Latar Belakang Masalah ANALISIS PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI IPA UNGGULAN 2 DALAM MENYELESAIKAN SOAL PELUANG DI MAN TULUNGAGUNG 1 TAHUN AJARAN 2014/2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang dikembangkan secara akal dapat dikatakan sebagai ilmu. 1 Ilmu memang seakan-akan didesain manusia, namun segalanya berasal dari Tuhan, terbukti dalam surat Al-Alaq ayat 4 dan 5: 2 Yang mengajar manusia melalui pena dan tulisan Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Namun karena Allah memerintahkan dalam Al- „Alaq ayat 3, yaitu “Bacalah dengan nama Tuhanmu”, sehingga ilmu dapat dicari melalui belajar disertai berdoa. Orang yang belajar akan memiliki ilmu pengetahuan yang akan berguna diantaranya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Sehingga dengan ilmu pengetahuan yang didapatkan seseorang akan dapat mempertahankan kehidupannya. Dengan demikian, orang yang tidak pernah belajar mungkin tidak akan memilliki ilmu pengetahuan atau mungkin ilmu 1 B. M.Yanto, Mengembangkan Pola Berpikir yang Baik , Surabaya: Putra Pelajar, 2001, hal 11 2 Mahfudz Nawawi Tahmid, Terjemah Juz „Amma dengan Cara Membacanya, Surabaya: Karya Ilmu, 1991, hal .28 2 pengetahuan yang dimilikinya sangat terbatas, sehingga ia akan kesulitan ketika harus memecahkan persoalan-persoalan kehidupan yang dihadapinya. 3 Dengan ilmu yang dimiliki seseorang melalui proses belajar, maka Allah akan memberikan derajat yang lebih tinggi kepada hamba-Nya. 4 Hakekat ilmu bukanlah sekedar pengetahuan atau kepandaian yang dapat dipakai untuk memperoleh sesuatu, tetapi merupakan cahaya yang menerangi jiwa untuk berbuat dan bertingkah laku baik. Dari sini tidak ada perbedaan antara ilmu agama dan ilmu umum. 5 Maksudnya ilmu dalam hal ini bukan hanya pengetahuan tentang agama saja, tetapi juga ilmu non agama yang relevan dengan tuntutan kemajuan zaman. Selain itu ilmu tersebut harus bermanfaat bagi kehidupan orang banyak dan bagi orang yang menuntut ilmu itu sendiri, sehingga semakin dekat kepada Allah. Ini sesuai pendapat Zamroji bahwa mencari ilmu bertujuan untuk semakin bertaqwa kepada Allah. Oleh karena itu mencari ilmu apapun tidak masalah yang penting diharapkan bisa mendekatkan diri pada Tuhan, sehingga kita berusaha berbuat baik karena merasa diawasi. Ilmu yang dapat dipelajari diantaranya ilmu matematika. Ilmu matematika yang pemanfaatan nilai-nilainya begitu besar dapat dilihat dari cabang-cabang ilmu termasuk dalam kajian matematika, seperti riset operasi, kriptologi, aljabar linier, teori graf, topologi, geometri, analisis riil, kalkulus, 3 Muhammad Fathurrahman dan Sulistyorini, Belajar Pembelajaran: Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesuai Standar Nasional , Yogyakarta: Teras, 2012, hal 19 4 Ibid., hal 21 5 Ahmad Fauzi dan Muniri, “ Memantapkan Nilai-nilai Matematika melalui Pendidikan untuk Mencerdaskan dan Mengembangkan Karakter Bangsa”, dalam Seminar Nasional, 29 Maret 2014, hal. 2 3 analisis numerik, statistik, dan lain-lain. 6 Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia secara keseluruhan maupun bagi perkembangan setiap individu dalam masa dimana hubungan dan persaingan antar manusia tidak lagi terbatas hanya dalam satu negara atau satu wilayah tertentu saja era globalisasi, peranan matematika menjadi semaki penting. 7 Peranan matematika sangat penting di semua bidang, terutama bidang pendidikan. Istilah pendidikan dalam bahasa Inggris “ education ” berakar dari bahasa Latin, dapat diartikan pembimbingan berkelanjutan. Ini mencerminkan keberadaan pendidikan berlangsung dari generasi ke generasi sepanjang eksistensi kehidupan manusia. 8 Pada dasarnya pendidikan wajib bagi siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Berarti pendidikan memang harus berlangsung di setiap jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan, mulai dari lingkungan individual, sosial keluarga, lingkungan masyarakat luas dan berlangsung sepanjang waktu. Pendidikan berlangsung di setiap bidang kehidupan manusia. Artinya pendidikan berproses di samping pada bidang pendidikan sendiri, juga di bidang ekonomi, politik, hukum, kesehatan, keamanan, teknologi, perindustrian, dan sebagainya. 9 Pendidikan dapat 6 Ibid., hal. 8 7 Ibid., hal. 7 8 Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan . Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2008, hal. 77 9 Ibid., h.83 4 berlangsung secara nonformal di samping secara formal seperti di sekolah, madrasah dan institusi lainnya. 10 Di setiap bidang kehidupan pasti terkandung pendidikan, terlepas apakah persoalan itu sengaja diciptakan atau memang ada secara alami. 11 Sehingga pendidikan merupakan investasi paling utama bagi suatu bangsa. Dalam sejarah, Islam menempatkan aspek pendidikan dalam skala prioritas pembangunan. 12 Pembangunan bagi bangsa yang sedang berkembang hanya dapat dilakukan oleh manusia melalui pendidikan. 13 Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan carabertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. 14 Pendidikan adalah suatu upaya untuk membuat manusia menjadi lebih baik, dalam arti kehidupannya menjadi lebih berkembang. Sehingga orientasi pendidikan tidak hanya diarahkan pada kebudayaan material saja tapi juga pada kebudayaan spiritual. Kegiatan pendidikan difokuskan pada bagaimana mengubah dan mengembangkan pola berpikir, pola berasa, dan pola berperilaku. 15 Sebagian 10 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru , Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, hal 11 11 Suhartono, Filsafat…, h.83 12 Ahmad Fauzi dan Muniri, “ Memantapkan Nilai-nilai Matematika…, hal.5 13 Suhartono, Filsafat…, h.82 14 Syah, Psikologi Pendidikan …, h.10 15 Suhartono, Filsafat…, hal .82 5 orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran. 16 Padahal pendidikan tidak hanya berupa pengajaran, namun berupa segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. 17 Jadi pendidikan merupakan sistem proses perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan, dan pematangan diri. Dewasa dalam hal perkembangan badan, cerdas dalam hal perkembangan jiwa, dan matang dalam hal berperilaku. Hal ini juga tercermin dalam tujuan pendidikan Indonesia yaitu pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang diwarnai oleh sila-sila Pancasila. Tujuan pendidikan ini mengoperasikan manusia Indonesia seutuhnya dan juga mengoperasikan wujud- wujud sila-sila Pancasila dalam diri siswa secara detail, agar satu persatu dapat dapat ditanamkan melalui proses pembelajaran mengenai penjelasan kaitan antara sila-sila Pancasila dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, serta isi ajaran-ajaran agama di Indonesia agar dapat ditanamkan pada diri siswa. 18 Sehingga siswa dapat mengamalkan sila-sila Pancasila diantaranya berperilaku positif dan berpikir kritis terkaitsila ke-1, 2, 3 dan 5. Namun pesatnya perkembangan teknologi informasi menjadikan derasnya arus informasi yang dapat mudah diakses oleh setiap orang termasuk siswa. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pemerintah tidak mudah membatasi dan menyeleksi derasnya informasi, sehingga banyak ditemui contoh buruk yang mudah diakses oleh peserta didik. Lemahnya pendampingan orangtua dan 16 Syah, Psikologi Pendidikan …, h.11 17 Suhartono, Filsafat…, hal. 7 18 Zaini, ed, Landasan Kependidikan, Yogyakarta: Mitsaq Pustaka, 2011, hal.81 6 masyarakat mengharuskan siswa menyaring dan memikirkan sendiri informasi yang diperolehnya. 19 Sekarang ini banyak remaja yang terjerumus kepada kenakalan remaja, pergaulan bebas, geng motor, dan penggunaan obat-obatan terlarang. 20 Sebagai contoh tawuran di kalangan siswa, mahasiswa maupun masyarakat dapat diakses dengan mudah oleh siswa. Apa yang dipikirkan siswa lainnya terhadap informasi ini sungguh di luar dugaan, tawuran di kalangan siswa saat ini cenderung dijadikan tren. Fenomena tawuran sangat mudah menular dari satu tempat ke tempat yang lain serta dari satu institusi ke institusi lainnya. 