referensi; c sumber-sumber daya dan: d perilaku normal yaitu kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai.
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM sejalan dengan
penelitian Setyawati dan Muchlas 1999 yang menemukan bahwa pengetahuan berhubungan secara langsung terhadap perilaku dokter spesialis sebagai responden
yang sama dalam penelitian ini. Penelitian ini menyimpulkan semakin baik pengetahuan seorang dokter spesialis akan memberikan kontribusi kecenderungan
perilaku dokter spesialis yang semakin baik pula.
5.2. Hubungan Pengawasan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian
Rekam Medis
Faktor pengawasan, menurut Hertzberg termasuk kedalam faktor higiene, bukan faktor motivasi. Maknanya bahwa faktor ini berpotensi untuk menurunkan motivasi
kerja atau keluhan pegawai apabila tidak terpenuhi secara baik, tetapi tidak mampu memotivasi sekalipun diberikan perusahaan secara penuh.
Pengujian statistik terhadap variabel pengawasan menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,756. Hal ini menunjukkan tingkat hubungan yang kuat Budi,
2006. Nilai p = 0,018 p value 0,05 dan signifikan pada level 5 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengawasan dengan perilaku dokter
spesialis dalam pengisian RM. Hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat hubungan positif antara baik
dan tidaknya pengawasan terhadap RM dengan perilaku dokter spesialis dalam
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008.
USU e-Repository © 2008
pengisian RM. Dengan demikian, semakin baik pengawasan yang diberikan pihak rumah sakit terhadap pengisian RM maka akan semakin lengkap RM yang akan
dihasilkan. Berdasarkan hasil tersebut maka masih perlu adanya peningkatan pengawasan
hasil RM di Rumah Sakit Umum Sigli ini. Pelaksanaan pengawasan pada dasarnya merupakan tanggung jawab manajemen rumah sakit. Keberhasilan pengawasan sangat
dipengaruhi oleh supervisor. Dalam konteks ini bisa atasan langsung, pimpinan kantor, aparat fungsional, maupun masyarakat Nirwan dan Zamzami, 1999.
Menurut Saydam 1996, jika supervisor ini dekat dengan karyawan dan menguasai liku-liku pekerjaan serta penuh dengan sifat-sifat kepemimpinan maka suasana kerja
akan bergairah dan bersemangat; dan sebaliknya, apabila supervisor tersebut angkuh, mau benar sendiri, tidak mau mendengarkan, akan menciptakan situasi kerja yang
tidak mengenakkan, dan dapat menurunkan semangat kerja. Oleh karena itu, peran pengawasan sangat meningkatkan motivasi pengisian RM motivasi kerja.
Secara umum, pengawasan akan meningkatkan kedisiplinan. Pembinaan disiplin dapat ditegakkan dengan cara-cara persuasif, dan tidak akan berhasil apabila
dengan cara-cara otoriter dipaksakan, apalagi dengan ancaman-ancaman. Supervisor yang menjalankan tugasnya dengan bersandar kepada ”manajemen membalik keadaan
dengan menimbulkan rasa takut” akan tidak berhasil dalam jangka panjang. Memang benar, kadang kala harus menggunakan cemeti, tetapi lebih baik bagi supervisor dan
organisasinya, apabila ia pertama-tama mencari penyebab turunnya performamotivasi kerja pegawai, dan kemudian menyusun rencana pemecahan masalahnya. Untuk itu,
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008.
USU e-Repository © 2008
seorang supervisor harus mempunyai kemampuan mendengar yang efektif, bukan saja apa yang dikatakan oleh pegawainya yang harus didengar, tetapi juga apa yang tidak
dikatakannya Buckman dalam Nirwan dan Zamzami, 1999. Hasil penelitian menunjukkan pengawasan mempunyai hubungan yang
signifikan dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM. Namun harus diperhatikan dalam implementasinya bahwa pengawasan yang bersahabat akan lebih
meningkatkan motivasi kerja pegawai Saydam, 1999. 5.3.
Hubungan Kondisi Kerja dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis
Faktor kondisi kerja menurut Hertzberg merupakan faktor higiene yang mungkin menimbulkan keluhan apabila tidak terpenuhi, tetapi bukan faktor yang
dapat memberi motivasi kerja. Pengujian statistik terhadap variabel kondisi kerja menghasilkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,775. Hal ini menunjukkan tingkat
hubungan yang kuat Budi, 2006. Nilai p = 0,014 p value 0,05 dan signifikan pada level 5 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara kondisi
kerja dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM. Hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat hubungan positif antara baik
dan tidaknya kondisi kerja terhadap perilaku pengisian RM. Dengan demikian, semakin baik kondisi kerja akan semakin baik pula perilaku dokter spesialis dalam
pengisian RM sehingga kelengkapan pengisian RM dapat terpenuhi. Hasil di atas konsisten dengan teori motivasi Herzberg yang menjelaskan
bahwa kondisi lingkungan kerja akan mempengaruhi perilaku kerja seseorang. Orang
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008.
USU e-Repository © 2008
tidak dapat bekerja dengan baik jika kondsi lingkungan kerja tidak kondusif. Lingkungan kerja disini mencakup sarana dan prasarana, kondisi ruang kerja, dan
hubungan antar manusia yang ada di dalamnya. Hal ini berarti, jika pihak manajemen BPK RSU Sigli ingin mendapatkan kelengkapan pengisian RM berarti harus
memperbaiki kondisi kerja. Hasil jawaban kuesioner menunjukkan bahwa masih ada dokter spesialis
yang merasa kondisi kerjanya biasa saja walaupun persentasenya lebih kecil dibanding yang merasa kondisi kerja baik. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi
kerja dalam pengisian RM belum seperti yang diharapkan oleh seluruh dokter spesialis. Secara lebih detail pihak manajemen BPK RSU Sigli harus
mengindentifikasi kondisi kerja yang dirasa masih kurang. Hal ini karena kondisi kerja melingkupi banyak hal, termasuk ruang kerja, peralatan, perlengkapan, penataan
udara sampai kenyamanan kursi atau dengan kata lain semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan harus tercakup di sini. Mulai dari penggunaan teknologi sampai
dengan ”pengantar minuman” yang keliling dan evaluasi dari pelaksanaan sistem yang telah ditetapkan Forsyth, 1999.
Hasil penelitian menunjukkan kondisi kerja mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku dokter dalam kelengkapan pengisian RM. Hasil ini
konsisten dengan penelitian Setyawati dan Muchlas 1999 yang menyimpulkan
Salami: Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli, 2008.
USU e-Repository © 2008
bahwa semakin baik kondisi lingkungan kerja akan memberikan kontribusi kecenderungan perilaku dokter spesialis yang semakin baik.
5.4. Hubungan Pengakuan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian