40 tanggung jawab, dan perubahan status, misalnya dari status bujangan
menjadi berkeluarga, dari orang yang belum bekerja menjadi pekerja, yang mengakibatkan minat berubah pada minat-minat pribadi menjadi minat
kelompok keluarga. Dalam hal ini, Havigurst mengatakan: tampak sekali perbedaan pola kehidupan orang dewasa bila di lihat dari status
perkawinan, terutama yang berhubungan dengan minatnya. Orang dewasa yang menikah, minatnya lebih tertuju pada rumah tinggal dan perabotnya,
sedangkan yang tidak menikah lebih menekankan pada pakaian dan penampilan fisik. Jabatan yang di pegang oleh seseorang, menurut
pengamatan juga berpengaruh terhadap minat dewasa dini meliputi, minat terhadap penampilan fisik seperti pakaian, minat terhadap pemilikan
benda-benda, seperti rumah, mobil, minat terhadap uang yang sangat bersangkutan dengan kebutuhan sekarang, minat terhadap agama yang
terjadi secara gradual, semakin bertambah usia seseorang, semakin meningkat minatnya terhadap agama, hal ini karena adanya kesadaran
bahwa ujung kehidupan semakin mendekat.
D. Kesejahteraan Psikologis Wanita Dewasa Muda yang Belum Menikah
Masa dewasa muda adalah permulaan dari tahap baru dalam kehidupan karena merupakan tahapan perkembangan yang paling dinamis.
Pada masa ini, seseorang mengalami banyak perubahan progresif secara fisik, kognitif, maupun psikososio-emiosional, untuk menuju integrasi kepribadian
yang semakin matang dan bijaksana Salah satu tantangan dalam mencapai
41 tujuan dan menemukan kedudukan dirinya dalam kehidupan ialah
merealisasikan tugas perkembangan usia dewasa muda. Tugas perkembangan pada dewasa muda adalah menjalin hubungan intim, baik dengan lawan jenis
maupun sesama jenis, memilih jodoh, belajar hidup dengan suami atau istri, mulai membentuk keluarga, mengasuh anak, mengemudikan rumah tangga,
menemukan kelompok sosial, menerima tanggung jawab warga negara, dan mulai bekerja Monks, Knoers, Haditono, 2002: 22.
Hurlock 1980: 300 menjelaskan bahwa usia 30-an disebut usia kritis
critical age
bagi wanita yang belum menikah. Seperti yang ditunjukkan oleh Campbell : “ bagi wanita, usia 30-an merupakan pilihan
yang mempunyai persimpangan”. Walaupun keinginan untuk menikah telah berkurang setelah usia 30, banyak wanita yang kemudian menjadi kecewa
karena memikirkan tetntang perkawinaannya. Dalam fase kemantapan 33
– 40 tahun orang dengan keyakinan yang mantap menemukan tempatnya dalam masyarakat dan berusaha untuk
memajukan karirnya. Impian yang ada dalam fase sebelumnya mulai mencapai kenyataan. Pekerjaan dan kehidupan keluarga memunculkan aspek-
aspek keribadian yang diperlukan dalam fase sebelumnya. Levinson dalam Monks, Knoer Haditono, 2002: 330
Selanjutnya, harga diri akan turun bila seseorang tidak dapat melakukan tugas perkembangan dengan baik, karean akan mendapat kecaman
dan celaan dari masyarakat, sehingga orang akan merasa sedi dan tidak bahagia. Sebaliknya jiika keberhasilan dalam melaksanakan tugas
42 perkembangna memberikan perasaan berhasil dan akhhirnya perasaan
bahagia sejahtera Monks, Knoer, Haditono, 2002: 22. Namun pada saat sekarang banyak wanita dewasa muda yang telah
masuk dalam usia siap menikah dan telah matang secara fisik maupun psikis belum memenuhi salah satu tugas perkembangan tersebut. Hal tersebut bisa
terjadi karena adanya beberapa faktor baik internal maupun eksternal, diantaranya adalah perbedaan pendapat dengan orang tua dan terlalu
mengutamakan karir pekerjaan. Padahal, pernikahan dapat meningkatkan kepuasaan hidup
seseorang rasa bahagia yang disebut kesejahteraan psikologis. Orang yang menikah dilaporkan merasa lebih bahagia dan bermakna hidupnya jika
dibandingkan dengan orang yang belum menikah, karena dengan pernikahan kita telah mencapai salah satu tujuan hidup, dapat mencipatakn hubungan
yang positif dengan pasangan, dan dapat mengembangkan diri menuju tahapan perkembangan selanjutnya.
Maka, dengan kondisi di mana seharusnya dewasa muda telah menikah dalam usia 20-an, tetapi sampai usia 30-an tugas perkembangan
tersebut belum di laksanakan, akan menimbulkan berbagai macam permasalahan terutama secara psikologis yang dapat diamati melalui aspek
kemandirian, perkembangan pribadi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, hubungan positif dengan orang lain, dan dalam penerimaan diri.
43
E. Pertanyaan Penelitian