rumit, yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Membaca aksara Jawa merupakan salah satu keterampilan dalam
pembelajaran bahasa Jawa. Pemahaman merupakan faktor yang penting dalam membaca. Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai suatu proses
yang bergulir terus menerus, dan berkelanjutan Santoso, 2009: 6.5. Berdasarkan pendapat tersebut untuk dapat mengajarkan pemahaman terhadap bacaan
khususnya membaca aksara Jawa peneliti menggunakan model Direct Instruction dengan media audiovisual agar dapat memberikan pelatihan-pelatihan kepada
siswa sehingga keterampilan siswa dalam membaca aksara Jawa dapat meningkat.
4.2.1.2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Belajar memerlukan aktivitas sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi kegiatan. Aktivitas
merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar Sardiman, 2011: 95.
Penelitian pada pembelajaran membaca aksara Jawa di kelas IVB SDN Wonosari 02 Semarang dengan menerapkan model Direct Instruction dengan
media audiovisual ada 8 aktivitas siswa yang diamati yaitu: 1 memperhatikan demonstrasi dari guru, 2 mengamati media yang ditampilkan, 3 membaca
Aksara Jawa yang ditampilan dalam media audiovisual, 4 keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru, 5 memberi tanggapan terhadap siswa yang
sedang membaca, 6 menanyakan hal yang belum dipahami, 7 menerima masukan dari teman, dan 8 mengerjakan soal evaluasi.
Hasil observasi aktivitas siswa pada pembelajaran membaca aksara Jawa melalui model Direct Instruction dengan media audiovisual pada siklus I
pertemuan pertama sampai siklus II pertemuan kedua mengalami peningkatan. Pada siklus I pertemuan pertama memperoleh rata-rata skor 19,4 dengan kategori
cukup, sedangkan pada siklus I pertemuan kedua memperoleh rata-rata skor 20,5 dengan kategori baik. Pada siklus II pertemuan pertama meningkat sehingga
memperoleh rata-rata skor 23,8 dengan kategori baik. Sedangkan pada siklus II pertemuan kedua memperoleh rata-rata skor 26,7 dengan kategori sangat baik.
Secara lebih jelas peningkatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. a.
Memperhatikan demonstrasi dari guru visual activities Indikator memperhatikan demonstrasi dari guru visual activities pada
siklus I pertemuan pertama memperoleh rata-rata skor 2,3, hal ini menunjukkan siswa belum memperhatikan demonstrasi dari guru dengan seksama, masih ada
siswa yang bermain sendiri dan tidak fokus dalam memperhatikan demontrasi dari guru. Pada siklus I pertemuan kedua memperoleh rata-rata skor 2,6. Sedangkan
pada siklus II pertemuan pertama memperoleh rata-rata skor 3,1 dan pada siklus II pertemuan kedua memperoleh rata-rata skor 3,4. Pada indikator ini deskriptor
yang sering muncul adalah siswa sudah memperhatikan dengan seksama demonstrasi yang dilakukan guru, merespon apa yang dijelaskan guru, dan
antusias dalam mendengarkan penjelasan guru dengan tidak bermain sendiri saat guru melakukan demonstrasi.
Hal ini menunjukan aktivitas siswa berupa visual activities. Menurut Diedrict visual activities dapat ditunjukan dengan membaca, memerhatikan
gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain Sardiman, 2011: 101. Peningkatan aktivitas siswa sesuai dengan pendapat Bandura yaitu orang belajar
melalui pengalaman langsung atau pengamatan mencontoh model Slameto, 2010: 21.
b. Mengamati media yang ditampilkan visual activities
Indikator mengamati media yang ditampilkan visual activities pada siklus I pertemuan pertama memperoleh rata-rata skor 2,5 sedangkan pada siklus I
pertemuan kedua memperoleh rata-rata skor 2,5. Pada siklus II pertemuan pertama memperoleh rata-rata skor 3,0 dan pada siklus II pertemuan kedua memperoleh
rata-rata skor 3,6. Pada indikator ini siswa telah menunjukan aktivitas memperhatikan dan merespon media yang ditampilkan,siswa tertarik dan tidak
bermain sendiri saat memperhatikan media yang ditampilkan guru. Aktivitas siswa dalam penelitian ini merupakan visual activities antara lain
membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain Sardiman, 2011: 101. Peningkatan ini diperoleh dari hasil refleksi dari guru
terhadap pembelajaran
yang telah
dilakukan, guru
berusaha untuk
mengembangkan keterampilan dalam menggunakan media yang mampu memberikan stimulus dan motivasi siswa untuk belajar. Usaha tersebut sesuai
dengan pendapat Bandura bahwa siswa belajar dari apa yang ia baca, dengar, dan lihat di media, dan juga dari orang lain dan lingkungannya Slameto, 2010: 21.
c. Membaca Aksara Jawa yang ditampilan dalam media audiovisual visual
activities Indikator membaca aksara Jawa yang ditampilkan dalam media
audiovisual pada siklus I pertemuan pertama memperoleh rata-rata skor 2,3, pada siklus I pertemuan kedua memperoleh rata-rata skor 2,3. Pada siklus II pertemuan
pertama memperoleh rata-rata skor 3,1 sedangkan pada siklus II pertemuan kedua memperoleh rata-rata skor 3,4. Pada indikator ini, siswa sudah membaca aksara
Jawa dengan lancar dan jelas. Siswa juga sudah berani maju untuk membaca aksara Jawa didepan.
Aktivitas ini termasuk visual activities yang meliputi membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain Sardiman,
2011: 101. Dalam kegiatan pelatihan awal siswa sudah dapat membaca aksara Jawa dengan benar dan lancar.
d. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru oral activities.
Pada indikator keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru, siklus I pertemuan pertama memperoleh rata-rata skor 2,7. Pada siklus I
pertemuan kedua memperoleh rata-rata skor 2,7. Sedangkan pada siklus II pertemuan pertama memperoleh rata-rata skor 3,0. Pada siklus II pertemuan kedua
memperoleh rata-rata skor 3,3. Pada indikator ini, siswa sudah berani menjawab pertanyaan dari guru dengan suara lantang dan jelas. Jawaban yang ungkapkan
juga sudah benar. Aktivitas siswa ini merupakan oral activities yang meliputi menyatakan,
merumuskan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan
wawancara, diskusi, interupsi Dierich dalam Sardiman, 2011: 101. Peningkatan dalam aktivitas siswa ini karena guru berusaha mengajukan pertanyaan-
pertanyaan untuk memancing pendapat siswa untuk lebih memfokuskan siswa dalam pembelajaran.
e. Memberi tanggapan terhadap siswa yang sedang membaca mental activities
Indikator memberi tanggapan terhadap siswa yang sedang membaca, pada siklus I pertemuan pertama memperoleh rata-rata skor 2,1 sedangkan pada siklus I
pertemuan kedua memperoleh rata-rata skor 2,6. Pada siklus II pertemuan pertama memperoleh rata-rata skor 3,1, sedangkan pada siklus II pertemuan kedua
memperoleh rata-rata skor 3,1. Hal ini ditunjukan dengan siswa telah berani memberikan tanggapan terhadap hasil pekerjaan siswa dan memberikan
tanggapan dengan bahasa yang baik. Aktivitas siswa ini merupakan mental activities. Menurut Diedrich mental
activities dapat ditunjukan berupa aktivitas menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan Sardiman, 2011:
101. f.
Menanyakan hal yang belum dipahami oral activities Indikator menanyakan hal yang belum dipahami, pada siklus I pertemuan
pertama memperoleh rata-rata skor 2,5 sedangkan pada siklus I pertemuan kedua memperoleh rata-rata skor 2,6. Pada siklus II pertemuan pertama memperoleh
rata-rata skor 2,6 sedangkan pada siklus II pertemuan kedua memperoleh rata-rata skor 3,1. Hal ini ditunjukan dengan siswa sudah berani bertanya kepada guru jika
mengalami kesulitan dalam membaca. Siswa sudah bertanya dengan sikap dan bahasa yang baik.
Aktivitas siswa ini merupakan oral activities yang meliputi menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan
wawancara, diskusi, interupsi Diedrich dalam Sardiman, 2011: 101. g.
Menerima masukan dari teman emotional activities Indikator menerima masukan dari teman, pada siklus I pertemuan pertama
memperoleh rata-rata skor 2,5 sedangkan pada siklus I pertemuan kedua memperoleh rata-rata skor 2,6. Pada siklus II pertemuan pertama memperoleh
rata-rata skor 2,8 sedangkan siklus II pertemuan kedua memperoleh rata-rata skor 3,2. Hal ini menunjukan adanya peningkatan pada setiap pertemuan. Pada
indikator ini siswa sudah bersedia menerima masukan dari teman dengan senang hati dan menanggapi semua masukan yang diberikan teman.
Aktivitas siswa ini merupakan emotional activities. Hal ini sesuai dengan pendapat Diedrich, rasa senang dalam pembelajaran termasuk dalam emotional
activities. Selain itu yang termasuk dalam emotional activities antara lain menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup
Sardiman, 2011: 101. Emosi siswa dalam proses pembelajaran mempengaruhi hasil belajar siswa.
h. Mengerjakan soal evaluasi writing activities
Indikator mengerjakan soal evaluasi, pada siklus I pertemuan pertama memperoleh rata-rata skor 2,5 sedangkan siklus I pertemuan kedua memperoleh
rata-rata skor 2,6. Pada siklus II pertemuan pertama memperoleh rata-rata skor 3,1
sedangkan pada pertemuan kedua memperoleh rata-rata skor 3,6. Peningkatan skor pada tiap pertemuan ini menunjukan bahwa siswa dalam mengerjakan soal
evaluasi sudah mengerjakan soal secara mandiri, mengerjakan dengan tenang dan tertib serta mengerjakan soal sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Aktivitas siswa ini merupakan writing activities yang meliputi menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin dan mengerjakan soal Diedrich dalam
Sardiman, 2011: 101. Peningkatan aktivitas siswa terjadi karena guru selalu memberikan evaluasi disetiap akhir pertemuan untuk mengetahui kemajuan dan
hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Kardi bahwa guru harus memberikan beberapa pertanyaan lisan atau tertulis kepada siswa dan memberikan
respon terhadap jawaban siswa. Kegiatan ini penting untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa Trianto: 2011.
Berdasarkan pemaparan data tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca aksara Jawa melalui model Direct
Instruction dengan media audiovisual dapat meningkat. Hal ini terlihat dari pencapaian rata-rata skor aktivitas siswa dari siklus I sampai siklus II yaitu pada
siklus I memperoleh rata-rata skor 19,7 dengan tingkat keberhasilan 61,7 kategori cukup sedangkan pada siklus II memperoleh rata-rata skor 25,3 dengan
tingkat keberhasilan 79,1 kategori baik. Skor rata-rata yang diperoleh sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditepakan yaitu sekurang-kuranganya baik
dengan skor 20 ≤ skor ≤ 26,5. Dengan demikian penelitian berakhir pada siklus II.
4.2.1.3. Hasil Observasi Keterampilan Mengajar Guru