Corporate Social Responsibility sebagai Ius Constitutum

3. Mereduksi risiko bisnis perusahaan 4. Melebarkan akses sumber daya 5. Membentangkan akses menuju market 6. Mereduksi biaya 7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders 8. Memperbaiki hubungan dengan regulator 9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan 10. Peluang mendapatkan penghargaan.

D. Corporate Social Responsibility sebagai Ius Constitutum

Ius constitutum adalah hukum yang sedang berlaku di suatu negara, atau biasa disebut sebagai hukum positif. Corporate Social Responsibility dapat disebut sebagai ius constitutum karena Corporate Social Responsibility sudah merupakan hukum yang berlaku dan yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sebagai hukum yang berlaku di dalam masyarakat, yang mana apabila hukum atau peraturan tersebut tidak dilaksanakan dapat dikenai sanksi. Karena keberadaan Corporate Social Responsibility sekarang yang sudah diatur di dalam undang- undang dan telah menjadi ius constitum walaupun di masa yang lalu adalah sebagai ius constituendum. Ius constituendum adalah hukum yang dicita-citakan berlaku di dalam suatu negara. Diundangkannya Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas merupakan suatu kebutuhan yang dirasa perlu oleh kalangan pengusaha sebagai pelaku usaha maupun pemerintah sebagai pihak regulasi di bidang usaha, karena undang-undang yang selama ini berlaku yaitu Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas sudah dianggap tidak relevan lagi dengan perkembangan dunia usaha. 75 75 Gunawan Widjaja Yeremia Ardi Pratama, Op. cit. h. 1 Dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 dipandang Universitas Sumatera Utara tidak lagi memenuhi perkembangan hukum dan perkembangan masyarakat karena keadaan ekonomi serta kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi sudah berkembang begitu pesat khususnya pada era globalisasi. Selain itu, adanya tuntutan masyarakat akan layanan cepat, kepastian hukum serta tuntutan akan pengembangan dunia usaha yang sesuai dengan prinsip pengelolaan perusahaan yang baik good corporate governance menuntut adanya penyempurnaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. 76 CSR telah masuk dalam Undang-Undang mengenai Perseroan Terbatas. Walaupun PP mengenai pelaksanaannya belum rampung, tetapi akan mengikat perusahaan untuk menata kegiatannya mengenai CSR. Perusahaan diharapkan dengan dua kemungkinan, yaitu melaksanakan CSR ala kadarnya sekedar untuk memenuhi amanat UU, atau menjalankan upaya CSR yang serius untuk menarik manfaatnya. 77 Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility mungkin masih kurang popular di kalangan pelaku usaha nasional. Kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan secara sukarela ini, sudah biasa dilakukan Dahulu corporate social responsibility dirasa tidak terlalu perlu untuk diatur di dalam suatu peraturan perundang-undangan, karena corporate social responsibility dahulunya digunakan oleh para pengusaha untuk menarik hati masyarakat ataupun dilakukan secara sukarela. Namun, setelah diperhatikan maka corporate social responsibility ini memang perlu untu diatur di dalam peraturan perundangan-undangan agar setiap hak stakeholders dapat terpenuhi. 76 Ibid 77 http:www.pertamina-ep.comidberita-terkini-dari-industri20090812pahami-komunitas-csr Universitas Sumatera Utara oleh perusahaan-perusahaan multinasional ratusan tahun yang lalu. Di Indonesia kegiatan CSR baru dimulai beberapa tahun belakangan. Tuntutan masyarakat dan perkembangan demokrasi serta derasnya arus globalisasi dan pasar bebas, sehingga memunculkan kesadaran dari dunia industri tentang pentingnya melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Bahwa perusahaan memang bertanggung jawab atas apa yang ada di sekitarnya. Perjuangan untuk mengesahkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 ini berlangsung cukup lama yaitu sekitar dua tahun sejak tanggal 12 Oktober 2005, dengan mengalami berbagai perombakan, sampai akhirnya undang-undang dengan 14 bab dan 161 pasal ini disahkan oleh DPR pada tanggal 16 Agustus 2007. 78 Banyak kalangan menganggap Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 itu merupakan pasal yang menodai Undang-Undang Perseroan Terbatas baru ini. Pasal ini menjadi begitu kontroversial karena banyak kalangan memandang aturan mengenai CSR ini seharusnya tidak perlu menjadi bagian dari sebuah Undang-Undang Perseroan Terbatas. Sejak saat undang-undang tersebut diundangkan banyak terdapat pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat, terutama di kalangan pengusaha. Banyak yang mempermasalahkan tentang satu pasal, yaitu Pasal 74 pasal yang mengatur tentang tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitarnya atau yang biasa disebut corporate social responsibility. 79 78 Gunawan Widjaja Yeremia Ardi Pratama, Op. cit. h. 2 79 Ibid Karena mereka merasa seharusnya Universitas Sumatera Utara pelaksanaan CSR ini tidak perlu dipaksakan. Adapun bunyi Pasal 74 Undang- Undang No. 40 Tahun 2007, yaitu: 5 perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. 6 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. 7 Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. 8 Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Berikut ini adalah pendapat dari beberapa pihak yang kontra, diataranya adalah: 1. CSR seharusnya bersifat sukarela. Mereka yang melaksanakan CSR dalam pengelolaan perusahaannya akan merasakan sendiri manfaat dan tanggung jawab sosial yang dilakukannya, sehingga tidak perlu diwajibkan. 80 2. diwajibkannya CSR dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas dianggap akan memberatkan perusahaan, karena dapat menambah beban biaya operasional. Hal ini menurut Ketua Kamar Dagang dan Industri Kadin Indonesia MS Hidayat. 81 Sebaliknya terdapat juga pihak-pihak yang mendukung. Pihak pro-CSR mengaharapkan korporasi untuk dapat ikut serta dalam proses pembangunan berkelanjutan. Korporasi bukanlah entitas terpisah dari sebuah masyarakat dan 3. Undang-Undang Perseroan Terbatas hanya mewajibkan CSR bagi perusahaan yang kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam, yang dianggap tidak adil. 80 Ibid.,h. 3 - 4 81 Ibid Universitas Sumatera Utara lingkungan dimana dia berada, tetapi korporasi merupakan bagian integral yang hanya dapat eksis jika memiliki legitimasi sosial yang kuat. Pada kenyataannya CSR sekarang sudah menjadi suatu hukum yang berlaku, sehingga harus dilaksanakan oleh perusahaan karena CSR sudah menjadi ius constitutum, sehingga sudah sepatutnyalah pihak-pihak yang terkait untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut. Dan bila tidak dilaksanakan oleh pihak yang berkewajiban maka pihak tersebut dapat dikenakan sanksi karena CSR sudah menjadi ius constitutum sejak diundangkannya Undang- Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. CSR adalah sebuah komitmen bersama dari seluruh stakeholders perusahaan. 82 Yang diwujudkan dengan tindakan oleh perusahaan, dimana komitmen tersebut harus dilaksanakan oleh setiap stakeholders. Jadi sebenarnya dalam melaksanakan CSR, sebenarnya perusahaan mentaati aturan yang dibuat sendiri self regulation berdasarkan komitmen setiap stakeholders, berbeda dengan sekedar taat terhadap peraturan pemerintah. 83 82 Ibid, h. 22 83 Ibid Universitas Sumatera Utara BAB IV CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY YANG DILAKUKAN PT. PERTAMINA EP FIELD PANGKALAN SUSU TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR

A. Gambaran Umum PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu sebagai