2.1.2 Keaktifan Siswa
Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono, 2010:45 mengemukakan anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai
kemauan, dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi
bila anak aktif mengalami sendiri. Menurut teori kognitif, belajar menunjukan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak
hanya menyimpanya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu
untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar anak mampu mengidentifikasi,
merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan.
Mc Keachie dalam Dimyati dan Mudjiono, 2010:45 Keaktifan siswa dalam belajar memerlukan adanya kegiatan latihan-latihan. Prinsip Keaktifan
mengemukakan bahwa individu merupakan manusia yang aktif selalu ingin tahu sosial.
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah
kita amati sampai kegiatan psikis yang susah untuk diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, menulis, mendengarkan, berlatih keterampilan-keterampilan,
dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi,
membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.
Siswa dikatakan aktif apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru, mampu menjawab pertanyaan dan senang diberi tugas belajar. Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan
dari segi hasil. Paul B. Diedrich dalam Sardiman, 2003:100-102 membuat daftar yang
berisi 177 macam kegiatan siswa yang dapat digolongkan sebagai berikut:
a visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar,
demonstrasi, percobaan, melihat pekerjaan orang lain dan sebagainya.
b oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi dan sebagainya.
c listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato dan sebagainya. d
writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya.
e drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta
diagram, pola, dan sebagainya. f
motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara
binatang, dan sebagainya. g
mental activities, seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan,
dan sebagainya. h
emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.
Klasifikasi aktivitas seperti diuraikan di atas, menunjukkan bahwa
aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Apabila berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah akan dinamis,
tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang
maksimal dan bahkan memperlancar peranannya sebagai pusat dan transformasi kebudayaan. Tetapi sebaliknya ini merupakan tantangan yang
menuntut jawaban dari para guru, kreativitas guru mutlak diperlukan agar dapat merencanakan kegiatan siswa yang sangat bervariasi itu.
Dalam penilitian menggunakan strategi pembelajaran kreatif-produktif dengan media gambar yang telah disesuaikan dengan keaktifan siswa yang
akan diamati dengan indikator sebagai berikut: 1 kesiapan dalam pembelajaran; 2 mendengarkan penjelasan guru; 3 mampu memberi ide
kalimat pada kelompok; 4 mampu menyusun karangan baik secara individu maupun kelompok; 5 aktif bertanya dan menyampaikan gagasan; 6
mempresentasikan hasil kelompok; 7 menyimpulkan materi pembelajaran; 8 melakukan refleksi.
2.1.3 Hasil Belajar