Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data

yang terkandung dalam unsur cerita yang digunakan dalam penyampaian pandangan dunia. Data-data di dalam penelitian ini akan dihubungkan satu sama lain dengan metode dialektik yang berlaku pada level karya sastra, yaitu menyelaraskan keseluruhan bagian sampai terbentuk sebuah struktur dengan koherensi maksimal, di antaranya yakni struktur oposisi biner. Analisis dialektik juga digunakan untuk analisis mengenai hubungan antarvariabel dengan menempatkannya di dalam keseluruhan struktur sosial yang terikat. 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan pengkajian terhadap naskah drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” dengan berdasarkan pada kerangka teori dan metodologi yang digunakan sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penelitian ini menghasilkan data-data yang berkaitan dengan pandangan dunia pengarang mengenai kekerasan politik masa Orde Baru. Hasil penelitian dan pembahasan dipaparkan sebagai berikut.

A. Hasil Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam mengkaji naskah drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” dari aspek strukturalisme genetiknya, diperoleh hasil penelitian yakni, 1 wujud kekerasan politik dalam naskah drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami?”, 2 kondisi sosial yang melatar belakangi penulisan nask ah drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami?”, 3 pandangan dunia pengarang dalam naskah drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami?”, dan 4 relevansi antara pandangan dunia pengarang dengan wujud kekerasan politik masa Orde Baru dalam naskah drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami?”. Hasil penelitian ini disusun dalam bentuk tabel-tabel yang kemudian dideskripsikan dalam pembahasan. Untuk lebih jelasnya, hasil penelitian dijelaskan sebagai berikut.

1. Wujud Kekerasan Politik dalam Naskah Drama “Mengapa Kau Culik

Anak Kami?” Pandangan dunia merupakan gagasan maupun aspirasi-aspirasi pengarang sebagai tanggapan terhadap lingkungannya yang tercermin dalam karya sastranya. Dalam naskah drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami?”, pandangan dunia Seno Gumira Ajidarma merupakan perwujudan dari tanggapannya terhadap tindak kekerasan politik yang kerap terjadi pada masa Orde Baru, maupun pada masa transisinya dari Orde Lama. Wujud kekerasan politik yang didapati dalam naskah di antaranya adalah sebagai berikut. Tabel 1 : Wujud Kekerasan Politik dalam Naskah Drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” No. Wujud Kekerasan Keterangan 1. Penindasan a. Otoriterisme Digambarkan melalui pertentangan antarpenguasa kaitannya dengan alasan penculikan; antara si pembangkang dengan penguasa lainnya. b. Sistem ketakutan sebagai kontrol Digambarkan melalui kerabat Ibu dan Bapak yang menjauh mengetahui Satria diculik, dan melalui keluarga korban yang memilih bungkam yang digambarkan dalam dialog Ibu. c. Perekonstruksian ingatan Digambarkan melalui tokoh Bapak yang menyarankan mikul dhuwur mendem jero perihal ingatan masa lalu. d. Pembatasan kebebasan berbicara dan berpendapat Digambarkan melalui Satria yang diculik karena mengikuti demonstrasi melawan pemerintahan Orde Baru. 2. Kekerasan fisik a. Pembantaian Diwujudkan melalui ingatan tokoh Ibu mengenai gambaran pembantaian yang disaksikannya semasa kecil. b. Pemerkosaan Diwujudkan melalui tokoh Ibu yang digambarkan pernah melakukan protes di depan kementrian wanita perihal menuntut keadilan terhadap perempuan- perempuan yang diperkosa. c. Penculikan Terwujud melalui dialog tokoh Ibu dan Bapak yang membayangkan proses penculikan anaknya, khususnya pada perencanaan. d. Penganiayaan Terwujud melalui dialog tokoh Ibu dan Bapak yang membayangkan penganiayaan yang dilakukan penculik kepada para korban.

2. Kondisi Sosial yang Melatarbelakangi Penulisan Naskah Drama

“Mengapa Kau Culik Anak Kami?” Ketika naskah drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” diciptakan, kondisi sosial Indonesia sedang berada pada situasi keamanan yang rawan karena maraknya kekerasan-kekerasan yang dilakukan baik oleh pemerintah Orde Baru sebagai kontrol kekuasaan, maupun oleh masyarakat sendiri. Dalam kondisi situasi politik dan sosial Indonesia yang tidak menentu ini, masyarakat pada saat itu digambarkan dalam kondisi terjepit dan tertekan, terlebih lagi dengan kondisi perekenomian Indonesia yang rapuh. Untuk lebih jelasnya, kondisi sosial historis Indonesia yang melatarbelakan gi penulisan naskah drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 : Kondisi Sosial yang Melatarbelakangi penulisan Naskah Drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” No. Kondisi Sosial 1. Maraknya pembungkaman-pembungkaman yang dilakukan pemerintahan Orde Baru sebagai kontrol kekuasaan. 2. Terjadinya krisis ekonomi. 3. Maraknya tindak kekerasan sebagai kontrol kekuasaan, seperti penculikan, penganiayaan dan pembunuhan. 4. Maraknya tindakan kriminalitas yang terjadi di masyarakat. 5. Munculnya konflik antargolongan yang menyebabkan kerusuhan, pemerkosaan, dan pembunuhan antaretnis. 6. Rekonstruksi ingatan mengenai Gestapu.

3. Pandangan Dunia Pengarang dalam Naskah Drama “Mengapa Kau

Culik Anak Kami?” Pandangan dunia merupakan ekspresi dari kondisi dan kepentingan yang nyata dari suatu kelas sosial pada saat-saat bersejarah tertentu. Untuk mengekspresikan pandangan dunianya, pengarang memanfaatkan karya sastra sebagai sarana melalui tokoh-tokoh dan semesta imajiner lain yang diciptakannya. Karena itu, untuk mengetahui pandangan dunia pengarang yang pertama diteliti adalah struktur karya dari naskah tersebut. Konsep struktur karya dalam strukturalisme genetik adalah struktur yang bermakna. Adapun struktur karya sastra itu sendiri dipahami sebagai semesta imajiner yang terbangun dari citra tokoh-tokoh dan objek-objek lain baik alamiah, kultural, sosial, maupun ideologis beserta hubungannya satu sama lain. Dengan demikian, semesta imajiner dalam naskah “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” adalah sebagai berikut. Tabel 3 : Semesta Imajiner dalam Naskah Drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” Tokoh Objek-objek lain - Bapak - Ibu - Satria - Penguasa - Kaos oblong putih dan sarung - Kain dan kebaya Sumatra - Sandal kulit silang - Selop tutup - Cikini - ruangan ber-AC - gelas dan cangkir - seragam - helikopter - zaman geger-gegeran - 30 tahun lalu - penculikan aktivis - korban - keluarga korban