BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Evaluasi Kesesuain Lahan
Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan memerlukan pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan dalam
pemanfaatan yang paling menguntungkan dari sumber daya lahan yang terbatas, sementara juga melakukan tindakan konserpasinya untuk penggunaan di masa
yang datang. Beberapa permasalahan dalam usaha penataan penggunaan lahan lingkungan hidup diantaranya adalah kurangnya informasi tentang potensi lahan,
kesesuaian penggunaan lahan dan tindakan pengelolaan yang diperlukan bagi setiap areal lahan yang dapat digunakan sebagai pegangan dalam pemanfaatan
areal tersebut Sitorus, 1998. Menurut Hardjowigeno, S. 2001, sistem evaluasi kesesuai lahan
memiliki beberapa ciri yaitu: a.
Sebagai suatu cara dalam menjadwal permintaan pemakai. b.
Sebagai suatu cara pengumpulan, penyimpanan, analisis, penyajian informasi lahan dan potensi penggunaannya.
c. Sebagai suatu cara pemanggilan kembali dan manipulasi informasi.
2.2. Penataan Ruang
Dalam kerangka perencanaan wilayah, yang dimaksud dengan ruang wilayah adalah ruang pada permukaan bumi dimana manusia dan makhluk
lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Ruang didefenisikan sebagai wadah lapisan atas pada permukaan bumi termasuk apa yang ada di atasnya dan yang ada di
7
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
bawahnya sepanjang manusia masih dapat menjangkaunya. Dengan demikian, ruang adalah lapisan atas permukaan bumi yang berfungsi menopang kehidupan
manusia dan mahluk lainnya. UU No. 241992 Bab I pasal 1 Perencanaan ruang wilayah adalah perencanaan
penggunaanpemanfaatan ruang wilayah yang intinya adalah perencanaan penggunaan lahan land use planning dan perencanaan pergerakan pada ruang
tersebut. Menurut undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang penataan ruang disebutkan bahwa penataan ruang adalah suatu upaya untuk mewujudkan tata
ruang yang terencana melalui suatu proses yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang satu dengan yang
lainnya yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Menurut Undang- undang nomor 24 tahun 1992 pasal 9 ayat 1, penataan ruang berazaskan:
a. Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna
dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan. b.
Keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum. Penataan ruang bertujuan untuk terselenggaranya penataan ruang yang
berwawasan lingkungan, terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan budi daya sehingga terciptanya pengaturan pemanfaatan
ruang yang berkualitas. Upaya penantaan ruang ini juga dilakukan untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan dan sangat penting dalam
kaitannya dalam pembangunan ekonomi Darwanto, 2000. Sedangkan menurut Rustiadi 2004, penataan ruang pada dasarnya
merupakan perubahan yang disengaja. Dengan memahaminya sebagai proses pembangunan melalui upaya-upaya perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik,
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
maka penataan ruang merupakan bagian dari proses pembangunan. Penataan ruang mempunyai tiga urgensi, yakni:
a. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya prinsip produktifitas dan efisiensi.
b. Alat dan wujud distribusi sumber daya prinsip pemerataan, keberimbangan
dan keadilan. c.
Keberlanjutan prinsip sustainability. Konsep penataan ruang dapat menjadi aktifitas yang mengarahkan
kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat termasuk dunia usaha. Penataan ruang bukanlah suatu tujuan melainkan alat untuk
mencapai tujuan, dengan demikian kegiatan penataan ruang tidak boleh berhenti dengan diperdakannya rencana tata ruang kabupaten, tetapi penataan ruang harus
merupakan aktifitas yang terus menerus dilakukan untuk mengarahkan masyarakat suatu wilayah guna mencapai tujuan-tujuan pokoknya Darwanto,
2000. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri dari kawasan
lindung seperti suaka alam, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, pantai berhutan bakau dan sebagainya, serta kawasan budi daya seperti
pemukiman, pertanian, perkebunan, dan sebagainya, sedangkan berdasarkan aspek administratif, penataan ruang meliputi ruang wilayah nasional, wilayah provinsi,
wilayah kabupatenkota yang dalam penyusunannya melalui hirarki dari level yang paling atas ke level yang paling bawah agar penataan ruang dilakukan secara
terpadu. RTRW Nasional merupakan perencanaan makro strategi jangka panjang dan horizontal waktu hingga 25-50 tahun ke depan dengan menggunakan skala
penelitian 1 : 1.000.000, RTRW provinsi merupakan perencanaan makro strategis
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
jangka menengah dengan horizontal waktu 15 tahun pada skala ketelitian 1 : 250.000, sementara RTRW kabupaten dan kota merupakan perencanaan mikro
operasional jangka menengah 5-10 tahun dengan skala ketelitian dengan 1 : 20.000 hingga 1 : 10.000, yang kemudian diikuti dengan rencana-rencana rinci
yang bersifat mikro operasional jangka pendek dengan skala ketelitian di bawah 1: 5.000 Departemen Perikanan dan Kelautan, 2002.
Dalam kerangka penataan ruang secara nasional, ada beberapa permasalahan diantaranya adalah terjadinya tumpang tindih penanganan
pemanfaatan sumber daya alam yang memicu terjadi berbagai persoalan lainnya, tingginya alih fungsi konversi lahan pertanian produktif menjadi lahan non
pertanian. Permasalahan tersebut timbul karena masih kurangnya perhatian atau program pembanguan yang mengarah pada pemanfaatan ruang secara benar dan
konsisten serta sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat, potensi sumber daya alam dan lingkungan. Undang-undang nomor 24 tahun 1992.
Undang-undang nomor 24 tahun 1992 menyatakan bahwa RTRW kabupatenkota merupakan pedoman yang digunakan untuk perumusan
kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang wilayah kabupatenkota untuk mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antara
wilayah kabupatenkota serta keserasian antar sektor, juga menjadi pedoman dalam pemanfaatan ruang bagi kegiatan pembangunan. Dalam rangka
pemanfaatan ruang dikembangkan penatagunaan tanah yang disebut juga pola pengelolaan tata guna tanah. Menurut PP nomor 16 tahun 2004, penatagunaan
tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
pemanfaatan tanah kondisi pengelolaan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk
kepentingan masyarakat secara adil. Penatagunaan tanah diselenggarakan berdasarkan rencana tata ruang wilayah KabupatenKota dengan jangka waktu
yang ditetapkan dalam rencara tata ruang wilayah KabupatenKota. Perencanaan tata ruang merupakan perumusan tata ruang secara optimal
dengan orientasi produksi dan konservasi bagi kelestarian lingkungan. Perencanaan tata ruang wilayah mengarah dan mengatur alokasi pemanfaatan
ruang, mengatur alokasi kegiatan, keterkaitan antar fungsi kegiatan serta indikasi program dan kegiatan pembangunan. Hasil perencanaan tata ruang yang disebut
rencana tata ruang sesungguhnya adalah konsep, ide dan merupakan instrumen pengendalian pembangunan suatu wilayah pemerintahan yang menjadi pegangan
bersama segenap aktor pembangunan baik pemerintah, masyarakat maupun swasta Darwanto, 2000
Idealnya suatu wilayah tata ruang disusun berdasarkan aspirasi kebutuhan masyarakat yang dirumuskan dan dianalisis dengan metode dan teknik
perencanaan. Rencana tata ruang pada dasarnya merupakan bentuk intervensi yang dilakukan agar interaksi manusiamakhluk hidup dengan lingkungannya
dapat berjalan serasi, selaras, seimbang untuk terncapainya kesejahteraan manusiamakhluk hidup, kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan
sustainability of development, jadi tata ruang merupakan suatu bentuk instrumen publik yang bersama-sama dengan bentuk-bentuk instrumen publik yang lain,
misalnya kebijaksanaan tentang penganggaran sektor publik dan peraturan perlindungan lingkungan hidup untuk mencapai kehidupan publik yang lebih baik.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Pemanfaatan ruang merupakan wujud operasionalisasi rencana tata ruang atau pelaksanaan pembangunan dan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas
mekanisme perizinan dan penertiban terhadap pelaksanaan pembangunan agar tetap sesuai dengan RTRW baik nasional, provinsi, kabupaten dan kota. Selain
merupakan proses, penataan ruang sekaligus juga merupakan instrumen yang memiliki landasan hukum untuk mewujudkan sasaran pengembangan wilayah
Zainuddin. 2004. Rencana pemanfaatan dan pengendalian ruang, merupakan suatu
perencanaan tata ruang yang disusun suatu saat tertentu waktu tertentu pula. Landasan hukum dalam pelaksanaan tata ruang adalah Undang-undang nomor 24
tahun 2002 tentang penataan ruang, undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang
pertimbangan keuangan antara pusat dan daerah PP nomor 32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, dan PP nomor 69 tahun 1966 tentang pelaksanaan
hak dan kewajiban serta bentuk dan tata cara peran serta masyarakat dalam penataan ruang.
Pola pemanfaatan ruang adalah bentuk pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran, serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam.
Wujud pola pemanfaatan ruang diantaranya meliputi pola lokasi, sebaran pemukiman, tempat kerja, industri dan pertanian serta penggunaan tanah
pembangunan pedesaan dan perkotaan. Pendekatan pembangunan melalui sistem ruang akan bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam usaha
pemanfaatan dan penataan ruang suatu wilayah baik dalam skala nasional, Provinsi dan KabupatenKota, karena dalam penyusunan program-program
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
pembangunan secara konsisten dapat terwujud jika konsep dan penataan ruang dapat di wujudkan dalam struktur yang menggambarkan ikatan pemanfaatan
ruang yang terpadu dari berbagai sektor pembangunan Budi Harsono, 2001. Fungsi penataan ruang dalam kebijakan pembangunan daerah adalah
sebagai mata ruang dari kebijakan pembangunan daerah, merupakan pedoman untuk menetapkan lokasi bagi kegiatan pembangunan dalam pemanfaatan ruang
yang dituangkan dalam rencana tata ruang, dan sebagai alat untuk mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan pemanfaatan ruang bagi kegiatan
yang memerlukan ruang, sehingga dapat menyelaraskan setiap program antar sektor yang terlibat. Pada tahap pemanfataan ruang khususnya di tingkat Provinsi
masih di temui berbagai kendala yang diantaranya di sebabkan oleh belum adanya persamaan persepsi dalam memahami kebijakan penataan ruang sehingga
kebijakan penataan ruang belum sepenuhnya dapat di tindak lanjuti dalam kebijaksanaan institusi masing-masing. Hal lain adalah ketidakpastian alokasi
anggaran daerah dalam mewujudkan apa yang telah direncanakan dari rencana tata ruang Saromi 2004.
2.3. Analisa SWOT
Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan strengths dan peluang opportunities , namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan weakness dan ancaman
threats. Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi , tujuan , stratege , dan kebijakan Rangkuti 2000.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Dalam analisa SWOT terdapat dua faktor yang harus dipertimbangkan , yaitu lingkungan Internal kekuatan strengths dan kelemahan weakness serta
lingkungan eksternal peluang opportunities dan ancaman threats. Menurut Pearce II dan Robinson 1991, kekuatan strengths adalah sumberdaya,
keterampilan atau keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar, kelemahan weakness merupakan keterbatasan dalam sumber daya, keterampilan
dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja; Peluang opportunities merupakan situasi yang menguntungkan, berbagai kecendrungan, peraturan-
peraturan dan perubahan teknologi. sedangkan ancaman threats adalah situasi yang tidak menguntungkan atau rintangan. Dalam melakukan analisis SWOT
dapat ditemukan masalah-masalah yang menyebabkan terjadinya kegagalan dalam mempersentasikan hasil analisis SWOT. Menurut Salusu 1996 , masalah
tersebut adalah sebagai berikut -
The missing link problem, atau masalah hilangnya unsur keterkaitan , yang merujuk pada kegagalan dalam menghubungkan eveluasi terhadap faktor
eksternal dengan evaluasi terhadap faktor internal. -
The blue sky problem , atau masalah langit biru. Para pengambil keputusan bersikap terlalu optimistis dalam melihat peluang , yang berakibat
munculnya penilaian atas faktor-faktor internal dan eksternal yang tidak cocok.
