Bahagia di dalam Jalan Suci Le Dao

Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri | 131 130 | Kelas VIII SMP ”Yang mengeri belum sebanding dengan yang menyukai, sedang yang menyukai belum sebanding dengan yang dapat merasa gembirabahagia di dalamnya.” Lunyu VI: 20 ”Sungguh bijaksana Hui Dengan hanya sebakul nasi kasar, segayung air, diam di kampung miskin yang bagi orang lain sudah idak akan tahan; tetapi Hui idak berubah kegembiraannya.” Lunyu VI: 11 ”Siapakah keluar rumah idak melalui pintu? Mengapakah orang idak hidup menempuh Jalan Suci?” Lunyu VI: 17 ”Kalau orang mau mengeri, haruslah merasa puas; kalau orang idak mau mengeri, harus merasa puas pula” ”Bagaimana agar dapat selalu merasa puas?” ”Junjunglah kebajikan, berbahagialah di dalam kebenaran; dengan demikian akan selalu merasa puas. Maka seorang siswa itu biarpun miskin idak kehilangan kebenaran, kalau berhasil ia pun idak mau terpisah dari Jalan Suci. Miskin idak kehilangan kebenaran, seorang siswa dapat menjaga kehormatan diri. Berhasil idak mau terpisah dengan Jalan Suci, maka rakyat idak sampai kehilangan harap. Maka orang-orang jaman dahulu, bila berhasil cita-citanya ia dapat memberi faedah bagi rakyat; kalau idak berhasil cita-citanya ia membina diri memandang dunia. Di kala miskin ia seorang diri menjadikan dirinya baik, di kala berhasil, ia bersama menjadikan dunia baik.” Mengzi VII: 9 ”Pagi mendengar akan Jalan Suci, sore hari maipun iklas.” Lunyu IV B: 8 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri | 133 132 | Kelas VIII SMP

F. Hai-HaiCermat Berpikir

Masalah belajar banyak menyakut kecerdasan berpikir. Kalau prosesnya boleh kita umpamakan seperi minum atau makan, berpikir adalah seumpama mencerna minuman dan makanan itu. Belajar tanpa berpikir adalah laksana minum dan makan yang idak dicerna; dan berpikir tanpa belajar adalah seperi proses mencerna tetapi tanpa ada minuman dan makanan yang dimasukkan ke dalam mulut. Maka Nabi Kongzi bersabda, ”Belajar tanpa berpikir sia-sia, berpikir tanpa belajar berbahaya.” Lunyu II: 15 Belajar dan berpikir itu akan sangat berpengaruh terhadap pembinaan suasana hai, kehidupan rohani manusia; karena itu, di dalam belajar dan berpikir, idak boleh menjadikan hai dan suasana bain kita menjadi lepas dari sifat benih- benih kebajikan watak sejai insani. Kecerdasan dan pengetahuan bukan sekadar demi kecerdasan dan pengetahuan, tetapi dapat menjadi hai, mendukung ditegakkannya nilai-nilai luhur kemanuisaan, menempuh Jalan Suci sebagai manusia. Renungan ayat “Dengan menelii hakikat iap perkara dapat cukuplah pengetahuannya; dengan cukup pengetahuannya, akan dapatlah mengimankan tekadnya; dengan tekad yang beriman, akan dapatlah meluruskan hainya; dengan hai yang lurus, akan dapatlah membina dirinya; dengan diri yang terbina, akan dapatlah membereskan rumah tangganya; dengan rumah tangga yang beres, akan dapatlah mengatur negerinya; dengan negeri yang teratur akan dapat dicapai damai di dunia.” Daxue Bab Utama: 5 ”Dalam belajar dan berpikir wajib menjadikan hal menggemilangkan kebajikan, mengasihi rakyat, sesama manusia sebagai tujuan akhir, sebagai tempat henian, bila sudah diketahui tempat henian itu, akan diperoleh ketetapan tujuan; setelah diperoleh ketetapan tujuan, barulah dapat dirasakan ketenteraman, setelah tenteram baharulah dapar berpikir benar; dan dengan berpikir benar baharulah orang dapat berhasil.” Daxue Bab Utama: 2 ”Belajar dan berpikir semesinya mampu membebaskan kita dari nafsu-nafsu rendah, ”Tugas telinga dan mata tanpa dikendalikan pikiran, akan digelapkan nafsu- nafsu dari luar. Nafsu-nafsu dari luar bilamana bertemu dengan nafsu-nafsu di dalam diri mudah saling cenderung. Tugas hai ialah berpikir. Dengan berpikir kita akan berhasil, tanpa berpikir idak akan berhasil. Tuhan Yang Maha Esa mengaruniai kita semuanya itu, agar kita lebih dahalu menegakkan bagian yang besar, sehingga bagian yang kecil itu idak bisa mengacau.” Mengzi VI A: 15 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri | 133 132 | Kelas VIII SMP ”Pegang teguhlah maka akan terpelihara; sia-siakanlah maka akan musnah. Keluar masuknya idak berketentuan dan waktu idak diketahui di mana tempatnya.” ”Di sini beliau Nabi Kongzi hanya akan mengatakan tentang hai.” Mengzi VI: 8 “Banyak-banyaklah belajar. Pandai-pandailah bertanya. Hai-hailah memikirkannya. Jelas-jelaslah menguraikannya, dan sungguh-sungguhlah melaksanakannya.” Zhongyong XIX: 19 ”Orang yang idak mau bertanya, apakah yang harus kulakukan? Apakah yang harus kulakukan? Aku idak tahu apa yang harus kulakukan terhadapnya.” Lunyu XV: 16 ”Betapa indah bunga Tangdi. Selalu bergoyang menarik. Bukan aku idak memikirkan mengenangmu, hanya tempatmu terlampau jauh.” Nabi bersabda, ”Sesungguhnya engkau idak memikirkanya benar-benar. Kalau benar-benar, apa arinya jauh?” Lunyu IX: 31 ”Yang banyak-banyak belajar dan penuh cita semangat; yang suka bertanya dan mawas diri, bertenggang rasa, cinta kasih sudah di dalamnya.” Lunyu XIX: 6

G. Membenci Kepalsuan

”Orang yang hanya pandai menarik perhaian untuk mendapat pujian di kampung halamannya, sesungguhnya ialah pencuri kebajikan.” Lunyu XVII: 13 Nabi idak menyukai kepalsuan dan membeci perilaku munaik. Perilaku munaik idak hanya ingkar dari Jalan Suci, tetapi sangat menghinakan dan memerosotkan harkat dan martabat manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Maka Nabi bersabda, ”Aku benci hal-hal yang mirip tetapi palsu. Aku benci akan rumput perusak yang dapat mengacaukan tunas yang baik. Aku benci akan kata-kata muslihat yang dapat mengacaukan kebenaran. Aku benci akan mulut yang tajam, yang dapat mengacaukan sikap dapat dipercaya. Aku benci akan musik negeri Zheng yang dapat mengacaukan musik yang baik. Aku benci akan warna ungu yang dapat mengacaukan warna merah. Aku benci akan orang yang hanya pandai menarik perhaian untuk mendapat pujian di kampung halamannya, karena akan mengacaukan kebajikan.” Demikianlah perilaku yang bersifat kepalsuan itu wajib dihindari.