanan kepada kelompok lanjut usia lansia melalui pendekatan perawatan keluarga. 6. Membantu pemerintah secara proaktif dalam kegiatan perencanaan dan kesiapsiagaan serta mitigasi dari dampak permasalahan sosial yang dihadapi oleh penduduk yang sangat rentan di daerah rawan bencana. PMI akan bekerja dengan kaum paling rawan untuk menanggulangi keadaan sosial dalam fase keadaan darurat dan fase rehabilitasi. PMI akan membantu pengembangan masyarakat melalui advokasi dan atau tindakan langsung serta melakukan langkah-langkah preventif terhadap berbagai dampak sosial dan kerawanan. 7. Mengembangkan strategi sosial dengan memberi perhatian khusus pada kebutuhan dan hak-hak kaum rentan dan miskin.ini termasuk juga mengembangkan indikator-indikator dan standar mutu untuk mengukur dan mengevaluasi dampak yang timbul akibat program-program PMI. 8. Memberikan pelayanan sosial yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang terjadi dalam masyarakat dengan memberikan prioritas pada kelompok yang sangat miskin dan sangat rentan. Peran PMI dalam pelayanan sosial hanya bersifat penunjang bagi layanan yang diberikan pemerintah. 9. Meningkatkan kapasitas PMI dalam pelaksanaan Tracing and Mailing Services setelah bencana untuk melaksanakan pemulihan hubungan keluarga dengan tujuan mengurangi penderitaan keluarga yang terpisah. 10. Memperdayakan kapasitas masyarakat desa mitra atau penerima bantuan melalui pelibatan masyarakat dalam mengidentifikasi kebutuhan, merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi program-program sosial yang berkaitan. Universitas Sumatera Utara 82 11. Memastikan bahwa program–program pelayanan sosial meningkatkan keikutsertaan relawan dari segala usia dan jenis kelamin. Disamping itu PMI akan mengupayakan adanya pengakuan yang memadai atas peran dan pentingnya relawan dalam program-program sosial. 12. Memastikan bahwa intervensi-intervensi pelayanan sosial seperti program lansia dan anak jalanan ditentukan berdasarkan kebutuhan para penerima bantuan. c. Target-target yang akan dicapai dalam melaksanakan program ini adalah Dalam menjalankan program PMI Cabang menetapkan target-target yang telah dibuat sesuai dengan keadaan yang terjadi dalam menjalankan program tersebut yaitu: 1. Menerapkan kebijakan, pedoman Pelayanan Sosial di PMI Cabang 2. Merintis dan melaksanakan program pelayanan untuk lansia 3. Merintis program Pendampingan Anak jalanan di PMI Cabang 4. Menyediakan peralatan sesuai standard minimal pelayanan sosial PMI 5. Mengupayakan tersedianya dana untuk program pelayanan sosial di cabang 6. PMI Cabang telah mengadakan komunikasi, koordinasi dan kerjasama dengan lembagainstitusi tingkat kotamadyakabupaten yang menangani program pelayanan sosial. 7. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkala pada program- program Yansos dengan menghasilkan laporan yang akurat dan berbagi informasi dengan stakeholders lainnya. Universitas Sumatera Utara 83 d. Keberhasilan program yang telah dicapai dari tahun 2005- 2007 adalah 1. Sekitar 30 PMI Cabang telah mengadakan perencanan program di bidang pelayanan sosial secara komprehensif, sesuai kebijakan PMI. 2. Sekitar 30 Cabang telah mengadakan komunikasi, koordinasi dan kerjasama intensif dengan Dinsos, LSM, Pemda dan institusi lain yang menangani pelayanan sosial. 3.Sekitar 30 PMI Cabang telah melaksanakan kegiatan pendampingan dan dukungan sosial pada sedikitnya 1 kelompok masyarakat sangat rentan dan sangat miskin di satu mitra. 4. 30 Cabang yang telah melaksanakan program pelayanan sosial telah mengirimkan laporan monitoring dan evaluasi kepada PMI daerah dan PMI Pusat. 5. Peralatan pelayanan sosial memadai tersedia dan mudah untuk digunakan pada saat darurat maupun non darurat pada sedikitnya 30 Cabang. 6. Sekitar 30 PMI cabang telah menggunakan perangkat dan strategi pemasaran program pelayanan sosial yang mendorong meningkatnya dukungan pemerintah dan public. 7. Adanya media yang mempublikasi kegiatan pelayanan sosial di 30 PMI Cabang dan PMI Cabang terlibat aktif dalam kegiatan Yansos, Cabang serta secara proaktif melakukan kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait. Universitas Sumatera Utara 84 8. Adanya unit Yansos dalam struktur organisasi khususnya di daerah rawan bencana maupun rawan sosial. e. Kendala-kendala yang diadapi dalam melaksanakan program ini Dilihat dari target maupun kriteria keberhasilan yang telah diuraikan di atas tetap saja ada terdapat kendala-kendala yang dihadapi para staf dari PMI Cabang Medan kadang dianggap wajar karena mereka beranggapan setiap bantuan yang diberikan maupun tenaga dalam menangani suatu kasus pasti mempunyai keterbatasan, kendala yang dihadapi PMI Cabang Medan yaitu: 1. PMI masih mempunyai kendala dalam menangani kasus yang terjadi pada warga, masih banyak warga yang belum percaya terhadap kinerja PMI, sebenarnya PMI telah berusaha membujuk warga untuk ikut berpartisipasi dalam pelayanan sosial. 2. Pelayanan sosial yang dilakukan PMI kurang berkesan terhadap warga karena banyaknya lembaga-lembaga yang terkait dalam bidang pelayanan sosial. 3. Relawan yang ada di PMI kurang siap dalam membantu warga karen faktor terbatas dana PMI untuk menunjang program pelayanan sosial yang diberikan. 4. Kerjasama PMI dengan warga dalam pelayanan sosial tergolong masi sangat sederhana, sedangkan lembaga lain telah banyak berpartisipasi terhadap warga. Universitas Sumatera Utara 85 f. Solusi-solusi yang dilakukan dalam menghadapi kendala-kendala tersebut adalah Seperti petikan percakapan yang diikuti oleh peniliti dengan Zulhamsyah Koordinator Sukarela: ” Sebenarnya kami sudah berusaha semaksimal mungkin dalam menjalankan program tersebut, karena begitu banyaknya program yang ada dilingkungan PMI seperti: program kesehatan yang begitu banyak dan bencana alam yang terjadi sehingga membuat kami kekurangan tenaga relawan dan keterampilan yang didapat juga sangat berkurang. Dalam pelayanan sosial sebenarnya sangat terkait dengan masalah kesehatan dimana warga yang kurang mampu sangat banyak tidak bisa pergi berobat karena faktor keterbatasan ekonomi, Sebenarnya itu yang bisa kami lakukan dimana warga miskin kami bantu sebagai pertolongan pertama bagi warga, kami mempunyai klinik untuk membantu warga tapi dengan keterbatasan akan dana sehingga warga miskin tidak bisa kami atasi. Dan juga kalah bersaing dengan lembaga-lembaga yang bergerak dalam pelayanan sosial. Solusi yang telah kami buat adalah membantu mereka dengan pertolongan pertama apabilah ada warga miskin yang tidak bisa berobat, Kami bawah ke klinik PMI untuk diobati”. Salah satu solusi yang dilaksanakan PMI adalah: 1. Membentuk suatu tugas kegiatan kepada relawan untuk mengatasi kasus apabila ada warga yang kurang mampu yang melapor kepada relawan PMI. 2. Memperbaiki struktur tugas dan fungsi PMI dalam mencari solusi yang tepat bagaimana cara yang tepat dalam membantu warga miskin. 3. Dengan berlandaskan kemanusian PMI mencari kerjasama yang baik kepada lembaga-lembaga lain untuk saling membantu warga miskin yang ada di kota medan. Universitas Sumatera Utara 86

