Teori Karangan LANDASAN TEORI 1. Teori Interferensi

narasi terdapat kejadian, kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Clouse mengemukakan pernyataan mengenai narasi lebih lengkap: Bagian-bagian narasi disusun dalam urutan kronologis. Biasanya, kamu memulainya dengan apa yang terjadi pertama, berlanjut pada apa yang terjadi berikutnya, dan seterusnya. Namun, kamu juga dapat memulai peristiwa pada akhir dan kemudian kembali pada peristiwa pertama dan mulai pada urutan kronologis dari peristiwa tersebut. Demikian pula, kamu juga dapat memulai peristiwa pada suatu tempat pada pertengahan cerita dan kemudian kembali ke awal cerita. 30 Berdasarkan pendapat di atas, sebuah cerita pasti memiliki alur dari awal kronologi kejadian sampai akhir kejadian. Alur tersebut wujudnya bervariasi, ada alur maju, alur mundur, dan alur maju dan mundur. Berdasarkan pendapat berbagai ahli, dapat disimpulkan bahwa narasi adalah paragraf berbentuk cerita yang berusaha menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi sesuai alur atau plot, seolah-olah pembaca melihat dan mengalami peristiwa tersebut. Keraf membedakan narasi atas narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. 31 Narasi 30 Barbara Fine Clouse. The Student Writer Editor and Critic. New York: McGraw-Hill, 2004, h. 177 31 Gorys Keraf. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1982, h. 136 ekspositoris sasaran utamanya adalah ketepatan informasi mengenai suatu peristiwa yang digambarkan. Jadi, seperti halnya eksposisi, sasaran karya tulis ini juga untuk memperluas pengetahuan pembaca mengenai objek yang dikemukakan. Dalam narasi ekspositoris, pengarang menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya satu orang. Karangan narasi ekspositoris diwarnai oleh eksposisi, yakni dengan penggunaan bahasa yang logis dan berdasarkan fakta. Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Narasi sugestif hampir sama dengan narasi ekspositoris. Sasaran utamanya bukan memperluas pengetahuan pembaca, melainkan untuk memberi makna pada peristiwa sebagai suatu pengalaman. 32 Narasi sugestif bersifat fiksi, karena dalam narasi sugestif, pengarang berusaha memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan amanat terselubung kepada pembaca sehingga tampak seolah-olah melihat. Maka dari itu narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal imajinasi. Bahasa yang digunakan dalam narasi sugestif lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitikberatkan penggunaan kata konotatif. Contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam. Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita bedakan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif, yakni narasi yang berisi fakta disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif. 32 Mustakim. Penggunaan Bahasa yang Efektif dalam Karya Tulis. Jakarta: Akademika Pressindo, 1991, h. 4