- The silver lining problem , para pengambil keputusan memandang remeh
akan pengaruh dari ancaman lingkungan yang sangat potensi yang datafsirkan sebagai akan mendapatkan keberuntungan.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
- The all things to all people problem , Para pengambil keputusan cendrung
memusatkan perhatiannya pada kelemahan-kelemahan organisasinya dan kurang melihat potensi kekuatan yang dimilikinya.
- The putting the car before the horse problem , menempatan kereta di depan
kuda adalah suatu aktifitas terbalik. Para pengambil keputusan langsung mengembangkan strategi dan rencana tindak lanjut sebelum menentukan
kebijaksanaan strategi yang akan di jalankan organisasinya. 2.4. Kerangka Pemikiran
Bapeda Kabupaten Gayo Lues 2004-2014 , menyebutkan bahwa sejalan dengan terbentuknya Kabupaten Gayo Lues , maka produk RTRWK Aceh
Tenggara yang hingga saat ini masih digunakan didalam pelaksanaannya banyak ditemukan ketidak sesuaian antara rencana dengan kenyataan di lapangan. Hal ini
menyebabkan adanya indikasi penyimpangan pemanfaatan ruang dari rencana tata ruang Kabupaten Gayo Lues.
Berdasarkan hal tersebut kemudian dilakukan analisis kesesuaian lahan dilakukan untuk mengetahui kesesuaian penggunaan lahan saat ini berdasarkan
kesesuaian lahannya. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang dari rencana tata ruang RTRW Kab Gayo Lues
di antaranya disebabkan oleh belum dipertimbangkannya kondisi alam seperti ketersediaan lahan , daya dukung lahan, dan lingkungan serta kondisi sosial
budaya masyarakat setempat respon masyarakat, tradisi dan kebiasaan yang sudah turun temurun dan lain-lain .
Dari penyimpangan yang terjadi dilakukan pendekatan analisis spasial dan analisis strategi terpadu. Analisis spasial menggunakan data skunder bappeda,,
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
sedangkan analisis strategi terpadu menggunakan pendekatan system SWOT, agar proses dan hasil model strateginya memiliki tingkat integritas keilmuan lintas
disiplin yang konprehensif. Pendekatan system yang ada dengan system analisis strategis dilakuakan
dengan menggunakan analisis SWOT, yang akan menghasilkan : a. Peubah-peubah bersifat strategis unsur Internal kekuatan dan
kelemahan, dan eksternal peluang dan ancaman yang berpengaruh dalam pemanfaatan ruang.
b. Nilai pengaruh peubah-peubah bersifat strategis tersebut.
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
Diagram Kerangka Pemikiran Disajikan Pada Gambar 2.1.
Penataan ruang
Perencanaan Tata Ruang Pemanfaatan Ruang
Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Rencana Tata Ruang Kabupaten Gayo Lues 2003-2013
Penyimpangan
Pendekatan Sistem
Ya
Analisis Strategis Analisis SWOT- Peubah
Diagram dan Matrik SWOT
Arahan Strategi Pemanfaatan Ruang
Kebijakan Pemanfaatan Ruang Pemanfaatan Ruang sudah optimal
Strategi Pemanfaatan
Ruang Peubah Unsur SWOT
Nilai Pengaruh
Tidak
Ya
Keterangan : : ruang lingkup penelitian
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Fauzul Iman: Analisis Dan Strategi Pemanfaatan Ruang Di Kabupaten Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam, 2007. USU e-Repository © 2008
BAB III METODE PENELITIAN