Tujuan Penelitian KEKERASAN POLITIK MASA ORDE BARU DALAM NASKAH DRAMA “MENGAPA KAU CULIK ANAK KAMI?”KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA: TINJAUAN STRUKTURALISME GENETIK.

17 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Sastra dalam Perspektif Strukturalisme Genetik

Sastra tidak jatuh begitu saja dari langit. Demikian kalimat terkenal dalam bidang penelitian sastra Indonesia yang diambil dari buku Sosiologi Sastra karya Sapardi Djoko Damono 1979. Kalimat tersebut memiliki maksud bahwa hubungan antara sastrawan, sastra, dan masyarakat adalah sahih, bukan sesuatu yang dicari-cari. Karya sastra diciptakan bukan demi karya sastra itu sendiri, bukan untuk membangun makna itu sendiri. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan sendiri adalah anggota masyarakat, karena ia terikat pada status sosial tertentu. Di samping itu, sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium; bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sebagai lembaga sosial, sastra menyajikan kehidupan dan terdiri atas —sebagian besar—kenyataan-kenyataan sosial yang sangat berpengaruh pada kehidupan. Kehidupan dalam pengertian ini mencakup hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Dalam pengkajiannya sastra memiliki berbagai macam pendekatan, salah satunya yang menjadi fokus penelitian ini adalah Strukturalisme Genetik. Strukturalisme genetik merupakan salah satu pendekatan dalam sosiologi sastra yang ditemukan oleh Lucien Goldmann. Dalam pendekatan ini diyakini bahwa sastra merupakan hasil respon sastrawan terhadap zamannya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa sastra menyajikan kehidupan sosial, hal ini karena sastra mempunyai fungsi sosial sebagai suatu reaksi, tanggapan, kritik, atau gambaran mengenai situasi tertentu. Melihat fungsi sastra yang demikian itu, Hegel dan Taine memandang sastrawan, melalui karya sastranya, berupaya menyampaikan kebenaran yang sekaligus juga kebenaran sejarah dan sosial. Karya sastra menurut Taine, bukan hanya sekedar karya yang bersifat imajinatif dan pribadi, melainkan dapat pula merupakan cerminan atau rekaman budaya, suatu perwujudan pikiran tertentu pada saat karya itu dilahirkan Fananie, 2002: 117. Karena itu menurut strukturalisme genetik, sastra juga merupakan pandangan dunia pengarang. Sebagai pendekatan, strukturalisme genetik dapat digunakan pada berbagai genre sastra. Salah satunya yang menjadi sumber kajian dalam penelitian ini, yakni drama. Dalam kesusastraan, baik novel, puisi, cerpen, atau yang lainnya memiliki kesamaan unsur, yaitu unsur bercerita. Keseluruhannya mampu menyajikan kehidupan sebagai hasil respon sastrawan terhadap zaman. Namun demikian drama merupakan genre sastra yang paling mendekati realita. Kata drama sendiri berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya Harymawan, 1993: 1. Dengan demikian secara singkat drama adalah suatu perbuatan atau tindakan. Lebih jauh lagi drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia dalam bertingkah laku yang dipentaskan dalam beberapa babak. Sebagai karya sastra, drama tidak hanya menyajikan kehidupan sebagai hasil dari respon sastrawan terhadap lingkungan dan zamannya, tetapi