PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING BERBASIS KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KINERJA SISWA

(1)

PENERAPAN MODEL

ACTIVE LEARNING

BERBASIS

KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP DAN KINERJA SISWA

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh

Agung Cipto Harjono 4201409097

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Penerapan Model Active Learning Berbasis Kooperatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kinerja Siswa” telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan di sidang panitia ujian skripsi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Hari : Rabu

Tanggal : 4 September 2013

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping

Dr. Sarwi, M.Si. Dr. Sulhadi, M.Si.


(3)

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 4 September 2013

Agung Cipto Harjono


(4)

iv

iv

PENGESAHAN

Skripsi yangberjudul

Penerapan Model Active Learning Berbasis Kooperatif Untuk meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kinerja Siswa

disusun oleh

Agung Cipto Harjono 4201409097

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 4 September 2013.

Panitia :

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dr. Khumaedi, M.Si.

NIP: 19631012 198803 1 001 NIP: 19630610 198901 1 002

Ketua Penguji

Drs. Hadi Susanto, M.Si

NIP: 19530803 198003 1 003

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Sarwi, M.Si. Dr. Sulhadi, M.Si.


(5)

v

MOTTO

“Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak mau mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah dicari”(Sayidina Ali)

" Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya " (Abraham Lincoln)

PERSEMBAHAN Skripsi ini untuk :

Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberi doa, kasih sayang serta pengorbanan yang begitu besar demi masa depanku.

Kaka dan adikku terimakasih atas dukungan dan doanya.

Kekasih ku tersayang, dan beberapa sahabat ku yang senantiasa memberi dukungan.

Teman-teman kos on7.


(6)

vi

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikkan skripsi yang berjudul

Penerapan

Model

Active Learning

Berbasis Kooperatif Untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep dan Kinerja Siswa ”.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat motivasi dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Kasmadi Imam S, M. S., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang

2. Dr. Khumaedi, M.Si., Ketua Jurusan Fisika FMIPA UNNES

3. Dr. Sarwi, M.Si., dan Dr. Sulhadi, M.Si, dosen pembimbing yang telah membimbing penyusunan skripsi.

4. Drs. Sukiswo Supeni Edi, M.Si., dosen wali yang telah memberikan bimbingan dan motivasi.

5. Segenap Bapak dan Ibu dosen jurusan Fisika FMIPA UNNES yang telah memberikan bekal ilmu.

6. Mokh. Idi Fitriyadi, S. Pd., Kepala SMP Negeri 2 Jatibarang yang telah memberikan ijin, sehingga penulis dapat melakukan penelitian

7. Guru Fisika SMP N 2 Jatibarang yang telah membantu penelitian

8. Teman-teman angkatan 2009 Jurusan Fisika yang telah memberikan saran dalam penyusunan skripsi.

9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan semua.


(7)

vii

Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, September 2013


(8)

viii

viii

ABSTRAK

Harjono, Agung Cipto. 2013. Penerapan model Active Learning Berbasis Kooperatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kinerja Siswa. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr. Sarwi, M.Si, Pembimbing II: Dr. Sulhadi, M.Si.

Kata Kunci : Active learning, Kooperatif, Pemahaman Konsep, Kinerja Siswa. Pembelajaran harus dipusatkan pada peserta didik (student centered) sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diwajibkan untuk setiap satuan pendidikan. Pembelajaran di sekolah yang menerapkan KTSP masih bersifat konvensional yakni berpusat pada guru (teacher centered) sehingga kurang mencerminkan belajar yang bermakna bagi siswa. Penerapan model active learning berbasis kooperatif diharapkan meningkatan pemahaman konsep dan kinerja siswa kelas VIII dalam pembelajaran fisika sub bahasan alat optik. Sampel diambil secara random sampling diperoleh siswa kelas VIIIE sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIIB sebagai kelas kontrol dari populasi yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jatibarang. Kelas eksperimen menggunakan model active learning berbasis kooperatif, sedangkan kelas kontrol menggunakan model active learning diskusi. Data dari penelitian ini diperoleh dari tes dan observasi. Teknik analisis data tes menggunakan model kuantitatif sedangkan untuk observasi menggunakan analisis deskriptif.

Peningkatan pemahaman konsep siswa diukur dengan tes tertulis sebelum treatmen (pre-test) dan sesudah (pos-test). Peningkatan pemahaman konsep dapat dilihat melalui uji gain. Pada kelas eksperimen diperoleh nilai gain pemahaman konsep 0,58 termasuk kategori sedang dan lebih tinggi dari nilai gain pemahaman konsep yang diperoleh kelas kontrol yaitu 0,51 tergolong sedang. Data nilai kinerja siswa dari hasil observasi pertemuan 1 dan pertemuan 2 diuji dengan uji gain untuk mengetahui peningkatan kinerja siswa. Nilai gain kinerja siswa kelas eksperimen 0,22 tergolong rendah dan lebih tinggi dari nilai gain kinerja siswa yang diperoleh kelas kontrol yaitu 0,04 tergolong rendah. Dari beberapa hasil di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model active learning berbasis kooperatif dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kinerja siswa. Peningkatan pemahaman konsep dan kinerja siswa yang diajar dengan model active learning berbasis kooperatif lebih besar daripada yang diajar dengan model active learning diskusi.


(9)

ix

ABSTRACT

Harjono, Agung Cipto. 2013. Implementation Active Learning Based

Cooperative Model to Increase Conceptual Understanding and Students Performance. Thesis, Physics Departement, Mathematics and Natural Sciences Faculty, Semarang State University. Supervisor I: Dr. Sarwi, M.Si, Supervisor II: Dr. Sulhadi, M.Si.

Keywords : active learning, Coopertive, Conceptual Understanding, Students’ Performance.

Learning should be centered on the learners (student centered) in accordance with the demands of the Education Unit Level Curriculum (SBC) which is required for any educational institution. Learning in schools that implement the SBC is still conventional teacher-centered. Implementation of active learning based cooperative model can increase conceptual undersanding and student performance class VIII in the physics study of Optic. The sampel were taken as random sampling and the sampel were class VIII E as the experiment class and class VIII B as the control class from the population student class VIII SMP Negeri 2 Jatibarang. Experiment class got active learning based cooperative and control class got active learning discussion. The data in this research were obtained by tests and observations. Technique analysis of the data uses quantitive methods, while for observation data using descriptive analysis.

The improvements of students’ conceptual understanding were calculated with pre-test and postest. The improvement of conceptual understanding could be seen with the gain test. Gain number of conceptual understanding In experimental class was 0,58 that’s category of medium and it was better than in the control class 0,51 that’s category of medium. The data of students’ performance from observation in first and second meeting was tested with gain test. Gain number of experiment class was 0,22 that’s category of small and it was higher than control class 0,04 that’s category of small. From the calculations above, it can be concluded that the model of active learning based cooperative can improve conceptual understanding and students’ performance. The improvement of conceptual understanding and students’ performance that get active learning based cooperative model is better than student that get active learning discussion.


(10)

x

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Peneltian ... 5

1.5 Batasan Masalah ... 6

1.6 Penegasan Istilah ... 6

1.6. 1 Active Learning ... 6

1.6. 2 Pembelajaran Kooperatif ... 7

1.6. 3 Pemahaman Konsep ... 8


(11)

xi

1.6. 5 Alat Optik ... 9

1.7 Sistematika Skripsi ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ... 11

2.1 Belajar dan Pembelajaran ... 11

2.2 Active Learning ... 13

2.3 Pembelajaran Kooperatif ... 16

2.4 Pemahaman Konsep ... 19

2.5 Kinerja Siswa ... 21

2.6 Materi Alat Optik ... 23

2.1 Kerangka Berpikir ... 31

2.2 Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Subjek dan Lokasi Penelitian ... 35

3.1. 1 Populasi dan Sampel ... 35

3.1. 2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.2 Variabel Penelitian ... 36

3.3 Desain Penelitian ... 37

3.4 Alur Penelitian ... 37

3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data... 39

3.5.1 Teknik dan Alat dokumentasi ... 39

3.5.2 Teknik dan Alat Observasi... 39

3.5.3 Teknik Tes ... 40


(12)

xii

xii

3.6 Metode Analisis Data ... 43

3.5. 1 Analisis Data Tahap Awal ... 43

3.5. 2 Analisis Data Tahap Akhir ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Hasis Analisis Data Tahap Awal ... 49

4.3.1 Uji Homogenitas ... 49

4.2 Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Akhir ... 50

4.3.1 Kemampuan Pemahaman Konsep ... 50

4.3.2 Analisis Kinerja Siswa ... 52

4.3.3 Uji Normalitas ... 53

4.3.4 Uji Kesamaan Dua Varians ... 54

4.3.5 Uji Gain ... 54

4.3.6 Uji t Satu Sampel ... 56

4.3.7 Uji t Dua Sampel ... 57

4.3 Pembahasan ... 58

4.3.1 Pemahaman Konsep ... 58

4.3.2 Kinerja Siswa ... 62

4.3.3 Kendala-Kendala Penelitian ... 64

BAB V PENUTUP... 66

5.1 Simpulan ... 66

5.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Desain Penelitian Control Group Pre-test Post-test ...37 4.1 Hasil Uji Homogenitas ...49 4.2 Hasil Uji Normalitas Nilai Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...54 4.3 Uji t Satu sampel Pos-test Kelas Eksperimen ...56 4.4 Analisis Uji t Dua Sampel Nilai Pos-test Pemahaman Konsep ...57 4.5 Analisis Uji t Dua Sampel signifikasi Gain Pemahaman Konsep ...57


