Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Perilaku Dokter Spesialis Dalam Pengisian Rekam Medis Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN

PERILAKU DOKTER SPESIALIS DALAM PENGISIAN

REKAM MEDIS DI BADAN PELAYANAN KESEHATAN

RUMAH SAKIT UMUM SIGLI

TESIS

Oleh

SALAMI

037013014/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN

PERILAKU DOKTER SPESIALIS DALAM PENGISIAN

REKAM MEDIS DI BADAN PELAYANAN KESEHATAN

RUMAH SAKIT UMUM SIGLI

TESIS

Untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M. Kes) Dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SALAMI

037013014/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

Judul Tesis : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU DOKTER SPESIALIS DALAM PENGISIAN REKAM MEDIS DI BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM SIGLI

Nama Mahasiswa : Salami Nomor Pokok : 037013014

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing:

(Prof. dr. Amri Amir, Sp.F, DFM, SH) Ketua

(dr. Yulianti, Sp.P, MARS) (Drs. A. Ridwan Siregar, M. Lib)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Dr.Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr.Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)


(4)

Telah diuji

Pada tanggal: 30 Juni 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Amri Amir, Sp.F, DFM, SH Anggota : 1. dr. Yulianti, Sp.P, MARS

2. Drs. A. Ridwan Siregar, M.Lib 3. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si 4. dr. Fauzi, SKM


(5)

PERNYATAAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN

PERILAKU DOKTER SPESIALIS DALAM PENGISIAN

REKAM MEDIS DI BADAN PELAYANAN KESEHATAN

RUMAH SAKIT UMUM SIGLI

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2008


(6)

ABSTRAK

Rekam medis (RM) merupakan bukti tertulis tentang pelayanan kesehatan yang diberikan dokter kepada pasien dan berperan dalam pelaksanaan kegiatan manajemen rumah sakit terutama dalam meningkatkan mutu pelayanan. RM di BPK RSU Sigli hanya sekitar 30% yang terisi lengkap disebabkan perilaku para dokter spesialis yang kurang peduli terhadap kelengkapan pengisian RM. Namun demikian, hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut apakah disebabkan oleh faktor ”ketidakmauan” atau ”ketidaktahuan” tentang cara pengisian RM dengan baik dan benar. Penelitian ini difokuskan untuk melihat bagaimana hubungan pengetahuan dan motivasi kerja dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM di BPK RSU Sigli.

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik yang bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan motivasi kerja dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian rekam medis. Populasinya adalah dokter spesialis yang berjumlah 9 orang. Untuk melihat perilaku dokter dalam pengisian rekam medis (variabel dependen) dilakukan check list terhadap rekam medis yang diisi oleh dokter spesialis pada periode Oktober sampai Desember 2007. Data diperoleh dengan menggunakan instrumen kuesioner yang diukur dengan skala likert. dan wawancara. Pengujian hipotesis menggunakan uji korelasi Spearman (uji non parametrik).

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar dokter spesialis pada BPK RSU Sigli memiliki pengetahuan yang baik mengenai RM. Variabel motivasi untuk pengawasan menunjukkan dokter spesialis yang menyatakan pengawasan baik paling besar persentasenya, untuk variabel kondisi kerja yang menyatakan kondisi kerja baik paling banyak, dan untuk variabel pekerjaan itu sendiri paling banyak yang memiliki ketertarikan yang baik. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, pengawasan, kondisi kerja dan pekerjaan itu sendiri mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian rekam medis, sedangkan variabel pengakuan hubungannya tidak signifikan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ketidaklengkapan RM di BPK RSU Sigli disebabkan kurangnya motivasi dan sosialisasi dari pihak manajemen terhadap pengisian RM. Disarankan kepada pihak manajemen BPK RSU Sigli agar mempertimbangkan reward yang sesuai untuk memberikan motivasi dalam pengisian RM dan lebih meningkatkan sosialisasi terhadap peraturan dan undang-undang yang mengatur tentang RM.


(7)

ABSTRACT

Medical record is the written evidence of the health service given by a physician to the patients and plays a role in the implementation of hospital management activities especially in improving service quality. In the Health Service Unit of Sigli General Hospital, only about 30% of the medical records which are completely filled out due to the behavior of the specialists who tend to ignore the completeness of filling out medical record. Yet, this tendency still needs to be further studied to find out whether it is caused by the factor of “unwillingness” or “not knowing” how to fill out the medical record well.

The kind of research conducted is an analytical survey intended to analyze the relationship between knowledge and work motivation and the behavior of the specialists in filling out medical records. The populations for this study is 9 (nine) specialists. To recognize the behavior of the specialists in filling the medical record (dependent variable), the list of medical records filled out by the specialists from October to December 2007 were checked. The data were obtained through interviews and questionnaires distributed to the respondents then measured by means of Likert’s scale. Hypothesis was tested through Spearmans’s correlation test (non parametric test).

The result of this study shows that 77.8% of the specialists have good knowledge and 22.2% have very good knowledge. Variable of motivation shows that 66.7% of the specialists said that the level of control is good and 33.3% said that the level of control is very good. In terms of the variable of work condition, 44.5% of the specialists said that it is good, 33.3% said that it is fair, and 22.2% said that it is very good. 55.6% of the specialists said that they have received good recognition from their superior. In terms of the work itself, 66.7% of the specialists said that it is interesting, 22.2% said that it is very interesting, and 11.1% said that it is normal. The result of statistical test shows that the variables of knowledge, control, work condition and the work itself have a significant relationship with the behavior of the specialists in filling out medical record, while the variable of recognition does not have any significant relationship with the behavior of the specialists in filling out medical record.

Based on the result of study, it can be concluded that the incomprehensiveness of medical records in the Health Service Unit of Sigli General Hospital is because the management of the Health Service Unit of Sigli General Hospital have less motivation and socialization in filling out medical records. It is suggested that the management of the Health Service Unit of Sigli General Hospital consider providing another kind of reward needed as motivation and increase the socialization of the law regulating medical record.


(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulisan tesis yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli” dapat selesai. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (SPs USU).

Tesis ini dapat disusun berkat dorongan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. dr. Amri Amir, Sp. F, DFM, SH selaku ketua komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dalam penyusunan tesis ini.

2. Ibu dr Yulianti, Sp.P, MARS selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan begitu banyak bantuan sampai dengan selesainya penulisan.

3. Bapak Drs. A. Ridwan Siregar, M. Lib selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan untuk menyelesaikan tesis ini.

4. Ibu Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si Selaku komisi penguji dan Sekretaris Program Studi AKK SPs USU serta bapak dr. Fauzi, SKM selaku komisi penguji yang sangat banyak membantu dan memberikan masukan untuk menyempurnakan tesis ini.


(9)

5. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Ketua Program Studi AKK SPs USU. 6. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur SPs USU.

7. Bapak/Ibu staf pengajar Progam Studi AKK SPs USU yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan sehingga sangat membantu penyelesaian tesis ini. 8. Bapak/Ibu Karyawan Progam Studi AKK SPs USU yang telah membantu

kelancaran administrasi selama perkuliahan hingga selesai.

9. Bapak Dr.Taufik Mahdi, Sp.OG selaku Direktur BPK RSU Sigli dan seluruh staf terutama Staf Bagian Rekam Medis.

10.Rekan-rekan Program Studi AKK SPs USU yang telah memberikan dorongan selama proses penyelesaian tesis ini.

Dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Yang Mulia Ayahanda Jalaluddin Hamid (Almarhum), Ibunda Rusmini Ali dan keluarga besarku yang selalu memberikan dorongan dan bantuan selama perkuliahan dan proses penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan pemahaman menyebabkan tesis ini tidak luput dari kesalahan, saran dan kritik sangat diharapkan untuk perbaikan di masa datang. Akhirnya, kepada Allah SWT kita berserah diri, semoga tesis ini memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Medan, Maret 2008 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Salami

2. Tempat dan tanggal lahir : Banda Aceh, 14 Juni 1965 3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Alamat : Jln. Banda Aceh Medan

Komplek Puskesmas Indrapuri Aceh Besar

Riwayat Pendidikan : 1) Madrasah Ibtidaiyah Negeri Banda Aceh tahun 1977 2) SMP Negeri 2 Banda Aceh 1981

3) SMA Negeri 3 Banda Aceh 1984

4) Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala 1994 5) Mahasiswa Program Magister Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara 7. Riwayat Pekerjaan : 1) Kepala Puskesmas Saree Kab.Aceh Besar 1994-1997

2) Kepala Puskesmas Seulimuem Kab. Aceh Besar 1998-2000

3) Kepala Puskesmas Sukamakmur Kab. Aceh Besar 2000-2003

4) Dokter Puskesmas Sukamakmur Kab. Aceh Besar 2005-2006

5) Kepala Puskesmas Indrapuri Kab. Aceh Besar 2007-Sekarang

Medan, Maret 2008 Penulis,

Salami Nim. 037013014


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Hipotesis... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1. Teori-teori yang Berkaitan Dengan Penelitian... 9

2.1.1. Teori perilaku ... 9

2.1.2. Pengetahuan ... 10

2.1.3. Motivasi ... 11

2.1.4. Rekam Medis ... 14

2.2. Landasan Teori... 25

2.3. Kerangka Konsep Penelitian ... 28

BAB 3. METODE PENELITIAN... 29

3.1. Jenis Penelitian... 29

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.3. Populasi dan Sampel ... 29

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 30

3.4.1 Uji Validitas ... 31

3.4.2 Uji Reliabilitas ... 32

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 33

3.6. Metode Pengukuran ... 34


(12)

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 41

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

4.2. Analisis Univariat ... 43

4.2.1. Karakteristik dokter... 44

4.2.2. Variabel independen... 45

4.2.3. Variabel dependen ... 47

4.3. Analisis Bivariat... 48

4.3.1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis... 48

4.3.2. Hubungan Pengawasan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis... 49

4.3.3. Hubungan Kondisi Kerja dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis... 50

4.3.4. Hubungan Pengakuan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis... 51

4.3.5. Hubungan Pekerjaan itu Sendiri dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis... 52

4.4. Hasil Wawancara ... 53

4.4.1. Hasil Wawancara dengan Dokter Spesialis... 53

4.4.2. Hasil Wawancara dengan Ka. Sub Bidang Rekam Medis ... 54

4.4.3. Hasil Wawancara dengan Direktur Rumah Sakit... 55

BAB 5. PEMBAHASAN ... 57

5.1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis ... 57

5.2. Hubungan Pengawasan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis ... 58

5.3. Hubungan Kondisi Kerja dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis ... 60

5.4. Hubungan Pengakuan dengan Peerilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis ... 62

5.5. Hubungan Pekerjaan itu Sendiri dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian Rekam Medis... 63

5.6. Analisis Hasil Wawancara ... 64

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

6.1. Kesimpulan ... 66

6.2. Saran... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Hasil Pengujian Validitas Variabel ... 32

3.2. Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Pengetahuan, Pengawasan, Kondisi Kerja, Pengakuan, dan Pekerjaan itu Sendiri menggunakan Cronbach’s Alpha... 33

3.3. Alternatif Jawaban dan Penilaian untuk variabel independen ... 36

3.4. Range Skor untuk Penilaian Variabel Independen... 37

3.5. Alternatif Jawaban, Range Skor dan Penilaian untuk Variabel Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM ... 38

4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur... 44

4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja... 44

4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan... 45

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengawasan ... 46

4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Kerja... 46

4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pengakuan... 46

4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan itu sendiri ... 47

4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Dokter dalam Pengisian RM ... 47

4.10. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM ... 49

4.11. Hubungan Pengawasan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM ... 49


(14)

4.12. Hubungan Kondisi Kerja dengan Perilaku Dokter

Spesialis dalam Pengisian RM ... 50 4.13. Hubungan Pengakuan dengan Perilaku Dokter Spesialis dalam

Pengisian RM ... 51 4.14. Hubungan Pekerjaan itu Sendiri dengan Perilaku Dokter


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Surat Permohonan Izin Penelitian... 73

2. Surat Keterangan Selesai Penelitian... 74

3. Daftar Pertanyaan/Kuesioner ... 75

4 Panduan Pertanyaan Wawancara ... 80

5. Formulir Rekam Medis BPK RSU Sigli ... 82

6. Daftar Check List Rekam Medis ... 87

7. Hasil Uji Validitas dan Reliability Variabel ... 90

8. Tabulasi Hasil Perhitungan Variabel ... 95

9. Tabulasi Data Pengisian Rekam Medis ... 96

10. Struktur Organisasi BPK RSU Sigli ... 106

11. Distribusi Variabel ... 107

12. Hasil Tabulasi Silang ... 109

11. Hasil Uji Korelasi Spearman... 114


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rekam Medis (RM) merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting untuk memberikan pelayanan yang baik kepada pasien. Namun, selama ini pengisian data RM oleh para petugas kesehatan di sejumlah rumah sakit masih sangat minim. Padahal data RM sangat diperlukan untuk kepentingan manajemen rumah sakit, pasien, dan petugas kesehatan sendiri. Di sisi lain, seiring dengan perkembangan di bidang kedokteran, masyarakat semakin selektif dalam memilih sarana pelayanan kesehatan terutama rumah sakit. Setiap rumah sakit akan bersaing dan dituntut memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi bagi pasien. Salah satu pelayanan yang dapat menunjang pemberian pelayanan medis yang cepat, tepat, dan akurat adalah dengan pengelolaan RM yang dilakukan secara seksama dan lebih profesional.

RM merupakan bukti tertulis tentang proses pelayanan yang diberikan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya kepada pasien yang merupakan cerminan kerja sama lebih dari satu orang tenaga kesehatan untuk menyembuhkan pasien. Setiap staf rumah sakit perlu memahami pentingnya RM dalam memberikan pelayanan. Hal ini karena, tinggi rendahnya mutu pelayanan kesehatan rumah sakit dapat segera terlihat pada lengkap tidaknya data perawatan yang tercantum dalam RM. Di samping itu, adanya tuntutan masyarakat yang tidak hanya ingin tahu tentang hasil pelayanan kesehatan rumah sakit tetapi juga kejelasan proses pelaksanaannya, maka RM


(17)

dipergunakan sebagai bukti tertulis yang dapat dipertanggungjawabkan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya (Djojodibroto, 1997).

Perkembangan RM berjalan sejajar dengan perkembangan ilmu kedokteran. Rumah sakit di Indonesia telah melakukan pencatatan RM sejak masa pra kemerdekaan. Namun, pada masa tersebut pencatatan belum dilaksanakan, ditata dan mengikuti sistem informasi yang benar karena masih tergantung pada selera pimpinan masing-masing rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 1997).

Berkas RM mulai mendapat perhatian untuk pembenahan yang lebih baik sejak dikeluarkannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 031/Birhup/1972 yang menyatakan bahwa semua rumah sakit diharuskan mengerjakan medical recording, reporting, dan hospital statistic. Kewajiban untuk menyelenggarakan rekam medis tersebut, semakin diperjelas dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 34/Birhup/1972. Pada bab 1 pasal 3 dinyatakan bahwa guna menunjang terselenggaranya rencana induk (master plan) yang baik, maka setiap rumah sakit harus :

1. Mempunyai dan merawat statistik yang mutakhir.

2. Membuat medical record yang berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

Keputusan Menteri Kesehatan ini dipertegas secara rinci dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang rekam medis. Dengan demikian, rekam medis mempunyai landasan hukum yang kuat untuk dilaksanakan oleh tenaga medis dan


(18)

paramedis yang terlibat dalam penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit (Hanafiah dan Amir, 1999).

RM menjadi penting karena berperan dalam pelaksanaan kegiatan manajemen rumah sakit yang baik, terutama dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. RM berperan sebagai media komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan kepada pasien. RM mencatat atau memuat data tentang perawatan dan pengobatan yang telah diberikan, bagaimana dosis dan efeknya sehingga dapat menjadi bahan untuk merencanakan perawatan maupun pengobatan tahap selanjutnya (Hanafiah & Amir, 1999; Brotowasisto, 2003; Waruna, 2003).

Secara spesifik, RM menyediakan data khusus yang berguna untuk keperluan penelitian dan pendidikan. Kasus-kasus penyakit yang jarang terjadi atau pengobatan yang belum sempurna dapat terekam sehingga dapat ditindaklanjuti dan diangkat menjadi topik diskusi-diskusi ilmiah untuk mencari jalan keluarnya. Kegunaan lain dari RM adalah menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan rumah sakit yang rasional (data perencanaan). Bahkan RM mempunyai aspek hukum yang perlu disadari oleh semua pihak di rumah sakit termasuk pimpinan, dokter, perawat, pendaftar, dan pasien (Hanafiah dan Amir, 1999; Waruna, 2003). Hal tersebut dipertegas oleh Hatta (2003) bahwa RM yang berkualitas dapat membantu para praktisi kesehatan maupun pihak-pihak lainnya sebagai bukti konkrit dalam menyelesaikan berbagai masalah hukum yang timbul. Untuk itu, para praktisi kesehatan dipacu untuk memperbaiki perilaku pelaksanaan rekam medis


(19)

secara teratur dan bermutu. Bila tidak dilakukan maka yang bersangkutan dapat terkena sanksi ketidakdisiplinan.

Kedisiplinan praktisi kesehatan dalam melengkapi informasi medis sesuai dengan jenis pelayanan yang telah diberikan kepada pasien merupakan kunci terlaksananya kegunaan RM di atas. Namun, masih banyak dokter dan perawat yang enggan mengisi RM dengan benar karena alasan terbatasnya waktu atau anggapan bahwa RM hanya penting untuk keperluan administrasi rumah sakit (Sunartini dalam Dewi, 1999).

Lebih lanjut Wirjoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa proses pengisian dan penggunaan rekam medis sebagai sistim informasi manajemen untuk meningkatkan mutu dan pengembangan rumah sakit masih belum memuaskan. Hal ini disebabkan tiga masalah pokok, yaitu:

1. Para dokter dan perawat belum mengerti kegunaan tersebut sehingga enggan untuk mengisi dengan benar, lengkap, dan jelas.

2. Para manajer rumah sakit juga belum atau kurang mengerti kegunaan rekam medis sehingga kurang mendorong dan mendukung perkembangan yang optimal rekam medis di rumah sakit.

3. Para pengelola rekam medis masih belum dapat memberikan umpan balik yang menarik bagi para dokter, perawat dan pengelola rumah sakit sehingga belum dapat menggairahkan partisipasi mereka.

Hasil diskusi Kongres Perhimpunan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 1995 menyimpulkan bahwa kesulitan yang dialami oleh para petugas


(20)

maupun pengelola unit RM semakin berat dengan perilaku para dokter yang kurang peduli terhadap pengisian berkas RM. Namun demikian, hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut apakah faktor “ketidakmauan” dan “ketidaktahuan” tentang cara pengisian RM yang baik dan benar ataukah faktor-faktor lain yang menyebabkannya.

Masalah di atas dapat menjadi kajian empiris untuk menjadi dasar dalam mengetahui faktor-faktor apa yang memotivasi pengisian RM yang lengkap, dengan demikian berbagai pihak yang berkepentingan terhadap RM dapat mengambil kebijakan yang sesuai dalam mengatasi masalah yang dihadapi dalam pengisian RM sesuai dengan kondisi di lingkungannya masing-masing.

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendukung dan mendorong diselenggarakannya RM yang lengkap. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.749a/Menkes/Per/XII/1989 menegaskan bahwa setiap sarana pelayanan kesehatan wajib membuat rekam medis, dan dilakukan oleh dokter dan atau tenaga kesehatan lainnya yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien.

Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Sigli (BPK RSU Sigli) merupakan rumah sakit pusat rujukan di Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Berdasarkan data RM diketahui bahwa jumlah kunjungan pasien rawat inap di BPK RSUS adalah 6.813 pada tahun 2004, 9.583 pada tahun 2005 dan 8.972 pada tahun 2006. Sejalan dengan perkembangan rumah sakit dan tuntutan masyarakat untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, saat ini BPK RSU Sigli sedang mempersiapkan diri untuk akreditasi. Salah satu bidang yang harus dibenahi adalah


(21)

bidang RM karena merupakan salah satu dari lima kegiatan pelayanan pokok untuk akreditasi tingkat dasar rumah sakit.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan pada BPK RSU Sigli dengan teknik wawancara diperoleh informasi dari sub bidang RM bahwa diperkirakan hanya sekitar 30% berkas RM yang diisi secara lengkap. Hasil wawancara dengan beberapa orang dokter menunjukkan masih kurangnya pengetahuan mengenai RM. Hal ini disimpulkan dari kurangnya pengetahuan tentang peraturan-peraturan yang mengatur tentang RM, kegunaan dan manfaat RM secara

menyeluruh. Selanjutnya dengan mengikuti visite dokter di BPK RSU Sigli

diobservasi perilaku dalam pengisian RM oleh dokter. Hasilnya menunjukkan ada dokter yang mengisi lengkap dan ada yang mengisi tidak lengkap RM pasien yang divisitenya. Ketidaklengkapan disimpulkan berdasarkan tidak diisinya beberapa bagian dari RM, yaitu hasil pemeriksaan fisik, terapi, nama dokter, tanda tangan dokter, bahkan ada yang tidak mengisi RM pasien setelah visite.

Pihak manajemen BPK RSU Sigli mengalami kendala dalam mengatasi ketidaklengkapan RM karena kesulitan dalam memberikan motivasi kepada dokter untuk mengisi RM dengan lengkap. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan untuk melihat hubungan pengetahuan dan motivasi kerja dalam kaitannya dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM di BPK RSU Sigli.


(22)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah: Bagaimana hubungan pengetahuan dan motivasi kerja dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM di BPK RSU Sigli.

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: Hubungan pengetahuan dan motivasi kerja dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM di BPK RSU Sigli.

1.4. Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini sebagai berikut :

Hal: Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku dokter

spesialis dalam pengisian RM.

Ha2: Ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan perilaku dokter

spesialis dalam pengisian RM.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi:

1. BPK RSU Sigli

Sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun strategi dan perencanaan dalam upaya meningkatkan mutu kelengkapan pengisian dan pelayanan RM.


(23)

2. Ilmu pengetahuan

Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu di bidang manajemen administrasi rumah sakit, khususnya dalam hal RM.

3. Penelitian selanjutnya

Sebagai rujukan dan pengembangan dalam penyempurnaan penelitian selanjutnya di bidang RM.


(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori-teori yang Berkaitan dengan Penelitian 2.1.1. Teori Perilaku

Perilaku manusia di tempat kerja ternyata kompleks dan bervariasi. Oleh karena itu, permasalahan pada karyawan tidak hanya dapat diselesaikan dengan kesejahteraan finansial saja, tetapi harus melalui pendekatan perilaku organisasi dalam manajemen saat ini maupun yang akan datang (Muchlas, 1997).

Beberapa teori determinan perilaku menurut Notoatmojo dalam Dewi (1999) yaitu teori-teori yang mengungkap determinan perilaku berangkat dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku:

1. Teori Kar

Teori ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu: Niat untuk bertindak, dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya, ada atau tidaknya informasi atau fasilitas kesehatan, otonomi pribadi seseorang dalam mengambil tindakan atau keputusan dan situasi yang memungkinkan untuk bertindak.

2. Tim kerja dari World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa seseorang berperilaku tertentu karena ada empat alasan pokok, yakni: a. Pemikiran dan perasaan yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan nilai-nilai terhadap suatu objek; b. Orang penting sebagai referensi; c. Sumber-sumber daya misal: fasilitas, uang, waktu dan tenaga; d. Perilaku normal yaitu kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai.


(25)

Perilaku mencerminkan sesuatu yang dapat dilihat dan didengar. Hasil dari motivasi dinilai dengan perilaku yang ditunjukkan, jumlah usaha yang dikeluarkan, atau strategi pilihan yang digunakan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan atau tugas. Perilaku dipengaruhi oleh input individu (kemampuan, pengetahuan, emosi, suasana hati, dan perasaan), faktor konteks pekerjaan (lingkungan fisik, merancang tugas, penghargaan dan dorongan, pengawasan dan bimbingan, norma-norma sosial, dan budaya organisasi), dan motivasi (Kreitner dan Kinicki, 2003).

2.1.2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu“ manusia setelah melakukan pengindraan terhadap objek tertentu melalui pancaindra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 1997). Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmojo, 2002).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perubahan perilaku pada manusia akan berlangsung lama apabila perubahan tersebut didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif. Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

1.Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk pengetahuan dalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.


(26)

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi nyata.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmojo, 1997).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur (Notoatmojo, 1997).

2.1.3. Motivasi 1. Pengertian

Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan, dan memelihara perilaku manusia akibat interaksi individu dengan situasi. Umumnya orang-orang yang termotivasi akan melakukan usaha yang lebih besar daripada yang tidak melakukan. Kata motivasi berasal dari kata motivation, yang dapat diartikan


(27)

sebagai dorongan yang ada pada diri seseorang untuk bertingkah laku mencapai suatu tujuan tertentu (Rivai, 2004). Motivasi yang ada pada seseorang merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan kepuasan dirinya. Memotivasi seseorang berarti berusaha menimbulkan kebutuhan tertentu pada seseorang agar tingkah lakunya tertuju pada tujuan yang kehendaki (Handoko, 1999).

Wahjosumidjo dalam Saydam(1996) menyebutkan motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi dalam diri sendiri. Selanjutnya Robbins dalam Hasibuan (2005) mendefinisikan motivasi sebagai kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu. Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan (Hasibuan, 2005).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu proses interaksi yang menimbulkan kesediaan dari diri seseorang untuk bekerja dengan segala kemampuannya untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Faktor-faktor motivasi

Dalam melakukan pekerjaan, seseorang berbuat atau tidak berbuat tidaklah semata-semata didorong oleh faktor-faktor rasio, tetapi juga kadang-kadang dipengaruhi oleh faktor-faktor emosi/perasaan. Herzberg dalam Hasibuan (2005)


(28)

menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu faktor-faktor pemeliharaan (maintenance factors) dan faktor-faktor motivasi (motivation factors).

Faktor-faktor pemeliharaan merupakan kebutuhan yang berlangsung terus

menerus karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi, seperti gaji, kondisi fisik kerja, kepastian kerja, supervisi, dan tunjangan-tunjangan lainnya.

Faktor-faktor motivasi merupakan faktor motivator yang menyangkut kebutuhan

psikologis seseorang, yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan.

Herzberg dalam Stoner (1994) mengembangkan teori motivasi dua faktor kepuasan yang disebut konsep higiene, yaitu faktor ketidakpuasan (faktor higiene) dan faktor kepuasan (faktor yang memotivasi-motivator). Menurut Herzberg, faktor-faktor yang memberikan kepuasan kerja terpisah dan berbeda dengan yang memberikan ketidakpuasan kerja. Faktor higiene mencakup: Administrasi dan kebijakan perusahaan, supervisi, hubungan dengan penyelia, kondisi kerja, gaji, hubungan dengan rekan kerja, kehidupan pribadi, hubungan dengan bawahan, status, dan keamanan (Herzberg dalam Robbins, 2002). Penilaian posistif terhadap faktor-faktor di atas tidak membimbing kepada kepuasan melainkan hanya kepada tidak adanya ketidakpuasan.

Faktor kepuasan mencakup: Prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, kemajuan, dan pertumbuhan (Herzberg dalam Robbins, 2002). Tidak adanya kondisi ini bukan berarti membuktikan kondisi sangat tidak puas, tetapi


(29)

jika faktor ini ada, akan membentuk motivasi yang kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik.

Teori lain yang dikemukakan oleh George dalam Hasibuan (2005) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi adalah: Upah yang layak, kesempatan untuk maju, pengakuan sebagai individu, keamanan kerja, tempat kerja yang baik, penerimaan oleh kelompok, perlakuan yang wajar, dan pengakuan atas prestasi.

2.1.4. Rekam Medis 1. Pengertian dan Isi

Istilah rekam medis dahulunya dikenal dengan istilah status pasien (Hanafiah dan Amir, 1999). Namun, saat ini lebih sering digunakan istilah rekam medis yang diterjemahkan dari medical record.

Pengertian record adalah: “Anything (such as a document or a phonograph record or photograph) providing permanent evidence of or information about past events; a compilation of the known facts regarding something or someone; a document that can serve as a legal evidence of a transaction“(Harper, 2001).

Medical diartikan sebagai :“Pertaining to medicine or to the treatment of diseases, pertaining to medicine as opposed to surgery“(Merriam-Webster’s, 2005).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.749a/Men.Keu/Per/XII/1989: “Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain pada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.“


(30)

Hatta (2003) berpendapat bahwa RM merupakan kumpulan berkas atau kesan dari sesuatu yang diucapkan atau dituliskan perihal keadaan medis pasien dari masa ke masa, yang dapat berwujud sederhana dan dilakukan secara manual atau mengikuti perkembangan teknologi yang disesuaikan dengan kemajuan peradaban kebudayaan suatu bangsa.

Huffman dalam Amir (1997) menyebutkan: ’’Medical record is the WHO,

WHAT, WHERE, and HOW of patient care during hospitalization. It must contain sufficient information to clearly identify the patient, to justify the diagnosis and treatment, and to record the result.”