3. Program Pelayanan Kesehatan Dengan Komponen Cbfa-Water Sanitation Watsan.

Sejak tahun 1999 PMI memusatkan perhatiannya pada kegiatan yang berbasis masyarakat, salah satu di antaranya adalah Communty Based First Aid CBFAserta program air bersih dan sanitasi watsan. PMI juga memusatkan perhatiannya pada tugas kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan peningkatan kemandirian masyarakat. Peniliti juga mewancarai masyarakatwarga medan yang telah pernah terlibat atau menerima bantuan dari PMI Cabang Medan seperti petikan dibawah ini: ” Kami bangga terhadap kinerja PMI Cabang Medan dengan tugas dan fungsinya dalam membantu masyarakat medan khususnya warga di lingkungan medan denai karena PMI membantu masyarakat dalam pertolongan pertama, yaitu pada waktu banjir saat sungai denai meluap, Mereka memberikan bahan logistik pada kami dan bahan obat-obatan dan membantu warga yang sakit akibat banjir” .Warga denai: Ibu Sintia. ” Waktu Saya butuh darah untuk saudara aku akibat kecelakaan, dimana ada teman yang bilang bahwa di PMI ada kantong darah, dengan informasi tersebut saya bergegas kesana dan setelah saya sampai disana mereka menanyakan apa yang terjadi pada saudara mu dan Golongan darah apa saudara mu. Setelah saya memberi tahunya maka saya diberikan kantong darah tersebut. Mereka hanya meminta sekitar Rp. 20.000 pada waktu itu sebagai pengganti kantong darah yang digunakan”. Warga Tanjung Sari: Rotua. ” Bantuan PMI sudah lebih cukup dalam membantu warga medan, salah satu program PMI adalah adanya mobil ambulan service, yang sangat dibutuhkan apabila ada kegiatan besar, seperti kalau ada konser musik Saya melihat anggotarelawan PMI sudah siap siaga apabilah ada hal-hal yang tidak diinginkan terhadap penonton. Seperti saya melihat waktu saya nonton konser ada penonton yang pingsan, PMI dengan siap siaga membantu orang yang pingsan tersebut” Warga Padang Bulan: Agus Manurung. Universitas Sumatera Utara 87 a. Tujuan Program: 1. Terselengaranya Pelayanan kesehatan bagi masyarakat rentan secara merata, terjangkau dan bermutu. 2. Menurunkan angka kesakitan dari penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air dan hewan dengan pengadaan fasilitas sumur air bersih, Mandi Cuci KakusMCK, kegiatan kebersihan rutin, pelatihan kader CBFA dan partisipasi masyarakat untuk menjaga fasilitas kebersihan. 3. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mendiagnosis secara dini dan memberikan pertolongan pertama pada penyakit dan kecelakaan dengan pelatihan kader CBFA, penyuluhan kesehatan dan pemeliharaan fasilitas air bersih dan MCK oleh masyarakat. 4. Memantapkan sistem dukungan manajemen dan tatanan organisasi pada Kantor PMI Cabang dan Kantor PMI Daerah dengan adanya Tim Operasional Lapangan, asistensi dari kantor pusat PMI, adanya penanggungjawab program dan kehadiran tim pelatih PMI Cabangdaerah dalam pelatihan CBFA serta partisipasi kader CBFA yang ada. b. Lingkup Kegiatan yang dilaksanakan PMI Cabang: 1 . Bidang Pertolongan Pertama dan Perawatan Keluarga: a. Pertolongan pertama dilakukan untuk korban kecelakaan dan kedaruratan kesehatan laninya, korban bencanakonflik. Sedangkan perawatan dasar dilakukan untuk orang sakit dan lansia baik di rumah maupun di tempat pengunsian, juga dengan menyediakan tenaga relawan terlatih. Universitas Sumatera Utara 88 b. Menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat disamping pelatihan bagi karyawan, relawan dan PMR dibidang pertolongan pertama, perawatan keluarga Perawatan orang sakit di rumah, perawatan bayi, perawatan lansia dan kesehatan dasar berbasisi masyarakat. c. Pemberdayaan masyarakat rentan dengan menyiapkan mereka agar mampu menolong dirinya pada saat terjadi kedaruratan melalui pelatihan pertolongan pertama dan upaya promosi dan pencegahan yang berbasis masyarakat. d. Mendirikan dan menjalankan fasilitas kesehatan seperti Pos Pertolongan Pertama, Balai pengobatan dan fasiltas kesehatan lainnya, berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat dan kemampuan PMI. e. Mempertahankan kualitas pertolongan pertama, dengan memperjuangkan estándar kurikulum yang dapat diakui oleh instansipemerintah terkait, mengadakan pelatihan regulerpenyegaran dan peninjauan berkala terhadap panduan pertolongan pertama, serta memperbaharui peralatan pertolongan pertama sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi. f. Mempromosikan pelayan Pertolongan Pertama dan pelatihan bagi instansi pemerintah dan kalangan swasta untuk mengembangkan sumber dana PMI setempat. 2. Bidang Penanganan HIVAIDS a. Berpartisipasi aktif dalam penanganan HIVAIDS melalui dua pendekatan yakni pencegahan dan perawatan. Universitas Sumatera Utara 89 b. Berupaya untuk mengembangkan jaringan kerja dengan instansi dan lembaga terkait yang juga terlibat dalam program penanganan HIVAIDS. Seperti petikan percakapan yang diikuti oleh peneliti denan Dian Staf untuk program HIVAIDS ” PMI bekerjasama dengan Palang Merah Jepang berupaya menangani kasus HIVAIDS program yang sudah berjalan dari tahun 2005 telah memberikan manfaat bagi warga maupun di PMI sendiri. Banyak kasus-kasus yang sudah ditangani oleh PMI. PMI juga sangat berterima kasih kepada warga medan karena atas bantuannya program ini bisa berjalan dengan baik. PMI telah berupaya semaksimal mungkin mencari solusi dalam menangani kasus HIVAIDS yang terjadi di Medan. PMI menghimbau kepada warga agar lebih berhati-hati. Karena virus ini sangat cepat menyebar kalau kita tidak menjaga tubuh kita. PMI juga menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga lain beserta dan juga lembaga pemerintahan dalam memberantas virus tersebut”. 3. Pelayanan Ambulans Menyelenggarakan pelayanan ambulans sebagai berikut: a. Transportasi penderita dari tempat kejadianrumah menuju ke fasilitas kesehatan rujukan dan atau sebaliknya atau menuju fasilitas kesehatan lainnya. b. Tanggap darurat kesehatan dilakukan dengan peralatan yang memenuhi syarat dan tenaga profesionalterlatih dan merujuk penderita ke fasilitas kesehatan terdekat. c. Berupaya memenuhi persyaratan standar yang telah dikeluarkan oleh instansi pemerintah terkait yang dijabarkan dalam Panduan Pelayanan Ambulans PMI. 4. Menyediakan pelayanan ambulans secara Cuma-Cuma kepada korban kecelakaan, korban bencanakonflik bersenjata atau cedera akibat lainnya. Universitas Sumatera Utara 90 Sedangkan pelayanan ambulans yang diberikan untuk transportasi orang sakit, dapat dikenakan biayaservice cost berdasarkan perhitungan pengeluaran PMI utnuk operasional ambulans, yang diperhitungkan dengan jarak tempuh pelayanan ambulans tersebut, serta peralatan habis pakaiobat-obatan yang telah digunakan. 4. Bidang Air dan Sanitasi Water and Sanitation a. Membantu masyarakat kelompok rentan untuk mempromosikan kesehatan masyarakat melalui peningkatan kebersihan diri dan fasilitas air bersih dan sanitasi; menjadikannya sebagai program terpadu dengan pemberdayaan masyarakat di bidang pertolongan pertama, penanganan bencana dll.3 b. Pengembangan program “watsan” untuk masyarakat kelompok rentan yang mengalami kesulitan akses air bersih dan masyarakat di tempat pengunsian karena bencana atau konflik. c. Target-target yang akan dicapai dalam melaksanakan program ini adalah 1. megembangkan jenis program di bidang kesehatan di wilayah kerjanya masing-masing sesuai dengan kebijakan, panduan, pelayanan kesehatan yang ada, serta memperhatikan kebutuhan masyarakat setempat. 2. membuat perencanaan program di pelayanan kesehatan yang konprehensif, sesuai dengan kebijakan PMI. 3. Mengembangkan dan melaksanakan program pelayanan kesehatan untuk kelompok rentan di masyarakat berdasarkan kebutuhan yang ada dimasyarakat. Universitas Sumatera Utara 91 4. Memberdayakan kelompok rentan dan meningkatkan kapasitasnya untuk menolong dirinya sendiri pada saat gawat darurat. 5. Mengembangkan dan melaksanakan HIVAIDS dan program reduksi yang meliputi pencegahan, perawatan, dan dukungan dan partisipasi dalam kegiatan anti stigma dan diskriminasi terhadap orang yang terkena penyakit HIVAIDS. 6. Memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat darurat pada saat bencana melalui pengembangan pos PP dan pelayanan ambulans, evakuasi, dukungan psikologis, penyediaan air bersih dan sanitasi, program nutirisi. 7. Monitoring dan evaluasi dilakasanakan secara berkala pada program- program Yan kes, menghasilkan laporan yang akurat dan berbagi informasi dengan stakeholder lainnya. 8. Menerapkan materi revisi Kesehatan dalam program promosi dan pelayanan kesehatan di wilayah cabang masing-masing. 9. Melakukan identifikasipenelitian kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. 10. Mengupayakan tersedianya dana untuk program kesehatan dan pelayanan sosial di Cabang. 11. Melakukan upaya avokasi dan sosialisasi kegiatan Yan Kes serta UTDC di Tingkat Cabang. 12. Menyediakan peralatan sesuai stantart pelayanan minimal PMI. d. Keberhasilan program yang telah dicapai dari tahun 2005-2007 adalah Universitas Sumatera Utara 92 1. Adanya perencanaan program di bidang pelayanan kesehatan yang komprehensif, sesuai kebijakan PMI pada 30 Cabang. 2. Jumlah anggota masyarakat yang mendapat program pelayanan kesehatan PMI dan meningkatnya jumlah kelompok rentan yang dapat saling membantu pada saat gawat darurat. 3. Program-program kesehatan dapat diimplementasikan dengan sumber daya yang ada oleh 40 Cabang PMI. 4. Sekitar 25 Cabang yang mengembangkan program HIVAIDS melalui tiga pilar kegiatan dan jumlah Cabang dan anggota mayarakat yang berpartisipasi dalam kampanye anti stigma dan diskriminasi. 5. Jumlah korban yang mendapat pelayanan kesehatan yang terintegrasi saat bencana. 6. Tersedianya Rancangan Anggaran Baru dalam rencana kerja pada sekitar 30 Cabang. 7. Frekuensi keterlibatan dalam kegiatan Kesehatan Tingkat Cabang, tersedia dan didistribusikan publikasi dan bahan-bahan informasi kesehatan lainnya dan beberapa program kesehatan dan laporan secara reguler dan tepat waktu kepada donatur dan pihak terkait. 8. Sekitar 30 Cabang melakukan pemasaran program pelayanan PMI bidang kesehatan dan sosial dengan menggunakan peralatan yang ada. e. Kendala-kendala yang diadapi dalam melaksanakan program ini Universitas Sumatera Utara 93 1. Banyaknya kasus yang terjadi membuat PMI tidak mampu menangani masalah tersebut karena tenaga relawan di lingkungan PMI masih terbatas. 2. Untuk program kesehatan banyak dibutuhkan dana, sehingga membuat PMI kewalaan dalam mengelola dana yang ada. 3. Peralatan yang ada di PMI masih sangat terbatas sedangkan masalah semakin banyak. 4. Program kesehatan yang diberikan PMI belum bisa seluruhnya dijangkau oleh masyarakat luas. f. Solusi-solusi yang dilakukan dalam menghadapi kendala-kendala tersebut 1. Menjalin kerjasama dengan lembaga lain seperti: NGO, dinas kesehatan dll untuk saling berbagi tugas dalam membantu warga. 2. Melaksanakan pelatihan kepada relawan agar lebih mempunyai pengetahu- an maupun ketrampilan untuk pertolongan pertama dalam menyelamatkan warga dari masalah. 3. PMI Cabang melaporkan kepada PMI Pusat, tentang masalah yang terjadi dilingkungan cabang agar secepatnya masalah yang terjadi dicabang bisa dibenai. 4. PMI Cabang berusaha semaksimal mungkin mencari solusi yang tepat dalam program kesehatan yang sedang dijalankan dengan membagi tugas kepada relawan sesuai dengan keterampilan dan pengetahuannya masing- masing. Universitas Sumatera Utara 94

