Analisis Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan Terhadap Buku Cerita Anak Bilingual “Four Funny Animal Stories”

(1)

ANALISIS TEKNIK, METODE, DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN

TERHADAP BUKU CERITA ANAK BILINGUAL “FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”.

TESIS Oleh

S I N D E 107009029

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

ANALISIS TEKNIK, METODE DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN

TERHADAP BUKU CERITA ANAK BILINGUAL “FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Saint dalam Program

Studi Linguistik pada Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara

Oleh

SINDE

107009029

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

Judul Tesis : Analisis Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan

Terhadap Buku Cerita Anak Bilingual

“Four Funny Animal Stories” Nama Mahasiswa : S i n d e

Nomor Pokok : 107009029 Program Studi : Linguistik

Konsentrasi : Kajian Terjemahan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr.Syahron Lubis, M.A) (Dr.Muhizar Muchtar,M.S) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur

(Prof.T.Silvana, M.A., Ph.D) (Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 30 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Syahron Lubis, M.A. Anggota : 1. Dr. Muhizar Mucthar, M.S.

2. Dr.Roswita Silalahi, Dip.TOSEL, M.Hum 3. Dr. Thyrhaya Zein, M.A


(5)

PERNYATAAN

ANALISIS TEKNIK, METODE DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN TERHADAP BUKU CERITA ANAK BILINGUAL

“FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sunatera Utara adalah benar merupakan hasil Karya saya sendiri.

Adapun pengutipan yang saya lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan Tesis ini, telah saya cantumkan sumbernya secara jelas sesuaidengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata seluruh atau sebagian Tesis ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 29 September 2012

S i n d e

Karya ini saya persembahkan kepada orang-orang

yang sangat saya sayangi :


(6)

Ayah / Ibu : Darshan Penjoli/Almh.Siti Mariam

Ayah / Ibu mertua : Alm.Muhammad Ali Shaheeb / Akhtarrunnisha Istri : Dra.Nurjahan Ali

Semoga Tesis ini dapat memberikan semangat bagi anak-anakku untuk berbuat yang lebih baik lagi di masa mendatang

Anak :

1. Nursyazwani Mahfuzah Yusuf 2. Nursyazana Hafizah Yusuf 3. Muhammad Usamah Yusuf


(7)

RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : S i n d e Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : Dolok Merangir, 31 Agustus 1967 Alamat : Komplek Srigunting Blok V-A No 46 Sunggal

Deli Serdang Agama : Islam

Status : Menikah

Nama Istri : Dra.Nurjahan Ali

Nama Anak : 1. Nursyazwani Mahfuzah Yusuf . 2. Nursyazana Hafizah Yusuf

. 3. Muhammad Usamah Yusuf HP : 085297252421

Alamat Kantor : Jl.Imam Bonjol No 35 Medan Alamat E-mail : sinde_usamah@yahoo.com

II. Riwayat Pendidikan

SD : SD Negeri 1 Dolok Merangir SMP : SMP Negeri 16 Medan SMA : SMA Negeri 11 Medan D2 : Fakultas Pendidikan Bahasa Dan Seni IKIP Negeri Medan S1 : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara

III. Riwayat Pekerjaan

1. PKS 1 SD Harapan 1 Medan

2. Staff Pengajar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


(8)

THE ANALYSIS OF THE TRANSLATION TECHNIQUES, METHODS AND

IDEOLOGIES OF THE CHILDREN STORY BILINGUAL BOOK “ FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”

SINDE

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRACT

This is a research about an analysis of technique, method, and ideology of children story Four Funny Animal Stories. The aims of this research is to identify the translation techniques applied by the translators in translating children story.Then to analyze the method and ideology of translation. The method applied in the research is descriptive qualitative. The sources of the data in this research are texts of children story. From these data identify the techniques of translation,then based on the translation techniques used can be concluded research methods and ideology of translation.The result of this research shows that there are six translation techniques applied by the translators. They are : literal translation with 515 data (91.47%) , pure borrowing with 22 data (3.73%), discursive creationwith 12 data (2.13%), reduction with 7 data (1.24%), linguistic compression with 6 data (1.06%), and generalization with 1 data (0.17%).The wholedata that have been translated used the single translation technique. Based on the majority of the translation techniques used by the translators can be drawn the conclusion that the method of translation is a literal translation method with a tendency to maintain the source language or the ideology of foreignization.


(9)

ANALISIS TEKNIK, METODE DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN

TERHADAP BUKU CERITA ANAK BILINGUAL “FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”.

SINDE

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian tentang jenis-jenis teknik penerjemahan, metode penerjemahan dan ideologi penerjemahan terhadap cerita anak four funny animal stories. Tujuan dari penelitian ini adalah: petama untuk mengidentifikasi teknik-teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan cerita anak, kemudian menganalisis metode dan ideologinya. Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah buku cerita anak yang berupa bilingual book. Dari data tersebut diidentifikasi teknik-teknik penerjemahannya, kemudian berdasarkan teknik penerjemahan yang digunakan dapat disimpulkan metode penelitian dan ideologi penerjemahannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan

yaitu literal sebanyak 515 data (91.47%), Peminjaman Murni dengan 22 data ( 3.73%), Kreasi diskursif dengan 12 data (2.13%), reduksi dengan 7 data

(1.24),kompresi linguistik dengan 7 data (1.24%) dan generalisasi dengan 1 data (0.17%) . Keseluruhan data yang diterjemahkan menggunakan teknik tunggal. Berdasarkan mayoritas teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dapat ditarik simpulan bahwa metode penerjemahannya adalah metode penerjemahan literal dengan kecenderungan mempertahankan bentuk bahasa sumber atau ideologi foreignisasi


(10)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah begitu banyak memberikan nikmat kepada kita semua, terutama nikmat iman dan keyakinan kepada Allah SWT, sehingga kita dapat melaksanakan semua amal kepadanya. Salawat serta salam kita persembahkan kepada Rasulullah SAW, semoga kita tetap dalam barisan dan istiqomah dalam menjalankan sunnah-sunnahnya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Tesis ini berjudul “Analisis Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan

Terhadap Buku Cerita Anak Bilingual “Four Funny Animal Stories” dapat penulis rampungkan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Magister Linguistik pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah merupakan berkat dan karunia Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan kepada penulis.

Kepada orang tua penulis,Darshan Panjholi dan Almh. Siti Mariam tidak ada yang dapat penulis katakan kecuali doa semoga Allah SWT tetap memberikan kasih sayangNya kepada mereka yang telah mengupayakan segalanya untuk menyekolahkan penulis dari semua jenjang pendidikan hingga penulis dapat memperoleh gelar Magister linguistik ini.

Kepada mertua penulis, Alm. Muhammad Ali Shaheeb dan Akhtarunnisha Khan yang telah memberikan semangat dan doa agar penulis dapat menjalani pendidikan dan kehidupan ini dengan baik.


(11)

Pada kesempatan ini dengan segenap hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat secara langsung maupun tidak langsung, mereka yang istimewa adalah :

1. Pembimbing Penulis, Bapak Dr. Syahron Lubis M.A selaku pembimbing pertama dan Bapak Dr.Muhizar Mucthar, M.S selaku pembimbing kedua yang telah memberikan dukungan, bimbingan dan saran secara berkesinambungan hingga tesis ini dapat diselesaikan.

2. Penguji Penulis Ibu Dr.Roswita Silalahi, Dip.TESOL, M.Hum selaku penguji pertama dan Ibu Dr. Thyrhaya Zein, M.A. selaku penguji kedua yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

3. Ketua Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas, Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A, Ph. yang selalu memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis selama mendapat pendidikan di Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Sekretaris Program Studi Linguistik, Ibu Dr. Nurlela, M.Hum, staf dan semua jajarannya yang telah membantu, memberi dukungan dan perhatian selama penulis mengikut pendidikan pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Dirjen Pendidikan Perguruan Tinggi, selaku lembaga yang telah memfasilitasikan Beasiswa kepada penulis dalam menjalani pendidikan


(12)

di Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

6. Para Dosen yang mengajar di Program Studi Linguistik Sekolah Pascasrjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Rektor Universitas Muhammadiyah Simatera Utara, Drs.Bahdin Nur Tanjung, yang telah memberikan kemudahan dan izin kepada penulis dalam mengurus kelengkapan berkas guna mendapatkan beasiswa dari Dikti.

8. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Dra. Nurain Lubis, M.AP. yang telah memberikan semangat dan dukungan awal agar penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Ketua Yayasan Pendidikan Harapan, Bapak Drs.H.Awaluddin Sibarani, M.Si, yang telah memberikan izin sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan di Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

10.Kepala Sekolah SD Harapan 1 Medan, Bapak Parlindungan Lubis, S.Pd. M.Pd yang telah memberikan kemudahan dan dorongan moril kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(13)

11.Rekan kerja, Bapak Rajo Ali Hasibuan, S.Ag yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah tanpa pamrih selama penulis dalam masa pendidikan di Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

12.Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah sama-sama berjuang dan saling memberikan semangat, dukungan dan juga saran kepada penulis dalam menjalani pendidikan dan juga menyelesaikan tesis ini.

13.Teristimewa Istri Penulis, Dra.Nurjahan Ali, yang telah memberikan dukungan, semangat yang tak pernah berhenti baik dimasa menjalani pendidikan maupun dalam proses penyelesaian tesis ini.

14.Yang selalu menjadi kebanggaan penulis, anak-anak penulis, Nursyazwani Mahfuzah Yusuf, Nursyazana Hafizah Yusuf dan juga Muhammad Usamah Yusuf, celoteh dan kasih sayang mereka menumbuhkan semangat bagi penulis yang tidak dapat dinilai dengan apapun.

Semoga kebaikan kesemuanya yang telah penulis terima dari orang-orang yang telah disebut namanya ataupun yang belum disebut secara satu persatu, mendapat balasan kebaikan dari Allah SWT.

Selanjutnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih belum sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang menbangun untuk


(14)

penyempurnaan tesis ini. Akhir kata, penulis berharap agar kiranya tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.

Medan, Agustus 2012


(15)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRACT...

ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... ...

DAFTAR TABEL...

DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR DIAGRAM...

BAB I. PENDAHULUAN...

1.1 Latar Belakang...

1.2 Rumusan Masalah...

1.3 Tujuan Penelitian...

1.4 Manfaat Penelitian...

1.5 Ruang Lingkup Penelitian...


(16)

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ...

2.1 Cerita Anak...

2.2 Ciri Sastra Anak...

2.3 Jenis Dongeng...

1. Dongeng Binatang ...

2 . Dongeng Biasa...

3 . Dongeng Lelucon ...

2.4 Genre Naratif...

2.5 Fabel...

2.6 Manfaat Dongeng...

2.7 Pengertian Terjemahan...

2.8 Kompleksitas Penerjemahan...

2.9 Ekuivalensi dalam Penerjemahan...

2.10 Teknik Penerjemahan...

2.10.1 Adaptasi...


(17)

2.10.3 Peminjaman...

2.10.4 Kalke...

2.10.5 Kompensasi...

2.10.6 Deskripsi...

2.10.7 Kreasi Diskursif...

2.10.8 Padanan Lazim...

2.10.9 Generalisasi...

2.10.10 Amplikasi Linguistik ...

2.10.11 Kompresi Linguistik...

2.10.12 Penerjemahan Harfiah...

2.10.13 Modulasi...

2.10.14 Partikularisasi...

2.10.15 Reduksi...

2.10.16 Substitusi...

2.10.17 Transposisi...


(18)

2.11 Metode Penerjemahan...

2.11.1 Penerjemahan Kata-demi-kata ...

2.11.2 Penerjemahan Harfiah ...

2.11.3 Penerjemahan Setia...

2.11.4 Penerjemahan Semantis...

2.11.5 Penerjemahan Adaptasi...

2.11.6 Penerjemahan Bebas...

2.10.7 Penerjemahan Idiomatik...

2.10.8 Penerjemahan Komunikatif...

2.12 Ideologi Penerjemahan...

2.12.1 Pengertian Ideologi...

2.12.2 Penerjemahan Foreignisasi...

2.12.3 Penerjemahan Domestikasi...

2.13 Alasan Pemilihan Teori Terjemahan...


(19)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian...