Pengertian di atas menjelaskan bahwa rekam medis merupakan kumpulan catatan yang berisi keterangan tentang identitas, hasil anamnesis, pemeriksaan, dan catatan segala kegiatan para pemberi layanan kesehatan kepada pasien dari waktu ke waktu. Catatan tersebut harus dapat menjawab pertanyaan: Siapa yang dirawat, kapan, dimana, oleh siapa, bagaimana pengobatannya, siapa yang memberi obat, dan bagimana reaksinya.

RM terdiri dari beberapa lembar yang harus diisi oleh tenaga kesehatan sesuai dengan tanggungjawabnya masing-masing. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang RM menyebutkan bahwa isi RM untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat: identitas pasien, anamnesa, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan, diagnosis, persetujuan tindakan medik, catatan perawatan, catatan observasi klinis dan hasil pengobatan, resume akhir dan evaluasi pengobatan.


(31)

Rekam medis untuk pasien rawat inap terdiri dari lembaran-lembaran umum dan lembaran-lembaran khusus. Menurut Depkes (1991) lembaran-lembaran umum misalnya: (1) ringkasan masuk dan keluar; (2) anamnesa dan pemeriksaan fisik; (3) lembaran grafik; (4) perjalanan penyakit, perintah dokter dan pengobatan; (5) catatan perawat, bidan/asuhan keperawatan; (6) hasil pemeriksaan laboratorium/roentgen; (7)

resume keluar. Lembaran khusus misalnya: (1) lembaran kontrol istimewa; (2) laporan operasi; (3) laporan anesthesia; (4) riwayat kehamilan; (5) catatan/laporan persalinan; (6) identitas bayi.

2. Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis

Rekam medis bertujuan untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 1997; Samil, 2001).

Menurut Departemen Kesehatan RI (1997) dan Hanafiah dan Amir (1999) kegunaan dari RM biasa disingkat dengan C.I. ALFRED, yaitu:

C: Communication Value

Berkas rekam medis dapat menjadi alat komunikasi antara dokter dengan dokter lainnya, antara dokter dengan paramedis dalam usaha memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan.

I: Information Value

Berkas rekam medis menjadi sumber informasi medis dari pasien yang berobat ke rumah sakit yang berguna untuk keperluan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan pasien


(32)

A: Administrative Value

Suatu berkas medis mempunyai nilai administrasi karena isinya menyangkut masalah kebijaksanaan dan tindakan pejabat (administrator, tenaga medis) berdasarkan wewenang dan tanggung jawab selama memegang jabatan dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.

L: Legal Value

Berkas rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan dalam usaha menegakkan hukum. Rekam medis merupakan bukti yang akan menjadi pegangan bagi rumah sakit dan tenaga kesehatan tentang kegiatan pelayanan kesehatan.

F: Financial or Fiscal Value

Berkas rekam medis mempunyai nilai keuangan karena isinya dapat dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan pembayaran biaya pelayanan rumah sakit. Lebih jauh lagi data ini dapat dipakai sebagai perencanaan keuangan rumah sakit untuk masa mendatang.

R: Research Value

Berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian karena isinya mengandung data atau informasi yang yang dapat dipergunakan sebagai bahan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.

E: Education Value

Berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan karena isinya menyangkut data tentang perkembangan/kronologis kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan


(33)

kepada pasien. Data tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan pendidikan bagi si pemakai.

D: Documentary Value

Berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi karena isinya merupakan sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan rumah sakit.

Hatta (1986) mengemukakan bahwa kegunaan berkas RM hanya akan mengandung nilai ALFRED jika para praktisi kesehatan merekam segala urutan kegiatan dengan baik, cepat dan tepat. Kesadaran akan manfaat perekaman hasil kerja para praktisi kesehatan tersebut sangat penting bagi pasien, rumah sakit, praktisi kesehatan sendiri dan perkembangan ilmu pengetahuan yang secara global dapat dikatakan sebagai upaya mempertinggi peradaban manusia.

3. Perekaman Kegiatan Pelayanan Medis 1) Penanggung Jawab Pengisian Rekam Medis

Tanggung jawab terhadap kelengkapan rekam medis terletak pada dokter yang merawat (Departemen Kesehatan R.I., 1997; Samil, 2001). Namun demikian, pengisian rekam medis dilakukan oleh:

a. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang melayani pasien di rumah sakit.

b. Dokter tamu yang merawat pasien di rumah sakit.

c. Residen yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik.

d. Tenaga paramedis perawatan dan tenaga paramedis non perawatan yang langsung terlibat antara lain : Perawat, Perawat Gigi, Bidan, Tenaga Laboratorium Klinik, Gizi, Anestesi, Penata Rontgen, Rehabilitasi Medik dan lain sebagainya.


(34)

e. Dalam hal dokter luar negeri melakukan alih teknologi kedokteran yang berupa tindakan/konsultasi kepada pasien yang membuat rekam medis adalah dokter yang ditunjuk oleh direktur rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 1997).

Menurut Samil (2001), beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para praktisi kesehatan untuk mendapatkan catatan data medis yang baik, yaitu:

a. Mencatat data secara tepat waktu; b. Mencatat data yang terbaru;

c. Mencatat data secara cermat dan lengkap;

d. Membuat catatan yang dapat dipercaya dan menurut kenyataan; e. Memilih data yang berkaitan dengan masalahnya;

f. Mencatat data secara objektif.

2) Ketentuan Pengisian Rekam Medis

Rekam medis harus segera dibuat dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien mendapatkan pelayanan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam harus ditulis dalam lembaran rekam medis.

b. Semua pencatatan harus ditandatangani oleh dokter/tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangannya dan ditulis nama terangnya serta diberi tanggal. c. Pencatatan yang dibuat oleh mahasiswa kedokteran dan mahasiswa lainnya

ditandatangani dan menjadi tanggung jawab dokter yang merawat atau oleh dokter pembimbingnya.


(35)

d. Catatan yang dibuat oleh residensi harus diketahui oleh dokter pembimbingnya. e. Dokter yang merawat dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan

melakukannya pada saat itu juga serta dibubuhi paraf.

f. Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan (Departemen Kesehatan R.I., 1997).

3) Formulir Rekam Medis

Formulir rekam medis terdiri dari formulir rekam medis pasien rawat jalan dan formulir rekam medis pasien rawat nginap. Sehubungan dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 749a/MenKes/Per/XII/1989 tentang rekam medis maka:

a. Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan dapat dibuat selengkap-lengkapnya dan sekurang-kurangnya memuat: identitas, anamnesis, diagnosis dan tindakan/pengobatan.

b. Isi rekam medis untuk pasien rawat inap sekurang kurangnya memuat: identitas pasien, anamnesis, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan, diagnosis, persetujuan tindakan medis, tindakan pengobatan, asuhan keperawatan, catatan observasi klinis dan hasil pengobatan, resume akhir dan evaluasi pengobatan.

4. Aspek Hukum Rekam Medis

1) Pemilik Rekam Medis

Rumah Sakit adalah pemilik rekam medis karena catatan yang terdapat dalam berkas rekam medis memperlihatkan rangkaian kegiatan pelayanan yang diberikan unit pelayanan kesehatan kepada pasien. Dokumen tersebut merupakan tanda bukti rumah sakit terhadap segala upaya penyembuhan pasien. Beberapa hal yang perlu


(36)

mendapat perhatian bagi petugas pelayanan yang terlibat pada pelayanan kesehatan kepada pasien adalah:

a. Mereka tidak diperkenankan membawa berkas rekam medis keluar dari instansi pelayanan kesehatan, kecuali atas izin pimpinan dan sepengetahuan kepala unit rekam medis sesuai peraturan yang digariskan rumah sakit.

b. Petugas unit rekam medis bertanggung jawab penuh terhadap kelengkapan dan penyediaan berkas yang sewaktu-waktu dibutuhkan pasien.

c. Petugas harus menjaga berkas tersebut agar tersimpan dengan baik dan terlindung dari kemungkinan pencurian berkas atau pembocoran isi rekam medis (Samil, 2001).

Peraturan Menteri Kesehatan tentang rekam medis dalam Bab 3 pada pasal 9 menyebutkan bahwa: (1) Berkas rekam medis milik sarana kesehatan; (2) Isi rekam medis milik pasien

2) Kerahasiaan Rekam Medis

Informasi yang didapat dari rekam medis sifatnya rahasia. Informasi dalam rekam medis bersifat rahasia karena hal ini menjelaskan hubungan yang khusus antara pasien dan dokter yang wajib dilindungi sesuai dengan kode etik kedokteran dan peraturan perundangan yang berlaku. Jika dianalisis, dalam kerahasiaan ini banyak terdapat pengecualian (Departemen Kesehatan RI, 1997; Samil, 2001).

Informasi dari rekam medis pada dasarnya dapat menjadi dua kategori, yaitu: a. Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan


(37)

Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan berupa laporan atau catatan yang terdapat dalam berkas rekam medis sebagai hasil pemeriksaan, pengobatan, observasi atau wawancara dengan pasien.

b. Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan

Jenis informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan meliputi perihal identitas (nama, alamat dan lain-lain) serta informasi lain yang tidak mengandung nilai medis (Departemen Kesehatan RI, 1997; Samil, 2001).

3) Rekam Medis di Pengadilan

Setiap informasi di dalam rekam medis dapat dipakai sebagai bukti karena merupakan dokumen resmi dari kegiatan rumah sakit. Jika pengadilan dapat diyakinkan bahwa rekam medis itu tidak dapat disangkal kebenarannya dan dapat dipercaya, maka keseluruhan atau sebagian dari informasi dapat dijadikan bukti yang memenuhi persyaratan (Departemen Kesehatan RI, 1997; Samil, 2001). Hatta (2007) berpendapat bahwa RM yang lengkap, tepat dan mutakhir tidak hanya berguna bagi pasien tetapi juga bagi dokter sebagai alat bukti dalam menghadapi kasus-kasus gugatan malpraktik. Ameln (2003) juga menjelaskan bahwa tanpa berkas catatan medis yang dapat dibaca dan lengkap, dokter maupun rumah sakit tidak dapat membela diri di pengadilan karena tidak dapat membuktikan bahwa tindakan-tindakan medis dilakukan sesuai dengan Standar Profesi Kedokteran.