(14)

xiv

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Bagan deskripsi komponen TGT ...7

2.1 Pembentukan Bayangan Pada Mata ...24

2.2 Skema Pembentukan Bayangan Pada Mata Penderita Miopi ...26

2.3 Skema Pembentukan Bayangan Pada Mata Penderita Hipermetropi ...27

2.4 Pembentukan Bayangan Pada Kamera ...28

2.5 Pembentukan Bayangan Pada Lup ...29

2.6 Pembentukan Bayangan Pada Mikroskop ...30

2.7 Kerangka Berfikir ...33

3.1 Alur penelitian ...38

4.1 Data Hasil Pre-test Siswa ...50

4.2 Data Nilai Post-test Siswa ...51

4.3 Data Tiap Aspek Pemahaman Konsep ...52

4.4 Data Nilai Kinerja Siswa Pertemuan 1 ...52

4.5 Data Nilai Kinerja Siswa Pertemuan 2 ...53

4.6 Peningkatan Rata-Rata Pemahaman Konsep ...55

4.7 Peningkatan Tiap Aspek Pemahaman Konsep ...55


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-Kisi Soal Tes Uji Coba ... 71

2. Soal Uji coba ... 77

3. Rubrik Penilaian Soal Ujicoba ... 78

4. Daftar Kode Responden Kelas Uji coba Instrumen ... 82

5. Analisis Uji Coba Instrumen ... 83

6. Perhitungan Validitas Butir Soal ... 84

7. Perhitugnan Reliabilitas ... 85

8. Perhitungan Daya Pembeda Soal ... 86

9. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ... 87

10. Silabus ... 88

11. RPP Kelas Eksperimen... 89

12. LDS I Alat Optik ... 95

13. LDS II Alat Optik ... 97

14. Kartu Soal Pertemuan I ... 99

15. Kartu Soal Pertemuan II ... 100

16. Kunci Jawaban Kartu Soal ... 101

17. Lembar Aturan Permainan ... 102

18. Kisi-Kisi Soal Pre-test dan Pos-test... 103

19. Rekap Jumlah Soal Pre-test dan Pos-test ... 106

20. Soal Pre-test dan Pos-test ... 107


(16)

xvi

xvi

22. Kriteria Observasi Kinerja Siswa... 111

23. Lembar Observasi Kinerja Siswa... 113

24. Nilai Ulangan Tengah Semester 2 Kelas VIII ... 114

25. Uji Homogenitas Populasi ... 115

26. Daftar Kode Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 116

27. Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen ... 117

28. Pembagian Kelompok Kelas Kontrol... 118

29. Analisis Hasil Pre-test Kelas Eksperimen ... 119

30 Analisis Hasil Pre-test Kelas Kontrol ... 120

31. Analisis Hasil Pos-test Kelas Eksperimen ... 121

32. Analisis Hasil Pos-test Kelas Kontrol ... 122

33. Analisis Hasil Pre-test Tiap Indikator Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen ... 123

34 Analisis Hasil Pre-test Tiap Indikator Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ... 124

35. Analisis Hasil Pos-test Indikator Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen ... 125

36. Analisis Hasil Pos-test Indikator Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ... 126

37. Uji Normalitas Data Nilai Pos-test Kelas Eksperimen ... 127

38. Uji Normalitas Data Nilai Pos-test Kelas Kontrol ... 128

39. Uji Kesamaan Dua Varians Data Pos-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 129


(17)

xvii

40. Perhitungan Uji Gain Kelompok ... 130

41. Peningkatan rata-rata (gain) Pemahaman Konsep Masing-masing Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 131

42. Uji Gain Tiap Aspek Pemahaman Konsep ... 132

43. Uji t Satu Sampel Nilai Pos-test Kelas Eksperimen ... 133

44. Uji t Dua Sampel Data Pos-test kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 135

45. Uji t Dua Sampel Signifikasi Gain` ... 136

46. Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan I ... 137

47. Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Kontrol Pertemuan I ... 138

48. Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan II ... 139

49. Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Kontrol Pertemuan II ... 140

50. Rekapitulasi Hasil Observasi Kinerja Kelas Eksperimen ... 141

51. Rekapitulasi Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Kontrol... 142

52. Uji Gain Kinerja Siswa Pertemuan I dan Pertemuan II ... 143

53. Foto Kegiatan Penelitian ... 144


(18)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan pada tiap-tiap satuan pendidikan. Salah satu prinsip untuk pengembangan KTSP adalah berpusat pada kompetensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum ini dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Soehendro, 2006: 5).

Kurikulum sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi yang optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (Suyitno, 2004: 2). Menurut Permendiknas No. 41 tahun 2007, pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.


(19)

Kegiatan pembelajaran harus dipusatkan pada peserta didik (student centered). Ini sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diwajibkan untuk setiap satuan pendidikan. Pada kenyataannya di lapangan menunjukan bahwa kebanyakan kegiatan pembelajaran di sekolah – sekolah yang menerapkan KTSP masih bersifat konvensional yakni berpusat pada guru (teacher centered) sehingga kurang mencerminkan belajar yang bermakna bagi siswa.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti selama bulan maret 2013 di kelas VIII SMP Negeri 2 Jatibarang, saat pembelajaran fisika berlangsung proses pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran konvensional seperti ceramah dan penugasan kepada siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru hanya menyampaian teori dan siswa mencatat.

Berdasarkan kasus ini maka perlu adanya penerapan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa ini akan berakibat pada meningkatnya kinerja siswa dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meminimalisir pembelajaran yang bersifat teacher centered dan pembelajaran akan beralih menjadi student centered. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mewujudkan student centered adalah model pembelajaran Active Learning.


(20)

3

Active Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Active Learning lebih menekankan pada suatu pembelajaran yang membuat siswanya melakukan aktivitas belajar yang bermanfaat dan berpikir tentang apa yang siswa lakukan (Prince, 2007: 1). Siswa bukan lagi sebagai obyek melainkan subyek yang mencari informasi, mencari sumber belajar, membangun pengetahuan berdasarkan apa yang siswa lakukan, apa yang siswa lihat dan apa yang siswa dengar. Pada model ini, guru hanya sebagai fasilitator dan bukan sebagai satu-satunya sumber belajar siswa (Yerigan, 2008: 19). Jika siswa aktif maka hal itu menunjukkan bahwa siswa tertarik pada materi yang dipelajari sehingga kinerja siswa dalam kelas pun akan meningkat. Active Learning ini juga memberikan peluang bagi siswa untuk dapat menemukan beberapa konsep dengan berbagai alternatif yang berbeda antar siswa sehingga pemahaman siswa terhadap konsep meningkat.

Salah satu model pembelajaran yang juga dapat meningkatkan kinerja siswa dan Pemahaman konsep adalah model permbelajaran kooperatif. Hasil penelitian Awofala, et al., (2012) menunjukan bahwa penerapan model kooperatif dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap matematika dalam hal pemahaman dan aplikasi daripada di tingkat pengetahuan kognisi. Hasil penelitian Zakaria, dkk (2010) juga menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi siswa dalam matematika serta sikap siswa dalam pembelajaran matematika.


(21)

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Pembelajaran ini menuntut siswa untuk bekerjasama dalam satu kelompok, karena keberhasilan kelompok merupakan tanggung jawab bersama. Pembelajaran kooperatif juga ditekankan bahwa siswa yang bekerja pada satu kelompok harus dapat bekerjasama dengan baik, hal ini akan mengarahkan siswa untuk saling membantu, saling diskusi, saling berargumen, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu (Slavin, 2005: 2). Berdasarkan hal ini, kinerja siswa dapat meningkat dan diharapkan siswa akan memahami konsep atau teori yang diajarkan dengan baik.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti menjadikan model pembelajaran Active Learning yang berbasis kooperatif sebagai salah satu cara membuat pembelajaran fisika lebih menarik dan melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran di kelas melalui penelitian yang berjudul “PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING BERBASIS KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KINERJA SISWA”.


(22)

5

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas permasalahan yang diteliti adalah:

1. Apakah penerapan model active learning berbasis kooperatif dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa?

2. Apakah penerapan model active learning berbasis kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa?

1.3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

1. Mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa setelah diterapkan model active learning berbasis kooperatif.

2. Mengetahui peningkatan kinerja siswa setelah diterapkan model active learning berbasis kooperatif.

1.4

Manfaat Penelitian

Bagi Guru

a. Memberikan masukan agar pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran lebih menekankan pada keterlibatan dan kedekatan dengan siswa.


(23)

Bagi Siswa

a. Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. b. Meningkatkan pemahaman konsep fisika pada siswa. c. Memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik. d. Meningkatkan kinerja siswa dalam pembelajaran. Bagi Sekolah

Memperluas wawasan tentang berbagai model yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran.

1.5

Batasan Masalah

1. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jatibarang.

2. Penelitian ini terbatas pada penerapan model active learning berbasis kooperatif yang digunakan pada mata pelajaran fisika untuk sub pokok bahasan alat optik.

1.6

Penegasan Istilah

1.6.1 Active Learning

Active learning atau pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang menekankan pada aktivitas, keaktifan dan partisipasi penuh siswa selama proses belajar berlangsung sehingga dengan keaktifan dan partisipasi penuh maka siswa akan dapat mempelajari materi pelajaran dengan baik.


(24)

7

1.6.2 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan agar siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif beranggotakan 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Slavin, 2005: 2).

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe pembelajaran. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah tipe TGT (Team Games Tournament). Model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Menurut Awofala ( 2012) model TGT adalah model pembelajaran yang mengelompokan peserta didik dalam beberapa kelompok heterogen yang mengharuskan diskusi kelompok serta adanya persaingan antar kelompok dalam permainan.

Menurut Slavin (2005: 163) deskripsi dari komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut:


(25)

Penelitin ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Media pembelajaran yang digunakan adalah lembar diskusi dan kartu soal kartu soal.

1.6.3 Pemahaman Konsep

Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun dalam berpikir. Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk memutuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi (Dahar, 2011).

Konsep dalam fisika adalah abstraksi dari ciri-ciri sesuatu dan konsep yang mempermudah komunikasi antar manusia dan membantu manusia berfikir ( Berg, 1988).

Pemahaman konsep fisika dalam penelitian ini adalah konsepsi siswa yang sama dengan konsepsi para fisikawan yang menyangkut pemahaman siswa dalam memahami hubungan antar konsep pada materi alat optik.

1.6.4 Kinerja Siswa

Kinerja siswa adalah unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian kinerja siswa adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi (Setyono, 2005:3).

Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa pada saat belajar dalam kelompok (team study).


(26)

9

1.6.5 Alat Optik

Materi alat optik merupakan salah satu kompetensi dasar dalam pembelajaran fisika SMP kelas VIII. Materi alat optik diajarkan pada siswa kelas VIII ketika memasuki semester 2 akhir. Setelah melakukan koordinasi dan menyampaikan tujuan penelitian terhadap guru fisika di SMP tempat dilaksanakan penelitian, materi alat optik dipilih sebagai materi yang digunakan dalam penelitian.

1.7

Sistematika Skripsi

Susunan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pendahuluan, bagian isi dan bagian akhir skripsi.

1.7.1 Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan skripsi ini berisi halaman judul, pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran, daftar gambar dan daftar tabel.

1.7.2 Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari lima bab yakni sebagai berikut: Bab 1 : Pendahuluan

Bagian bab 1 ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika skripsi.


(27)

Bab 2 : Tinjauan Pustaka

Bagian bab 2 ini berisi tentang teori-teori yang dijadikan pedoman atau acuan dalam melakukan penelitian, kerangka berpikir dan hipotesis.

Bab 3 : Metode Penelitian

Bagian bab 3 ini berisi metode yang digunakan untuk analisis data yang meliputi: metode penentuan objek penelitian, metode pengumpulan data, penyusunan instrumen, prosedur penelitian dan metode analisis data. Bab 4 : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bagian bab 4 ini berisi hasil-hasil penelitian yang diperoleh yang disertai dengan analisis data serta pembahasannya. Bab 5 : Penutup

Bagian bab 5 ini berisi simpulan dari penelitian dan saran-saran.

1.7.3 Bagian Akhir Skripsi


(28)

11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1

Belajar dan Pembelajaran

Disadari atau tidak disadari, belajar merupakan bagian dari proses kehidupan manusia. Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami suatu proses yang disebut belajar. Belajar mempunyai beberapa arti. Banyak sekali pendapat oleh para pakar psikologi tentang definisi dari belajar itu sendiri. Belajar merupakan perubahan yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman yang diperolehnya dan praktik yang dilakukannya (Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007).

Morgan dkk. (1986: 140) menyatakan bahwa belajar merupakan proses mental dalam memahami tingkah laku manusia menyangkut beberapa faktor, yaitu asosiasi, motivasi, variabilitas, kebiasaan, kepekaan, pencetakan (imprinting), dan hambatan. Sedangkan Ani (2007: 02) menyaakan bahwa belajar merupakan proses terpenting dalam diri manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan, belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia.


(29)

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang berkaitan dengan perubahan perilaku manusia baik berupa hasil pemikiran siswa maupun pengalaman siswa.

Sementara menurut aliran behavioristik upaya untuk membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan agar terjadi hubungan antara lingkungan dengan tingkah laku si belajar disebut pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan akan mmperkuat perilaku, sebaliknya pembelajaran yang kurang menyenangkan akan memperlemah perilaku (Sughandi dkk., 2007: 34).

Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar (Isjoni, 2012: 14). Proses belajar bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa, sedang proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa.

Pembelajaran sains harus dapat membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan kebiasaan berpikir dalam memenuhi kebutuhan hidupnya maupun mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Sekolah tidak perlu dituntut untuk mengajarkan terlalu banyak materi tetapi sebaiknya lebih difokuskan pada hal-hal pokok yang bersifat fungsional dalam rangka literasi sains serta mengajarkannya secara lebih efisien dan efektif.


(30)

13

Fisika sebagai ilmu merupakan landasan pengembangan teknologi sehingga teori-teori fisika sangat membutuhkan tingkat kecermatan yang tinggi. Oleh karena itu, fisika berkembang dari ilmu yang bersifat kualitatif menjadi ilmu yang bersifat kuantitatif. Fisika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang pada dasarnya bertujuan untuk mempelajari dan memberi pemahaman kuantitatif terhadap berbagai gejala atau proses alam dan sifat zat serta penerapannya. Semua proses fisika ternyata dapat dipahami melalui sejumlah hukum alam yang bersifat dasar. Pemahaman ini memerlukan pengetahuan abstraksi dari proses yang bersangkutan dan penalaran teoretis secara terperinci dalam komponen-komponen dasarnya secara berstruktur agar dapat dirumuskan dan diolah secara kuantitatif. Perumusan kuantitatif ini memungkinkan dilakukan analisis secara mendalam terhadap masalah yang dikaji dan melakukan prediksi tentang hal-hal yang bakal terjadi berdasarkan model penalaran yang diajukan. Sifat kuantitatif ini dapat meningkatkan daya prediksi dan kontrol fisika.

2.2

Active Learning

Meyer & Jones (1993) dalam Kennedy (2007: 183) mengemukakan bahwa pembelajaran aktif terjadi aktivitas berbicara dan mendengar, menulis, membaca, dan refleksi yang menggiring ke arah pemaknaan mengenai isi pelajaran, ide – ide, dan berbagai hal yang berkaitan dengan satu topik yang sedang dipelajari.


(31)

Menurut Silberman (2004), ketika belajar adalah aktif, siswa melakukan banyak aktivitas, dan otak siswa belajar berfikir, menyelesaikan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari.

Secara garis besar active learning atau pembelajaran aktif dapat didefinisikan sebagai suatu pembelajaran yang menekankan pada aktivitas, keaktifan dan partisipasi penuh siswa selama proses belajar berlangsung sehingga dengan keaktifan dan partisipasi penuh maka siswa akan dapat mempelajari materi pelajaran dengan baik.

2.2.1 Ciri-Ciri Model Pembelajaran aktif.

Ada beberapa ciri yang terdapat dalam proses pembelajaran aktif antara lain:

1. Kerja kelompok

 Semua peserta didik aktif dan mendapatkan kesempatan yang sama.  Jumlah peserta didik perkelompok tidak lebih dari 6 orang.

 Adanya umpan balik antarpeserta didik dalam kelompok, antar kelompok dan antara guru-kelompok/seluruh kelas.

2. Kegiatan belajar

 Kegiatan belajar menarik minat peserta didik.

 Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar.  Mendorong peserta didik berpikir secara aktif dan kreatif.

 Mendorong peserta didik mencari informasi, data, dan mencari jawaban atas pertanyaan.


(32)

15

3. Teknik bertanya dan penilaian proses

 Semua peserta didik diberi kesempatan yang cukup untuk mengemukakan pendapat dan bertanya.

 Setiap peserta didik diberi kesempatan lebih dahulu untuk mencoba menjawab pertanyaaan temannya.

 Guru memberi umpan balik atau catatan bagi setiap tugas yang diberikan 4. Penggunaan beragam sumber belajar

 Menggunakan lingkungan sekolah serta pengalaman sebagai sumber belajar.

 Menggunakan sumber belajar dari media cetak maupun elektronik. 5. Pajangan

 Hasil kerja, karya serta portofolio peserta didik dipajang di kelas.

Tercapainya ciri pembelajaran aktif di atas tentu tidak mudah, khususnya bagi yang sudah terbiasa dengan pola pembelajaran pasif. Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.

Counfucius dalam Silberman (2004: 1) telah menyatakan tiga pernyataan sederhana tentang belajar aktif, salah satu pernyataan counfucius adalah “apa yang saya lakukan,saya paham”. Ini berarti dengan


(33)

belajar aktif, siswa akan lebih memahami materi yang dipelajari. Sedangkan Mel silberman memperluas tiga pernyataan counfucius tersebut dengan pernyataan yang disebut paham belajar aktif. Paham belajar aktif berisi 4 pernyataan, yaitu :

a. Apa yang saya dengar, saya lupa.

b. Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa kolega/teman, saya mulai paham.

c. Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

d. Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya

Salah satu alasan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar adalah perbedaan tingkat kecepatan bicara-pengajar dengan tingkat kecepatan kemampuan siswa mendengarkan. Berdasarkan hasil penelitian Laws et al. (1999) tentang active learning, pemahaman konsep siswa meningkat setelah diterapkan model active learning.

2.3

Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang menekankan agar siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang beranggotakan 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Slavin, 2005: 2).

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe pembelajaran. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah tipe TGT (Team Games


(34)

17

Tournament). Model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Awofala et al., (2012) menyatakan bahwa model TGT adalah model pembelajaran yang mengelompokan peserta didik dalam beberapa kelompok heterogen yang mengharuskan diskusi kelompok serta adanya persaingan antar kelompok dalam permainan.

Menurut Slavin (2005: 163) deskripsi dari komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut:

a. Presentasi Kelas

Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

b. Tim

Tim terdiri dari 4-5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.


(35)

c. Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa,yang masing-masing mewakili tim yang berbeda.

d. Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Turnamen biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit,setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan.

e. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari tingkat mereka.

Berdasarkan hasil penelitian Van Wyk (2011: 9) tentang model TGT bahwa aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks dan menumbuhkan karakter siswa.


(36)

19

2.4

Pemahaman Konsep

Pemahaman berasal dari kata “paham” dalam kamus bahasa Indonesia diartikan menjadi benar. Seseorang dikatakan paham apabila orang tersebut mengerti benar dan mampu menjelaskanya. Menurut Dahar (1996:160) konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk menyelesaikan suatu masalah siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya.

Secara umum pemahaman konsep adalah kemampuan untuk mengkonstruk makna atau pengertian suatu konsep berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki atau mengintegrasikan pengetahuan baru yang telah ada dalam skema pemikiran siswa. Pada pemahaman konsep, dikenal suatu teori Benjamin Bloom yang disebut Taksonomi Bloom. Uniknya pada taksonomi ini, terdapat suatu urutan atau tingkatan yang menandakan level kemampuan siswa. Taksonomi Bloom menggolongkan tiga katagori perilaku belajar yang berkaitan dan saling melengkapi. Ketiga katagori ini disebut ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Hasil belajar ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yaitu : a. Pengetahuan (knowledge) / C1

Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau menggali informasi (materi pembelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya.


(37)

b. Pemahaman (comprehension) /C2

Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran

c. Penerapan (application) /C3

Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan kongkrit. d. Analisis (analysis) /C4

Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan materi kedalam bagian-bagian dalam sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. e. Sintesis (syntesis) /C5

Sintesis mengacu pada kemampuan menggabung bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur baru

f. Penilaian (evaluation) / C6

Penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang materi pembelajaran untuk tujuan tertentu.

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi alat optik, maka instrumen hasil belajar ranah kognitif menggunakan C1 sampai C4 untuk siswa tingkat SMP.

Hasil belajar pada ranah afektif berhubungan dengan sikap, minat, emosi, perhatian, penghargaan, dan pembentukan karakteristik diri. Hasil belajar afektif tampak dalam siswa bertingkah laku, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, dan teman serta hubungan sosial. Hasil belajar


(38)

21

pada ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan kemampuan gerak dan bertindak.

2.5

Kinerja Siswa

Kinerja siswa adalah unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian kinerja siswa adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi (Setyono, 2005:3).

Sejalan dengan pendapat tersebut, Popham (1995) mengemukakan bahwa penilaian kinerja dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa berdasarkan cara siswa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Stiggins (1994) juga mengemukakan bahwa dalam penilaian kinerja siswa, guru menghendaki respon yang "authentic" atau yang asli berupa aktivitas yang dapat diamati.Penilaian terhadap keterampilan (skill) dan karya cipta siswa menggunakan alat ukur yang disebut dengan tes kinerja. Tes ini menyediakan cara mengukur skill dan kemampuan yang tidak dapat diukur dengan tes tertulis.

Tes kinerja adalah tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan proses penilaiannya dilakukan sejak siswa melakukan persiapan, melaksanakan tugas sampai dengan hasil akhir. Sebagai alat penunjang dalam melaksanakan tes perbuatan digunakan lembar observasi atau sebuah format pengamatan kinerja atau penampilan siswa. Dalam lembar pengamatan tertera aspek-aspek yang diamati sesuai


(39)

dengan target pembelajarannya. Berdasarkan deskriptor-deskriptor yang nampak selama proses pengamatan, ditentukanlah skor kinerja siswa dengan berpedoman pada kriteria penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya.

Beberapa langkah yang harus dilakukan untuk menilai kinerja dalam proses pembelajaran (Brualdi, A. 1998) :

1. Mendefinisikan tujuan dari penilaian kinerja.

Dalam rangka mengelola penilaian yang baik, maka harus menentukan tujuan utama penilaian yang dilakukan. Tujuan penilaian kinerja dalam penelitian ini adalah untuk menilai proses yang dilakukan siswa dalam pembelajaran dalam rangka mendapatkan pengetahuan dan memahami konsep alat optik.

2. Memilih kegiatan yang akan digunakan dalam penilaian kinerja.

Setelah menentukan tujuan penilaian kinerja, maka langkah selanjutnya adalah menentukan kegiatan yang akan digunakan untuk menilai kinerja siswa. Kegiatan yang dinilai meliputi kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti, dan kegiatan akhir pembelajaran.

3. Menentukan kriteria penilaian kinerja.

Mendefinisikan kriteria dalam penilaian kinerja dilakukan untuk memilih kegiatan-kegiatan mana yang akan digunakan untuk menilai kinerja siswa.


(40)

23

4. Membuat rubrik penilaian kinerja.

Rubrik adalah sistem penilaian dimana guru dapat menentukan tingkat kemampuan siswa melakukan tugas atau menampilkan pengetahuan tentang konsep. Dengan rubrik, guru dapat menentukan berbagai tingkat kemahiran untuk setiap kriteria. Rubrik penilaian kinerja dapat dibuat sendiri atau bisa mencontoh dari rubrik yang sudah ada. Selain itu, kinerja pada setiap tingkat harus didefinisikan secara jelas dan akurat mencerminkan kriteria yang sesuai (Popham,1995).

5. Menilai kinerja.

Langkah terakhir adalah melakukan penilaian kinerja siswa dalam proses pembelajaran.

2.6

Materi Alat Optik

2.6.1 Pengertian Alat Optik

Alat optik adalah alat-alat yang salah satu atau lebih komponennya menggunakan benda optik, seperti: cermin, lensa, serat optik atau prisma. Prinsip kerja dari alat optik adalah dengan memanfaatkan prinsip pemantulan cahaya dan pembiasan cahaya. Pemantulan cahaya adalah peristiwa pengembalian arah rambat cahaya pada reflektor. Pembiasan cahaya adalah peristiwa pembelokan arah rambat cahaya karena cahaya melalui bidang batas antara dua zat bening yang berbeda kerapatan optiknya.


(41)

2

.6.2 Mata

Mata merupakan salah satu alat optik, karena pada mata terdapat benda optik yaitu lensa. Pembentukan bayangan pada mata dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Pembentukan Bayangan Pada Mata

Bagian-bagian mata menurut kegunaan fisis sebagai alat optik : 1. Kornea

Merupakan lapisan terluar yang keras untuk melindungi bagian-bagian lain dalam mata yang halus dan lunak.

2. Aqueous humor (cairan)

Terdapat di belakang kornea fungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk ke dalam mata.

3. Lensa

Terbuat dari bahan bening (optis) yang elastik, merupakan lensa cembung berfungsi membentuk bayangan.

4. Iris (otot berwarna)


(42)

25

5. Pupil

Berfungsi mengatur banyak cahaya yang masuk ke dalam mata. Lebar pupil diatur oleh iris, di tempat gelap pupil membuka lebar agar lebih banyak cahaya yang masuk ke dalam mata.

6. Retina(selaput jala)

Terdapat di permukaan belakang mata yang berfungi sebagai layar tempat terbentuknya bayangan benda yang dilihat. Bayangan yang jatuh pada retina bersifat : nyata, terbalik dan diperkecil. Pada retina terdapat bintik buta yang mengandung sel batang dan bintik kuning yang mengandung sel kerucut.

7. Bintik buta

Merupakan bagian pada retina yang tidak peka terhadap cahaya, sehingga bayangan jika jatuh di bagian ini tidak jelas atau tidak kelihatan kelihatan, sebaliknya pada retina terdapat bintik kuning. Permukaan retina terdiri dari berjuta-juta sel sensitif, ada yang berbentuk sel batang berfungsi membedakan kesan hitam/putih dan yang berbentuk sel kerucut berfungsi membedakan kesan berwarna.Otot siliar (otot lensa mata) berfungsi mengatur daya akomodasi mata.

Karena berbagai hal, kadang-kadang bayangan tidak terbentuk tepat di retina. Hal ini terjadi jika mata mengalami cacat atau objek berada diluar jangkauan penglihatan. Berikut ini adalah beberapa kelainan pada mata :


(43)

1.

Miopi (rabun jauh)

Miopi atau rabun jauh adalah salah satu jenis cacat mata yang penglihatannya tampak buram jika melihat benda-benda jauh. Miopi dapat ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa cekung karena dapat menyebarkan sinar agar bayangan tepat di retina. Skema pembentukan bayangan pada mata yang menderita miopi dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Skema Pembentukan Bayangan Pada Mata Penderita Miopi

2.

Hipermetropi (rabun dekat)

Hipermetropi atau rabun dekat adalah cacat mata yang penglihatanya tidak jelas untuk benda-benda yang dekat. Hipermetropi dapat ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa cembung karena dapat mengumpulkan sinar agar bayangan tepat di retina. Skema pembentukan bayangan pada mata yang menderita hipermetropi dapat dilihat pada gambar 2.3.


(44)

27

Gambar 2.3 Skema Pembentukan Bayangan Pada Mata Penderita Hipermetropi

3.

Presbiopi (mata tua)

Presbiopi merupakan cacat mata yang lebih banyak disebabkan oleh faktor usia. Orang yang usianya sudah lanjut, daya akomodasinya semakin lemah sehingga lensa mata sukar mencembung secembung-cembungnya dan sukar memipih sepipih-pipihnya. Cacat mata presbiopi adalah cacat mata yang tidak dapat melihat benda-benda jauh atau dekat dengan jelas. Untuk menolong orang yang menderita cacat mata presbiopi, harus digunakan kacamata rangkap. Lensa kacamata rangkap terdiri atas lensa cekung untuk melihat benda-benda jauh dan lensa cembung untuk melihat benda-benda dekat.

2.6.3 Kamera

Kamera merupakan salah satu alat optik yang besar manfaatnya. Dengan adanya kamera kamu dapat mengabadikan kejadian-kejadian penting dan bersejarah dalam bentuk gambar.

Kamera terdiri atas tiga bagian utama, yaitu lensa, diafragma, dan film. Cara kerja kamera adalah Benda yang akan diambil gambarnya diletakkan di depan kamera, cahaya yang dipantulkan oleh objek tersebut akan diterima oleh lensa cembung dan akan dibiaskan sehingga


(45)

membentuk bayangan nyata, terbalik, dan diperkecil di film. Kedudukan lensa terhadap film dapat diubah-ubah. Hal ini dimaksudkan agar bayangan yang terbentuk jatuh tepat di atas film. Pada film, terdapat zat kimia yang peka terhadap cahaya. Cahaya gelap dan cahaya terang masing-masing akan meninggalkan jejak yang berbeda pada kamera. Dari film, gambar tersebut dapat dicuci dan dicetak.

Gambar 2.4 Pembentukan Bayangan Pada Kamera

Jika diperhatikan, prinsip kerja antara kamera dan mata kita adalah sama. Mata kita menangkap bayangannya di retina yang akan diolah oleh otak melalui saraf, sedangkan pada kamera, bayangan yang ditangkap lensa dibentuk pada film. Bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung bersifat nyata dan terbalik. Bayangan yang dibentuk pada film kamera bersifat nyata, terbalik, dan diperkecil.

2.6.4 Lup

Lup adalah alat optik yang menggunakan lensa cembung untuk melihat benda-benda kecil. Lup biasa digunakan untuk melihat nama-nama jalan di peta yang tercetak sangat kecil, melihat gambar di perangko, dan melihat komponen-komponen jam tangan yang kecil.


(46)

29

Agar benda terlihat, maka benda diletakkan di antara titik pusat (O) dan titik fokus (F) sehingga terbentuk bayangan yang bersifat maya, tegak, dan diperbesar. Saat bayangan terbentuk di titik dekat mata, maka mata berakomodasi maksimum. Jika ingin mengamati benda dengan lup tanpa berakomodasi, maka benda diletakkan tepat di titik fokus lensa sehingga yang masuk ke mata berupa sinar sejajar. Ini dikatakan mengamati dengan mata tidak berakomodasi. Perbesaran bayangan pada lup dapat dihitung dengan persamaan berikut :

a. Mata berakomodasi maksimum

, dengan Sn adalah jarak titik dekat mata, dan f adalah jarak fokus lensa.

b. Mata tidak berakomodasi

, dengan Sn adalah jarak titik dekat mata, dan f adalah jarak fokus lensa.

Gambar 2.5 Pembentukan Bayangan Pada Lup (a) mata berakomodasi (b) mata tidak berakomodasi


(47)

2.6.5 Mikroskop

Mikroskop terdiri atas dua buah lensa cembung yang berfungsi untuk memperbesar bayangan benda. Lensa ini dinamakan lensa objektif dan lensa okuler. Lensa objektif adalah lensa yang diletakkan dekat dengan objek yang akan diamati, sedangkan lensa okuler adalah lensa yang diletakkan dekat mata. Jarak fokus lensa objektif lebih kecil dari jarak fokus lensa okuler (fob < fok).

Benda yang diamati diletakkan di depan lensa objektif di antara Fob dan 2Fob. Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif bersifat nyata, terbalik dan diperbesar. Bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif akan menjadi benda bagi lensa okuler. Bila diamati dengan mata berakomodasi, maka benda (bayangan dari lensa objektif) diletakkan di antara titik pusat lensa okuler dan titik fokus okuler (Fok). Sedangkan jika diamati dengan mata tanpa berakomodasi, maka benda (bayangan dari lensa objektif) diletakkan di titik fokus lensa okuler (Fok).


(48)

31

2.7

Kerangka Berfikir

Fakta yang ada di lapangan, pembelajaran masih bersifat informatif, siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan proses pembelajaran masih menekankan pada aktivitas mengingat, memahami, dan mengaplikasikan. Hal ini berakibat pada rendahnya kinerja para siswa serta kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep materi yang diajarkan.

Model active learning berbasis kooperatif tipe TGT dapat menjadi alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kinerja siswa. Melalui model ini, siswa akan menemukan sendiri konsep-konsep materi yang diajarkan dan mengembangkan pengetahuan tentang materi tersebut dengan diskusi kelompok. Akan tetapi, efektivitas model active learning berbasis kooperatif tipe TGT dalam kegiatan pembelajaran memerlukan penelitian lebih lanjut. Untuk itu perlu dibuat terlebih dahulu perangkat penelitiannya dengan membagi 2 kelas yaitu menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kelas eskperimen menggunakan model active learning berbasis kooperatif tipe TGTdan kelas kontrol menggunakan model active learning dengan diskusi. Variabel dalam penelitian meliputi model active learning berbasis kooperatif sebagai variabel bebas sedangkan untuk variabel terikatnya adalah meningkatnya pemahaman konsep dan kinerja siswa. Desain penelitian control group pretest-posttest.


(49)

Sebelum diberikan perlakuan kedua kelas diberi pretest dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa. Kedua kelas diberi perlakuan berbeda, kelas eskperimen menggunakan model active learning berbasis kooperatif tipe TGT sedangkan kelas kontrol menggunakan model active learning diskusi. Setelah diberikan perlakuan yang berbeda, kedua kelas ini diberikan posttest . Dari pretest dan posttest, dapat diketahui sejauh mana keefektifan penerapan model Active learning berbasis kooperatif tipe TGT yang diteliti. Berikut skema kerangka berpikir penelitian.


(50)

33

Gambar 2.7 Kerangka Berfikir

Kelas eksperimen Kelas kontrol

pretest

Alternative model pembelajaran

 Pembelajaran yang terpusat pada guru

 Kinerja siswa kurang

 Siswa kurang menguasai konsep

model active learning berbasis kooperatif tipe TGT

Pembelajaran dengan Active learning dengan diskusi.

Evaluasi hasil belajar Evaluasi hasil belajar

Kinerja siswa meningkat dan pemahaman konsep siswa

meningkat

Siswa kurang menguasai konsep dan kinerja siswa tetap

Peningkatan Pemahaman konsep dan kinerja siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada peningkatan pemahaman konsep dan kinerja siswa kelas kontrol


(51)

2.8

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Ho : Peningkatan Pemahaman konsep siswa SMP yang diajar dengan model active learning berbasis kooperatif lebih kecil atau sama dengan yang diajar dengan model active learning diskusi.

Ha : Peningkatan Pemahaman konsep siswa SMP yang diajar dengan model active learning berbasis kooperatif lebih besar daripada yang diajar dengan model active learning diskusi.

b. Ho :Peningkatan kinerja siswa SMP yang diajar dengan model active learning berbasis kooperatif lebih kecil atau sama dengan yang diajar dengan model active learning diskusi .

