Menempatkan Kebenaran di Tempat Teratas

Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekeri | 99 98 | Kelas VIII SMP Ini serupa dengan cara bergaul yang diajarkan Nabi Kongzi. Murid Zi Xia bertanya kepada Zi Zhang tentang cara bergaul. Zi Zhang berkata, “Apa yang dikatakan Zi Xia kepadamu?” Jawabnya: “Bergaullah dengan orang yang patut diajak bergaul, dan jangan bergaul dengan orang yang idak patut diajak bergaul” Zi Zhang berkata, “Yang kudengar idak demikian, seorang kuncuJunzi memuliakan para bijaksana dan bergaul dengan siapapun; ia memuji orang yang pandai dan menaruh belas kasihan kepada orang yang bodoh. Kalau orang benar- benar bijaksana, mengapa idak mau bergaul dengan siapapun? Kalau idak bijaksana, orang lain yang akan menolak kita. Bagaimana kita berani menolak orang lain?” Nabi Kongzi idak mempersoalkan perbedaan pandangan antara dua orang muridnya itu. Masing-masing pendapat memiliki alasan yang bisa dipertanggungjawabkan. Perbedaan keduanya hanya dalam hal carasudut pandang dan pendekatannya. Zi Xia melihat dengan sudut pandang manusia dengan kapasitas rata-rata kapasitas manusia secara umum yang cenderung mudah dipengaruhi terpengaruh oleh sesuatu yang mayoritas atau sesuatu yang lebih dominan. Pertama, manusia dengan kapasitas rata-rata akan terbawa arusmudah terpengaruh, ia menjadi penjudi jika ia bergaul di lingkungan penjudi dalam waktu yang lama. Ia akan menjadi idak baik bila hidup dalam lingkungan yang idak baik. Kedua, ia sulit menyesuaikan diri dengan sesuatu yang lain dari sesuatu yang telah adamelekat dalam dirinya, seperi orang miskin sulit menyesuaikan diri bergaul dengan orang kaya dan sebaliknya, atau seorang penganut agama X sulit menyesuaikan diri dengan penganut agama Y dan sebaliknya. Suatu kali Kongzi mendukung pendapat ini dengan mengatakan: “…Janganlah bergaul dengan orang yang idak seperi dirimu” Filsuf Mo Zi 468-376 SM, mengatakan: ”Warna sutra apapun yang dicelupkan ke dalam warna biru akan menjadi biru. Bila dicelupkan ke dalam warna kuning akan menjadi kuning. Setelah diberi pewarna beberapa kali, warna asli dari sutra itu menjadi idak dapat dikenali lagi. Hal ini berlaku bukan saja pada sutra, tetapi juga pada manusia.” Sementara Zi Zhang dengan pendekatannya yang lain. Bila orang benar-benar bijaksana tentu idak akan terpengaruh oleh kondisi yang berbeda dengan apa yang telah adamelekat pada dirinya melihat dari sudut pandang orang dengan kapasitas di atas rata-ratabijaksana. Suatu keika Nabi Kongzi juga mendukung pendapat Zi Zhang dengan mengatakan: