Penyelesaian Hukum Pidana Pelaksanaan Prinsip First to File Dalam Penyelesaian Sengketa Merek Dagang Asing Di Pengadilan (Studi Kasus tentang Gugatan Pencabutan Hak Merek “TOAST BOX” oleh BreadTalk Pte.Ltd No: 02/ Merek/ 2011/ PN.Niaga/Medan)

94 Oleh karena sepanjang mengenai tuntutan ganti rugi yang didasarkan kepada kedua peristiwa di atas yaitu perbuatan melawan hukum dan perbuatan wanprestasi tersebut berlaku pula ketentuan yang termuat dalam KUH Perdata. Dalam hal ini KUH Perdata berfungsi sebagai Lex Generalis peraturan yang bersifat umum, sedangkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 berfungsi sebagai Lex Speciallis peraturan yang bersifat khusus. 85

2. Penyelesaian Hukum Pidana

Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 dinyatakan bahwa sifat tindak pidana merek dikategorikan sebagai delik aduan karena pada prinsipnya aspek perdata dalam masalah merek lebih ditonjolkan dibanding aspek pidananya sehingga dimungkinkan terjadinya proses perdamaian diantara pada pihak dalam hal terjadinya kasus tindak pidana merek. Selain itu dalam prakteknya selama ini penindakan terhadap pelanggaran hak atas merek lebih banyak dilakukan setelah adanya pengaduan dari pemilik merek sehingga selalu dituntut adanya keaktifan dari pemilik merek terdaftar tersebut jika mereknya dirugikan oleh pihak lain. Penyidikan bila terjadinya tindak pidana merek dilakukan oleh penyidik POLRI dan dapat dilakukan juga oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil PNS di lingkungan Direktorat Jenderal HKI sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. 85 Ari Purwadi, Aspek Hukum Perdata Pada Perlindungan Konsumen, Surabaya: Fakultas Hukum Universitas Airlangga, hal. 305. Universitas Sumatera Utara 95 Pada prakteknya mengenai siapa yang melakukan penyidikan tindak pidana merek tergantung pada siapa pemilik merek terdaftar yang mereknya dilanggar membuatkan pengaduan. Berdasarkan Pasal 90 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001: “Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang danatau jasa sejenis yang diproduksi danatau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun danatau paling banyak Rp 1.000.000.000,- satu milyar rupiah”. Berdasarkan Pasal 91 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001: “Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang danatau jasa yang sejenis yang diproduksi danatau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 empat tahun danatau denda paling banyak Rp 800.000.000.000,- delapan ratus juta rupiah.” Berdasarkan Pasal 92 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001: 1 Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang sama pada keseluruhan dengan indikasi-geografis milik pihak lain untuk barang yang sama atau sejenis dengan barang yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun danatau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah. 2 Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang pada pokoknya dengan indikasigeografis milik pihak lain untuk barang yang sama atau sejenis dengan barang yang terdaftar, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 empat tahun danatau denda paling banyak Rp. 800.000.000,00 delapan ratus juta rupiah. 3 Terhadap pencatuman asal sebenarnya pada barang yang merupakan hasil pelanggaran ataupun pencantuman kata yang menunjukkan bahwa baranng tersebut merupakan tiruan dari barang yang terdaftar dan dilindungi berdasarkan indikasi geografis, diberlakukan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2. Berdasarkan Pasal 93 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001: Universitas Sumatera Utara 96 “Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang dilindungi berdasarkan indikasi-asal pada barang atau jasa sehingga dapat memperdaya atau menyesatkan masyarakat mengenai asal barang atau asal jasa tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 empat tahun danatau denda paling banyak Rp 800.000.000,00 delapan ratus juta rupiah.” Berdasarkan Pasal 94 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001: 1 Barangsiapa memperdagangkan barang danatau jasa yang diketahui atau patut diketahui bahwa barang danatau jasa tersebut merupakan hasil pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, dan Pasal 93 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun atau denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah. 2 Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah pelanggaran. Berdasarkan Pasal 95 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001: “Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, dan Pasal 94 merupakan detik aduan.” Sistem perlindungan merek di Indonesia dapat memberikan kepastian hukum dan jaminan hukum bagi pihak-pihak yang telah mendaftarkan mereknya, namun yang perlu diperhatikan dengan tegas adalah pada saat pelaksanaan atau prakteknya. Dilihat dari perlindungan hukum yang ada maka sehubungan dengan perkara merek yang ada, perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada pemilik merek tedaftar adalah mengajukan gugatan pembatalan merek mengingat berdasarkan sistem konstitutif yang dianut oleh Undang-Undang Merek Indonesia, perlindungan hukum diberikan kepada pendaftar merek yang pertama. Universitas Sumatera Utara 97 Sistem ini lebih menjamin adanya kepastian hukum karena pendaftar merek diberikan sebuah sertifikat sebagai tanda bukti pendaftaran dan bukti atas hak merek, sekaligus dianggap sebagai pemakai pertama dari merek tersebut dan merek yang akan didaftar akan lebih mudah pembuktiannya daripada merek yang tidak didaftar karena pemakai akan mengalami kesulitan untuk membuktikan dirinya sebagai pemakai pertama karena tidak terdapat akta-akta dan surat-surat yang dapat diajukan sebagai bukti otentik dalam pemeriksaan pengadilan. 86

3. Penyelesaian Hukum Administrasi Negara