Pembahasan Pengaruh Filosofi Moral Etika dan Emosi terhadap Ethical Judgement Akuntan: Studi Empiris dengan Menggunakan Multidimensional Ethics Scale Pada PT Bank BRI dan PT Telkom di Medan

e. Nilai t hitung pada variabel moral utilitarianisme adalah 1,839 dengan tingkat signifikansi 0,071. Karena 1,839 1,67 maka dapat simpulkan H diterima dan H a Artinya : ada pengaruh yang signifikan antara variabel moral utilitarianisme terhadap variabel terikat ethical judgement. ditolak. f. Nilai t hitung pada variabel emosi penyesalan adalah 0,776 dengan tingkat signifikansi 0,441. Karena 0,776 1,67 maka dapat disimpulkan H ditolak dan H a Artinya : tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel emosi penyesalan terhadap variabel terikat ethical judgement. diterima. g. Nilai t hitung pada variabel emosi kelegaan adalah 0,669 dengan tingkat signifikansi 0,506. Karena 0,669 1,67 maka dapat disimpulkan H diterima dan H a Artinya : tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel emosi kelegaan terhadap variabel terikat ethical judgement. ditolak. h. Nilai t hitung pada variabel emosi kepuasan adalah 2,230 dengan tingkat signifikansi 0,029. Karena 2,230 1,67 maka dapat disimpulkan H ditolak dan H a Artinya : ada pengaruh yang signifikan antara variabel emosi kepuasan terhadap variabel terikat ethical judgement. diterima.

4.4. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis dengan melakukan uji regresi berganda dan uji hipotesis diketahui bahwa : 1. Hipotesis pertama H 1 yaitu, moral keadilan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ethical judgement akuntan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung pada variabel moral keadilan adalah 0,028 pada kasus 1 dan 0,695 pada kasus 2 dengan tingkat signifikansi masing- masing 0,978 dan 0,490 karena 0,028 1,67 dan tingkat signifikansinya 0,978 0,05 pada kasus 1 begitu juga dengan kasus 2 yaitu t hitung 2. Hipotesis kedua H 0,6951,67 dan tingkat signifikansinya 0,490 0,05. Dalam kedua kasus tersebut dapat dikatakan moral keadilan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ethical judgement akuntan. 2 yaitu, moral deontologi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ethical judgement akuntan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung pada variabel moral deontologi adalah 1,183 pada kasus 1 dan 1,327 pada kasus 2 dengan tingkat signifikansi masing- masing 0,241 dan 0,190 karena 1,183 1,67 dan tingkat signifikansinya 0,241 0,05 pada kasus 1 begitu juga dengan kasus 2 yaitu t hitung 3. Hipotesis ketiga H 1,327 1,67 dan tingkat signifikansinya 0,190 0,05. Dalam kedua kasus tersebut dapat dikatakan moral deontologi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ethical judgement akuntan. 3 yaitu, moral relativisme tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ethical judgement akuntan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung pada variabel moral relativisme adalah 0,829 pada kasus 1 dan 0,218 pada kasus 2 dengan tingkat signifikansi masing-masing 0,410 dan 0,829 karena 0,829 1,67 dan tingkat signifikansinya 0,410 0,05 pada kasus 1 begitu juga dengan kasus 2 yaitu t hitung 4. Hipotesis keempat H 0,829 1,67 dan tingkat signifikansinya 0,829 0,05. Dalam kedua kasus tersebut dapat dikatakan moral relativisme tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ethical judgement akuntan. 4 yaitu, pada kasus 1 moral egoisme berpengaruh secara signifikan terhadap ethical judgement akuntan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung pada variabel moral egoisme adalah 1,971 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,053 karena 1,971 1,67 dan 0,053 0,05. Pada kasus 2 tidak terdapat pengaruh yang signifikan moral egosime terhadap ethical judgement akuntan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung 5. Hipotesis kelima H5 yaitu, pada kasus 1 moral utilitarianisme tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ethical judgement akuntan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t pada variabel moral egoisme adalah 0,719 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,475 karena 0,719 1,67 dan 0,475 0,05. hitung pada variabel moral utilitarianisme adalah -0,810 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,421 karena -0,810 1,67 dan 0,421 0,05. Pada kasus 2 terdapat pengaruh yang signifikan moral utilitarianisme terhadap ethical judgement akuntan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung pada variabel moral utilitarianisme adalah 1,839 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,071 karena 1,839 1,67 dan 0,071 0,05. 6. Hipotesis keenam H 6 yaitu, pada kasus 1 emosi penyesalan berpengaruh secara signifikan terhadap ethical judgement akuntan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung pada variabel emosi penyesalan adalah 3,853 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 karena 3,853 1,67 dan 0,000 0,05. Pada kasus 2 tidak terdapat pengaruh yang signifikan emosi penyesalan terhadap ethical judgement akuntan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung 7. Hipotesis ketujuh H pada variabel emosi penyesalan adalah 0,776 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,441 karena 0,776 1,67 dan 0,441 0,05. 7 yaitu, emosi kelegaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ethical judgement akuntan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung pada variabel emosi kelegaan adalah 0,453 pada kasus 1 dan 0,669 pada kasus 2 dengan tingkat signifikansi masing- masing 0,652 dan 0,506 karena 0,453 1,67 dan tingkat signifikansinya 0,652 0,05 pada kasus 1 begitu juga dengan kasus 2 yaitu t hitung 8. Hipotesis kedelapan H 0,669 1,67 dan tingkat signifikansinya 0,506 0,05. Dalam kedua kasus tersebut dapat dikatakan emosi kelegaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ethical judgement akuntan. 8 yaitu, pada kasus 1 emosi kepuasan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ethical judgement akuntan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung pada variabel emosi kepuasan adalah 1,083 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,283 karena 1,083 1,67 dan 0,283 0,05. Pada kasus 2 terdapat pengaruh yang signifikan emosi kepuasan terhadap ethical judgement akuntan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t hitung pada variabel emosi kepuasan adalah 2,230 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,029 karena 2,230 1,67 dan 0,029 0,05.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan