Ketentuan Khusus Pendaftaran Merek Terkenal

47 memang merupakan pandangan yang berlainan dari apa yang sudah kita saksikan selama ini. 46 Pasal 6 bis Konvensi Paris tidak memberikan definisi atau kriteria tentang merek terkenal Wellknown Mark tetapi diserahkan sepenuhnya pada masing-masing negara anggota. Pemerintah Indonesia melalui Kepmenkeh No. M 03-HC-02.01 Tahun 1991 tanggal 2 Mei 1991 tentang penolakan permohonan pendaftaran merek terkenal atau merek yang mirip merek terkenal milik orang lain atau milik badan lain, memberikan kriteria tentang merek terkenal yaitu meliputi: a Merek dagang yang secara umum telah dikenal dan dipakai pada barang yang diperdagangkan oleh seorang atau badan; b Digunakan di Indonesia maupun di luar negeri. Kriteria merek terkenal tidak hanya didasarkan pada pengetahuan umum masyarakat tetapi juga didasarkan pada reputasi merek yang bersangkutan yang telah diperoleh karena promosi yang telah dilakukan pemiliknya. 47

E. Ketentuan Khusus Pendaftaran Merek Terkenal

Usaha untuk meraih predikat merek terkenal terhadap suatu produk bukan hal yang mudah. Pemilik merek membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit untuk menjadikan mereknya merek terkenal. Salah satu caranya adalah dengan mendaftarkan mereknya diberbagai negara. Hal itu menuntut diperlukannya ketentuan khusus dalam pendaftaran merek terkenal, karena kalau suatu barang sudah terkenal 46 Sudargo Gautama dan R. Winata II, Pembaharuan Hukum Merek Indonesia Dalam Rangka WTO 1997, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997, 41. 47 Ibid, hal. 57. Universitas Sumatera Utara 48 dengan merek tertentu maka merek inilah yang dijadikan pegangan untuk memperluas pasaran luar negeri dari barang yang bersangkutan. 48 Pasal 6 bis Konvensi Paris versi Stockholm 1967, menentukan bahwa merek terkenal yang telah dipakai oleh pemakai merek yang beritikad tidak baik, maka selalu dapat dimintakan pembatalannya atau dilakukan pembatalan oleh pejabat pendaftaran. Dalam pasal 6 bis ayat 3 dinyatakan bahwa tidak ada jangka waktu yang ditentukan untuk meminta pembatalan daripada merek itu atau larangan untuk memakai merek terdaftar tersebut jika dipakainya dengan itikad buruk in bad faith. Walaupun tidak terdaftar, pemilik merek terkenal dapat mengajukan gugatan untuk pendaftaran pembatalan merek setelah mengajukan pendaftaran pada Direktorat Jenderal Merek. 49 Maksud dari ketentuan tersebut adalah untuk memberikan perlindungan secara terbatas kepada pemilik merek terkenal asing yang tidak terdaftar dan mendorong pemilik merek terkenal asing untuk mendaftarkan mereknya. Dalam permohonan Pembatalan dan Penghapusan Merek TOAST BOX yang diajukan BreadTalk Pte. Ltd, Pengadilan Niaga telah mengabulkan gugatan tersebut dan menyatakan bahwa BreadTalk Pte. Ltd adalah pemilik satu-satunya Merek TOAST BOX, karena itu mempunyak hak tunggal untuk memakai merek dagang TOAST BOX di Indonesia. Pemakaian merek terkenal atau pemakaian merek mirip dengan merek terkenal milik orang lain secara tidak berhak juga dapat menyesatkan masyarakat tentang asal-usul kualitas barang. 48 Sudargo Gautama III, Hukum Merek Indonesia, Bandung: Alumni, 1984, hal. 154. 49 Sudargo Gautama dan R. Winata II, Op.cit, hal. 96. Universitas Sumatera Utara 49 Saat ini perlindungan terhadap merek terkenal telah diperluas daripada apa yang ditentukan dalam pasal 6 bis Konvensi Paris. Seperti yang tercantum dalam persetujuan TRIPs bahwa pembatasan peniruan oleh pihak lain tidak hanya terhadap pemakaian “barang sejenis” tetapi juga terhadap pemakaian “barang yang tidak sejenis”. Negara anggota dari Paris Union ini menerima secara exofficio, jika perundang-undangan mereka memperbolehkan, atau atas permohonan daripada pihak yang berkepentingan untuk menolak atau membatalkan pendaftaran dan juga melarang pemakaian daripada suatu merek yang merupakan suatu reproduksi, imitasi atau penerjemahan yang dapat menimbulkan kekeliruan to create confusion dari suatu merek yang telah dianggap oleh instansi yang berwenang daripada negara dimana merek ini didaftarkan atau dipakai sebagai merek terkenal wellknown mark, di dalam negara itu, yakni sebagai suatu merek dari seorang yang berhak atas fasilitas menurut Konvensi Paris ini dapat dipakai untuk barang-barang yang sama identik atau sebagai essential utama. 50

F. Perlindungan Hukum terhadap Merek Dagang Asing di Indonesia