4. Komunikasi dan Informasi

Kajian lingkungan internal dan eksternal organisasi mencatat bahwa kenyataan tentang citra PMI dikalangan publik ternyata belum begitu meluas. Bahkan beberapa umpan balik menyiratkan citra yang kurang baik diantaranya dari segi transparansi dan akuntabilitas penggunaan dana sumbangan, profesionalisme dalam manajemen pelayanan, yang perlu kita perhatikan. Disamping itu kajian mencatat lemahnya kapasitas dan manejemen komunikasi di daerah dan cabang. Merujuk pada analisa tersebut maka dalam strategi bidang komunikasi yang akan berjalan mendatang, PMI perlu memperioritaskan sektor penguatan dan pembinaan kapasitas komunikasi untuk mempromosikan profil organisasi guna mewujudkan visi organisasi secara menyeluruh. Dalam rangka memperkenalkan atau mempromosikan eksitensi organisasi PMI dan nilai–nilai kemanusiaannya, diperlukan suatu pendekatan komunkasi yang terpadu dan inovatif. Hal ini sejalan dengan tuntutan kemajuan teknologi informasi global dan kehadiran lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang secara kompetitif menjadi suatu tantangan tersendiri bagi PMI perlu dikelola secara professional untuk mewujudkan paradigma baru PMI sebagai organisasi kemanusiaan yang unggul di bidangnya. Sebagai salah satu komponen organisasi, komunikasi juga memegang peran cukup signifikan, lebih dari sekedar pembentukan citra dan budaya namun juga memainkan fungsinya sebagai jembatan dalam mendukung pengembangan kapasitassumber daya organisasi. Universitas Sumatera Utara 95 PMI adalah organisasi dengan jejaring berskala nasional dan berafiliasi internasional, untuk itu memerlukan suatu acuan kebijakan komunikasi sebagai pedoman implementasi program pembentukan citra dan budaya organisasi sebagaimana yang diarah pada visi dan misinya bagi semua tingkat jajaranya. a. Tujuan Program Meningkatkan kapasitas dan fungsi komunikasi organisasi dalam rangka pengembangan citra dan budaya masyarakat. b. Ruang Lingkup kegiatan Komunikasi dalam konteks organisasi PMI pada dasarnya merupakan interaksi antara komponen internal dan eksternal dengan “ stakeholder”nya dan sebagai media untuk membentuk citra positif dan menggalang dukungan melalui kegiatan kehumasan dan advokasi. Berdasar konsep tersebut maka ruang lingkup kebijakan komunikasi adalah: 1. Menyebarluaskan pengetahuan tentang gerakan Palang merah dan bulan sabit merah dan nilai-nilai dasar kemanusiaan serta penghormatan terhadap dukungan Humaniter Internasional dan lambang dalam berbagai bentuk kegiatan teknis dan publikasi, promosi, pelatihan dan advokasi terutama untuk kalangan internal organisasi dan kelompok sasaran eksternal sesuai prioritas. 2. Menampilkan profil dan kinerja PMI melalui mass media dan publikasi untuk tujuan promosi dan dukungan penggalangan dana. Universitas Sumatera Utara 96 3. Mengembangakan kemitraan dalam lingkup domestic maupun internasional dan membina hubungan kerja yang potensial untuk mendukung penguatan kapasitas sumber daya organisasi. 4. Membina kapasitas dan implementasi peran komunikasi di semua tingkat jajaran dalam rangka mewujudkan suatu kontribusi terhadap jalannya organisasi yang berfungsi dengan baik. c. Target-target yang akan dicapai dalam melaksanakan program ini adalah 1. Memperkuat hubungan dengan media lokal dan regional dan mempromosikan kegiatan PMI, khususnya dalam situasi darurat. 2. Mengembangkan dan melaksanakan strategi media dan humas untuk mempromosikan kegiatan dan operasi PMI. 3. Bekerjasama dengan markas daerah dalam mengelola dan memperbaharui daftar media di tingkat cabang dan memanfaatkannya untuk mendistribusi-kan informasi dan berita terakhir tentang kegiatan dan operasi PMI. 4. Memproduksi dan mendistribusikan publikasi berkualitas tentang kegiatan PMI di cabang kepada sasaran internal dan eksternal. 5. Memberikan masukan artikel,foto,informasi secara tepat waktu dan akurat untuk situs PMI. 6. Mendukung pelaksanaan kampanye nasional, regional dan global bekerjasama dengan kantor pusat. Universitas Sumatera Utara 97 7. Memberikan masukan sesuai kebutuhan dan kapasitas, bagi produksi materi promosi dan publikasi. 8. Menjadikan kegiatan komunikasi sebagai bagian yang terpadu dalam semua kegiatan di cabang serta mendukung pelatihan komunikator tingkat cabang. d. Keberhasilan program yang telah dicapai dari tahun 2005-2007 adalah 1. Teraturnya masukan dari daerah dan cabang untuk situs PMI dan adanya laporan dan umpan balik positif tentang kegunaan situs PMI bagi kegiatan daerah dan cabang. 2. Laporan dan umpan balik psoitif mengenai ketersediaan publikasi yang berkualitas dan kit promosi dari kantor pusat serta penggunaanya yang tepat. 