21 Tawuran remaja ini juga dipengaruhi oleh aspek emosi remaja yang perkembangan emosinya menunjukkan sifat sensitif tersinggung dan sedih. Banyak informasi lain yang mudah diakses oleh siswa, baik itu informasi yang baik maupun yang menyesatkan tanpa dibendung adanya nilai baik dan buruk ini tentunya akan mempengaruhi pembentukan karakter diri siswa. Persoalan lain yang sering dihadapi siswa adalah permasalahan yang mucul di lingkungan sekitar siswa, baik itu di lingkungan terdekat siswa maupun lingkungan masyarakat sekitar diman siswa tersebut tinggal. Hal ini karena siswa selalu berinteraksi dengan masyarakat. Bahkan intensitas interaksi ini lebih 19 R.Rosna wati, “ Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pembentukan Karakter Siswa” , dalam SemNas Pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, hal. 1 20 Ahmad Fauzi dan Muniri, “ Memantapkan Nilai-nilai Matematika…, hal. 5 21 R.Rosnawati, “ Berpikir Kritis Melalui…, hal. 1 7 banyak dilingkungan masyarakat termasuk dunia maya daripada lingkungan sekolah. Dari kenyataan yang kurang membanggakan di kalangan siswa khususnya remaja maka diperlukan kebiasaan untuk berpikir kritis pada diri siswa, baik itu di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Karena berpikir kritis adalah kemampuan berpikir dengan memberi alasan secara terorganisasi dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis serta memutuskan keyakinan. 22 Kehidupan di dunia ini jelas akan terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu siswa diharapkan memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan bekerja sama yang efektif. 23 Sehingga matematika sangat berperan dalam hal ini. Seseorang yang belajar matematika baik secara langsung atau tidak ia mempelajari nilai-nilai karakter, misalnya keadilan, kejujuran, kedisiplinan, kerja keras, logis, kritis, kreatif dan inovatif. Tidak heran jika Napoleon Bonaparte juga mengatakan bahwa “Kemajuan dan kesempurnaan matematika memiliki hubungan yang erat dengan k esejahteraan Negara”. 24 Jika matematika dipahami oleh siswa dengan baik maka akan tercapai harapan sesuai dengan tujuan 22 Husnidar, et. all, “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis Siswa” , dalam Jurnal Didaktik Matematika Vol. 1, No. 1, April 2014, h. 73 23 Ahmad Fauzi dan Muniri, “ Memantapkan Nilai-nilai Matematika…, hal. 16 24 Rusli dalam Ibid.,hal. 2 8 mempelajari matematika yang dikemukakan oleh Nasution, diantaranya yaitu dengan penggunaan metode matematika maka dapat diperhitungkan segala sesutu dalam pengambilan keputusan. 25 Dengan demikian maka seorang guru harus terus mengikuti perkembangan matematika dan selalu berusaha kreatif dalam pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat membawa siswa ke arah yang diinginkan. 26 Masalah utama yang terjadi dalam pembelajaran matematika pada pendidikan formal saat ini adalah masih rendahnya daya serap kemampuan berpikir, minat, motivasi, dan keaktifan siswa. 27 Salah satu penyebab hal tersebut adalah kondisi pembeljaran yang masih bersifat konvensional, bahwa proses pembelajaran masih didominasi guru teacher-centered , kelas masih berfokus kepada guru sebagai satu-satunya sumber belajar. Sebagian guru belum memberikan kebebasan berpikir kepada siswa. Sehingga mayoritas siswa pergi ke sekolah hanya untuk aktivitas belajar terbatas yaitu mendengarkan penjelasan guru saja tanpa mencoba memahami materi. Cara belajar ini bukanlah cara belajar matematika. Meskipun siswa mungkin bisa mendapat nilai yang tinggi dan dianggap siswa yang sukses atau berkemampuan tinggi. Namun tetap saja jika proses berpikir siswa dibatasi maka mereka tidak akan berkembang. 25 Ibid., hal. 16 26 Ibid 27 Almira Amir, “ Penggunaan Metode Penemuan Terbimbing Guided Discovery dalam Mengembangkan Aktivitas dan Kemampuan Berpikkir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Matematika”, dalam Ta‟allum Jurnal Pendidikan Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Tulungagung, Volume 22, No. 2 Nopember 2012, hal. 132 9 Ciri utama dalam pembelajaran matematika adalah metode penalaran, baik deduktif maupun induktif. Menalar secara induktif membutuhkan pengamatan dan percobaan untuk memperoleh fakta yang dapat dipakai sebagai dasar argumentasi. Untuk menghindari keterbatasan metode induktif digunakan metode deduktif yaitu menarik kesimpulan yang merupakan konsekuensi logis dari fakta-fakta yang sebelumnya telah diketahui. 28 Sujono mengemukakan: Beberapa pengertian matematika, diantaranya matematika diartikan cabang ilmu eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logis dan masalah yang berhubungan dengan bilangan.Bahkan matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan. 29 Maka seharusnya siswa dalam menyerap pelajaran matematika memiliki kesempatan untuk menjadi student active learning . Namun karena pembelajaran matematika masih terpusat pada guru maka munculah berbagi mitos mengenai matematika yang menyebabkan siswa bosan, jenuh meskipun belum memulainya. 