Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas Sejarah Corporate Social Responsibility

Sekarang, dengan berlakunya Undang-Undang Perseroan Terbatas dalam pasal 46 ayat 4 menyatakan bahwa selain klasifikasi saham biasa, Anggaran Dasar dapat menetapkan 1 satu klasifikasi saham atau lebih 49 a. dengan hak suara khusus, bersyarat, terbatas, atau tanpa hak suara; , yaitu: b. yang setelah jangka waktu tertentu dapat ditarik kembali atau dapat ditukar dengan klasifikasi saham lain; c. yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima pembagian deviden secara komulatif atau non komulatif; dan atau d. yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih dahulu dari pemegang saham dari klasifikasi lain atas pembagian deviden dan sisa kekayaan perseroan dalam likuidasi. Saham yang telah diambil oleh pemegangnya dicatat di dalam Daftar Pemegang Saham. Saham atau buku saham tersebut dipegang oleh Direksi.

E. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas

Tanggung jawab sosial dan lingkungan Perseroan Terbatas ini diatur di dalam Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Terdahulu di dalam KUHD dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tidak diatur tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan ini. Hal inilah yang sekarang terjadi dimana suatu Perusahaan yang berdiri memiliki suatu tanggung jawab kepada masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Karena Perseroan sebagai suatu perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat diharapkan memiliki tanggung jawab terhadap hal-hal yang ada dan terjadi di sekitarnya. Pandangan tersebut, telah melahirkan konsep tanggung jawab sosial Perseroan Corporate Social Responsibility. Landasan pandangan CSR 49 Ibid., h. 54 Universitas Sumatera Utara bersumber dari nilai moral, bahwa Perseroan hidup dan berada di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, kehidupan dan kelancaran kegiatan usaha Perseroan sangat tergantung dan terkait kepada lingkungan dan masyarakat yang bersangkutan. Perseroan harus mempunyai kepedulian concern terhadap masyarakat dimana dia hidup dan berada. Perseroan tidak terlepas dari tanggung jawab memenuhi kepentingan publik. 50 50 M. Yahya Harahap, Op. cit. h. 298 Mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan Perseroan Terbatas akan dibahas lebih lengkap di bab selanjutnya. Universitas Sumatera Utara BAB III EKSISTENSI DAN MANFAAT CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BAGI MASYARAKAT

A. Sejarah Corporate Social Responsibility

Sebuah perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha memiliki suatu tujuan yang umum yaitu untuk mencari keuntungan semata profit-oriented. Banyak para pelaku usaha yang berprinsip business is business. Dengan prinsip ini para pelaku usaha menghalalkan berbagai cara agar memperoleh keuntungan. Hal ini sering menimbulkan gesekan-gesekan antara stakeholders. Namun, belakangan muncul etika bisnis dimana orang mulai memahami keterkaitan antara nilai-nilai spiritualitas dengan keberlanjutan dan perkembangan sebuah usaha. Dalam konteks spiritual bisnis dikatakan bahwa bisnis bukan hanya sekedar untuk memaksimalkan keuntungan tetapi bagaimana suatu bisnis yang dijalankan membawa keuntungan kepada semua pihak bukan hanya kepada pemilik perusahaan semata. Sehingga seharusnya sebuah perusahaan melakukan suatu langkah yang harmonis dengan seluruh stakeholders. Akibat hal tersebut maka banyak masyarakat yang menjadi tidak percaya terhadap korporasi, karena masyarakat menganggap bahwa perusahaan yang ada hanya ingin mengambil keuntungan tanpa mempedulikan kondisi masyarakat maupun lingkungan sekitarnya. Tetapi hal inilah yang merupakan awal munculnya Corporate Social Responsibility. Kekuatan modal yang dimiliki oleh korporasi, terutama korporasi dengan skala internasional, telah menjelma sebagai sebuah kekuatan tersendiri yang Universitas Sumatera Utara seringkali ditunggangi oleh kepentingan politik suatu negara atau kelompok tertentu, yang pada ujungnya hampir dapat dipastikan akan merugikan masyarakat. 51 CSR sebenarnya sudah muncul dari jauh sebelum disahkannya UU No. 40 Tahun 2007 di Indonesia. Pandangan bahwa dunia bisnis memiliki tanggung jawab yang lebih dari sekadar meningkatkan kemakmuran ekonomi semata bukanlah sesuatu yang baru. Sepanjang catatan sejarah, peranan organisasi- organisasi yang memproduksi barang dan jasa bagi pasar selalu dikaitkan dengan aspek sosial, politik dan bahkan militer. Sebagai contoh, pada masa perkembangan awal industrialisasi di Inggris, perusahaan seperti Hudson Bay dan the East India Company menerima mandat yang luas. Kewajiban publik saat itu sudah menekankan bahwa perusahaan harus membantu mewujudkan tujuan- tujuan kemasyarakatan, seperti perluasan wilayah koloni, pembangunan permukiman, penyediaan jasa transportasi, pengembangan bank dan jasa finansial. 52 Revolusi industri pada dekade 19-an, telah mengakibatkan adanya ledakan industri. Di era itu, korporat memandang dirinya sebagai organisasi yang bertujuan meneruk keuntungan semata. Konstribusinya terhadap komunitas hanya berupa penyediaan lapangan kerja dan mekanisme pajak yang dipungut pemerintah. Padahal, komunitas membutuhkan lebih dari itu. Kegiatan ekonomi 51 Gunawan Widjaja Yeremia Ardi Pratama, Risiko Hukum Bisnis Perusahaan Tanpa CSR, Jakarta, PT. Percetakan Penebar Swadaya, 2008, h. 12 52 http:wisnu.blog.uns.ac.id20091126corporatesocialresponsibility, terakhir kali diakses tanggal 20 Pebruari 2010 Universitas Sumatera Utara yang dilakukan korporat telah membawa kerusakan pada lingkungan, yang acap kali biaya pemulihannya dibebankan pada komunitaspemerintah. 53 Pada awal abad ke – 19, perusahaan sebagai sebuah bentuk organisasi bisnis berkembang pesat di Amerika. Pada awalnya, dewan direksi dan manajemen perusahaan dianggap hanya bertanggungjawab terhadap shareholder saja. Kemudian, kebijakan publik secara tegas mengatur domain sosial yang mesti direspon perusahaan secara lebih spesifik, seperti kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan konsumen, jaminan sosial pekerja, pelestarian lingkungan, dan seterusnya. Selain itu mereka juga harus patuh pada hukum dan juga kebijakan publik. 54 Seiring perkembangan teori manajemen, periode 1970-an korporatpun mulai menyadari pentingnya peran lingkungan internal dan eksternal terhadap keberadaannya. Komunitas tidak lagi dianggap sebagai konsumen semata, Gerakan CSR modern yang berkembang pesat selama dua puluh tahun terakhir ini lahir akibat desakan organisasi-organisasi masyarakat sipil dan jaringannya di tingkat global. Keprihatinan utama yang disuarakan adalah perilaku korporasi, demi maksimalisasi laba, lazim mempraktekkan cara-cara yang tidak fair dan tidak etis, dan dalam banyak kasus bahkan dapat dikategorikan sebagai kejahatan korporasi. Beberapa raksasa korporasi transnasional sempat merasakan jatuhnya reputasi mereka akibat kampanye dalam skala global tersebut. 53 Reza Rahman, Op. cit. h. 19 54 http:wisnu.blog.uns.ac.id20091126corporatesocialresponsibility, terakhir kali diakses tanggal 20 Pebruari 2010 Universitas Sumatera Utara melainkan juga sebagai mitra partnership. Maka lahirlah istilah CSR atau tanggung jawab sosial Korporat. 55 Komisi Masyarakat Eropa menyebutkan 4 faktor yang mendorong perkembangan CSR 56 1. Kepedulian dan harapan baru komunitas, konsumen, otoritas publik, dan investor dalam konteks globalisasi dan perubahan industri berskala besar. , yaitu: 2. Kriteria sosial memberi pengaruh besar dalam pengambilan keputusan investasi individu dan institusi baik sebagai konsumen maupun investor. 3. Meningkatnya kepedulian pada kerusakan lingkungan yang disebabkan kegiatan ekonomi. Berikut ada dua skandal tentang korporasi melawan masyarakat yang cukup menggemparkan yang pada akhirnya semakin membuat ketidakpercayaan kepada masyarakat kepada korporasi. 1. Holocoust Holocoust dari bahasa Yunani: holokauston yang berarti “persembahan pengorbanan yang terbakar sepenuhnya” adalah genosida sistematis yang dilakukan Jerman Nazi terhadap berbagai kelompok etnis, keagamaan, bangsa, dan sekuler pada masa Perang Dunia II. 57 Bangsa Yahudi di Eropa merupakan korban-korban utama Holococaust, yang disebut kaum Nazi sebagai “Penyelesaian Terakhir Terhadap Masalah Yahudi”. Jumlah korban Yahudi umumnya dikatakan mencapai enam juta jiwa. Genosida ini yang diciptakan Adolf Hitler dilaksanakan, antara lain, dengan 55 Reza Rahman, Op. cit. h. 19 56 Ibid 57 http:id.wikipedia.orgwindex.php?title=Holocaustoldid=1229755 Universitas Sumatera Utara tembakan-tembakan, penyiksaan, dan gas racun, di kampung Yahudi dan kamp konsentrasi. 58 Selain kaum Yahudi, kelompok-kelompok lainnya yang dianggap kaum Nazi “tidak disukai” antara lain adalah bangsa Polandia, Rusia, suku Slavia lainnya, penganut agama Katolik Roma, orang-orang cacat, orang cacat mental, homoseksual, Saksi-Saksi Yehuwa Jehovav’s Witnesses, orang komunis, suku Gipsi Orang Rom dan Sinti dan lawan-lawan politik. Mereka juga ditangkap dan dibunuh. Jika turut menghitung kelompok-kelompok ini dan kaum Yahudi juga, maka jumlah korban Holocaust bisa mencapai 9-11 juta jiwa. 59 Pada tahun 1996, diwakili oleh korban Holocaust yang selamat, telah dimasukkan gugatan class action di Pengadilan Negeri Brooklyn, New York, Amerika Serikat yang menggugat tiga bank swasta terbesar di Swiss, yaitu Credit Suisse, Union Bank of switzerland USB dan Swiss Bank Corporation. Ketiga bank tersebut digugat atas dugaan keterlibatan mereka dalam mendukung gerakan Nazi, menerima emas rampasan dari negara-negara yang diduduk i oleh Jerman, dan setelah perang berakhir, berkonspirasi untuk menahan aset-aset tabungan milik orang-orang Yahudi. Dan setelah puluhan tahun berlalu, akhirnya terkuak bahwa ada keterlibatan dari korporasi terhadap upaya genosida tersebut. Korporasi yang terlibat tersebut, yaitu: a. Bank-bank di Swiss 60 b. Bank-bank di Perancis 58 Ibid 59 Ibid 60 Gunawan Widjaja Yeremia Ardi Pratama, Op. cit. h. 13 - 14 Universitas Sumatera Utara Setelah Nazi menaklukkan Perancis dalam Perang Dunia II, bank-bank di Perancis mulai menyita tabungan-tabungan milik orang Yahudi. Pada tahun 1997 dan 1998 dua gugatan class action diajukan di pengadilan Federal New York, Amerika Serikat melawan enam bank Perancis yang semuanya melakukan kegiatan usaha di Amerika Serikat. Penggugat menuntut penggantian aset keluarga mereka yang hilang selama pendudukan Nazi. Gugatan ini juga menyeret British Bank, Barclays Bank, dan dua lembaga keuangan Amerika Serikat, yaitu Chase Manhattan Bank dan JP Morgan Co. Bank-bank ini memiliki cabang di Perancis selama Perang Dunia II dan diduga juga turut berpartisipasi dalam penyitaan aset orang-orang Yahudi. 61 Selanjutnya terkait dengan Holocaust ini adalah adanya beberapa perusahaan asuransi diantaranya adalah Assicurazioni Generali S.p.A., perusahaan asuransi terbesar di Italia dan Allianz, perusahaan asuransi dari Jerman. Pada waktu terjadinya Holocaust, banyak pedagang-pedagang Yahudi yang toko dan harta bendanya dirusak atau dirampas. Seharusnya menjadi kewajiban perusahaan asuransi untuk mengganti kerugian harta yang diasuransikan tersebut. Tetapi, pihak Nazi meminta perusahaan-perusahaan tersebut untuk membayar tuntutan klaim pedagang-pedagang Yahudi tersebut ke negara. c. Perusahaan-perusahaan asuransi Eropa 62 Agen Oranye dan “Super Oranye” adalah julukan yang diberikan untuk herbisida dan defolian yang digunakan oleh Militer Amerika Serikat dalam 2. Agent Orange 61 Ibid., h. 14 62 Ibid., h. 14 - 15 Universitas Sumatera Utara peperangan herbisida tersebut, sejumlah herbisida termasuk Agen Oranye dipergunakan dengan maksud untuk menghancurkan produksi bahan pangan dan pepohonan yang dijadikan sebagai tempat bersembunyinya musuh. 63 Agen Oranye digunakan dari 1961 hingga 1971, dan diantara semua yang disebut “herbisida pelangi” yang paling berbahaya, yang digunakan dalam program ini. Degradasi Agen Oranye maupun Agen Ungu, Merah Jambu dan Hijau melepaskan dioxin, yang dituduh telah membahayakan kesehatan mereka yang terpaparkan pada masa Perang Vietnam. Agen Biru dan Putih adalah bagian dari program yang sama tetapi tidak mengandung dioxin. Studi tentang penduduk yang tertapar dioxin, meskipun tidak Agen Oranye menunjukkan meningkatnya risiko berbagai tipe kanker dan cacat genetis. 64 63 Ibid., h. 15 64 http;id.wikipedia.orgwindex.php?title=Agen_Oranyeoldid=1171851 Sejak tahun 1980-an sejumlah tuntutan hukum telah diajukan terhadap perusahaan-perusahaaan yang memproduksi Agen Oranye. Dan mereka di beri ganti kerugian. Demikianlah di masa lampau perusahaan-perusahaan tidak terlalu mempedulikan keadaan masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Malah mereka melakukan segala cara yang justru merugikan masyarakat dan lingkungan di sekitar demi memperoleh keuntungan bagi perusahaannya. Hal inilah yang akhirnya dituntut oleh masyarakat yang menjadi sejarah CSR bahwa setiap perusahaan harus mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Universitas Sumatera Utara Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, awal mula munculnya konsep CSR adalah adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Perusahaan dimaksud di sini tidak terbatas hanya Perseroan Terbatas, tetapi setiap kegiatan usaha yang ada, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum. Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat semakin sadar akan pentingnya perlindungan atas hak-hak mereka. Lebih jelasnya, masyarakat menuntut tanggung jawab sosial perusahaan. Diakui atau tidak bahwa pada awalnya CSR adalah sebagai suatu sogokan dari perusahaan terhadap masyarakat yang sering dirugikan masyarakat dalam praktek bisnis perusahaan. Namun pada akhirnya seiring dengan waktu dan perkembangan zaman masyarakat tidak dapat terus diperlakukan seperti itu dan tidak mau dirugikan dengan adanya bisnis yang dilakukan oleh perusahaan. Malah mereka menuntut adanya tanggung jawab sosial dari perusahaan kepada masyarakat. Di negara- negara sudah banyak diterapkan CSR dan perusahaan-perusahaan yang melaksanakan CSR berhasil dalam melaksanakan usahanya. Di Indonesia sendiri baru beberapa tahun terakhir ini CSR mulai sering terdengar. CSR awalnya merupakan tindakan sukarela dari perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Namun, pada akhirnya CSR bukan lagi hanya merupakan suatu tindakan sukarela dari perusahaan tetapi sudah menjadi kewajiban yang memang harus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia karena telah diatur di dalam Pasal 74 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dimana bila tidak dilakukan dapat dikenai sanksi. Demikian Universitas Sumatera Utara halnya di negara-negara lain juga sudah berlaku suatu aturan tentang kewajiban perusahaan untuk melaksanakan CSR.

B. Dasar Hukum dan Pengertian Corporate Social Responsibility