3. Sejumlah jurnalis memiliki hubungan yang konsisten dengan PMI dan terlibat dalam kegiatan PMI. 4. Meningkatnya jumlah komunikator dari semua sektor yang berpartisipasi dalam pelatihan serta menunjukkan peningkatan kegiatan. 5. Sekitar 40 cabang melaporkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan di cabang telah dilaksanakan berdasarkan panduan dan prosedur standar operasional. 5. Meningkatkan keselarasan dan kerjasama dalam bidang komunikasi antara semua sektor dan tingkatan di PMI dan komunikasi dipandang sebagai fungsi utama di semua tingkatan dan dilibatkan dalam semua program serta kegiatan. Universitas Sumatera Utara 98 6. Dimonitornya penyalahgunaan lambang dan dilaporkan ke markas Pusat oleh daerah dan cabang dan adanya kegiatan advokasi untuk penggunaan lambang secara tepat oleh daerah dan cabang. 7. Adanya peraturan mengenai penggunaan lambang palang merah dan logo PMI oleh internal yang mendorong penggunaan lambang secara tepat. 8. Sekitar 30 Cabang memanfaatkan materi yang tersedia dalam kegiatan promosinya dan Cabang memperbanyak materi seperlunya. e. Kendala-kendala yang diadapi dalam melaksanakan program ini 1. PMI Cabang kurang berkomunikasi dengan warga untuk menyelesaikan masalah atau kendala yang terjadi di tubuh PMI dengan masyarakat. 2. Walaupun PMI telah mempunyai website untuk mempromosikan tugas dan kinerja PMI tapi masih banyak warga yang Belum tahu untuk itu juga menimbulkan kurangnya komunikasi terhadap masyarakat. 3. Walaupun PMI telah menyebarkan brosur maupun iklan di media massa maupun media elektronik dalam rangka memberikan kesempatan bagi warga agar berhati-hati terhadap masalah yang terjadi seperti bahaya HIVAIDS dan bahaya flu brung Namur masyarakat kurang tanggap terhadap program PMI tersebut. f. Solusi-solusi yang dilakukan dalam menghadapi kendala-kendala tersebut 1. Untuk mengatasi kendala tersebut PMI lebih menekankan kepada kegiatan- kegiatan pelatihan dimana warga diajak untuk terlibat dalam kegiatan tersebut Universitas Sumatera Utara 99 dan mengajak warga agar ikut berpartisipasi dalam melakanakan program PMI. 2. PMI berusaha dengan semaksimal mungkin membuat iklan yang terbaik agar masyarakat tertarik dalam program yang dijalankan oleh PMI. 3. Mengajak kaum mudah untuk terlibat dalam iklan yang berbentuk mengajak para kaum mudah agar selalu waspada dan mencari solusi yang terbaik dalam mengatasi masalah yang terjadi dilingkungan masyarakat. Seperti petikan percakapan yang diikuti oleh penelitih dengan Kak’Lely ketua Palang Merah Remaja: ”Remaja sangat berperan penting dalam mencari solusi yang ada untuk mengajak masyarakat agar lebih waspada dan berhati-hati, PMI sangat membutuhkan peran remaja untuk iklan dalam menghimbau warga agar saling menjaga dirinya terhadap berbagai penyakit seperti HIVAIDS dan bahaya flu burung. Dengan adanya dukungan remaja bisa membantu sebagian masalah yang terjadi di masyarakat”. Universitas Sumatera Utara 100

5. Pengembangan Organisasi

PMI merupakan organisasi kemanusiaan dan kesukarelaan terbesar di Indonesia dengan jejaring tersebar di seluruh Nusantara. Hingga pertengahan 2004, PMI telah memiliki 30 PMI Daerah di tingkat propinsi, 361 PMI Cabang di tingkat KotaKabupaten dan 2.560 PMI Ranting dari 197 PMI Cabang. PMI telah mimiliki hampir 1 juta orang relawan, sebagian besar tenaga-tenaga muda yang telah memperoleh pelatihan kepalangmerahaan, dan siap sedia menunaikan tugasnya dalam membantu sesama yang membutuhkan. PMI telah memiliki hampir 1 juta orang relawan dengan rincian sebagai berikut: 1. Korps sukarela 27.987 orang dari 161 PMI Cabang 2. Tenaga Sukarela 22.362 orang dari 132 PMI Cabang 3. Palang Merah Remaja 713.093 orang dari 176 PMI Cabang Meskipun PMI telah memiliki jumlah relawan yang cukup banyak, namun masih perlu dilakukan perbaikan mengingat banyaknya kegagalan PMI dalam pembinaan dan pengembangan kapasitas dan profesionalismenya. Rencana strategi PMI 2004-2009 dimaksudkan untuk melakukan perubahan tersebut. Berdasarkan pada analisis faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh pada organisasi dan telah dilakukan berkaitan dengan penyusunan Rencana strategi PMI 2004-2009, menunjukkan bahwa PMI kini mengadapi kenyataan baru berupa persaingan di bidang organisasi kemanusiaan hal ini antara lain juga dipicu karena masi dirasakan kurang memuaskannya kegiatan dan pelayanan PMI. Kualiatas dan kuantitas pelayanan pada umumnya belum terlihat konstan dan merata sebelum sepenuhnya relevan dengan visi dan misi PMI. Hal ini antara lain disebabkan terutama karena pada umumnya PMI belum memiliki kapasitas yang memadai. Kepemimpinan organisasi yang berperan dalam Universitas Sumatera Utara 101 mengarahkan dan mengembangkan organisasi, masih lemah dan pada akhirnya berdampak pada lemahnya kapasitas manajemen di semua tingkatan dan kurang berkembangnya organisasi. Seperti petikan percakapan yang diikuti oleh peneliti dengan Lita Staf pengembangan organisasi: ” Sebenarnya kami sudah membenahi struktur organisasi yang ada di PMI Cabang namun masih banyak kekurangan yang ada di lingkungan PMI banyaknya program yang dilaksanakan PMI membuat struktur organisasi tidak tepat dengan sasaran yang diinginkan, banyaknya program membuat staf dan petugas bingung karena jumlah relawan yang tersedia tidak dapat menjalankan program yang dibuat untuk itu kami sudah melaporkan ke daerah . a. Tujuan Program PMI memiliki struktur, sistem, keahlian dan kapasitas yang memadai untuk memberikan pelayanan yang bermutu kepada kelompok paling rentan. b. Prioritas Pengembangan Organisasi PMI adalah: 1. Peninjauan dan peningkatan dasar hukum organisasi dalam bentuk undang- undang PMI tidak hanya lambang. 