Ha : Peningkatan kinerja siswa SMP yang diajar dengan model active learning berbasis kooperatif lebih besar daripada yang diajar dengan model active learning diskusi.


(52)

35

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Subjek dan Lokasi Penelitian

3.1.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 2 SMP Negeri 2 Jatibarang tahun pelajaran 2012/2013, yaitu kelas VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F, VIII G dan VIII H dengan jumlah total sebanyak 228 siswa. Populasi tersebut telah diuji homogenitas dengan menggunakan uji Barlett. Berdasarkan hasil uji homogenitas pada nilai UTS semester 2 diperoleh hitung2 10,726tabel2 12,59. Ini berarti H0 diterima dan artinya populasi tersebut homogen (sebelum diberi perlakuan, berada pada tingkat kemampuan akademik yang sama).

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik random sampling yaitu dipilih 2 kelas secara acak dari populasi yang homogen sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan pertimbangan siswa duduk pada jenjang kelas yang sama, materi berdasarkan pada kurikulum yang sama dan tidak ada kelas unggulan. Kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol.


(53)

3.1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Jatibarang yang terletak di Jalan Raya Timur Jatibarang no 14 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes.

Penelitian dilaksanakan dari tanggal 13 Mei sampai dengan tanggal 24 Mei 2013.

3.2

Variabel Penelitian

Variabel yang diungkap dalam penelitian ini meliputi dua variabel, yaitu:

a. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2002: 3). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran active learning berbasis kooperatif.

b. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2002: 3). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan pemahaman konsep dan kinerja siswa.


(54)

37

3.3

Desain Penelitian

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah control group pretest-posttest. Pola desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian Control Group Pre-test Post-test (Arikunto, 2006: 86)

K

keterangan:

E = kelompok eksperimen K = kelompok kontrol

01 dan 02 = pre test sebelum penelitian 03 dan 04 = post-test sesudah penelitian

X = Pembelajaran dengan model Active learning berbasis kooperatif tipe TGT

= pembelajaran dengan model Active learning diskusi

3.4

Alur Penelitian

Penelitian ini dilakukan sesuai alur penelitian seperti Gambar 3.1

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

E 01 X 03


(55)

Gambar 3.1 Alur penelitian

Alur penelitian gambar 2 dijelaskan dalam langkah-langkah sebagai berikut:

a) Mengambil nilai ulangan harian materi sebelumnya pada mata pelajaran Fisika kelas VIII tahun ajaran 2012/2013.

b) Menganalisis nilai ulangan harian dengan melakukan uji homogenitas. c) Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.

d) Memberikan pre-test pada kelas eksperimen dan kontrol.

e) Melaksanakan pembelajaran di kelas eksperimen dengan model Active learning berbasis kooperatif tipe TGT.

f) Melaksanakan pembelajaran dikelas kontrol dengan model pembelajaran active learning diskusi.

g) Melaksanakan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. h) Menganalisis data hasil penelitian.

Pre-test

Pembelajaran fisika dengan

model active learning berbasis

kooperatif tipe TGT.

Pembelajaran fisika dengan model

pembelajaran active learning diskusi

Post-test


(56)

39

3.5

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

3.5.1 Teknik dan Alat Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat, surat kabar, majalah, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai kemampuan awal siswa yang menjadi sampel penelitian, yaitu mengumpulkan daftar nama siswa dan nilai UTS semester genap siswa yang selanjutnya dianalisis untuk menentukan homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Alat dokumentasi meliputi lembar cheklist yang berisi hal hal yang akan didokumentasikan, dan kamera untuk dokumentasi kegiatan dalam bentuk gambar.

3.5.2 Teknik dan Alat Observasi

Teknik ini digunakan untuk mengamati aspek afektif dan psikomotorik siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pada penelitian ini teknik observasi digunakan untuk mengukur kinerja setiap siswa selama proses pembelajaran.

Alat yang digunakan untuk observasi berupa lembar observasi kinerja siswa. Ini berisi jenis kegiatan, kriteria, dan skor penilaian. Adapun skor maksimal untuk masing – masing kriteria adalah 3 dan skor total maksimal untuk seluruh lembar observasi adalah 30.


(57)

3.5.3 Teknik Tes

Tes dalam penelitian merupakan tes prestasi, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Arikunto, 2006: 151). Tes digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep siswa tentang materi alat optik. Tes yang digunakan adalah tes uraian. Tes ini diuji cobakan kepada siswa kelas VIII A kemudian hasil uji coba tersebut dianalisis dengan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya.

3.5.4. Pengujian Instrumen Tes

3.5.4.1 Validitas isi

Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur (Sudjana, 2009: 13). Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pertanyaan yang dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis (Sugiyono, 2000: 272).

3.5.4.2 Reliabilitas

Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan sudah baik dan dapat dipercaya . Rumus yang


(58)

41

digunakan untuk menghitung reliabilitas tes uraian adalah rumus Alpha sebagai berikut (Arikunto, 2002 : 109) :

Keterangan :

r11 = reliabilitas yang dicari n = banyaknya items pertanyaan

= jumlah varians skor tiap-tiap items = varians total

Rumus varians skor items (Arikunto, 2002 : 110) :

Keterangan

= varians skor tiap items Xi = jumlah skor tiap item soal n = banyaknya siswa

Rumus varians total (Arikunto, 2002 : 111) :

Keterangan :

= varians total Xt = jumlah subyek n = banyaknya siswa


(59)

Hasil perhitungan r11 dikonsultasikan dengan tabel r product moment pada tabel. Apabila r11> rtabel, maka instrument dikatakan reliabel (Arikunto, 2002:112).

3.5.4.3 Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Rumus yang digunakan untuk menganalisis tingkat kesukaran soal uraian adalah sebagai berikut (Arikunto, 2002: 112) :

dengan

Kriteria tingkat kesukaran soal adalah : 0 ≤ P ≤ 0,30 soal sukar

0,30 < P ≤ 0,70 soal cukup ( sedang) 0,70 < P ≤ 1 soal mudah

3.5.4.4 Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai (Arikunto, 2002: 112). Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian, digunakan rumus sebagai berikut:


(60)

43

Kriteria daya pembeda soal adalah: 0,00 ≤ DP ≤ 0,20 : soal jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 : soal cukup baik 0,40 < DP ≤ 0,70 : soal baik

0,70 < DP ≤ 1,00 : soal sangat baik

3.6

Metode Analisis Data

3.6.1 Analisis Data Tahap Awal

3.6.1.1 Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang di gunakan dalam populasi dalam keadaan homogen (mempunyai kemampuan awal yang sama) atau tidak. Data yang digunakan untuk uji homogenitas adalah nilai UTS fisika semester genap. Rumus yang digunakan adalah uji Bartlett, yaitu:

2

2

log ) 1 ( )

10

(Ln BniSi

dengan B(LogS2)

(ni1) dan

Kriteria pengujianya adalah jika 2hitung < 2 (1-α) (k-1) dengan dk = (k-1) dan k adalah jumlah kelas, maka masing-masing kelas dalam populasi mempunyai varians yang sama atau homogen (Sudjana, 2002: 263).


(61)

3.6.2 Analisa Data Tahap Akhir

3.6.2.1 Analisis Pemahaman Konsep

3.6.2.1.1 Metode Tes

Analisis metode tes soal uraian, skornya adalah 0-3. Setelah itu, metode tes ini dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Ali, 1993: 184).

Klasifikasi persentase nilainya adalah sebagai berikut: 25,00% ≤ N <43,75% = tidak baik

43,75% ≤ N < 62,50% = cukup 62,50% ≤ N < 81,25% = baik

81,25% ≤ N ≤ 100,00% = sangat baik

3.6.2.2 Analisis Kinerja Siswa

3.6.2.2.1 Metode Observasi

Penskoran lembar observasi ini dilakukan dengan ratting scale, yaitu skor 1 untuk tidak baik, skor 2 untuk cukup baik, skor 3 untuk baik dan skor 4 untuk sangat baik, sedangkan analisis lembar observasi ini dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Ali, 1993: 184).


(62)

45

Klasifikasi persentase nilainya adalah sebagai berikut: 25,00% ≤ N < 43,75% = tidak baik

43,75% ≤ N < 62,50% = cukup 62,50% ≤ N < 81,25% = baik

81,25% ≤ N ≤ 100,00% = sangat baik

3.6.2.3 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dianalisis terdistribusi normal atau tidak. Data yang digunakan untuk uji normalitas ini adalah nilai hasil post-test siswa. Rumus yang digunakan

adalah Chi Kuadrat. 2 =

Ei Ei Oi k

i

2

1

Keterangan :

2

: harga chi kuadrat

Oi : frekuensi hasil pengamatan Ei : frekuensi yang diharapkan k : banyaknya kelas interval

Jika 2hitung ≤ 2 tabel dengan derajat kebebasan dk = k-1 dan taraf signifikasi 5% maka akan berdistribusi normal (Sudjana, 2002: 273).


