Analisis Interferensi Bentuk Konfiks
45 1
1 100
Jml. 234
16 6
19 275
9231
Berdasarkan perhitungan dari tabel jumlah interferensi, dapat dilihat bahwa karangan dari siswa nomor 9 paling banyak terdapat interferensi.
Siswa tersebut bersuku Minang asli, tetapi bahasa sehari-hari dan bahasa keduanya adalah bahasa Betawi. Berdasarkan data siswa tersebut, latar
belakang bahasa siswa ini adalah bahasa Betawi. Karangan yang berjudul “Persahabatan Mengalahkan Apapun” setelah dianalisis, karangan tersebut
terdapat 88 interferensi morfologis bahasa Betawi atau 30,50 dan 201 atau 69,50 kata yang tidak terinterferensi morfologis bahasa Betawi. Dari
88 interferensi morfologis di karangan siswa ini, terdapat interferensi dari bentuk kata, yakni 80 atau 27,70 dan interferensi dari bentuk afiks, yakni
8 atau 2,80. Adapun perincian dari interferensi morfologis dalam bentuk afiks adalah 5 atau 1,75 interferensi dalam kategori prefiks, 1 atau 0,35
interferensi dalam kategori sufiks, dan 2 atau 0,70 interferensi dalam kategori konfiks.
Karangan kedua yang terdapat interferensi paling banyak terdapat pada karangan nomor 6. Siswa tersebut ayah dan ibunya bersuku Jawa.
Bahasa ayah, bahasa sehari-hari dan bahasa pertamanya bahasa Betawi, hanya ibunya yang berbahasa Jawa. Berdasarkan data siswa tersebut, latar
belakang bahasa siswa ini adalah bahasa Betawi. Karangan yang berjudul “Temanku tapi musuhku” setelah dianalisis, karangan tersebut terdapat 27
interferensi morfologis bahasa Betawi atau 10, 10 dan 240 atau 89,90 kata yang tidak terinterferensi bahasa Betawi. Dari 27 interferensi
morfologis di karangan siswa ini, terdapat interferensi dari bentuk kata, yakni 24 atau 9 dan interferensi dari bentuk afiks kategori konfiks, yakni
3 atau 1,10. Karangan ketiga yang terdapat interferensi paling banyak terdapat
pada karangan nomor 21. Siswa tersebut bersuku Betawi asli. Bahasa ayah dan bahasa pertamanya adalah bahasa Betawi, sedangkan bahasa ibu dan
bahasa sehari-harinya adalah bahasa Indonesia. Berdasarkan data tersebut, siswa ini berlatar belakang
bahasa Betawi. Karangan yang berjudul “Suka Dia” setelah dianalisis, karangan tersebut terdapat 25 interferensi
morfologis bahasa Betawi atau 12,90 dan 169 atau 87,10 kata yang tidak terinterferensi bahasa Betawi. Dari 25 interferensi di karangan siswa
ini, terdapat 24 atau 12,40 interferensi dari bentuk kata dan 1 atau 0,50 interferensi dalam kategori konfiks.
Berdasarkan tabel jumlah interferensi morfologis, interferensi banyak terjadi pada kata sebanyak 241 atau 2,60 dan pembentukan afiks
sebanyak 39 atau 0,40. Adapun interferensi yang paling banyak dilakukan siswa dalam pembentukan afiks adalah interferensi dalam kategori konfiks
0,20. Dari data pada tabel jumlah interferensi, dapat dikatakan bahwa pemahaman siswa dalam berbahasa masih terbatas. Siswa sulit
membedakan antara bahasa Betawi dengan bahasa Indonesia, maka dari itu banyak sekali pengacauan bahasa dalam karangan narasi siswa.