2. Pengembangan dan perbaikan struktur, sistem, dan prosedur organisasi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja di lingkup PMI menuju penyelenggaraan organisasi yang baik good govermance. 3. Penyusunan kebijakan jangka panjang dan pedoman organisasi yang komprehensif yang memungkinkan integrasi seluruh program-program organisasi di semua tingkatan. 4. Pengembangan sumberdaya berkelanjutan utamanya dukungan dana rutin dari pemerintah dan swasta untuk mendukung program-program, kegiatan dan keseluruhan pengembangan kapasitas organisasi. 5. Peningkatan sistem dan manajemen pembinaan anggota relawan PMR, KSR,TSR guna menunjang pengembangan kualitas dan kuantitas relawan Universitas Sumatera Utara 102 sehingga dapat memberi manfaat yang optimal bagi PMI, antara lain dengan cara: a. Melibatkan relawan dalam pengambilan keputusan termasuk memberikan kesempatan berpartisipasi dalam rapat, pertemuan dan kegiatan lainnya. b. Memberikan peran utama relawan dalam kegiatan pelayanan PMI serta dilibatkan dalam kepemimpinan dan manajemen PMI. c. Mengefisiensikan pembinaan dan pengembangan relawan dalam organisasi PMI dan menjadikannya sebagai salah satu kekuatan utama organiasi PMI dalam kegiatan pelayanan kepalangmerahaan. d. Meningkatkan kapasitas, dan keterampilan para relawan sesuai kebutuhan kompetensi yang diharapkannya, khususnya kapasitas dalam operasional kegiatan pelayanan PMI. f. Mempersiapkan relawan, khususnya PMR dan KSR sebagai calon pemimpin yang diharapkan mampu memegang tongkat ekstafet kepemimpinan dan manajemen PMI. f. Perbaikan sistem kepegawaian PMI di semua tingkatan secara menyeluruh agar keberadaan pegawai sebagai perangkat markas dapat berperan secara tepat untuk program-program PMI. c. Target-target yang akan dicapai dalam melaksanakan program ini adalah 1. Merumuskan struktur, sistem dan prosedur standar operasional organisasi yang disesuaikan dengan kondisi setempat. 2. Meningkatkan pemahaman atas pembagian peran dari pengurus dan manajemen dan menerapkannya sebaik mungkin dalam prakteknya. Universitas Sumatera Utara 103 3. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi kepada mitra kerja dan masyarakat melalui penyampaian audit keuangan eksternal dan evaluasi program. 4. Mengembangkan perencanaan program dan proyek melalui penerapan yang konsisten perangkat perencanaan standart seperti Project Planning ProcessPPP. 5.Secara aktif menjalin hubungan dan kerjasama dengan lemabaga kemanusiaan dan mitra potensial lain di masyarakat. 6. Memberikan masukan dan saran kepada PMI Pusat atas pengembangan kebijakan dan ADART berdasar pada pengalaman-pengalaman di cabang. 7. Mencari penggalangan dana dan sumber daya lain yang berkesinambungan sebagai tambahan bulan dana. Dan mengembangkan strategi pengembangan sumber daya yang sesuai dengan kondisi setempat. 8. Secara aktif memberikan masukan untuk pengembangan pedoman dan pelaksanaan dan mengimplementasikan prosedur yang telah disepakati, dan berpatisipasi dalam perumusannya serta mensosialisasikan kepada staf dan relawan. d. Keberhasilan program yang telah dicapai dari tahun 2005-2007 adalah 1. Sekitar 50 PMI Cabang memiliki kinerja yang baik berdasarkan kriteria standart penilaian dan evaluasi tahunan. 2. Pengurus dan manajemen memiliki kinerja yang baik berdasarkan uraian tugas dan analisis fungsi yang telah direvisi. Universitas Sumatera Utara 104 3. Data dan laporan tentang sistem keuangan pada hampir 50 PMI Cabang Medan yang sesuai dengan pedoman. 4. Meningkatnya Cabang yang mengembangkan dan melaksanakan program dan kegiatan, sesuai pendekatan Project Planning Process PPP. 5. Meningkatnya pelaksanaan monitoring dan evaluasi secara menyeluruh dan terpadu dan terlaksananya program monitoring dan evaluasi secara regular atas seluruh program dan proyek sesuai dengan peraturan yang berlaku. 6. Adanya masukan dari PMI Cabang terhadap pengembangan kebijakan nasional; sosialiasi kebijakan dan petunjuk tehknis. 7. Sekitar 50 Cabang mentaati kebijakan dan pedoman nasional serta mengadopsinya ke dalam kondisi lokal. 8. Sekitar 25 Cabang mempunyai kegiatan regular untuk meningkatkan pendapatan di luar bulan dana dan menerapkan strategi pengembangan sumber daya secara menyeluruh. 9. Pedoman kepegawaian diterapkan, sedikitnya di 25 Cabang dan sistem rekrutmen staf secara professional dan prosedur evaluasi staf diikuti. e. Kendala-kendala yang diadapi dalam melaksanakan program ini 1. Organisasi yang ada sekarang ini dilingkungan PMI belum mencapai target yang diinginkan dalam menjalankan tugas dan fungsinya. 2. PMI belum tepat memberikan tugas-tugas yang akan diemban oleh relawan. 3. Orgnisasi yang ada di PMI sangat membutuh dana yang banyak untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di lingkungan PMI. Universitas Sumatera Utara 105 4. PMI belum dapat secara semaksimal mungkin untuk mengatasi kekurangan yang terjadi dalam struktur organisasi. f. Solusi-solusi yang dilakukan dalam menghadapi kendala-kendala tersebut: 1. Organsasi yang ada di PMI harus dibenahi secepat mungkin untuk mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan. 2. Relawan sangat berperan dalam menjalankan tugas dan fungsi PMI untuk itu PMI harus lebih tepat mencari solusi yang terbaik bagi mengatasi kendala-kendala yang terjadi bagi relawan. 