(63)

n s x t 0

3.6.2.4 Uji Kesamaan Dua Varians

Uji kesamaan dua varians digunakan untuk menentukan rumus t-test yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Pengujian homogenitas varians digunakan uji F. Rumus yang dipakai adalah:

Jika Fhitung ≤ F1/2 α (V1, V2) dengan α = 5%, kedua kelompok memiliki varians yang sama, dengan :

V1 = n1 – 1 (dk pembilang) V2 = n2 – 1 (dk penyebut)

3.6.2.5 Uji t Satu Sampel

Persamaan Uji t satu sampel dalam Sudjana (2005) adalah sebagai berikut :

Dengan arti:

x = skor rata-rata 0

= Kriteria Ketuntasan Minimum s = standar deviasi

n = jumlah siswa t = tingkat keefektifan

Dengan α = 5% dan dk = n-1 maka pembelajaran dikatakan efektif jika t > -t(1-a)(n-1) dan dan tidak efektif jikat  -t(1-a)(n-1).


(64)

47

3.6.2.6 Uji Gain

Uji gain digunakan untuk mengetahui besar peningkatan pemahaman konsep sebelum perlakuan dan setelah mendapat perlakuan. Peningkatan pemahaman konsep siswa dapat dihitung menggunakan rumus gain ternormalisasi sebagai berikut:

Keterangan :

g : besarnya faktor g

Spre : skor rata-rata pre test (%) Spost : skor rata-rata post test (%)

Klasifikasi besarnya dikategorikan sebagai berikut (Hake, 1998: 3).

g tinggi :

g sedang :

g rendah :

3.6.2.7 Uji t Dua Sampel

Dalam penelitian ini sampel berkorelasi, sehingga menggunakan rumus t-test:                   

n

s

n

s

n

s

n

s

x

x

r t 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 __ _ __


(65)

Keterangan: __

1

x

= Rata-rata kelas eksperimen __

2

x

= Rata-rata kelas kontrol

s

1 = Simpangan baku kelas eksperimen

s

2 = Simpangan baku kelas kontrol

s

1

2

= Varian kelas eksperimen

s

2

2

= Varian kelas kontrol r = Korelasi antar sampel dengan

Kriteria Pengujian:

Harga t tersebut dibandingkan dengan harga t tabel dengan dk

n1 + n2 – 2, taraf kesalahan 5%. Jika thitung< ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak (Sugiyono, 2007: 217).


(66)

49

BAB 4

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

4.1

Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Awal

4.1.1 Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian SMP Negeri 2 Jatibarang yang terdiri dari kelas VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F, VIII G dan VIII H mempunyai keadaan awal yang sama atau tidak. Data yang digunakan untuk uji homogenitas ini adalah nilai UTS semester 2 pelajaran IPA. Rumus yang digunakan untuk uji homogenitas adalah uji Barllet.Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Uji Homogenitas No Sumber Variasi Hasil

1. χ2hitung 10,726

2. dk 5

3. χ2tabel 12,59

4. Kriteria Homogen

Dari analisis data diperoleh χ2

hitung= 10,726. Kemudian χ2

hitungdibandingkan dengan χ2tabel. Untuk dk= n-1 diperoleh χ2tabel= 12,59. Karenaχ2

hitung<χ2tabelmaka populasi mempunyai varians yang sama (homogen). Perhitungan selengkapnya dimuat pada lampiran 25.


(67)

4.2

Hasil Analisis Data Penelitian Tahap Akhir

4.2.1 Kemampuan Pemahaman Konsep

Setelah kedua sampel diberikan pre-test kelas kontrol mendapat pembelajaran active learning dengan diskusi dan kelas eksperimen mendapat perlakuan pembelajaran active learning berbasis kooperatif (tipe TGT). Pada akhirpenelitian, kedua kelas melaksanakan post-test untuk mengetahui pemahaman konsep terhadap materi optik. Hasil pre-test dan post-test peserta didik dapat digambarkan dalam bentuk diagram seperti ditunjukkan Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.

Gambar 4.1 Data Hasil Pre-test Siswa

Dari Gambar 4.1 diketahui bahwa nilai tertinggi maupun nilai terendah pemahaman konsep hasil pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama.Perhitungan selengkapnya dimuat pada lampiran 29 dan lampiran 30.

60 36,56 23,33 60 36,87 23,33 0 10 20 30 40 50 60 70

Nilai Tert inggi Rat a-Rat a Nilai Terendah

N i la i P e m a h a m a n K o n se

p Kelas Eksperimen


(68)

51

Gambar 4.2 Data Nilai Post-test Siswa

Dari Gambar 4.2 diketahui bahwa rata-rata nilai pemahaman konsep kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.Perhitungan selengkapnya dimuat pada lampiran 31 dan lampiran 32.

4.2.1.1 Instrumen Tes

Pemahaman konsep untuk materi optik diukur dengan menggunakan instrumen tes. Pemahaman konsep yang dikaji dalam instrumen tes meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasidan analisis. Hasil pengukuran pemahaman konsep dengan instrumen tes dapat dilihat pada Gambar 4.3. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 35 dan lampiran 36.

86,67 73,65 56,67 80 68,85 50 0 20 40 60 80 100

Nilai Tert inggi Rat a-Rat a Nilai Terendah

N il a i P e m a h a m a n K o n se p Kelas Eksperimen Kelas Kont rol


(69)

Gambar 4.3 Data Tiap Aspek Pemahaman Konsep

Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa nilai masing – masing indikator yang diukur dengan instrumen tes kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

4.2.2 Analisis Kinerja Siswa

kinerja siswa selama pembelajaran di kelas kontrol maupun kelas eksperimen diukur dengan metode observasi. Kinerja siswa diukur selama dua kali pertemuan yang masing masing dilakukan oleh satu observer. Hasil penilaian kinerja siswa pertemuan 1 dan pertemuan 2 dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5.

Gambar 4.4 Data Nilai Kinerja Siswa Pertemuan 1

82,5 57,27 45 62,5 41,95 27,5 0 20 40 60 80 100

Nilai Tert inggi Rat a-Rat a Nilai Terendah

N il a i K in e rj a Kelas Eksperimen Kelas Kont rol

56,25 57,5 0 10 20 30 40 50 60

Penget ahuan Pemahaman Aplikasi Analisis

N il a i T e s P e m a h a m a n K o (% )


(1)

140

a

b

c

a

b

a

b

a

b

c

Kelompok Kode Sisw a

K14

1

2

4

4

3

4

3

4

1

3

29

72,5

Tinggi

K16

1

1

3

3

3

1

2

1

1

3

19

47,5 Cukup Tinggi

K5

1

1

3

2

1

1

1

1

1

2

14

35

Rendah

K30

1

1

3

2

1

1

1

1

1

2

14

35

Rendah

K11

4

1

2

2

2

3

3

1

4

2

24

60 Cukup Tinggi

K3

1

1

2

2

2

1

3

1

1

2

16

40

Rendah

K17

1

1

4

2

1

4

3

1

1

4

22

55 Cukup Tinggi

K29

1

1

3

2

1

1

1

1

1

2

14

35

Rendah

K20

1

1

2

2

4

3

1

4

1

4

23

57,5 Cukup Tinggi

K19

1

1

2

2

2

1

3

1

1

3

17

42,5

Rendah

K18

1

1

3

2

2

4

3

1

1

2

20

50 Cukup Tinggi

K27

1

1

2

2

1

1

2

1

1

2

14

35

Rendah

K13

1

2

2

2

2

3

3

1

1

4

21

52,5 Cukup Tinggi

K8

1

1

1

1

2

1

2

1

1

2

13

32,5

Rendah

K23

1

2

1

2

1

1

2

1

1

4

16

40

Rendah

K31

1

1

1

1

1

2

1

1

1

2

12

30

Rendah

K21

1

1

2

2

2

1

1

4

2

4

20

50 Cukup Tinggi

K15

1

1

2

2

3

1

2

1

1

4

18

45 Cukup Tinggi

K25

1

1

1

1

1

1

1

1

1

2

11

27,5

Rendah

K26

1

1

2

1

1

4

2

1

1

3

17

42,5

Rendah

K4

1

1

4

3

2

1

1

1

1

4

19

47,5 Cukup Tinggi

K10

2

2

1

3

1

1

4

1

1

4

20

50 Cukup Tinggi

K6

1

1

1

1

1

4

1

1

1

3

15

37,5

Rendah

K24

1

1

1

1

1

1

1

1

1

2

11

27,5

Rendah

K7

1

2

4

2

2

4

4

1

1

3

24

60 Cukup Tinggi

K2

1

1

1

1

2

1

1

1

1

4

14

35

Rendah

K28

1

4

1

1

2

2

2

1

1

4

19

47,5 Cukup Tinggi

K22

1

1

3

2

2

1

1

1

1

4

17

42,5

Rendah

K32

1

3

4

3

3

1

2

1

4

4

26

65

Tinggi

K9

1

1

1

1

2

4

2

1

1

4

18

45 Cukup Tinggi

K1

1

1

1

1

1

3

2

1

1

2

14

35

Rendah

K12

1

3

2

2

2

1

1

1

1

2

16

40

Rendah

1417,5

120,66

44,297

72,5

27,5

Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Kontrol Pertemuan II

Kegiat an =>

V

VI

VII

VIII

TOTAL

Nilai

Kinerja

Indikator =>

I

II

III

IV

Kegiat an Awal

Diskusi

Kelompok

Penyampai

an Hasil

K. Akhir

Pembelajaran

S

2

X

max

min

Lampiran 49


(2)

