73
8. Kadar Lemak Apriyantono et al., 1989
Sebanyak 2 gram sampel dibungkus dalam kertas saring dan dimasukkan ke dalam labu soxhlet labu sebelumnya dikeringkan dalam oven,
dimasukkan ke dalam desikator lalu ditimbang. Dimasukkan pelarut petroleum eter kemudian dilakukan reflux selama 6 jam. Lalu labu yang berisi hasil reflux
dipanaskan dalam oven dengan suhu 105 C. Setelah itu didinginkan dalam
desikator dan ditimbang. Kadar lemak dihitung dengan rumus: berat lemak
Kadar Lemak = x 100
berat sampel
9. Derajat Putih Manual Kett digital whiteness powder C-100, 2005
Analisis warna dilakukan dengan menggunakan Kett digital whiteness powder C-100. Sampel dalam bentuk tepung dimasukkan dalam cawan sampel,
selanjutnya cawan tersebut dimasukkan ke dalam alat. Nilai dapat langsung dibaca pada layar dan dinyatakan dalam persentase derajat putih. Standar
derajat putih blanko adalah 85,4.
10. Titik Isoelektrik Wainewright, 1977
Sebanyak 0,2 gram sampel ditambah dengan 40 ml akuades sebagai pelarut dengan kisaran pH 4,5-10,5 interval 0,5. Pengaturan pH dilakukan
dengan menambahkan NaOH 0,5 N untuk menaikkan pH dan HCl 0,5 N untuk menurunkan pH. Setelah kondisi pH tercapai, dilanjutkan dengan pengadukan
selama 30 menit untuk menyempurnakan ekstraksi. Larutan yang dihasilkan dipisahkan dengan bagian yang tidak larut dengan cara disentrifuse, kemudian
disaring dengan kertas saring whatman 41. Filtrat dianalisa kadar nitrogennya dengan metode mikro Kjeldahl. Kadar nitrogen terlarut yang paling rendah
ditentukan sebagai daerah titik isoelektrik pI.
11. Logam Berat
Kandungan logam berat yang ingin dianalisa adalah Hg, Pb, Zn, Cu, dan As menggunakan Absorbsi Atom Spektrofotometer AAS. Sebanyak 5-6 ml
HCl 6 N ditambahkan ke dalam cawan berisi abu hasil pengabuan kering, kemudian dipanaskan di atas hot plate dengan pemanasan rendah sampai
74 kering. Setelah itu ditambahkan 15 ml HCl 3 N, lalu cawan dipanaskan di atas
pemanas sampai mulai mendidih. Setelah didinginkan dan disaring, filtrat dimasukkan ke dalam labu takar dan diencerkan dengan air sampai tanda tera.
Blanko disiapkan menggunakan pereaksi yang sama. Alat AAS diset sesuai interuksi dalam manual alat tersebut. Larutan standar logam, blanko dan
sampel diukur. Selama penetapan sampel, dilakukan pemeriksaan apakah nilai standar tetap konstan. Kemudian dibuat kurva standar untuk masing-masing
logam nilai absorbsiemisi vs konsentrasi logam dalam µgml.
12. Asam Amino Muchtadi, 1992
Sebanyak 0,2 gram sampel disiapkan dalam tabung reaksi tertutup dan ditambahkan sebayak 5 ml HCl 6 N. Sampel dimasukkan dalam oven dengan
suhu 100 C selama 18-24 jam. Selanjutnya sampel disaring dengan kertas
saring whatman 40. Hasil hidrolisis dipipet sebanyak 10 μl dan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 30 μl larutan pengering, lalu
dikeringkan dengan pompa vakum bertekanan 50 torr. Sampel yang telah dikeringkan ditambahkan larutan derivat sebanyak 30
μl dan dibiarkan selama ± 20 menit. Sampel selanjutnya diencerkan dengan 200
μl larutan pengencer natrium asetat 1 M. Sampel siap dianalisis dengan menggunakan HPLC
Waters Associates. Kondisi HPLC pada saat dilakukan analisis: - Temperatur kolom : 38
C - Kolom
: pico tag 3,9 x 150 nm coulomb - Kecepatan alir
: sistem linier gradien - Batas Tekanan
: 3000 psi -
Program :
gradien - Fase gerak
: - Asetonitril 60 - Buffer Natrium asetat 1 M, pH 5,75
- Detektor : UV, panjang gelombang 254 nm
Konsentrasi asam amino dihitung dengan rumus: Ac Bs x BM x Fp
Konsentrasi asam amino = x x 100
As Bc
75 Keterangan: Ac = Luas area sampel
As = Luas area standar Bc = Berat sampel
μg Bs = Berat standar
μg BM = Berat molekul masing-masing asam amino
Fp = Faktor pengencer 15
13. Titik Jendal Suryaningrum dan Utomo, 2002