3. Organisasi yang ada sekarang harus bisa mencerminkan nilai-nilai kemanusian yang ada dalam struktur organisasi PMI. 4. Peran serta masyarakat sangat membantu PMI dalam membenai struktur organisasi yang ada sekarang. Universitas Sumatera Utara 106 V.2 Prosedur Standar Operasional Petugas Palang Merah Indonesia Cabang Medan Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Seperti diketahui bahwa telah cukup lama terjadi konflik di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang menimbulkan korban dan penderitaan serta kerugian material yang tidak sedikit yang dialami berbagai pihak termasuk masyarakat. Perhimpunan Palang Merah Indonesia adalah organisasi yang didirikan untuk melaksanakan tugas- tugas kemanusiaan yang dijalankan dengan semangat kenetralan dan tidak memihak berdasarkan Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional yaitu Kemanusiaan, Kesamaan, Kenetralan, Kemandirian, Kesukarelaan, Kesatuan dan Kesemestaan. Melihat perkembangan situasi yang terjadi, PMI dituntut untuk dapat berperan aktif memberikan bantuan kemanusiaan. Sehubungan dengan banyaknya kendala dan permasalahan di dalam melaksanakan tugas bantuan serta pertolongan kepada korban kekerasan di Provinsi Nanggore Aceh Darussalam, perlu ditetapkan suatu Prosedur Standar Operasional bagi Pengurus, Staf Markas, dan Petugas PMI di lapangan demi kelancaran pelaksanaan tugas-tugas kepalangmerahan dan adanya jaminan keselamatan dan keamanan bagi mereka. 1. Dasar Dan Acuan A. Dasar 1. UU. No. 59 tahun 1958 tentang keikutsertaan Negara Republik Indonesia dalam Konvensi-Konvensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949; 2. Keppres. RI no. 25 tahun 1950 tentang pengesahan dan pengakuan Perhimpunan Nasional Palang Merah Indonesia; 3. Keppres. RI no. 246 tahun 1963 tentang tugas pokok dan kegiatan PMI; 4. Status Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional; Universitas Sumatera Utara 107 5. Resolusi-resolusi dari Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang berkaitan dengan peran Perhimpunan Nasional dalam situasi konflik; 6. Regulation on the Use of the Emblem of the Red Cross or the Red Crescent by the National Societies disetujui dalam Konferensi Internasional ke-20 di Wina tahun 1965 dan direvisi oleh Dewan Delegasi Council of Delegates di Budapest tahun 1991; 7. ADART Palang Merah Indonesia; 8. Garis-Garis Kebijakan Palang Merah Indonesia tahun 2000-2004. B. Acuan 1. The Code of Conduct for the International Red Cross and Red Crescent Movement and NGOs in Disaster Relief; 2. Guide for National Red Cross and Red Crescent Societies to Activities in the Event of Conflict. 2. Tugas Pokok Tugas pokok PMI dalam menangani dampak kekerasan akibat konflik di Aceh adalah sebagai berikut: 1. Memberikan bantuan pertolongan pertama di sektor terdepandi lokasi kejadian; 2. Mengevakuasi korban luka ke rumah sakit terdekat atau ke pos kesehatan atau pos pertolongan pertama yang disiapkan untuk menampung sementara korban sebelum diangkut ke rumah sakit; 3. Mengevakuasi mayat atau jenazah korban konflik ke rumah sakit bilamana dalam keadaan darurat tidak ada pihak lain yang dapat melakukannya; Universitas Sumatera Utara 108 4. Turut mengupayakan penampungan sementara untuk masyarakat yang mengungsi; 5. Menyelenggarakan dapur umum lapangan pada tahap darurat; 6. Memberikan bantuan keperluan dasar pengungsi yang diperlukan pada situasi darurat di lokasi penampungan; 7. Menyelenggarakan kegiatan TMS Tracing and Mailing Service pencarian orang hilang untuk korban gempa; 3. Pedoman Dasar 1. Semua Pengurus, Staf Markas, Satgana, dan Petugas PMI di lapangan harus dapat menjaga moralitasnya dengan baik; 2. Segala tindakan dari Pengurus, Staf Markas, Satgana, dan Petugas PMI di lapangan harus mencerminkan prinsip-prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. 3. Bantuan serta pelayanan yang diberikan PMI harus disampaikan tanpa diskriminasi kepada yang paling membutuhkan; 4. Tidak mengeluarkan pernyataan atau komentar apa pun yang dapat melunturkan kepercayaan terhadap PMI terutama dari pihak-pihak yang terlibat dalam konflik; 5. Setiap saat menghormati penggunaan lambang Palang Merah dan Palang Merah Indonesia. 4. Penggunaan Tanda Pengenal Dan Atribut 1. Di dalam melaksanakan tugas lapangan, semua petugas PMI wajib mengenakan seragam PMI atau atribut lain seperti rompi warna biru donker dengan lambang PMI dibagian depan dan belakang serta dapat terlihat dari jarak yang relatif jauh dan dalam segala kondisi; Universitas Sumatera Utara 109 2. Setiap petugas harus membawa Kartu Tanda Penduduk KTP, kartu identitas PMI, dan surat tugas untuk memudahkan pelaksanaan tugas bila diperlukan; 3. Markas PMI serta bangunan-bangunan lain termasuk pos pertolongan pertama dan kendaraan milik PMI harus diberi lambang dan tulisan Palang Merah Indonesia, sedangkan kendaraan yang bukan milik PMI tapi atas ijin Pengurus PMI digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas PMI di lapangan harus dipasang bendera PMI pada bagian kendaraan yang mudah terlihat; 4. Untuk menghindari kesalahpahaman masyarakat atau pihak-pihak lain, lambang palang merah atau lambang Palang Merah Indonesia tidak dipasang berdampingan atau bersama-sama dengan lambang organisasi lain kecuali dengan lambang ICRC atau IFRC apabila dianggap perlu. 5. Penggunaan Kendaraan Ambulans 1. Kendaraan ambulans yang digunakan PMI dalam hal ini adalah kendaraan ambulans milik Palang Merah Indonesia yang memakai tanda Palang Merah Indonesia dengan jelas atau kendaraan ambulans yang bukan milik PMI namun digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas PMI dengan terlebih dahulu memperoleh ijin dari Pengurus PMI yang disertai dengan surat tugas. 2. Agar mudah dikenali, pada kedua jenis kendaraan ambulans yang digunakan PMI tersebut pada point 1, dikibarkan bendera PMI pada bagian mobil yang mudah dilihat; 3. Kendaraan ambulans yang digunakan PMI dilarang memasang tanda atau bendera dari institusi atau organisasi lain selain ICRC bila dianggap perlu; Universitas Sumatera Utara 110 4. Kendaraan ambulans milik PMI harus digunakan sesuai fungsinya yaitu dalam hal pelayanan pertolongan pertama dan evakuasi korban. Oleh karena itu ambulans harus selalu berada di markas dan dalam posisi siap digunakan; 5. Selain mengevakuasi korban atau mayat, kendaraan ambulans yang digunakan PMI tidak dapat digunakan untuk mengangkut personil yang bukan petugas PMI dan mengangkut benda-benda yang menurut hukum dilarang dimiliki secara bebas termasuk senjata api; 6. Untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan pihak-pihak yang bertikai bahwa PMI adalah organisasi yang netral, tidak memihak dan mandiri, kendaraan ambulans yang digunakan PMI menggunakan tanda nomor kendaraan warna hitam plat hitam; 6. Koordinasi Dan Komunikasi 1. Untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan memperoleh akses ke semua tempat, Pengurus PMI diharuskan melakukan koordinasi dengan penguasa setempat termasuk dengan aparat keamanan yaitu di antaranya dengan memberikan informasi mengenai tugas-tugas pokok yang dilakukan PMI, prinsip kerja, prosedur operasional, wilayah kerja, personil, mitra kerja dan halhal lainnya yang sekiranya penting untuk diinformasikan atau dikoordinasikan; 2. Pengurus PMI, staf markas, Satgana serta petugas PMI senantiasa menjaga hubungan baik dengan masyarakat serta pihak-pihak lainnya, sehingga keberadaan PMI dapat diterima oleh mereka sebagai organisasi kemanusiaan yang netral dan tidak memihak; 3. Setiap pernyataan atau informasi hanya dikeluarkan oleh Ketua atau Sekretaris Pengurus Daerah atau Cabang. Pengurus lainnya dapat Universitas Sumatera Utara 111 mengeluarkan pernyataan dan informasi hanya jika telah didelegasikan oleh Ketua Pengurus Daerah atau Cabang; 4. Setiap tim yang bertugas di lapangan diusahakan dapat memiliki perangkat radio komunikasi untuk memudahkan koordinasi dengan Markas Cabang, Markas Daerah, dan Tim PMI lainnya yang sedang bertugas di lapangan dan dikoordinasikan dengan pihak-pihak yang terkait; 7. Kerjasama Dengan ICRC 1. Dalam keadaan yang semakin memburuk Pengurus PMI di tingkat Cabang atau Daerah berkewajiban mengambil tindakan-tindakan yang perlu termasuk meningkatkan aktivitasnya dalam memberikan bantuan kepada korban atau kepada masyarakat yang terkena dampak dari situasi tersebut; 2. Dalam hal ini Kantor Pusat Palang Merah Indonesia dapat meminta bantuan dan bekerja sama dengan Komite Internasional Palang Merah ICRC sesuai dengan mandatnya; 3. Dengan arahan dari Kantor Pusat PMI, Pengurus Daerah dan atau Pengurus Cabang PMI termasuk petugas di lapangan bekerja sama dengan ICRC melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan termasuk melaksanakan pelayanan TMS Tracing and Mailing Service. 8. Hubungan PMI Dengan Organisasi Lain 1. Untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, PMI tidak bekerja sama dengan organisasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat yang memiliki visi atau agenda politik seperti organisasi yang berkaitan dengan perjuangan Hak Asasi Manusia atau institusi lain apa pun namanya yang di antaranya menjalankan peran penyelidikan investigasi atau pencari fakta yang dapat menyulitkan posisi dan keberadaan PMI; Universitas Sumatera Utara 112 2. Kerja sama PMI dengan pihak lain dapat dilakukan apabila kerja sama tersebut semata-mata bertujuan memberikan bantuan relief atau pemberian sumbangan, evakuasi korban, pertolongan pertama serta pelayanan kesehatan yang diberikan secara cuma-cuma dan pelaksanaannya tetap berpedoman pada Prinsip-prinsip Dasar Gerakan; 3. Pengurus PMI, Staf Markas, Satgana serta petugas PMI di lapangan tidak dibenarkan untuk merangkap menjadi anggota lembaga swadaya masyarakat LSM atau organisasi lain yang bertentangan dengan Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. 9. Konsekuensi Apabila terjadi tindakan-tindakan atau kebijaksanaan di luar dari Prosedur Standar Operasional hasil revisi ini yang dilakukan oleh Pengurus dan atau oleh Petugas PMI di lapangan, maka secara organisasi PMI tidak bertanggung jawab atas tindakan tersebut. Pengurus PMI setempat berkewajiban mengklarifikasikan kepada pihak-pihak terkait serta kepada masyarakat umum apabila terjadi masalah tersebut di atas. Universitas Sumatera Utara 113

V.3 Kekuatan dan Kelemahan, Peluang dan Ancaman Program Palang Merah IndonesiaPMI.