Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Perubahan mendasar terjadi pada segi kurikulum tiap jenjang pendidikan maupun segi pola pembelajaran yang diterapkan pada masing-masing sekolah. Perkembangan dunia pendidikan yang cepat, memacu sekolah untuk menerapkan pola pedidikan yang dinamis pada berbagai bidang. Salah satu upaya yang dilakukan sekolah dalam menerapkan pola pendidikan yang dinamis adalah dengan memanfaatkan perkembangan media dalam kegiatan pembelajaran. Pemanfaatan media yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat mendukung berlangsungnya pembelajaran yang interaktif antara siswa dan guru. Media pembelajaran merupakan sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang diciptakan oleh guru Arsyad, 2006:15. Menurut Hamalik, sebagaimana yang dikutip oleh Arsyad 2006: 15-16 mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh- pengaruh psikologi terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan 2 motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. “ In order to improve teaching, it is necessary that teachers recognize and work on students most common difficulties in order to minimize those difficulties by varying the teaching methods. McDenmott 1996 points out that most of learning problems occur because the ways in which concepts are explained to students are complex and difficult to understand”Fiscarelli, 2013 . Dalam rangka meningkatkan pengajaran guru perlu mengenali kesulitan paling umum yang dialami siswa untuk meminimalkan kesulitan siswa dengan cara memvariasikan metode dalam pengajaran, McDermott1996 menunjukkan bahwa sebagian besar masalah pembelajaran terjadi karena cara menjelaskan konse- konsep sulit dimengerti oleh siswa. Peningkatan kualitas pendidikan memerlukan perbaikan proses pembelajaran disekolah, untuk itu diperlukan kreativitas guru dalam merancang pembelajarannya agar tercipta suasana atau iklim dalam pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat. Suasana pembelajaran yang kondusif dan menantang berkompetisi secara sehat, akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi belajar siswa. Sebaliknya, tanpa hal itu apapun yang dilakukan guru tidak akan mendapat respon siswa secara aktif. Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang sangat berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran. Minat seperti yang dipahami selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi 3 tertentu. Seandainya,seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Guru dalam kaitan ini sebaiknya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap positif seperti terurai diatas Syah, 2006:151 Pembelajaran Fisika ditingkat SMA dimaksudkan sebagai sarana untuk melatih siswa agar dapat menguasai pengetahuan dan konsep fisika. Ilmu pengetahuan alam khususnya fisika pada hakekatnya adalah menyangkut produk dan proses. Bahkan, secara lebih lengkap dijelaskan ada tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah dan produk ilmiah. Oleh karenanya, pengajaran eksata tidak sebatas mementingkan penguasaan siswa terhadap fakta, konsep, dan teori- teori, tetapi yang lebih penting adalah siswa mengerti dan paham terhadap proses bagaimana fakta, konsep, dan teori itu ditemukan. Hasil riset yang dilakukan pada para siswa di Amerika sebagaimana yang dikutip oleh Rusman 2010 memperlihatkan bahwa banyak dari mereka gagal untuk membuktikan pengertian secara mendalam ketika mereka mempelajari sains fisika dengan metode konvesional. Ini berarti ada kecenderungan hanya ada beberapa saja yang mampu bertahan dengan metode ini dan dapat sukses. Menurut Meisner yang dikutip oleh Masa’mah 2008 menyadari bahwa siswa tidak semuanya mampu memahami materi dengan cara pengajaran 4 konvesional. Masing-masing siswa memiliki kecerdasan yang berbeda. Ini berarti anak dengan tipe kecerdasan tertentu sebaiknya diperlakukan dengan cara tertentu juga. Sebagai contoh apabila ada anak yang memiliki kecerdasan otak kanan sangat kuat namun memiliki kecenderungan otak kiri yang kurang baik, maka akan lebih baik diberikan game-game yang berhubungan dengan Fisika,bukan hanya rumus saja atau penjelasan kata-kata. Menurut Garder yang dikutip oleh Masa’mah 2008 mengatakan bahwa tidak ada anak dengan kemampuan yang identik, itulah mengapa pengajaran yang bervariasi perlu dilakukan. Ba hrudin 2005 sebagaimana yang dikutip oleh Masa’mah 2008 menyatakan bahwa ukuran keberhasilan pendidikan pertama-tama adalah apabila anak dapat belajar dengan senang. Apabila sekolah tidak dapat memberikan rasa nyaman maka keberhasilan anak untuk belajar berkurang 50, oleh karena itu proses pembelajaran harus dibangun berdasarkan kegembiraan murid dan guru. Hasil belajar Fisika yang rendah juga disebabkan kurangnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Fisika. Salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya minat siswa untuk belajar Fisika yaitu model pembelajaran yang digunakan guru Fisika selama proses pembelajaran kurang menarik. Sebagian besar guru Fisika di Indonesia pada umumnya dan di kabupaten Semarang pada khususnya masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajarannya. Akibatnya siswa semakin enggan untuk belajar Fisika, dan kesan sulit dari pelajaran Fisika juga semakin kuat. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan model pembelajaran baru dan guru profesional yang diharapkan mampu menyelenggarakan pembelajaran yang 5 efektif, yaitu dengan merancang bahan belajar stimullus yang mampu menarik dan memotivasi siswa untuk belajar dan mampu menggunakan berbagai model pembelajaran yang menarik. Salah satu model pembelajaran menarik yang dapat diterapkan yaitu Model Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Game. Salah satu pembelajaran berorientasi pada siswa yaitu pembelajaran kooperatif yang merupakan pembelajaran secara berkelompok. Dalam model pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu dengan lainnya. Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil belajar tinggi, rata-rata, dan rendah, laki-laki dan perempuan , siswa dengan latar belakang suku berbeda yang ada dikelas, kelompok heterogen ini akan bekerja sama dengan baik sebagai sebuah tim. Pada kelompok kooperatif ini, siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing- masing. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah game. Game atau permainan adalah setiap konteks antara pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula, sehingga ada yang menang dan ada yang kalah, biasanya dalam konteks tidak serius atau dengan tujuan refreshing. Permainan merupakan kesibukan yang dipilih sendiri oleh pemain tanpa adanya unsur paksaan, tanpa didesak oleh rasa tanggung jawab dan tidak mempunyai tujuan tertentu. Sadiman 2009: 75 6 Tujuan peneltian ini adalah untuk membandingkan peningkatan antara kelas yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif berbantuan game dan model demonstrasi.Model pembelajaran demonstrasi adalah model mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan sesuatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan Aris, 2014: 62 Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka model pembelajaran kooperatif berbantuan game dapat dijadikan sebagai salah satu cara membuat pembelajaran Fisika lebih menarik yang melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran melalui penelitian yang berjudul” Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Game Untuk Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Konsep Siswa”.

1.2. Rumusan Masalah