141

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

Kelom pok Kode Sisw a

E21 4 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 1 1 1 1 4 4 57 71,25 Tinggi

E17 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 2 2 1 3 1 4 1 1 4 4 51 63,75 Tinggi

E19 1 4 1 4 4 4 4 4 4 4 2 2 1 3 1 1 1 4 4 4 57 71,25 Tinggi

E32 1 1 1 1 2 3 4 4 4 4 2 4 1 2 4 1 1 1 1 4 46 57,5 Cukup Ti nggi

E2 1 1 4 4 2 4 4 4 3 3 3 2 1 3 1 4 4 4 2 4 58 72,5 Tinggi

E16 1 1 1 1 4 4 4 4 3 4 2 2 1 3 1 1 1 1 4 4 47 58,75 Cukup Ti nggi

E26 1 3 1 1 2 4 4 4 3 4 2 2 4 4 1 1 1 1 2 4 49 61,25 Cukup Ti nggi

E11 1 1 1 1 4 3 4 4 2 3 2 2 1 2 1 1 1 1 4 3 42 52,5 Cukup Ti nggi

E5 1 4 1 1 4 4 4 4 3 4 3 2 3 4 1 1 1 1 4 4 54 67,5 Tinggi

E23 1 3 1 2 4 4 3 4 3 3 2 2 1 2 1 1 1 2 4 4 48 60 Cukup Ti nggi

E29 1 1 4 1 4 4 3 4 2 2 2 2 4 3 1 1 4 1 4 4 52 65 Tinggi

E9 1 1 1 1 3 4 3 4 4 4 2 2 1 2 3 4 1 1 3 4 49 61,25 Cukup Ti nggi

E15 4 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 1 1 2 4 4 4 64 80 Tinggi

E20 1 1 1 1 4 4 4 4 2 3 2 4 1 2 1 4 1 1 4 4 49 61,25 Cukup Ti nggi

E8 1 4 2 1 4 4 4 4 3 4 2 2 1 2 1 1 2 1 4 4 51 63,75 Tinggi

E10 1 1 1 1 3 4 4 4 3 3 2 2 2 3 1 1 1 3 3 4 47 58,75 Cukup Ti nggi

E22 1 1 1 1 4 4 4 4 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 4 4 43 53,75 Cukup Ti nggi

E18 1 1 1 1 3 4 3 4 2 3 2 2 1 4 1 1 1 1 3 4 43 53,75 Cukup Ti nggi

E12 2 1 1 4 4 4 3 3 3 3 2 2 1 1 1 1 1 4 4 4 49 61,25 Cukup Ti nggi

E6 1 1 1 1 2 3 3 4 3 3 2 2 4 3 1 4 1 1 2 3 45 56,25 Cukup Ti nggi

E30 1 4 1 1 4 4 3 4 4 4 3 2 1 1 4 1 1 1 4 4 52 65 Tinggi

E4 1 1 2 1 4 4 3 4 3 4 2 2 1 4 1 1 2 1 4 4 49 61,25 Cukup Ti nggi

E24 1 1 1 1 4 4 3 4 2 4 2 2 4 1 1 1 1 1 4 4 46 57,5 Cukup Ti nggi

E28 1 1 1 3 4 4 3 4 2 3 2 4 1 3 1 2 1 3 4 4 51 63,75 Tinggi

E30 4 3 2 1 4 4 3 4 4 3 4 2 4 4 1 1 2 1 4 4 59 73,75 Tinggi

E1 1 1 1 1 4 4 1 3 2 3 2 2 1 2 3 1 1 1 4 4 42 52,5 Cukup Ti nggi

E25 1 1 1 1 4 4 2 4 2 3 2 4 2 3 1 1 1 1 4 4 46 57,5 Cukup Ti nggi

E7 1 1 1 1 3 4 3 4 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 4 40 50 Cukup Ti nggi

E14 2 4 1 4 4 4 4 4 3 4 3 2 1 2 1 4 1 4 4 4 60 75 Tinggi

E13 1 1 1 1 2 3 4 4 4 4 2 2 4 4 3 1 1 1 2 4 49 61,25 Cukup Ti nggi

E27 1 1 1 1 3 4 3 3 2 4 2 2 3 2 1 1 1 1 3 4 43 53,75 Cukup Ti nggi

E31 1 1 1 3 3 4 3 3 3 4 2 3 1 1 1 1 1 3 3 4 46 57,5 Cukup Ti nggi

1980 52,9233871 61,875 80 50

Rekapitulasi Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Eksperimen

Kegiat an Aw al Di skusi Kelom pok

b a b c

a b c a

Penyam paian Hasil Kegi at an Akhir Pem belajaran

Pert emuan Ke => Kegiat an =>

Indi kat or => b a

I II III IV V VI VII VIII

TOTAL Nilai Kiner ja

S2 X m ax min

Lampiran 50


(3)

142

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

Kelom pok Kode Sisw a

K14 1 1 1 2 4 4 4 4 3 3 3 4 1 3 1 4 1 1 3 3 51 63,75 Tinggi

K16 4 1 1 1 1 3 3 3 2 3 2 1 1 2 1 1 1 1 3 3 38 47,5 Cukup Tinggi

K5 1 1 1 1 1 3 2 2 1 1 2 1 1 1 4 1 1 1 3 2 31 38,75 Rendah

K30 1 1 1 1 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 26 32,5 Rendah

K11 1 4 4 1 2 2 2 2 2 2 1 3 1 3 4 1 1 4 2 2 44 55 Cukup Tinggi

K3 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 3 1 1 1 1 3 2 31 38,75 Rendah

K17 1 1 1 1 2 4 2 2 1 1 2 4 4 3 1 1 1 1 2 4 39 48,75 Cukup Tinggi

K29 1 1 1 1 3 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 2 2 30 37,5 Rendah

K20 4 1 1 1 2 2 2 2 3 4 1 3 3 1 1 4 1 1 4 4 45 56,25 Cukup Tinggi

K19 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 3 1 1 1 1 4 3 30 37,5 Rendah

K18 1 1 4 1 1 3 1 2 2 2 3 4 1 3 1 1 1 1 2 2 37 46,25 Cukup Tinggi

K27 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 26 32,5 Rendah

K13 1 1 2 2 2 2 2 2 4 2 4 3 1 3 4 1 1 1 4 4 46 57,5 Cukup Tinggi

K8 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 27 33,75 Rendah

K23 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 4 4 33 41,25 Rendah

K31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 3 2 25 31,25 Rendah

K21 1 1 1 1 2 2 3 2 3 2 1 1 1 1 1 4 1 2 4 4 38 47,5 Cukup Tinggi

K15 1 1 1 1 3 2 2 2 2 3 1 1 1 2 1 1 1 1 3 4 34 42,5 Rendah

K25 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 25 31,25 Rendah

K26 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 4 4 2 1 1 1 1 2 3 33 41,25 Rendah

K4 1 1 1 1 3 4 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 4 35 43,75 Rendah

K10 1 2 2 2 1 1 3 3 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 4 4 36 45 Cukup Tinggi

K6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 4 4 1 1 1 1 1 2 3 31 38,75 Rendah

K24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 22 27,5 Rendah

K7 4 1 2 2 2 4 1 2 1 2 2 4 4 4 1 1 4 1 4 3 49 61,25 Cukup Tinggi

K2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 4 1 1 1 1 1 1 1 4 4 31 38,75 Rendah

K28 1 1 1 4 1 1 1 1 2 2 3 2 2 2 1 1 1 1 4 4 36 45 Cukup Tinggi

K22 1 1 1 1 2 3 1 2 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 3 4 32 40 Rendah

K32 1 1 2 3 4 4 1 3 4 3 2 1 1 2 1 1 1 4 4 4 47 58,75 Cukup Tinggi

K9 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 4 4 2 1 1 1 1 2 4 35 43,75 Rendah

K1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 3 3 2 1 1 1 1 3 2 31 38,75 Rendah

K12 1 1 1 3 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 3 1 1 1 3 2 33 41,25 Rendah

1383,75 84,66324 43,24219 63,75 27,5

Rekapitulasi Hasil Observasi Kinerja Siswa Kelas Kontrol

a b

Kegiat an =>

c Pert em uan Ke =>

Indikat or =>

Kegiat an Aw al Diskusi Kelom pok Penyam paian Hasil Kegiat an Akhir Pem belajaran

a b c

I II III IV V VI VII VIII

TOTAL Nilai Kinerja

a b a b

S2 X m ax m in

Lampiran 51


(4)

Lampiran 52


(5)

FOTO PENELITIAN

Siswa Melakukan

Pre-Test

Siswa Melakukan Active Learning Berbasis Kooperatif

Hasil Diskusi Kelompok

Lampiran 53


(6)

Hasil Diskusi Kelompok

Penyampaian Hasil Diskusi Kelompok

Pelaksanaan

Post-Test