(38)

5.Analisis Rekam Medis

Secara sederhana yang dimaksud dengan analisis rekam medis adalah proses pengumpulan, pengolahan, penyajian serta interpretasi data yang terkandung dalam rekam medis sehingga dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan tentang sesuatu, sesuai dengan tujuan yang sudah direncanakan (Azwar, 2003).

Ada dua bentuk analisis rekam medis, yaitu: 1) Analisis kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah analisis yang ditujukan kepada jumlah lembaran-lembaran rekam medis sesuai dengan lamanya perawatan meliputi kelengkapan lembaran medis, paramedis dan penunjang sesuai prosedur yang ditetapkan.

2) Analisis kualitatif

Analisis kualitatif ditujukan kepada kualitas (mutu) data yang tercantum dalam rekam medis. Baik atau tidaknya kualitas data yang tercantum ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud setidak-tidaknya adalah kebenaran pengisian data, ketepatan pengisian data serta kelengkapan data. Ketidaklengkapan dalam pengisian rekam medis akan sangat mempengaruhi mutu rekam medis yang mencerminkan baik tidaknya mutu pelayanan di suatu rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 1997; Azwar, 2003).


(39)

6. Rekam Medis Elektronik (Rekam Medis Berbasis Komputer)

Salah satu tantangan besar dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi di rumah sakit adalah penerapan rekam medis berbasis komputer (elektronik). Rekam medis berbasis komputer adalah penggunaan data base untuk mencatat semua data medis, demografis serta setiap event dalam manajemen pasien di rumah sakit. Rekam medis berbasis komputer akan menghimpun berbagai data klinis pasien yang berasal dari hasil pemeriksaan dokter, digitasi dari alat diagnosis (EKG, radiologi dan lain-lain), konversi hasil pemeriksaan laboratorium dan interpretasi klinis (Fuad, 2007).

Institute of Medicine mencatat bahwa hingga saat ini masihsedikit bukti yang menunjukkan keberhasilan penerapan rekam medis berbasis komputer secara utuh, komprehensif dan dapat dijadikan data model bagi rumah sakit lainnya (Fuad, 2007).

Doolan, Bates dan James dalam Fuad (2007) mempublikasikan suatu studi tentang keberhasilan penerapan rekam medis elektronik (RME) pada 5 rumah sakit utama di Amerika Serikat. RME diterapkan untuk mendukung pelayanan rawat inap, rawat jalan maupun rawat darurat. Berbagai hasil pemeriksaan laboratorium baik berupa teks, angka maupun gambar sudah tersedia dalam format elektronik. Catatan klinis pasien yang ditemukan oleh dokter maupun oleh perawat juga telah dimasukkan ke komputer baik secara langsung (dalam bentuk teks bebas atau terkode) maupun menggunakan dictation system. Sedangkan pada bagian rawat intensif, komputer akan mengcapture data secara langsung dari berbagai monitor dan peralatan elektronik.


(40)

Sistem pendukung keputusan juga sudah diterapkan untuk membantu dokter dan perawat dalam menentukan diagnosis, pemberitahuan alergi, pemilihan obat serta mematuhi protokol klinik. Dokter secara rutin dapat menggunakan komputer untuk menemukan pasien, mencari data klinis serta memberikan instruksi. Namun, kertas masih tetap digunakan oeh dokter untuk mencetak ringkasan data klinis pasien rawat inap pada waktu melakukan visite.

Secara umum menurut Fuad (2007), faktor-faktor yang menentukan keberhasilan penerapan rekam medis berbasis komputer, yaitu: (1) Leadership, komitmen, dan visi organisasi; (2) Bertujuan untuk meningkatkan proses klinis dan pelayanan pasien; (3) Melibatkan klinisi dalam perancangan dan modifikasi sistem; (4) Menjaga dan meningkatkan produktivitas klinis; (5) Menjaga momentum dan dukungan terhadap klinisi. Faktor-faktor kendalanya yaitu: (1) Sosiokultural, (2) Sumber daya manusia, dan (3) Kecurigaan lemahnya aspek security, konfidensialitas dan privacy data medis

Faktor-faktor di atas menggambarkan usaha luar biasa dibutuhkan untuk menerapkan catatan medis elektronik. Dalam penerapannya harus dipertimbangkan penggunaan teknologi informasi yang harus memberikan nilai lebih yang tinggi dibandingkan dengan investasinya.

2.2. Landasan Teori

RM bertujuan untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 1997;


(41)

Samil, 2001). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 031/Birhup/1972 menyatakan bahwa semua rumah sakit diharuskan mengerjakan

medical recording, reporting, dan hospital statistic. Keputusan tersebut kemudian dilanjutkan dengan adanya Keputusan Menteri Kesehatan RI No.034/Birhup/1972 tentang Perencanaan dan Pemeliharaan Rumah sakit yang menyatakan bahwa guna menunjang terselenggaranya rencana induk (master plan) yang baik, maka setiap rumah sakit diwajibkan:

1. Mempunyai dan merawat statistik yang up to date

2. Membina medical record yang berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

Peraturan yang diterbitkan pemerintah mengenai RM dipertegas secara rinci dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 749a/Menkes/Per/XII/1989. Dalam SK ini tersurat adanya kewajiban bagi semua tenaga kesehatan untuk melaksanakan rekam medis.

Dibutuhkan kesadaran yang ditunjukkan oleh perilaku dari berbagai pihak di rumah sakit untuk membenahi pengelolaan RM. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengisian RM di rumah sakit di Indonesia belum lengkap dan hal ini sangat tergantung pada perilaku pengisi RM. Menurut Notoatmojo (1997) yang mempengaruhi terbentuknya perilaku adalah:


(42)

1. Faktor internal, yaitu mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar; 2. Faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti:

iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.

Pengetahuan dan motivasi merupakan dua faktor internal dari perilaku. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perubahan perilaku pada manusia akan berlangsung lama apabila perubahan tersebut didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif. Mathis dan Jackson (2001) menjelaskan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kinerja dari individu tenaga kerja, diantaranya kemampuan mereka, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan hubungan mereka dengan organisasi. Lebih tegasnya disebutkan bahwa kinerja seseorang tergantung pada tiga faktor, yaitu kemampuan untuk mengerjakan pekerjaannya, tingkat usaha, dan dukungan yang diberikan pada orang tersebut. Selanjutnya Kreitner dan Kinicki (2003) menyebutkan bahwa prestasi dipengaruhi oleh kemampuan dan pengetahuan individu , motivasi, dan konteks pekerjaan.

Penelitian ini juga didasari oleh teori motivasi dua faktor kepuasan yang dikembangkan oleh Herzberg dan disebut konsep higiene. Terdiri dari: faktor ketidakpuasan (faktor higiene) dan faktor kepuasan (faktor yang memotivasi-motivator). Faktor higiene mencakup (Herzberg dalam Robbins, 2002): administrasi


(43)

dan kebijakan perusahaan, supervisi, hubungan dengan penyelia, kondisi kerja, gaji, hubungan dengan rekan kerja, kehidupan pribadi, hubungan dengan bawahan, status, dan keamanan. Sedangkan faktor kepuasan mencakup: Prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, kemajuan, dan pertumbuhan.

2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1. Variabel Independen (X)

Variabel Dependen (Y)

Faktor Motivasi: 2. Pengawasan (X2)

3. Kondisi Kerja (X3)

4. Pengakuan (X4)

5. Pekerjaan Itu Sendiri (X5)

Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM 1. Pengetahuan (X1)

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep pada Gambar 2.1. menggambarkan bahwa ada beberapa faktor yang diduga memepunyai hubungan dengan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM. Pengetahuan dan faktor motivasi yang terdiri dari pengawasan, kondisi kerja, pengakuan, dan pekerjaan itu sendiri merupakan variabel independen dalam penelitian ini. Sedangkan perilaku dokter spesialis sebagai pengisi RM yang bertugas di ruang rawat inap BPK RSU Sigli merupakan variabel dependen.


(44)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Untuk menjawab masalah dan mencapai tujuan penelitian digunakan jenis penelitian: Survey analitik (explanatory study), yaitu penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi (Notoatmojo, 2002). Penelitian ini dilakukan secara cross sectional, yaitu mempelajari dinamika korelasi antara variabel bebas dengan variabel tergantung yang diobservasi pada saat yang sama.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di BPK RSU Sigli Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, khususnya di bagian RM. Bagian ini dipilih karena merupakan bagian yang menjadi sumber data dan informasi rumah sakit. Penelitian dilakukan selama 7 bulan, mulai Juli 2007 sampai dengan Desember 2007.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah dokter spesialis di BPK RSU Sigli yang berjumlah 9 orang. Seluruh populasi menjadi sampel karena jumlahnya yang relatif sedikit, yaitu terdiri dari: Dokter spesialis kebidanan dan kandungan (3 orang), dokter spesialis bedah (1 orang), dokter spesialis penyakit dalam (1 orang), dokter spesialis anak (1 orang), dokter spesialis mata (1 orang), dokter spesialis THT (1 orang) dan dokter spesialis saraf (1 orang).


(45)

Penilaian perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM, dilihat dari kelengkapan pengisian RM oleh masing-masing dokter spesialis selama periode 3 bulan. Kelengkapan pengisian RM dilihat dengan melakukan check list terhadap lembaran-lembaran RM yang harus diisi oleh dokter spesialis pada BPK RSU Sigli. Jumlah RM yang di check list sebanyak 15% (317 RM) dari jumlah seluruh RM dan jumlah RM yang dicheck list per dokter spesialis ditentukan secara proposional.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Dilihat dari sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan dengan dua cara, yaitu: Kuesioner

Kuesioner merupakan instrumen berupa daftar pertanyaan yang diberikan kepada dokter spesialis yang mengisi RM pasien rawat inap di BPK RSU Sigli (Lampiran 3). Penyebaran dan pengumpulan data dari kuesioner langsung dilakukan oleh peneliti.

Wawancara

Wawancara dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan pihak manajemen rumah sakit dan dokter spesialis yang mengisi RM pasien rawat inap di BPK RSU Sigli. Panduan wawancara dapat dilihat pada lampiran 4.

2. Data sekunder

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data sekunder adalah dengan metode tidak langsung, yaitu teknik memperoleh data tanpa ada kontak langsung


(46)

dengan responden. Berdasarkan pendekatan ini maka dapat dilakukan observasi terhadap seseorang tanpa sepengetahuan dirinya atau pencarian catatan yang sudah ada (Kreitner dan kinicki, 2003).

Data diperoleh dari RM rawat inap yang diisi oleh dokter spesialis pada periode Oktober sampai Desember 2007. RM periode ini digunakan sebagai instrumen untuk menyimpulkan perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM pasien rawat inap di BPK RSU Sigli. Data dikumpulkan dengan check list yang dibuat berdasarkan lembaran RM yang harus diisi dokter spesialis di BPK RSU Sigli. Lembaran RM dan formulir check list dapat dilihat pada lampiran 5 dan 6.

3.4.1. Uji validitas

Syarat penting yang berlaku bagi suatu kuesioner adalah valid dan reliabel. Suatu skala pengukuran disebut valid apabila melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur (Kuncoro, 2003). Esensi dari validitas adalah akurasi (Indriantoro dan Supomo, 2002). Penelitian ini menggunakan

construct validity yang merupakan salah satu konsep untuk menguji validitas setiap butir pertanyaan dengan cara mengkorelasikan skor item masing-masing variabel dengan skor total masing-masing variabel sehingga akan terlihat butir instrumen yang layak dan tidak layak untuk mengukur variabel penelitian (Lampiran 7). Pengujian menggunakan teknik Cronbach’s Alpha dengan dasar kesimpulan variabel dikatakan valid apabila koefisien korelasi lebih besar dari 0,3 (Malhotra, 1996).

Hasil output Cronbach’s Alpha pada tabel 3.1 menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, pengawasan, kondisi kerja, pengakuan, dan pekerjaan itu sendiri setiap


(47)

butir pertanyaan Nilai Corrected Item- Total Correlation lebih besar dari 0,30. Dengan demikian dapat dinyatakan seluruh butir pertanyaan valid.

Tabel 3.1. Hasil Pengujian Validitas Variabel Corrected Item-Total Correlation

No Pertanyaan Pengetahuan Pengawasan Kondisi

Kerja

Pengakuan Pekerjaan itu

Sendiri

P1 .813 .661 .323 .792 .757

P2 .379 .737 .552 .807 .590

P3 .439 .661 .779 .850 .889

P4 .575 .567 .467 .347 .350

P5 .615 .518 .328 .455 .578

3.4.2. Uji reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (skala pengukuran) (Kuncoro, 2003). Suatu kuesioner dianggap reliabel apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama hasilnya tetap konsisten. Pengukuran menggunakan teknik Cronbach’s Alpha dengan dasar kesimpulan alat ukur dianggap andal jika nilai alpha >0,6 (Malhotra, 1996).

Hasil pengujian reliabilitas dengan uji statistik Cronbach’s Alpha pada tabel 3.2 menunjukkan bahwa nilai reliability coefisients dari variabel pengetahuan, pengawasan, kondisi kerja, pengakuan, dan pekerjaan itu sendiri reliabel karena nilainya > 0,60. Variabel dengan nilai reliabilitas paling tinggi adalah pengawasan, sedangkan yang paling rendah pengetahuan.


(48)

Tabel 3.2. Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Pengetahuan, Pengawasan, Kondisi Kerja, Pengakuan, dan Pekerjaan itu Sendiri menggunakan Cronbach’s Alpha

No Variabel Nilai Cronbach’s Alpha N of Items

1 2 3 4 5 Pengetahuan Pengawasan Kondisi Kerja Pengakuan

Pekerjaan itu Sendiri

0,634 0,813 0,652 0,800 0,785 5 5 5 5 5

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dan definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Variabel independen (X), terdiri dari:

1) Pengetahuan (X1), yaitu: Pengetahuan dokter spesialis yang mengisi RM

pasien rawat inap tentang peraturan yang mengatur RM, kegunaan RM, tanggung jawab, dan cara pengisian RM.

2) Pengawasan (X2), yaitu: Pengecekan terhadap RM yang dilakukan oleh

bagian RM secara rutin, teguran, pengecekan ulang, dan pembahasan rutin. 3) Kondisi kerja (X3), yaitu: Situasi kerja dalam pelaksanaan pengisian RM,

termasuk ruang kerja, rekan kerja, perlengkapan, peralatan, dan waktu yang cukup.

4) Pengakuan (X4), yaitu Pengakuan terhadap pengisian RM dari atasan secara

pribadi atau dihadapan orang lain dengan ucapan terima kasih, pujian, perasaan dihargai, ukuran kinerja, dan insentif khusus.

5) Pekerjaan itu sendiri (X5), yaitu Ketertarikan pengisi RM terhadap pegisian


(49)

2. Variabel dependen(Y) adalah Perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM

Variabel ini didefinisikan sebagai perilaku dokter spesialis dalam pengisian lembaran-lembaran data RM. Pengukuran variabel dibuat dengan melihat kelengkapan-kelengkapan sebagai berikut :

1) Penulisan ringkasan (masuk dan keluar) di beri kode RM1. 2) Penulisan riwayat penyakit diberi kode RM2

3) Penulisan pemeriksaan fisik diberi kode RM3

4) Pencatatan perjalanan penyakit dan pengobatan diberi kode RM4 5) Penulisan nama dokter secara lengkap

6) Pembubuhan tanda tangan oleh dokter

3. Dokter adalah dokter spesialis yang bertugas di ruang rawat inap BPK RSU Sigli. Perilaku yang dinilai adalah kelengkapan pengisian RM berdasarkan lembaran-lembaran formulir RM yang digunakan oleh BPK RSU Sigli yang seharusnya dilengkapi oleh dokter.

3.6. Metode Pengukuran 3.6.1. Variable independen

Variabel-variabel independen diukur dengan skala ordinal, yaitu berdasarkan Likert dengan skala 1 sampai dengan 5 (Agung, 1998). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan, 2003).


(50)

1. Variabel Pengetahuan (X1)

Variabel ini diukur berdasarkan pilihan jawaban ”benar” atau ”salah” oleh dokter terhadap 5 butir pernyataan tentang rekam medis. Dari 5 pernyataan tersebut, 3 pernyataan adalah benar, dan 2 pernyataan yang salah. Skor 1 diberikan apabila pilihan jawaban dokter sesuai dengan pilihan yang seharusnya (benar), dan skor 0 diberikan apabila pilihan jawaban dokter tidak sesuai dengan seharusnya (salah). 2. Variabel Pengawasan. (X2)

Kondisi pengawasan dikategorikan berdasarkan total skor yang didapat dari penjumlahan 5 skor indikator pengawasan, yaitu pengecekan terhadap RM, pengecekan rutin, teguran, keharusan melengkapi, dan pertemuan rutin untuk membahas masalah RM.

3. Variabel Kondisi Kerja (X3)

Kondisi kerja dinilai berdasarkan total skor yang didapat dari penjumlahan skor indikator kondisi kerja, yaitu kondisi ruang kerja, peralatan dan perlengkapan, ketersediaan RM, teman sejawat, dan kecukupan waktu untuk mengisi RM.

4. Variabel Pengakuan (X4)

Tingkat pengakuan dikategorikan berdasarkan total skor yang didapat dari penjumlahan skor indikator pengakuan, yaitu ucapan terimakasih, pujian, lebih dihargai atasan, ukuran kinerja, dan insentif khusus terhadap pengisian RM.

5. Variabel Pekerjaan itu sendiri (X5)

Pekerjaan itu sendiri merupakan ketertarikan terhadap pengisian RM yang diukur berdasarkan total skor yang didapat dari penjumlahan skor indikator pekerjaan itu


(51)

sendiri, yaitu pengisian RM dengan senang hati, pentingnya data, kegunaan, sistematika formulir, perasaan tidak bosan.

Variabel pengawasan, kondisi kerja, pengakuan, dan pekerjaan itu sendiri diukur dengan skala ordinal, yaitu dengan pernyataan ”persetujuan“ dengan kategori sangat setuju hingga sangat tidak setuju. Kuesioner dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan positif. Alternatif jawaban yang disediakan dan penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Alternatif Jawaban dan Penilaian untuk variabel independen

No Alternatif jawaban Nilai

1 2 3 4 5

Sangat Setuju (SS) Setuju (S)

Netral (N)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

5 4 3 2 1

Nilai setiap variabel adalah total skor yang didapat dari penjumlahan skor setiap indikator variabel. Total nilai yang diperoleh dalam kelompok kemudian diberi bobot secara ordinal (Tabel 3.4).


(52)

Tabel 3.4. Range Skor untuk Penilaian Variabel Independen

Bobot nilai

No Variabel Jumlah

indikator

Kategori

* 1

indikator

Seluruh indikator

Skor Skala

1 Pengetahuan 5

SB B BS TB STB 5 4 3 2 1 25

>20 – 25 >15 – 20 >10 – 15 >5 – 10 0 – 5

Ordinal

2 Pengawasan 5

SB B BS TB STB 5 4 3 2 1 25

>20 – 25 >15 – 20 >10 – 15 > 5 – 10 5

Ordinal

3 Kondisi

Kerja 5

SB B BS TB STB 5 4 3 2 1 25

>20 – 25 >15 – 20 >10 – 15 > 5 – 10 5

Ordinal

4 Pengakuan 5

SB B BS TB STB 5 4 3 2 1 25

>20 – 25 >15 – 20 >10 – 15 > 5 – 10 5

Ordinal

5 Pekerjaan

itu sendiri 5

SB B BS TB STB 5 4 3 2 1 25

>20 – 25 >15 – 20 >10 – 15 > 5 – 10 5

Ordinal

Keterangan:

SB = Sangat Baik B = Baik

BS = Biasa Saja TB = Tidak Baik STB = Sangat Tidak Baik


(53)

3.6.2. Variabel dependen (Y)

Perilaku dokter spesialis dalam pengisian RM diukur dengan menggunakan

check list kelengkapan pengisian rekam medis. Metode pengukuran ini merujuk kepada metode yang digunakan Dewi (1999) dalam mengukur pengetahuan, sikap dokter dan perawat terhadap perlindungan hukum hubungannya dengan perilaku dalam pencatatan dan pendokumentasian rekam medis. Penyusunan lembar check list

kelengkapan pengisian RM berdasarkan format baku lembaran RM yang digunakan oleh BPK RSU Sigli.

Bagian RM yang harus diisi oleh dokter spesialis yang di check list, yaitu RM 1 = 10 data, RM2 = 9 data, RM3 = 23 data, dan RM4 = 5 data. Penilaian check list

menggunakan nilai 10 atau nilai 0 (nol). Setiap data yang diisi diberi nilai 10, sedangkan yang tidak diisi diberi nilai 0 (nol). Tabulasi data pengisian RM dapat dilihat pada lampiran 9. Dengan demikian didapat nilai total dari check list per RM sebesar 470 (100%). Selanjutnya total nilai yang didapat setiap dokter dipersentasekan dan diukur dengan skala 1 sampai dengan 5 dengan alternatif kelompok perilaku mulai dari sangat baik hingga sangat tidak baik. Alternatif kelompok perilaku, range skor dan penilaiannya dapat dilihat pada tabel 3.5.

Tabel 3.5. Alternatif Jawaban, Range Skor dan Penilaian untuk Variabel Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM

No Kriteria Perilaku

Dokter Spesialis

Range skor Kelengkapan

Pengisian RM Nilai

1 2 3 4 5

SB = Sangat Baik B = Baik

BS = Biasa Saja TB = Tidak Baik STB = Sangat Tidak Baik

>80% -100% >60% - 80% >40 %- 60% >20% - 40% 0% - 20%

5 4 3 2 1


(54)

3.7 Metode Analisis Data

Pengujian akan dilakukan menggunakan perangkat lunak komputer. Kerangka model penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.

Kedua hipotesis akan diuji menggunakan uji statistik secara parsial dengan uji

Spearman Rank Correlation. Uji ini dilakukan dengan pertimbangan jumlah sampel kurang dari 30 mengharuskan pengujian non parametrik karena data dianggap tidak berdistribusi normal dan variabel diukur dengan skala ordinal. Santoso (2003) menyebutkan korelasi rank Spearman dapat digunakan untuk pengukuran korelasi pada statistik non parametrik.

Alat Uji

Uji Rank Spearman Correlation

Variabel Independen (X1,2,3,4,5)

Variabel Dependen (Y)

X1 = Pengetahuan

X2 = Pengawasan

X3 = Kondisi kerja

X4 = Pengakuan

X5= Pekerjaan

Y = Perilaku Dokter Spesialis dalam Pengisian RM


(55)

Rumusan Uji Spearman Rank Correlation (Siegel dan Castellan, 1988) sebagai berikut:

N

6 ∑ di² i = 1

rS = 1-

N³ - N Dimana: rS = Koefisien korelasi

di ²= Xi – Yi (selisih rank) N = Jumlah responden

X i= Rank variabel independent (X), yaitu pengetahuan dan faktor motivasi

Yi= Rank variabel dependent (Y), yaitu perilaku dokter dalam pengisian RM

Dalam penelitian ini, n<30 maka untuk menentukan tingkat signifikan Uji Spearman Rank Correlation dibandingkan nilai rs hitung dengan nilai rs kritis. Untuk

uji dua sisi dasar kesimpulannya adalah: Jika rshitung > rstabel , atau rs hitung< rstabel maka

Ha diterima dan Ho ditolak (Murti, 1996).


(56)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

BPK RSU Sigli berada di Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang berlokasi di Jalan Prof. A. Majid Ibrahim. Rumah sakit ini milik Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie. Pada awal berdirinya, BPK RSU Sigli bernama RSU Sigli, dengan dikeluarkannya Qanun Kabupaten Pidie No.35 Tahun 2002 terjadi perubahan organisasi dan tata kerja sehingga terjadi perubahan menjadi BPK RSU Sigli.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.069.A/Menkes/SK/I/1993 tanggal 9 Januari RSU Sigli dikategorikan sebagai rumah sakit umum tipe C dengan kapasitas 126 tempat tidur. Sampai dengan akhir 2007 jumlah tempat tidur di BPK RSU Sigli telah bertambah menjadi 135 TT. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun terutama pasca tsunami. Pelayanan untuk rawat inap pada tahun 2007 menunjukkan tingkat BOR (75,90%) meningkat sebesar 5,30% % dari BOR tahun 2006 (70,60%).

Manajemen rumah sakit terus meningkatkan pelayanan yang diberikan dengan mengacu pada visi yang telah ditetapkan bersama, yaitu: Memberikan pelayanan yang prima, efektif, profesional dengan nurani yang Islami serta terjangkau bagi masyarakat Pidie. Untuk mencapai visi, rumah sakit juga menetapkan misi yang harus dijalankan, yaitu:


(57)

2. Meningkatkan sumber daya manusia BPK RSU Sigli

3. Memberdayakan karyawan secara profesional sehingga tercapai pelayanan yang

bermutu dan Islami

4. Kesejahteraan asset BPK RSU Sigli sebagai program peningkatan kinerja

pelayanan di RSU Sigli

Pelaksanaan misi pada BPK RSU Sigli didukung oleh pembagian tugas dan fungsi dari setiap orang yang terlibat dalam operasional yang tergambar di dalam struktur organisasi. Sebagai daerah yang berlaku Syariat Islam Struktur organisasi BPK RSU Sigli mengacu pada Qanun No.35 Tahun 2002. Rumah sakit dipimpin oleh Kepala BPK RSU Sigli yang disebut Kepala Badan Pelayanan Kesehatan. Dalam menjalankan tanggung jawabnya kepala rumah sakit membawahi langsung:

1. Sekretariat yang terdiri dari 3 Sub Bagian, yaitu Sub Bagian Umum, Sub Bagian Kepegawaian, dan Sub Bagian Keuangan

2. Kelompok Jabatan Fungsional.

3. Bidang Bina Program, terdiri dari 3 sub bidang, yaitu Sub Bidang Data

Penyusunan Program, Sub Bidang Pengendali dan Pengawasan, dan Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan

4. Bidang Keperawatan, terdiri dari 3 Sub Bidang, yaitu Sub Bidang Asuhan

Keperawatan, Sub Bidang Etika profesi Keperawatan, dan Sub Bidang Pengendali Mutu dan Logistik Keperawatan


(58)

5. Bidang Pelayanan Medis, terdiri dari 4 Sub bidang, yaitu Sub Bidang Pelayanan Rawat Jalan, Sub Bidang Pelayanan Rawat Inap, Sub Bidang Rawat Darurat, dan Sub Bidang Pelayanan Rehabilitasi Medis dan Intensif

6. Bidang Rujukan, Pelayanan Penunjang Medis dan RM terdiri dari 3 Sub Bidang, yaitu Sub Bidang Rujukan, Sub Bidang Pelayanan Penunjang Medis, dan Sub Bidang RM.

Secara khusus yang mengelola RM adalah Sub Bidang RM. Untuk lebih jelasnya gambar struktur organisasi BPK RSU Sigli dapat dilihat pada lampiran 10.

BPK RSU Sigli selama ini telah menjalankan berbagi fungsi sebagai berikut: 1. Pelayanan medis

2. Pelayanan penunjang medis dan non medis

3. Pelayanan asuhan keperawatan

4. Pelayanan rujukan

5. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan 6. Menunjang Pelaksanaan penelitian 7. Pengelolaan Administrasi dan Keuangan

4.2. Analisis Univariat

Tujuan dari analisis univariat pada penelitian ini adalah untuk melihat distribusi dari identitas responden (karakteristik responden), variabel dependen, dan variabel independen. Identitas responden meliputi: Umur, Masa Kerja, dan Jenis


(59)

kelamin. Variabel independen terdiri dari: Pengetahuan, pengawasan, kondisi kerja, pengakuan dan pekerjaan itu sendiri (Lampiran 11).

4.2.1. Karakteristik Dokter

Karakteristik dokter jika dilihat dari distribusi umur dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Usia Frekwensi Persentase (%)

21-35 tahun 1 11.1

36-50 tahun 7 77.8

>51 tahun 1 11.1

Total 9 100.0

Hasil penelitian pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar dokter spesialis yang bertugas di BPK RSU Sigli Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam berumur 36 sampai dengan 50 tahun, yaitu sebanyak 7 dokter (77,8%), 1 dokter (11,1%) berumur 21 sampai dengan 35 tahun, dan 1 dokter (11,1%) berumur di atas 51 tahun.

Karakteristik dokter jika dilihat dari distribusi masa kerja dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja Frekwensi Persentase (%)

< 5 tahun 2 22.2

6-10 tahun 3 33.3

11-20 tahun 2 22.2

>21 tahun 2 22.3


(60)

Hasil penelitian pada Tabel 4.2 menunjukkan sebanyak 3 dokter (33,3%), telah bertugas di BPK RSU Sigli Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam selama 6 sampai 10 tahun, 2 dokter (22,2%) dengan masa tugas dibawah 5 tahun, 2 dokter (22,25) dengan masa kerja 11 sampai dengan 20 tahun dan 2 dokter (22,3%) dengan masa kerja di atas 21 tahun.

Karakteristik dokter jika dilihat dari distribusi jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekwensi Persentase (%)

Laki-laki 5 55.6

Perempuan 4 44.4

Total 9 100.0

Hasil penelitian pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dokter spesialis yang bertugas di BPK RSU Sigli Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam berjenis kelamin laki-laki sebanyak 5 dokter (55,6%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 4 dokter (44,4%).

4.2.2. Variabel independen

Berikut ini ditampilkan distribusi jawaban responden untuk variable independen.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik 7 77.8

Sangat Baik 2 22.2


(61)

Hasil penelitian pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa secara umum 7 dokter (77,8%) memiliki pengetahuan yang baik mengenai RM yang meliputi pengetahuan tentang peraturan yang mengatur RM, kegunaan RM, cara pengisian RM dan jenis lembaran RM, dan 2 dokter (22,2%) memiliki pengetahuan sangat baik tentang RM.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengawasan

Pengawasan Frekuensi Persentase (%)

Baik 6 66.7

sangat baik 3 33.3

Total 9 100.0

Hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa 6 dokter (66,7%) yang menyatakan tingkat pengawasan (pengecekan terhadap RM ) baik dan 3 dokter (33,3%) menyatakan tingkat pengawasan sangat baik terhadap pengecekan RM.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Kerja

Kondisi Kerja Frekuensi Persentase (%)

Biasa saja 3 33.3

Baik 4 44.5

sangat baik 2 22.2

Total 9 100.0

Hasil penelitian pada tabel 4.6 menunjukkan 4 dokter (44,5%) memiliki kondisi kerja yang baik, 2 dokter (22,2%) dengan kondisi kerja sangat baik dan 3 dokter (33,3%) dengan kondisi kerja biasa saja.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pengakuan

Pengakuan Frekuensi Persentase (%)

Sangat tidak baik 1 11.1

Tidak baik 1 11.1

Biasa saja 1 11.1

Baik 5 55.6

Sangat baik 1 11.1


(1)

PENGAWAS * PERILAKU DOKTER SPESIALIS

Crosstab

6 6

100.0% 100.0%

66.7% 66.7%

1 2 3

33.3% 66.7% 100.0%

11.1% 22.2% 33.3%

7 2 9

77.8% 22.2% 100.0%

77.8% 22.2% 100.0%

Count

% within PENGAWAS % of Total

Count

% within PENGAWAS % of Total

Count

% within PENGAWAS % of Total

baik

sangat baik PENGAWAS

Total

Kurang

Baik Baik

PERILAKU DOKTER SPESIALIS

Total

Chi-Square Tests

5.143b 1 .023

2.009 1 .156

5.716 1 .017

.083 .083

4.571 1 .033

9 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

4 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is . 67.

b.

Symmetric Measures

.756 .202 3.055 .018c

.756 .202 3.055 .018c

9 Pearson's R

Interval by Interval

Spearman Perilaku Dokter Spesialis Correlation Ordinal by

Ordinal

N of Valid Cases

Value

Asymp.

Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis. a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. b.

Based on normal Perilaku Dokter Spesialis approximation. c.


(2)

KONDISI * PERILAKU DOKTER SPESIALIS

Crosstab

3 3

100.0% 100.0%

33.3% 33.3%

4 4

100.0% 100.0%

44.4% 44.4%

2 2

100.0% 100.0%

22.2% 22.2%

7 2 9

77.8% 22.2% 100.0%

77.8% 22.2% 100.0%

Count

% within KONDISI % of Total

Count

% within KONDISI % of Total

Count

% within KONDISI % of Total

Count

% within KONDISI % of Total

biasa-biasa saja

baik

sangat baik KONDISI

Total

Kurang

Baik Baik

PERILAKU DOKTER SPESIALIS

Total

Chi-Square Tests

9.000a 2 .011

9.535 2 .009

5.195 1 .023

9 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

6 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .44.

a.

Symmetric Measures

.806 .091 3.600 .009c

.775 .153 3.240 .014c

9 Pearson's R

Interval by Interval

Spearman Perilaku Dokter Spesialis Correlation Ordinal by

Ordinal

N of Valid Cases

Value

Asymp.

Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis. a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. b.

Based on normal Perilaku Dokter Spesialis approximation. c.


(3)

PENGAKUA * PERILAKU DOKTER SPESIALIS

Crosstab

1 1 100.0% 100.0% 11.1% 11.1% 1 1 100.0% 100.0% 11.1% 11.1% 1 1 100.0% 100.0% 11.1% 11.1% 4 1 5 80.0% 20.0% 100.0% 44.4% 11.1% 55.6% 1 1 100.0% 100.0% 11.1% 11.1% 7 2 9 77.8% 22.2% 100.0% 77.8% 22.2% 100.0% Count

% within PENGAKUA % of Total

Count

% within PENGAKUA % of Total

Count

% within PENGAKUA % of Total

Count

% within PENGAKUA % of Total

Count

% within PENGAKUA % of Total

Count

% within PENGAKUA % of Total

sangat tidak baik

tidak baik

biasa-biasa saja

baik

sangat baik PENGAKUA

Total

Kurang

Baik Baik RM

Total

Chi-Square Tests

4.371a 4 .358

4.531 4 .339

1.875 1 .171

9 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

10 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .22.

a.

Symmetric Measures

.484 .162 1.464 .187c

.567 .186 1.821 .111c

9 Pearson's R

Interval by Interval

Spearman Perilaku Dokter Spesialis Correlation Ordinal by

Ordinal

N of Valid Cases

Value

Asymp.

Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis. a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. b.


(4)

PEKERJAA * PERILAKU DOKTER SPESIALIS

Crosstab

1 1

100.0% 100.0%

11.1% 11.1%

6 6

100.0% 100.0%

66.7% 66.7%

2 2

100.0% 100.0%

22.2% 22.2%

7 2 9

77.8% 22.2% 100.0%

77.8% 22.2% 100.0%

Count

% within PEKERJAA % of Total

Count

% within PEKERJAA % of Total

Count

% within PEKERJAA % of Total

Count

% within PEKERJAA % of Total

biasa-biasa saja

baik

sangat baik PEKERJAA

Total

Kurang

Baik Baik

PERILAKU DOKTER SPESIALIS

Total

Chi-Square Tests

9.000a 2 .011

9.535 2 .009

5.626 1 .018

9 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

6 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .22.

a.

Symmetric Measures

.839 .103 4.073 .005c

.866 .135 4.583 .003c

9 Pearson's R

Interval by Interval

Spearman Perilaku Dokter Spesialis Correlation Ordinal by

Ordinal

N of Valid Cases

Value

Asymp.

Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Not assuming the null hypothesis. a.

Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. b.

Based on normal Perilaku Dokter Spesialis approximation. c.


(5)

Lampiran 13

Nonparametric Correlations

Correlations

Perilaku dokter

spesialis pengetah Correlation

Coefficient 1.000 1.000(**)

Sig. (2-tailed) . .

Perilaku dokter spesialis

N 9 9

Correlation

Coefficient 1.000(**) 1.000

Sig. (2-tailed) . .

Spearman's rho

pengetah

N 9 9

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Nonparametric Correlations

Correlations

Perilaku dokter

spesialis pengawas Correlation

Coefficient 1.000 .756(*)

Sig. (2-tailed) . .018

Perilaku dokter spesialis

N 9 9

Correlation

Coefficient .756(*) 1.000

Sig. (2-tailed) .018 .

Spearman's rho

pengawas

N 9 9

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Nonparametric Correlations

Correlations

Perilaku dokter

spesialis kondisi Correlation

Coefficient 1.000 .775(*)

Sig. (2-tailed) . .014

Perilaku dokter spesialis

N 9 9

Correlation

Coefficient .775(*) 1.000

Sig. (2-tailed) .014 .

Spearman's rho

kondisi

N 9 9


(6)

Nonparametric Correlations

Correlations

Perilaku dokter

spesialis pengakua Correlation

Coefficient 1.000 .567

Sig. (2-tailed) . .111

Perilaku dokter spesialis

N 9 9

Correlation

Coefficient .567 1.000

Sig. (2-tailed) .111 .

Spearman's rho

pengakua

N 9 9

Nonparametric Correlations

Correlations

Perilaku dokter

spesialis pekerjaa Correlation

Coefficient 1.000 .866(**)

Sig. (2-tailed) . .003

Perilaku dokter spesialis

N 9 9

Correlation

Coefficient .866(**) 1.000

Sig. (2-tailed) .003 .

Spearman's rho

pekerjaa

N 9 9


Dokumen yang terkait

Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2009

3 56 121

Hubungan Penghargaan (Reward) Dengan Motivasi Dokter Dalam Pengisian Rekam Medis Di RSUD Sidikalang Tahun 2008

2 30 90

ANALISIS KEPATUHAN DOKTER DALAM MENGISI REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN Analisis Kepatuhan Dokter Dalam Mengisi Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Boyolali.

2 8 15

ANALISIS KEPATUHAN DOKTER DALAM MENGISI REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN Analisis Kepatuhan Dokter Dalam Mengisi Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Boyolali.

0 4 19

Pengaruh Iklim Organisasi dan Motivasi terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan

0 0 18

Pengaruh Iklim Organisasi dan Motivasi terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan

0 0 2

Pengaruh Iklim Organisasi dan Motivasi terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan

0 0 8

Pengaruh Iklim Organisasi dan Motivasi terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan

0 0 47

Pengaruh Iklim Organisasi dan Motivasi terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan

0 0 4

Pengaruh Iklim Organisasi dan Motivasi terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan

0 0 23