ekspositoris sasaran utamanya adalah ketepatan informasi mengenai suatu peristiwa yang digambarkan. Jadi, seperti halnya eksposisi, sasaran karya
tulis ini juga untuk memperluas pengetahuan pembaca mengenai objek yang dikemukakan. Dalam narasi ekspositoris, pengarang menceritakan
suatu peristiwa berdasarkan data sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya satu orang. Karangan narasi ekspositoris diwarnai oleh eksposisi,
yakni dengan penggunaan bahasa yang logis dan berdasarkan fakta. Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah
pengalaman. Narasi sugestif hampir sama dengan narasi ekspositoris. Sasaran
utamanya bukan memperluas pengetahuan pembaca, melainkan untuk memberi makna pada peristiwa sebagai suatu pengalaman.
32
Narasi sugestif bersifat fiksi, karena dalam narasi sugestif, pengarang berusaha
memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan amanat terselubung kepada pembaca sehingga tampak seolah-olah melihat. Maka dari itu
narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal imajinasi. Bahasa yang digunakan dalam narasi sugestif lebih condong ke bahasa figuratif dengan
menitikberatkan penggunaan kata konotatif. Contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita bedakan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif, yakni
narasi yang berisi fakta disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif.
32
Mustakim. Penggunaan Bahasa yang Efektif dalam Karya Tulis. Jakarta: Akademika Pressindo, 1991, h. 4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini di SMK Miftahul Falah Kelurahan Cipulir Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Adapun waktu penelitian
dilaksanakan dari tanggal 19 Agustus sampai dengan tanggal 29 September 2011.
B. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini ialah interferensi morfologis bahasa Betawi yang terdapat dalam karangan siswa kelas XI SMK Miftahul Falah
Cipulir Kebayoran Lama.
C. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah karangan siswa kelas XI SMK Miftahul Falah yang berlatar belakang suku Betawi. Karangan yang dijadikan
objek penelitian berjumlah 45 buah karangan.
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi. Analisis digunakan
untuk mengetahui bentuk-bentuk interferensi bahasa Indonesia yang terinterferensi bahasa Betawi. Menurut Djajasudarma penelitian kualitatif di
dalam linguistik selalu ditunjang dengan kuantitatif dari segi penghitungan data.
3334
Metode deskriptif kualitatif digunakan karena penelitian ini tertuju pada pengumpulan data, yaitu dengan cara menganalisis data kualitatif yang
diperoleh dari hasil penelitian, berupa data hasil menulis, karangan narasi siswa, kemudian ditafsirkan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Populasi penelitian meliputi seluruh murid kelas XI SMK Miftahul Falah, yakni 61 siswa. Masing-masing siswa tersebut menulis satu karangan
narasi, totalnya sebanyak 61 karangan narasi. Karangan yang dijadikan sampel penelitian adalah siswa yang berlatar belakang bahasa Betawi, yakni
45 siswa. Tema karangan bebas, tetapi berbentuk narasi untuk mempermudah siswa dan lebih melindungi daya pikir dan imajinasi siswa. Panjang karangan
tidak terbatas, hanya disarankan minimal setengah halaman folio. Setelah semua karangan terkumpul, penulis memisahkan karangan
siswa yang berlatar belakang bahasa Betawi dengan karangan siswa yang tidak berlatar belakang bahasa Betawi berdasarkan data yang didapatkan dari
angket. Kemudian, setelah 45 karangan siswa yang berlatar belakang bahasa Betawi terkumpul, setiap hasil karangan narasi siswa diberi nomor untuk
memudahkan mendaftar pendeskripsian data dan analisis data.
33
T. Fatimah Djajasudarma. Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Jakarta: Refika Aditama, 2006, h. 10
F. Teknik Analisis Data
Data yang dianalisis berjumlah 45 karangan. Data tersebut diambil dari 45 siswa kelas XI SMK Miftahul Falah di Kelurahan Cipulir Kecamatan
Kebayoran Lama Jakarta Selatan yang berlatar belakang bahasa Betawi. Data hasil karangan narasi siswa dianalisis dengan cara melihat dan
mengelompokkan bentuk-bentuk interferensi morfologis yang ditampilkan. Kemudian pengelompokan interferensi morfologi dibagi berdasarkan
interferensi bentuk kata, afiks prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks, dan pengulangan. Cara mengetahui bentuk-bentuk interferensi morfologis, yaitu
dengan membuat tabel interferensi mofologis. Untuk mempermudah menganalisis karangan narasi siswa, maka dari tiap karangan yang telah
dianalisis langsung dikelompokkan dalam tabel bentuk-bentuk interferensi morfologis. Adapun tabel bentuk interferensi yang digunakan sebagai
instrumen penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Bentuk Interferensi Morfologis
No. Urut
Siswa Interferensi Morfologis
Ket.
Kata Afiks
Pengulangan Prefiks Sufiks Infiks Konfiks
1 2
3 dan
seterusnya Setelah menganalisis dan mengelompokkan interferensi pada tabel
bentuk interferensi, langkah selanjutnya menganalisis kata yang paling sering muncul dan kemungkinan pembetulannya. Kemudian langkah selanjutnya
adalah menghitung bentuk interferensi pada masing-masing karangan siswa, menghitung interferensi pada masing-masing bentuk interferensi, dan
menghitung jumlah seluruh bentuk interferensi pada seluruh karangan siswa, yaitu bentuk kata, afiks prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks, dan
pengulangan. Untuk memudahkan menghitung interferensi, maka penulis membuat tabel jumlah interferensi. Adapun tabel jumlah interferensi
morfologis sebagai berikut:
Tabel 3 Jumlah Interferensi Morfologis
No. Urut
Siswa Jumlah Interferensi Morfologis
Jml. Jml.
Kata
Kata Afiks
Pengulangan Prefiks Sufiks Infiks Konfiks
1 2
3 dan
seterusnya
Jumlah
Selanjutnya, jumlah yang telah terkumpul dihitung dengan persentase. Penghitungan persentase digunakan untuk mengetahui besarnya interferensi
yang terdapat pada seluruh karangan siswa. Adapun rumus persentasenya adalah:
P = F X 100
N Keterangan:
P = Persentase F = Jumlah kata yang terinterferensi
N = Jumlah seluruh kata dalam seluruh karangan