BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional dalam suatu negara bukan merupakan tanggung jawab pemerintah saja.
Setiap warga negara mempunyai tanggung jawab dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional. Salah satu yang
mendorong pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan ekonomi adalah dunia usaha, yaitu hasil pelaksanaan berbagai instansi dan pihak-pihak. Instansi
dan pihak-pihak tersebut diantaranya adalah perusahaan-perusahaan. Jadi, perusahaan adalah sebagai salah satu pelaku ekonomi. Salah satu bentuk
perusahaan yang terkenal dan terlibat di dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi nasional di Indonesia adalah Perseroan Terbatas.
Perseroan Terbatas PT merupakan suatu bentuk kegiatan ekonomi yang paling disukai saat ini, di samping karena pertanggungjawabannya yang bersifat
terbatas Perseroan juga memberikan kemudahan bagi pemilik atau pemegang sahamnya untuk mengalihkan perusahaannya kepada setiap orang dengan menjual
seluruh saham yang dimilikinya. Kata “perseroan” menunjuk kepada modalnya yang terdiri atas sero
saham. Sedangkan kata “terbatas” menunjuk kepada tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang diambil bagian dan
dimilikinya. Bentuk hukum seperti Perseroan Terbatas ini juga dikenal di Negara-
Universitas Sumatera Utara
negara lain, seperti : di Malaysia yang disebut Sendirian Berhad SDN BHD, di Singapura disebut Private Limited Pte Ltd, di Jepang disebut Kabushiki Kaisa,
di Inggris disebut Registered Companies, di Belanda disebut Naamloze Vennotschap NV, dan di Perancis disebut Societes A Responsabilite Limite
SARL.
1
Dalam keberadaannya Perseroan Terbatas melakukan aktivitasnya sebagai perusahaan sesuai dengan bidangnya. Di dalam pelaksanaan aktivitasnya yang
merupakan kepentingan perusahaan tersebut, suatu perusahaan sering sekali tidak Dalam melaksanakan usahanya Perseroan Terbatas atau dipersamakan di
sini dengan perusahaan harus memperhatikan seluruh aspek, yaitu aspek keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan yang berdasarkan konsep Triple
Bottom Line. Tidak hanya mementingkan keuntungan yang akan dicapai. Perusahaan sebagai pelaku bisnis di dalam menjalankan usahanya yaitu dituntut
untuk semakin memperhatikan keadaan sosial dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Jadi ketika suatu perusahaan tersebut telah memperoleh keuntungan,
maka perusahaan tersebut harus menyadari bahwa ada masyarakat di sekitarnya dan memikirkan tanggung jawab apa yang harus dilakukannya terhadap
masyarakat tersebut. Karena perusahaan tersebut awalnya berdiri adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat bukan hanya untuk mencari
keuntungan sendiri. Terutama perusahaan-perusahaan yang menguasai hajat hidup orang banyak. Hal inilah yang dikatakan tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap masyarakat sekitar.
1
Ahmad Yani Gunawan, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas. Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2000 h. 1
Universitas Sumatera Utara
terlalu memperhatikan bahwa mereka mempunyai suatu tanggung jawab terhadap stakeholder. Stakeholder di sini mencakup karyawan, pelanggan, pemasok,
pemegang saham, LSM, ataupun pemerintah. Masing-masing stakeholder tersebut memiliki derajat dan kepentingan yang berbeda-beda. Salah satu tanggung jawab
Perseroan Terbatas yaitu tanggung jawab terhadap masyarakat yang ada di sekitar perusahaan tersebut. Sering sekali hal ini diabaikan, atau kalaupun dilaksanakan
hanya untuk mencari mempunyai suatu tanggung jawab terhadap berbagai hal. Tanggung jawab tersebut yaitu tanggung jawab terhadap stakeholders. Hal ini
menekankan kepada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan telah tercantum dalam Undang- Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 mengenai
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Terlepas dari kontroversi yang menyertainya, perusahaan terutama yang bergerak dalam bidang yang menguasai
hajat hidup orang banyak serta berbasis sumber daya alam berkewajiban untuk melaksanakan Corporate Social Responsibility. Walaupun sebenarnya CSR
bersifat sukarela. Dalam UU PT tersebut definisi CSR lebih menitikberatkan kepada pengembangan komunitas community development.
2
Sebenarnya seperti yang telah dikatakan sebelumnya CSR memang seharusnyalah dilakukan oleh perusahaan dengan kesadaran dan sukarela. Karena
2
DR. A.B. Susanto, A Strategic Management Approach Corporate Social Responsibility, Jakarta, The Jakarta Consulting Group, 2007 h. vii
Universitas Sumatera Utara
perusahaan tersebut awalnya berdiri adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat bukan hanya untuk mencari keuntungan dan pemasukan
sendiri. Dan karena saat ini CSR telah menjadi suatu social license to operation bagi perusahaan, yang sebenarnya dapat dijabarkan dari perumusan misi suatu
perusahaan. CSR pada awalnya merupakan suatu motif filantropik suatu perusahaan,
yang biasanya bersifat spontanitas sehingga belum terkelola dengan baik. Namun selanjutnya seiring dengan tuntutan dari masyarakat dan dorongan internal dari
perusahaan agar perusahaan lebih peduli dan memperhatikan lingkungan sera masyarakat yang ada di sekitarnya. Dan semakin lama makna CSR semakin
meluas, bukan hanya merupakan suatu tanggung jawab terhadap masyarakat sekitar dan hanya bersifat filantropik, tetapi sudah lebih meluas dan harus dikelola
dengan sasaran yang jelas dan perencanaan yang baik. Di tengah masyarakat yang semakin kritis dan peduli terhadap
keberlangsungan lingkungan dalam jangka panjang CSR menjadi suatu keharusan bagi perusahaan. Apalagi sebenarnya perusahaan sendiri pun memperoleh manfaat
dari CSR ini, yang terutama yaitu mengenai manajemen reputasi perusahaan. CSR yang awalnya hanya sebagai suatu kegiatan filantropik sudah menjadi suatu
strategi perusahaan.
3
Jika perusahaan mengabaikan keseimbangan Triple Bottom Line dengan cara mengabaikan masyarakat sekitar dan lingkungan di sekitar perusahaan maka
akan terjadi gangguan pada manusia dan lingkungan sekitar perusahaan yang
3
Ibid, h. viii
Universitas Sumatera Utara
dapat menimbulkan reaksi, seperti demo masyarakat sekitar atau kerusakan lingkungan sekitar akibat fasilitas perusahaan yang mengabaikan keseimbangan
tersebut. Jadi ada atau tidaknya suatu peraturan yang mengatur tentang CSR seharusnya sebuah perusahaan memang harus melaksanakan program CSR agar
tercipta keseimbangan sehingga tidak menimbulkan reaksi dari pihak yang dirugikan kepada perusahaan tersebut jika terjadi ketidak seimbangan.
Pada intinya CSR memanglah perlu dilakukan oleh perusahaan. Dan CSR yang dilakukan oleh perusahaan tersebut harus dilakukan dengan suatu sudut
pandang yang strategis dan dikelola secara profesional agar bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
B. Perumusan Masalah