30 Siswa merasa jenuh dan bosan saat belum dimulai terhadap pelajaran matematika, padahal saat peneliti mengisi materi peluang dan mengujikan materi peluang yang pernah disampaikan saat PPL nilainya memenuhi kriteria sedang dan tinggi.Ini menunjukkan kebisaan siswa karena 28 R.Rosnawati, “ Berpikir Kritis Melalui…, hal. 2 29 Abdul HalimFatani, Matematika:HakikatLogika . Jogjakarta: ar-Ruzz Media,2012,hal.19 30 Fatani, Matematika …, hal. 15 10 menghafal. Karena itu perlu dilatih berpikir kritis agar siswa terbiasa dan tidak kesulitan dalam memecahkan masalah khususnya pada soal peluang. Dari serentetan permasalahan yang telah dijelaskan di atas membuktikan bahwa saat ini siswa belum memiliki kepekaan pikiran terhadap situasi sekitar khususnya matematika. Dengan kata lain, pikiran siswa masih terkekang dan belum bisa berkembang menjadi pemikiran yang kritis. Menurut Ennis berpikir kritis adalah suatu proses berpikir yang bertujuan untuk membuat keputusan yang rasional yang diarahkan untuk memutuskan apakah meyakini atau melakukan sesuatu. Berpikir kritis mempertimbangkan dan mengevaluasi informasi yang pada akhirnya memungkinkan siswa secara aktif membuat keputusan. 31 Berpikir kritis merupakan salah satu jenisberpikir yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik. 32 Jadi berpikir kritis berarti berpikir dengan benar dalam mencari pengetahuan yang relevan tentang sesuatu di sekitar kita atau berpikir kritis adalah berpikir yang masuk akal reasonable , reflektif, bertanggung jawab, cakap, terampil dan semuanya dipusatkan untuk memutuskan apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Oleh karenanya berpikir kritis sangat diperlukan dalam matematika. Selanjutnya kompetensi yang terkait dengan pembelajaran matematika yaitu memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan, dan memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis serta mempunyai kemampuan bekerjasama. Tugas dalam pembelajaran matematika diharapkan 31 Husnidar, et. all, “Penerapan…, hal. 73 32 R.Rosnawati, “ Berpikir Kritis…, hal.4 11 mampu membuat peserta didik berpartisipasi aktif, mendorong pengembangan intelektual peserta didik, mengembangkan pemahaman dan ketrampilan matematika, dapat menstimulasi siswa, menyusun hubungan dan mengembangkan tatakerja ide matematika, mendorong untuk memformulasi masalah, pemecahan masalah dan penalaran matematika, memajukan komunikasi matematika, menggambarkan matematika sebagai aktifitas manusia, serta mendorong dan mengembangkan keinginan peserta didik mengerjakan matematika. Matematika diperlukan para pelajar untuk memenuhi kebutuhan praktis dan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dapat menghitung isi dan berat, dapat mengolah, mengujikan dan menafsirkan data. 33 Selain itu agar siswa mampu mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut, untuk membantu memahami bidang studi lain seperti fisika, kimia, farmasi, ekonomi, dan sebagainya. Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang tetapi juga kreatif dalam mengembangkan bidang yang ditekuni. Hal tersebut dimanifestasikan dalam setiap mata pelajaran di sekolah, termasuk matematika. Pada mata pelajaran matematika banyak materi yang dapat mengantarkan siswa memiliki keterampilan berpikir kritis. Dari pemaparan di atas, agar siswa mampu memecahkan masalah dalam soal matematika pada materi peluang maka pendidik harus bisa menganalisis proses berpikir kritis siswa. Sehingga pendidik dan siswa dapat melaksanakan pembelajaran sesuai tujuan pendidikan. Oleh karena itu penelitian mengenai hal 33 Abdussakir, Matematika1Kajian Integratif Matematika dan Al- Qur‟an, Malang: UIN Malang, 2009, hal.1 12 tersebut dilakukan, yakni untuk mengetahui bagaimana proses berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal-soal peluang. Sehingga diharapkan peneliti mampu mengetahui bagaimana berpikir kritis yang dilakukan siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil judul “Analisis Proses Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPA Unggulan 2 dalam Menyelesaikan Soal Peluang di MAN Tulungagung 1 Tahun Ajaran 20142015 ”.

B. Fokus Penelitian