Melalui metode bercerita dapat disampaikan beberapa pesan moral kepada anak dan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru,
diantaranya adalah cerita yang dibawakan harus memuat pesan moral yang disampaikan guru, tema-tema yang disampaikan kepada anak
tidak monoton, olah vokal dan mimik wajah dalam bercerita perlu diperhatikan, durasi cerita yang disampaikan kepada anak tidak terlalu
panjang dan menggunakan alat peraga sebagai penunjang bercerita. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Hidayat 2005:4.12 bahwa
cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya dan sebagainya.
3. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Menurut Megawati dalam Doni Koesoema 2007:46 salah satu pelopor pendidikan karakter di terapkan sejak dini pada anak terutama
pendidikan anak usia dini. Pendidikan karakter di Indonesia sangat ditentukan oleh tegaknya pilar karakter dan metode yang digunakan.
Hal ini penting tanpa diidentifikasi karakter, pendidikan karakter hanya menjadi sebuah petualangan saja tanpa sebuah arah dan tujuan yang
jelas. Selain itu, metode yang digunakan dalam pendidikan karakter hanya mampu mengisi kognisi anak didik. Pendidikan karakter akan
berhasil jika anak memiliki kebiasaan yang baik dalam bertingkah laku di kehidupan sehari-hari memerlukan waktu, kesempatan, dan tuntutan
yang kontinyu.
Ada beberapa pendapat tokoh yang mendefinisikan pengertian karakter s
ecara etimologis, istilah “karakter” lebih dekat pada perspektif psikologis. Karakter berkaitan langsung dengan aspek kepribadian
personality, akhlak atau budi pekerti, tabiat, watak, yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian
keberadaannya merupakan kekhasan yang dapat menjadikan seseorang terpercaya dalam kehidupan bersama orang lain Masrukhi 2011:8.
Menurut Wyne dalam Ainusyamsi 2010:31, istilah karakter diambil dari bahasa Yunani “Charassian” yang berarti to mark
menandai atau mengungkit. Secara istilah terdapat dua pengertian, pertama karakter menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku,
apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau tidak rukun, maka orang tersebut perwujudan sebagai karakter jelek, sebaliknya apabila
seseorang berperilaku jujur, suka menolong, maka orang tersebut perwujudan sebagai karakter mulia.
Selanjutnya, Hasnah dalam Raharjo 2010:232 berpendapat bahwa pendidikan
karakter merupakan
standar-standar batin
yang terimplementasi dalam berbagai bentuk kualitas diri. Karakter diri
dilandasi nilai-nilai serta cara berpikir berdasarkan nilai-nilai tersebut dan terwujud di dalam perilaku.
Sementara itu, Indonesia Heritage Foundation dalam Ainusyamsi 2010:22-23 merumuskan Sembilan karakter yang menjadi tujuan
pendidikan karakter. Kesembilan karakter tersebut adalah 1 cinta
kepada Allah dan semesta beserta isinya; 2 tanggung jawab, disiplin, dan mandiri; 3 jujur, 4 hormat dan santun, 5 kasih sayang, peduli,
dan kerja sama, 6 percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, 7 keadilan dan kepemimpinan, 8 baik, rendah hati, 9
toleransi, cinta damai, dan persatuan. Lain halnya dengan Character Counts di Amerika yang mengidentifikasikan bahwa karakter-karakter
yang menjadi pilar adalah 1 dapat dipercaya, 2 rasa hormat dan perhatian, 3 tanggung jawab, 4 jujur, 5 peduli, 6 kewarganegaraan,
7 ketulusan, 8 berani, 9 tekun, 10 integritas. Lebih lanjut dikemukakan bahwa pendidikan karakter adalah
proses pendidikan secara holistik yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai pondasi
bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat
dipertanggung jawabkan Rahardjo 2010:233. Menurut Arismantoro 2008:28 mendefinisikan Pendidikan
karakter diartikan sebagai the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development. Hal ini berarti, guna
mendukung perkembangan karakter peserta didik, seluruh komponen di sekolah harus dilibatkan, yakni meliputi isi kurikulum the content of
the curriculum, proses pembelajaran the process of instructin, kualitas hubungan the quality of relationships, penanganan mata
pelajaran the handling of discipline, pelaksanaan aktivitas ko- kurikuler, dan etos seluruh lingkungan sekolah.
b. Tujuan Pendidikan Karakter