Uji Asumsi Klasik Analisis Data

Uji reliabilitas digunakan untuk dapat mengetahui keandalan suatu alat untuk dapat digunakan pada penelitian yang sama. Dimana pengujian dilakukan dengan melihat rumus Alpha 0,6. Dibawah ini adalah hasil uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17. Tabel 4.23 Hasil Uji Reliabilitas Kasus 1: Pengiriman Barang Lebih Awal Reliability Statistics Cronbachs Alpha Cronbachs Alpha Based on Standardized Items N of Items .972 .972 17 Tabel 4.24 Hasil Uji Reliabilitas Kasus 2: Penyesuaian Piutang Tak Tertagih Reliability Statistics Cronbachs Alpha Cronbachs Alpha Based on Standardized Items N of Items .959 .959 17 Sumber : Output SPSS 17, 2012 Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa koefisien Alpha adalah lebih besar dari 0,6 maka variabel tersebut adalah valid.

4.3.2. Uji Asumsi Klasik

Analisa dilakukan dengan metode analisa regresi berganda. Sebelum dilakukan uji hipotesis, peneliti akan melakukan uji asumsi klasik. Pengujian ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data yang digunakan dalam penelitian sudah normal, serta bebas dari gejala multikolinearitas, heteroskedastitas serta autokorelasi. Menurut Ghozali 2005:123 asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah : • Berdistribusi normal • Non-multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna • Non-autokorelasi artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling korelasi • Homoskedasitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan ke pengamatan yang lainya adalah konstan atau sama 1. Uji Normalitas Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Adapun uji normalitas dilakukan dengan dengan cara yaitu analisis grafik. Analisis grafik yang digunakan adalah grafik histogram. Data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal. Pada grafik histogram, data yang mengikuti mendekati distribusi normal adalah distribusi data dengan bentuk lonceng. Berikut hasil uji normalitas dengan menggunakan analisa grafik : Gambar 4.1. Hasil Pengujian Normalitas dengan Grafik Histogram Kasus 1: Pengiriman Barang Lebih Awal Sumber : Output SPSS 17, 2012 Gambar 4.2. Hasil Pengujian Normalitas dengan Grafik Histogram Kasus 2: Penyisihan Piutang Tak Tertagih Sumber : Output SPSS 17, 2012 Dari grafik histogram terlihat bahwa variabel berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak miring ke kiri atau ke kanan. 2. Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas bertujuan mengetahui ada tidaknya multikolinearitas antar variabel-variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi koreksi antar variabel independen. Deteksi dilakukan dengan melihat nilai VIF Variance Inflation Factor dan tolerance. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari : a. Nilai tolerance dan lawannya b. Variance Inflation Factor Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi karena VIF = 1 tolerance . Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance 0.01 atau sama dengan VIF 10. Tabel 4.25 Hasil Uji Multikolinearitas Kasus 1: Pengiriman Barang Lebih Awal Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Keadilan .580 1.724 Deontologi .639 1.566 Relativisme .474 2.108 Egoisme .448 2.234 Utilitarianisme .431 2.318 Penyesalan .558 1.793 Kelegaan .512 1.955 Kepuasan .539 1.854 a. Dependent Variable: Ethical Judgement Tabel 4. 26 Hasil Uji Multikolinearitas Kasus 2 : Penyisihan Piutang Tak Tertagih Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Keadilan .645 1.551 Deontologi .579 1.727 Relativisme .614 1.629 Egoisme .525 1.905 Utilitarianisme .584 1.711 Penyesalan .678 1.476 Kelegaan .715 1.399 Kepuasan .646 1.548 a. Dependent Variable: Ethical Judgement Sumber : Output SPSS 17, 201 Dari data pada tabel 4.25 dan tabel 4.26 diatas, dapat diketahui bahwa seluruh variabel independen memiliki nilai tolerance yang besarnya diatas 0,1 dan nilai VIF yang lebih kecil dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bebas dari masalah multikolinearitas. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode lain. Menurut Ghozali 2005:105 “Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain”. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplott yang dihasilkan dari pengolahan data menggunakan program SPSS 17. Dasar pengambilan keputusannya menurut Ghozali 2005:105 adalah sebagai berikut : a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedasitas b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di bawah angka 0 pada sumbu y maka tidak heteroskedasitas. Gambar 4.3. Uji Heterokedastisitas Kasus 1 : Pengiriman Barang Lebih Awal Gambar 4.4. Uji Heterokedastisitas Kasus 2 : Penyisihan Piutang Tak Tertagih Sumber : Output SPSS 17, 2012 Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas, dan titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal tersebut menandakan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.

4.3.3. Analisis Regresi Linear Berganda