3.2 Data dan Sumber Data...

3.2.1 Data...

3.3.2 Sumber Data...

3.3 Teknik Pengumpulan Data...

3.4 Teknik Analisis Data...

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN...

4.1 Teknik Penerjemahan...

4.1. 1 Teknik Harfiah...

4.1.1.1 Heidi’s Spines...

4.1.1.1.1 Kategori Kalimat...

4.1.1.1.2 Kategori Frasa...

4.1.1.1.3 Kategori Kata...

4.1.1.2 Harper’s Furry Tail...


(20)

4.1.1.2.2 Kategori Frasa...

4.1.1.2.3 Kategori Kata...

4.1.1.3 Little Lhon Dhok...

4.1.1.3.1 Kategori Kalimat...

4.1.1.3.2 Kategori Frasa...

4.1.1.3.3 Kategori Kata...

4.1.1.4Guri’s Ink Saved the Day...

4.1.1.4.1 Kategori Kalimat...

4.1.1.4.2 Kategori Frasa...

4.1.1.4.3 Kategori Kata...

4.1.2 Teknik Reduksi ...

4.1.2.1 Heidi’s Spines...

4.1.2.1.1 Kategori kalimat...

4.1.2.2 Harper’s Furry Tail...

4.1.2.2.1 Kategori Kalimat...


(21)

4.1.2.3.1 Kategori Frasa...

4.1.2.4 Guri’s Ink Saved the Day...

4.1.2.4.1 Kategori Frasa...

4.1.3 Teknik Kompresi linguistik...

4.1.3.1 Heidi’s Spines...

4.1.3.1.1 Kategori Kalimat...

4.1.3.1.2 Kategori Frasa...

4.1.3.2 Little Lhon Dhok...

4.1.3.2.1 Kategori Frasa...

4.1.4 Teknik Kreasi Diskursif...

4.1.4.1 Heidi’s Spines...

4.1.4.1.1 Kategori Frasa...

4.1.4.2 Little Lhon Dhok...

4.1.4.2.1 Kategori Frasa...

4.1.4.3 Guri’s Ink Save the Day...


(22)

4.1.5 Teknik Peminjaman Murni...

4.1.5.1 Hiedi’s Spines...

4.1.5.1.1 Kategori Frasa...

4.1.5.1.2 Kategori Kata...

4.1.5.2 Harper’s Furry Tail...

4.1.5.2.1 Kategori Frasa...

4.1.5.2.2 Kategori Kata...

4.1.5.3 Little Lhon Dhok...

4.1.5.3.1 Kategori Frasa...

4.1.5.3.2 Kategori Kata...

4.1.5.4 Guri’s Ink Saved the Day...

4.1.5.4.1 Kategori Frasa...

4.1.5.4.2 Kategori Kata...

4.1.6 Teknik Generalisasi...

4.1.6.1 Harper’s Furry Tail...


(23)

4.2 Metode Penerjemahan...

4.3 Ideologi Penerjemahan...

4.3.1 Foreignisasi...

4.3.2 Domestikasi...

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...

5.1 Simpulan...

1 Teknik Penerjemahan...

2 Metode Penerjemahan...

3 Ideologi Penerjemahan...

5.2 Saran...

DAFTAR PUSTAKA...

REFERENSI ELEKTRONIK ...

LAMPIRAN I Heidi’s Spines...


(24)

LAMPIRAN III Little Lhon Dhok...


(25)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Teknik Penerjemahan pada Heidi’s Spines...

Tabel 4.2 : Teknik Penerjemahan pada Harper’s Furry Tail...

Tabel 4.3 : Teknik Penerjemahan pada Little Lhon Dhok...

Tabel 4.4 : Teknik Penerjemahan pada Guri’s Ink Saved the Day...

Tabel 4.5 : Teknik Harfiah pada Heidi’s Spines Kategori Kalimat...

Tabel 4.6 : Teknik Harfiah pada Heidi’s Spines Kategori Frasa...

Tabel 4.7 : Teknik Harfiah pada Heidi’s Spines Kategori Kata...

Tabel 4.8 : Teknik Harfiah pada Harper’s Furry Tail Kategori Kalimat...

Tabel 4.9 : Teknik Harfiah pada Harper’s Furry Tail Kategori Frasa...

Tabel 4.10 : Teknik Harfiah pada Harper’s Furry Tail Kategori Kata...

Tabel 4.11 : Teknik Harfiah pada Little Lhon Dhok Kategori Kalimat...

Tabel 4.12 : Teknik Harfiah pada Little Lhon Dhok Kategori Frasa...

Tabel 4.13 : Teknik Harfiah pada Harper’s Furry Tail Kategori Kata...

Tabel 4.14 : Teknik Harfiah pada Guri’s Ink Saved the Day Kategori Kalimat...


(26)

Tabel 4.16 : Teknik Harfiah pada Guri’s Ink Saved the Day Kategori Kata...

Tabel 4.18 : Teknik Reduksi pada Heidi’s Spines Kategori Kalimat ...

Tabel 4.19 : Teknik Reduksi pada Guri’s Ink Saved the Day Kategori Kalimat...

Tabel 4.20 : Teknik Reduksi pada Little Lhon Dhok Kategori Frasa ...

Tabel 4.21 : Teknik Reduksi pada Guri’s Ink Saved the Day Kategori Frasa...

Tabel 4.22 : Teknik Kompresi Linguistik pada Heidi’s Spines Kategori Kalimat....

Tabel 4.23 : Teknik Kompresi Linguistik pada Heidi’s Spines Kategori Frasa...

Tabel 4.24 : Teknik Kompresi Linguistik pada Little Lhon Dhok Kategori Frasa....

Tabel 4.25 : Teknik Kreasi Diskursif pada Heidi’s Spines Kategori Frasa...

Tabel 4.26 : Teknik Kreasi Diskursif pada Little Lhon Dhok Kategori Frasa...

Tabel 4.27 : Teknik Kreasi Diskursif pada Guri’s Ink Saved the Day

Kategori Frasa...

Tabel 4.28 : Teknik Peminjaman Murni pada Heidi’s Spines Kategori Frasa...

Tabel 4.29 : Teknik Peminjaman Murni padaHeidi’s Spines Kategori Kata...

Tabel 4.30 : Teknik Peminjaman Murni pada Harper’s Furry Tail


(27)

Tabel 4.31 : Teknik Peminjaman Murni pada Harper’s Furry Tail

Kategori Kata...

Tabel 4.32 : Teknik Peminjaman Murni pada Little Lhon Dhok Kategori Frasa...

Tabel 4.33 : Teknik Peminjaman Murni pada Little Lhon Dhok Kategori Kata...

Tabel 4.34 : Teknik Peminjaman Murni pada Guri’s Ink Saved the Day

Kategori Frasa...

Tabel 4.35 : Teknik Peminjaman Murni pada Guri’s Ink Saved the Day Kategori Kata...

Tabel 4.36 : Teknik Generalisasi pada Harper’s Furry Tail Kategori Frasa...

Tabel 4.37 : Persentase Satuan Lingual pada Teknik Harfiah...

Tabel 4.38 : Persentase Satuan Lingual pada Teknik Peminjaman Murni...

Tabel 4.39 : Persentase Satuan Lingual pada Teknik Kreasi Diskursif...

Tabel 4.40 : Persentase Satuan Lingual pada Teknik Reduksi...

Tabel 4.41 : Persentase Satuan Lingual pada Teknik Kompresi linguistik...

Tabel 4.43 : Persentase Satuan Lingual pada Teknik Generalisasi...


(28)

Tabel 4.45 : Persentase Penerjemahanggunaan 7 Teknik Penerjemahan...

Tabel 4.46: Teknik-teknik Berorientasi pada Bahasa Sumber...

Tabel 4.47: Teknik-teknik Berorientasi pada Bahasa Sasaran...

Tabel 4.48 : Perbandingan Penggunaan Teknik...

Tabel 4.49 : Teknik Bersumber pada Ideologi Foreignisasi...

Tabel 4.50 : Teknik Bersumber pada Ideologi domestikasi...


(29)

DAFTAR GAMBAR


(30)

DAFTAR DIAGRAM

1. Diagram V Metode Penerjemahan Newmark ...


(31)

THE ANALYSIS OF THE TRANSLATION TECHNIQUES, METHODS AND

IDEOLOGIES OF THE CHILDREN STORY BILINGUAL BOOK “ FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”

SINDE

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRACT

This is a research about an analysis of technique, method, and ideology of children story Four Funny Animal Stories. The aims of this research is to identify the translation techniques applied by the translators in translating children story.Then to analyze the method and ideology of translation. The method applied in the research is descriptive qualitative. The sources of the data in this research are texts of children story. From these data identify the techniques of translation,then based on the translation techniques used can be concluded research methods and ideology of translation.The result of this research shows that there are six translation techniques applied by the translators. They are : literal translation with 515 data (91.47%) , pure borrowing with 22 data (3.73%), discursive creationwith 12 data (2.13%), reduction with 7 data (1.24%), linguistic compression with 6 data (1.06%), and generalization with 1 data (0.17%).The wholedata that have been translated used the single translation technique. Based on the majority of the translation techniques used by the translators can be drawn the conclusion that the method of translation is a literal translation method with a tendency to maintain the source language or the ideology of foreignization.


(32)

ANALISIS TEKNIK, METODE DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN

TERHADAP BUKU CERITA ANAK BILINGUAL “FOUR FUNNY ANIMAL STORIES”.

SINDE

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian tentang jenis-jenis teknik penerjemahan, metode penerjemahan dan ideologi penerjemahan terhadap cerita anak four funny animal stories. Tujuan dari penelitian ini adalah: petama untuk mengidentifikasi teknik-teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan cerita anak, kemudian menganalisis metode dan ideologinya. Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah buku cerita anak yang berupa bilingual book. Dari data tersebut diidentifikasi teknik-teknik penerjemahannya, kemudian berdasarkan teknik penerjemahan yang digunakan dapat disimpulkan metode penelitian dan ideologi penerjemahannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan

yaitu literal sebanyak 515 data (91.47%), Peminjaman Murni dengan 22 data ( 3.73%), Kreasi diskursif dengan 12 data (2.13%), reduksi dengan 7 data

(1.24),kompresi linguistik dengan 7 data (1.24%) dan generalisasi dengan 1 data (0.17%) . Keseluruhan data yang diterjemahkan menggunakan teknik tunggal. Berdasarkan mayoritas teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dapat ditarik simpulan bahwa metode penerjemahannya adalah metode penerjemahan literal dengan kecenderungan mempertahankan bentuk bahasa sumber atau ideologi foreignisasi


(33)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerjemahan memegang peranan yang sangat penting hampir diseluruh aspek kehidupan manusia. Dalam kaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, penerjemahan adalah satu ilmu yang sangat dibutuhkan dewasa ini, kekurangmampuan manusia dalammenguasaibahasa yang ada dunia ini menjadikan penerjemahan merupakan alat yang sangat dibutuhkan dalam menjalankan alih teknologi dan informasi dalam kehidupan masyarakat. Transfer ilmu tidak akan berjalan dengan baik bila tidak diikuti oleh baiknya perkembangan dunia penerjemahan itu sendiri. Sehingga masyarakat dalam semua golongan, baik itu para ilmuan atau para pencari informasi tidak dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, apabila mereka kurang atau tidak memahami penguasaan bahasa asing. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Simatupang (Simatupang, 1999:4) bahwa penerjemahan adalah satu proses pengalihan atau pengubahan dari satu bahasa ke bahasa lain. Dalam penerjemahan dikenal istilah bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa).Bahasa sumber adalah merupakan bahasa asal yang diterjemahkan, sedangkan bahasa sasaran adalah bahasa yang menjadi tujuan terjemahan.

Dari sudut pandang masyarakat awam penerjemahan merupakan satu pekerjaan sederhana, yaitu satu pekerjaan yang bertujuan mengartikan kata demi


(34)

kata dari BSu ke bahasa lainnya atau BSa. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat yang di sampaikan oleh Newmark (1981: 7) yang mendefinisikan, “Penerjamahan adalah suatu upaya mengalihkan pesan yang tertulis dalam BSu ke dalam BSa dengan mengutamakan kesepadanan makna. Dari uraian diatas penerjemah dapat mencapai kesepadanan makna yang sangat dipengaruhi oleh kompetensi penerjamah dalam memahami teks sumber (TSu) dan menuangkan pesan makna ke dalam teks sasaran (TSa). Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang penerjemah adalah penguasaan tata bahasa (grammatical skill), keterampilan membaca (reading skill), dan analisis wacana (discourse analysis). Ketiga kompetensi diatas menandai bahwa penerjemahan bukanlah satu pekerjaan yang mudah. Jika ketiga kompetensi tersebut tidak dimiliki oleh seorang penerjamah, dapat diyakini akan menjadi penghalang yang pada akhirnya menjadikan satu pengaruh yang sangat besar dalam mempengaruhi kualitas hasil terjemahan serta pada akhirnya akan mempengaruhi kepuasan pengguna hasil terjemahan tersebut. Namun tetap harus diyakini bahwa setiap langkah dalam proses penerjamahan bukan suatu yang harus dianggap sebagai teramat sulit untuk diwujudkan, karena bagaimanapun juga penerjemahan merupakan sebagai satu sumbangan pemikiran dari para ilmuan yang berkecimpung dalam dunia penerjamahan. Hasil kerja mereka merupakan satu kerja besar dalam menginformasikan berbagai ilmu pengetahuan dan informasi lainnya dari seluruh belahan dunia ini. Dan hasil kerja mereka sangat membantu masyarakat yang tidak memiliki kompentensi yang dimiliki oleh para ilmuan (penerjemah).


(35)

Dikarenakan hal ini, kehadiran kajian terjemahan menjadi hal yang sangat penting sebagai satu sarana bagi tersebarnya informasi diberbagai bidang dan khususnya di bidang sastra sebagai alat untuk menginformasikan komunitas lintas budaya.

Salah satu penerjemahan yang banyak didapati sekarang ini adalah penerjemahan cerita anak. Kehadiran buku-buku bilingual merupakan salah satu alternatif untuk memenuhikebutuhan masyarakat dalam mengejar informasi yang ada.Perkembangan dan jumlah buku-buku bilingual dewasa ini sangat besar peningkatannya. Hal inimembuka pintu informasi dikalangan semua pihak baik dikalangan anak-anak maupun orang dewasa, baik dalam bentuk informasi, sastra maupun teknologi, perkembangan buku bilingual yang tidak bisa dibendung lagi dan telah menjadi kebutuhan yang pokok bagi pencari informasi keilmuan. Karya-karya besar dari para ahli di setiap bidangnya bahkan sampai padaKarya-karya sastra anak, merupakan wilayah bagipenerjemahan yang populer saat ini, hal ini bisa dilihat dari maraknya karya sastra terjemahan yang ditawarkan di berbagai toko buku.

Sesuai dengan sasaran pembacanya, sastra anak dituntut untuk dikemas dalam bentuk yang berbeda dari sastra orang dewasa hingga dapat diterima anak dan dipahami mereka dengan baik. Sastra anak merupakan pembayangan atau pelukisan kehidupan anak yang imajinatif ke dalam bentuk struktur bahasa anak. Sastra anak merupakan sastra yang ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Sastra tentang anak bisa saja isinya tidak sesuai untuk anak-anak, tetapi


(36)

sastra untuk anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak selaku pembacanya. (Puryanto, 2008: 2).

Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun kecerdasan emosinya (Wahidin, 2009).

Keberhasilan suatu proses penerjemahan akan sangat bergantung pada sejauh mana seorang penerjemah memahami dan menggeluti areal kehidupan teks yang akan diterjemahkan. Seorang penerjemah yang baik tidak hanya sekedar menerjemahkan makna kata, frasa, kalimat maupun paragraf dari satu bahasa ke bahasa lainya tetapi dalam melaksanakan proses terjemahan seorang penerjemah harus menguasai faktor-faktor lainnya seperti kehidupan dunia anak-anak, sehingga hasil terjemahan akan dapat dirasakan oleh sipengguna hasil karya terjemahan itu sendiri (anak-anak) dan dapat menikmati suasana kehidupan mereka yang sesungguhnya didalam cerita tersebut. Hal ini senada dengan


(37)

perkataan Jeremy Munday (2001:5) dalam bukunya Introducing Translation Studies:Theories and Applications “Dalam sejarah, terjemahan tulisan dan ucapan memegang peranan yang sangat penting dalam hubungan komunikasi antara sesama manusia, tidak hanya mengakses hal-hal penting bagi para ilmuan tetapi juga untuk kepentingan agama”.

Dunia anak-anak merupakan satu fenomena yang sampai sekarang ini masih terus dalam kajian tersendiri yang dilakukan oleh para ahli. Salah dalam memahami dunia anak maka hal ini akan merubah pola pikir dan tingkah laku anak dimasa yang akan datang. Salah satu hal yang sangat mempengaruhinya adalah hasil terjemahan cerita anak yang menjadi bahan bacaan anak-anak. Bahan bacaan anak-anak merupakan bahan awal yangakan mempengaruhi pembentukan karakteristik jiwa anak dan pembentukan diri anak pada masa mendatang. Bahan bacaan terjemahan anak yang baik adalah yang mengikuti kondisi anak sehingga anak tetap mendapatkan cerita-cerita anak yang memang mengandung karakteristik jiwa anak.

Cerita anak yang menjadi pilihan peneliti sebagai bahan penelitian dikarenakan bahan bacaan anak dapat mempengaruhi perkembangan anak. Four Funny Animal Stories (selanjutnya disebut FFAS) merupakan satu serial buku cerita anak yang terdiri dari empat judul yang berbeda, yang dikarang oleh Maharani dan Johnny Rinaldi dalam bentuk bilingual yang dicetak tahun 2008 dan dikeluarkan oleh Percetakan Zikrul Kids. Keempat cerita ini berjudul 1)Heidi’s Spines, 2)Harper’s Furry Tail, 3) Little Lhon Dhok dan 4)Guri’s Ink Saved the Day. Keempat cerita tersebut merupakan cerita yang akan diteliti dalam


(38)

penelitian ini. Alasan peneliti mengambil FFAS sebagai sumber penelitian dikarenakan keempat cerita tersebut dikarang oleh pengarang yang sama dan selama ini penggunaan buku cerita anak yang bertujuan untuk lebih mengenalkan bahasa Inggris kepada anak-anak SD Harapan 1 belum menghasilkan hasil yang maksimal, hal ini dikarenakan buku-buku yang disajikan kepada mereka masih menggunakan bahasa Inggris secara menyeluruh, dikarenakan mereka belum dapat mengartikan secara menyeluruh maka mereka meninggalkan buku cerita tersebut. Dalam beberapa tahun yang lalu pihak sekolah mengambil inisiatif dengan menghadirkan buku cerita bilinggual dengan harapan mereka akan tertarik dan membaca buku cerita tersebut. Dan pada akhirnya secara tidak disadari mereka akan mempelajari bahasa Inggris yang terdapat dalam buku cerita bilingual tersebut. FFAS merupakan salah satu dari sekian banyak cerita bilingual yang ada. Dikarenakan FFAS memiliki ciri khas yaitu dilatarbelakangi oleh materi agama, maka peneliti ingin mendalami FFAS sebagai satu materi yang layak dalam satu kajian penelitian.Dari penelitian ini diharapkan peneliti dapat melihat teknik penerjemahan, metode penerjemahan dan ideologi penerjemahan yang digunakan oleh Pengarang.

Disamping latar belakang diatas peneliti berasumsi dari pengalaman cerita anak menjadi fokus peneliti dalam penelitian ini dikarenakan peneliti secara langsung selama 15 tahun telah berkecimpung dalam dunia anak khususnya pada jenjang Sekolah Dasar. Buku cerita anak merupakan salah satu media yang baik bagi siswa untuk mengenal bahasa Inggris. Hal ini secara sadar maupun tidak akan memberikan satu pengajaran yang akan berjalan dengan sendirinya, mulai


(39)

dari pengenalan arti kata sampai pada bentuk kalimat yang disesuaikan oleh penggunaan waktu dan melalui buku cerita anak semua itu akan berjalan dengan mudah.

FFAS adalah buku cerita yang dibaca oleh siswa baik di waktu istirahat maupun dibawa pulang oleh siswa. FFAS menjadikan binatang sebagai pemeran dalam cerita ini. Dan hal ini akan menarik perhatian anak untuk membaca cerita anak ini. Tupai, Gurita, Landak, dan Bunglon merupakan karakter yang terdapat pada FFAS.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Peneliti menetapkan rumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Teknik-teknik penerjemahan apakahyang digunakan dalam proses

penerjemahan cerita anak FFAS?

2. Metode-metode penerjemahan apakahyang digunakan dalam proses penerjemahan cerita anak FFAS?

3. Ideologi penerjemahan bagaimanakah yang dianut oleh penerjemahdalam proses menerjemahkan cerita anak FFAS?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini diadakan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikanteknik-teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan cerita anak FFAS.

2. Mendeskripsikanmetode-metode penerjamahan yang digunakan dalam menerjemahkan cerita anak FFAS.


(40)

3. Mendeskripsikan ideologi penerjamahan yang dianut oleh penerjemah dalam menerjemahkan cerita anak FFAS.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara teoritis bermanfaat sebagai:

1. Sumbangan bagi pengembangan ilmu kebahasaan (linguistik)

2. Bukti bahwa penerjamahan cerita anak bukanlah satu hal yang mudah untuk dilaksanakan tetapi mengharuskan penerjemah mengenali terlebih dahulu dunia yang menjadi sarana dalam penerjemahan.

3. Pemerkaya khasanah penelitian dalam bidang penerjemahan. 4. Penambah pustaka tulisan tentang terjemahan.

Adapun manfaat penelitian ini secara praktis adalah:

1. Untuk memberikan masukan kepada penerjemah, khususnya penerjemah cerita anak agar lebih teliti dalam melaksanakan proses terjemahan.

2. Sebagai masukan kepada penerbit buku terjemahan cerita anak untuk tidak hanya berfikir masalah benefit.

3. Sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dalam tesis ini merupakan analisis produk teks terjemahan cerita anak. Cerita anak yang diteliti berisikan penyampaian pesan-pesan yang baik bagi pembacanya antara lain : berisikan petuah,nasehatdan juga nilai-nilai agama.


(41)

Objek kajian adalah teknik penerjemahan, metode penerjemahan, dan ideologi penerjemahan

Data yang dikaji merupakan satu rangkaian cerita yang mengandung topik demi topik yang saling berkaitan dalam empat cerita yang berbeda, dan penelitian ini memfokuskan pada tingkatan kata, frasa dan kalimat.

1.6 Klarifikasi Makna Istilah

Istilah merupakan satu makna yang dapat diartikan dengan banyak pengertian, untuk menghindari terjadikan kesalahan dalam mengartikan istilah yang ada, maka perlu diklarifikasikan. Istilah-istilah yang perlu diklarifikasikan adalah:

1. Penerjemahan adalah proses pengalihan makna TSu ke dalam TSa

2. Bahasa sumber (BSu) adalah bahasa teks asal yang diterjemahkan. Dalam penelitian ini bahasa sumber adalah bahasa Inggris.

3. Bahasa sasaran (BSa) adalah bahasa teks hasil terjemahan. Dalam penelitian ini bahasa target adalah bahasa Indonesia.

4. Teknik Penerjemahan adalah cara untuk menganalisis dan mengklarifikasikan bagaimana kesepadanan penerjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada satuan lingual (Molina dan Albir, 2002).

5. Metode Penerjemahan lebih kepada sebuah cara yang digunakan oleh penerjemah dalam proses penerjemahan sesuai dengan tujuannya, sehingga metode penerjemahan sangat mempengaruhi hasil terjemahan.Molina dan Albir (2002: 507-508).


(42)

6. Ideologi Penerjemahan adalahseperangkat ide yang mengatur kehidupan manusia yang membantu kita memahami hubungan kita dengan lingkungan kita (Karuobi, 2008:5). Ideologi penerjemahan ini mempunyai dua kutub. Pertama adalah kutub foreignisasi yang sangat berorientasi pada bahasa sumber. Sebaliknya, ideologi domestikasi beroreintasi pada kaidah, norma dan budaya bahasa sasaran.


(43)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka dimaksud untuk memberikan gambaran atau batasan tentang teori-teori yang dipakai sebagai landasan teori. Dalam kajian pustaka akan dijabarkan beberapa istilah yang berkaitan pada penelitian yang dilaksanakan. Istilah -istilah yang menjadi rujukan dalam penelitian ini antara lain: pengertian cerita anak, penerjemahan, teknik penerjemahan, metode penerjemahan, ideologi penerjemahan.

2.1 Cerita Anak

Cerita anak merupakan bagian dari dongeng yang memiliki arti sebagai cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi, misalnya kejadian-kejadian aneh di jaman dahulu. Dongeng merupakan hasil karya sastra. Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun.

Tarigan (1995:5) mengatakan bahwa buku anak-anak adalah buku yang menempatkan mata anak-anak sebagai pengamat utama, mata anak-anak sebagai fokusnya. Sastra anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak masa kini, yang dapat dilihat dan dipahami melalui mata anak-anak.

Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus


(44)

sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpuh dan bermula pada penyajian nilai dan himbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan. (Wahidin, 2009).

Perkembangan anak akan berjalan wajar dan sesuai dengan periodenya bila disugui bahan bacaan yang sesuai pula. Sastra yang akan dikonsumsikan bagi anak harus mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar mereka atau ada di dunia mereka, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak (Puryanto, 2008:2).

Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa dan puisi dalam sastra anak sangat menonjol. Berdasarkan kehadiran tokoh utamanya, sastra anak dapat dibedakan atas tiga hal, yaitu: (1) sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama benda mati, (2) sastra anak yang mengetengahkan tokoh utamanya makhluk hidup selain manusia, (3) sastra anak yang menghadirkan tokoh utama yang berasal dari manusia itu sendiri (Wahidin, 2008).

2.2 Ciri Sastra Anak

Menurut Puryanto (2008:7) secara garis besar, ciri dan syarat sastra anak adalah cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia anak,


(45)

tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak.

Sejalan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian sekarang ini, pembicaraan teoritis tentang folklor berkisar sekitar cerita (prosa) rakyat meliputi dongeng. Dongeng adalah cerita pendek kolektif kesusastraan lisan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pada hakekatnya dongeng merupakan cerita prosa rakyat rekaan yang dianggap tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga cerita yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau bahkan sindiran. Dalam pikiran orang, dongeng sering dianggap sebagai cerita mengenai peri. Namun, kenyataannya banyak dongeng yang tidak menceritakan mengenai peri, melainkan isi cerita atau plotnya kadangkala berupa kisah atau pengalaman hidup yang dituangkan melalui cerita fiktif dengan tokoh binatang ataupun manusia yang memiliki sifat-sifat tertentu.

2.3 Jenis Dongeng

Aarne dan Thompson (1964:19-20) dalam bukunya berjudul The Types of the Folktale membagi jenis-jenis dongeng ke dalam empat golongan besar, yakni:

1. Dongeng binatang

Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi oleh binatang peliharaan dan binatang liar, seperti binatang menyusui, burung, binatang melata (reptilia),


(46)

ikan dan serangga. Binatang-binatang ini dalam cerita jenis ini dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia.

2. Dongeng biasa

Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seseorang yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang menarik dan bermuatan moral. Dongeng klasik yang biasa diceritakan adalah seperti dongeng bawang putih dan bawang merah. Manfaat dari dongeng ini biasanya memiliki kisah retorika dalam cerita yang bisa ditemukan pada kehidupan sehari hari. Sebagai contoh rasa saling sayang menyanyangi antara sahabat, keluarga dan seluruh lingkungan yang ada. Dalam dongeng ini kecenderungan kemiripan dengan realita yang ada memang lebih besar daripada dongeng binatang/fabel.

3. Lelucon dan anekdot

Lelucon dan anekdot adalah dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati, sehingga menimbulkan tawa bagi orang yang mendengarnya maupun yang menceritakannya, seperti dongeng sikabayan (Jawa Barat) yang lugu dan penuh dengan akal dalam kehidupannya sehari hari. Manfaat dongeng ini selain hiburan bisa juga disisipkan nilai nilai moral yang ada dari tokoh didalamnya, dan pendongeng dalam hal ini harus bisa mengolahnya sedemikian rupa sehingga dongeng tersebut tidak hanya memiliki manfaat sebagai hiburan saja.


(47)

Dari deskripsi pembagian folklor menurut Danandjaya di atas, berdasarkan ciri bahasa dan struktur generiknya, fabel dapat diklasifikasikan ke dalam folklor lisan berbentuk dongeng. Sedangkan menurut Aarne dan Thompson, fabel dapat diklasifikasikan ke dalam animal tales. Penulis sendiri cenderung sependapat dengan pengklasifikasian yang dilakukan Aarne dan Thompson (dalam Danandjaya,2002:86) yang memasukkan fabel ke dalam animal tales.

2.4 Genre Naratif

Sinar (2003: 70) mengatakan “genre naratif adalah tulisan kreatif dan imaginatif yang tujuannya untuk memberikan kesenangan, yaitu untuk mendapatkan perhatian pembaca dan memupuk imajinasi pembaca terhadap cerita. Narasi juga mempunyai nilai pengajaran dan informasi serta merupakan perwujudan refleksi pengarang terhadap pengalaman-pengalamannya”.

Selanjutnya Sinar (2003: 71) melanjutkan jenis-jenis narasi adalah mitos, legenda, cerita peri, misteri, advonturir, roman, horor, hero, parabel, fabel, dan kisah moral. Dari pembahasan Sinar di atas, cerita fabel termasuk ke dalam genre naratif. Sebagaimana pendapat Sinar di atas bahwasanya teks-teks naratif (fabel) tidak hanya berfungsi sebagai teks cerita biasa yang pada umumnya berorientasi menghibur,tetapi juga memiliki kekuatan tersendiri yang mampu berperan ganda, yaitu sebagai bahan bacaan menarik tentang kisah-kisah tertentu dan sebagai media efektif dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan dan sikap dalam pergaulan sesama manusia.


(48)

Pada hakikatnya jenis cerita ini mengusung tema yang sama yaitu membawa nilai-nilai moralitas. Fabel menggunakan karakter binatang sebagai tokoh sentral alur cerita. Nilai-nilai moralitas tergambar pada karakter cerita tersebut.

Menurut Hann, eHow Contributor, mengatakan fabel adalah literatur rakyat yang pada dasarnya termasuk ke dalam tradisi tuturan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sedangkan mengenai tujuan utama penceritaan fabel, Hann menambahkan “They were originally used in a didactic sense: storytelling to teach a lesson (as opposed to entertain)”.Artinya, fabel digunakan untuk mengajarkan nilai-nilai pelajaran didaktik di samping sebagai sarana hiburan.

diakses 20 April 2012).

Knapp dan Watkins (2005: 220—221) dalam buku Genre, Text, Grammar: Technologies for Teaching and Assessing Writing, mengatakan

We cannot say that narrative is simply about entertaining a reading audience, although it generally always does so. Narrative also has a powerful social role beyond that of being a medium for entertainment. Narrative is also a powerful medium for changing social opinions and attitudes.Think about the way that some soap operas and television dramas use narrative to raise topical social issues and present their complexities and different perspectives in ways that are not possible in news reports and current affairs programs.

Dari ungkapan Knapp dan Watkins di atas, dapat ditarik suatu simpulan bahwasanya teks naratif tidak sekedar berfungsi sebagai media hiburan bagi pembaca tetapi jauh dari itu, teks naratif (termasuk fabel) memiliki kekuatan untuk mengubah opini dan sikap sosial suatu komunitas terhadap sesuatu hal.


(49)

Untuk dapat memahami lebih jauh, kiranya perlu dijelaskan secara lebih detil mengenai teks fabel.

2.5 Fabel

Kata fabel dalam kamus The Penguin Dictionary of Literary Terms and Literary Theory (1999: 320) berasal dari kata latin ‘fabula’ yang berarti discourse (wacana) atau story (cerita). Dalam kamus tersebut fabel diartikan sebagai a short narrative in prose or verse which points a moral. Non-human creatures or inanimate things are normally the characters. The presentation of human beings as animals is the characteristic of the literary fable and is unlike the fable that still flourishes among primitive peoples. Artinya, fabel diartikan sebagai cerita pendek naratif berbentuk prosa atau sajak yang mengandung pesan moral. Tokoh karakter ceritanya bukan manusia atau bukan benda mati tetapi menggunakan binatang sebagai tokoh sentral yang memerankan tingkah laku seperti manusia.

Dalam kamus Cambridge Learner’s Dictionary 2nd

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 404), istilah fabel diartikan

sebagai “Cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya

diperankan oleh binatang, biasanya berisi pendidikan moral dan budi pekerti”. edition versi digital, produksi Cambridge University Press tahun 2004 versi 2.0 disebutkan kata fabel diartikan sebagai a short, traditional story, usually involving animals, which is intended to show people how to behave.


(50)

Selain pengertian fabel di atas, terdapat beberapa pengertian lainnya yang secara umum hampir sama maknanya, di antaranya adalah fabel diartikan sebagai short tales that use animals or inanimate objects--through

personification--to teach morals and ethics to people

tanggal 20 April 2012).

Fabel memiliki ciri-ciri bahasa di antaranya simple description, short, simple sentences, careful choice of vocabulary, the story is very brief, main characters are usually animals and are characterized quickly with a few broad strokes, one animal/character usually displays the vice or foible being critiqued. This foible is what brings embarrassment or a downfall to the character and this conclusion leads directly to the moral, which follows the fable and is stated in one sentence.

(diakses pada tanggal 20 April 2012, laman http://teacher.scholastic.com

, hal. 144-145).

2.6 Manfaat Dongeng

Sampai saat ini kegiatan mendongeng sudah banyak ditinggalkan oleh para orangtua, karena dianggap merepotkan dan membuat mereka semakin lelah

setelah seharian bekerja. Padahal sebenarnya mendongeng merupakan kegiatan positif yang bisa mengeratkan hubungan ibu dan anak. Mendongeng sebenarnya bukanlah kegiatan untuk menidurkan anak, tapi lebih berfungsi untuk

meningkatkan kedekatan ibu dan anak, dan mengembangkan kemampuan otak anak.


(51)

Mendongeng juga membantu perkembangan psikologis dan kecerdasan emosional anak, serta beberapa manfaat lain berikut ini:

Pertama, anak akan memvisualisasikan latar, tokoh dan keseluruhan situasi yang terjadi dalam sebuah dongeng, sehingga daya kreatifitasnya dalam berimajinasi akan senantiasa dipicu. Dari sini maka jika dongeng diberikan dengan kontinuitas yang relatif stabil maka daya kreasi anak pun akan semakin terpicu untuk lebih kreatif lagi. Dengan kata lain dongeng bisa mengasah daya fikir dan imajinasi anak.

Kedua, metode penyampaian pesan moral yang efektif. Mengintip keberhasilan orang tua dalam menyampaikan pesan moral atau wejangan melalui dongeng memang sudah menjadi sebuah alasan dongeng kembali digalakkan. Dalam hal ini, nasihat atau pesan pesan moral yang disampaikan orang tua kepada anaknya, akan lebih cepat diresapi dan diterima oleh pendengar (anak anak) melalui dongeng. Kemasan cerita yang dipilih memang menjadi salah satu penentu muatan moral yang disampaikan.

Ketiga, menumbuhkan minat baca. Anak usia pra-sekolah yang kerap kali mendengarkan dongeng, akan terpancing untuk mencari dan membaca cerita yang telah didengarnya tersebut ketika dia telah bisa membaca. Dari sini diharapkan anak yang diawali dengan membaca dongeng tersebut akan terpancing untuk membaca buku/tulisan yang lebih variatif seperti sains, sosial budaya, agama dan sebagainya.


(52)

Keempat, dongeng menjadi sebuah jembatan spiritual yang mengarah pada kedekatan emosional antara pendongeng dan penyimaknya. Dalam hal ini orang tua sebagai pendongeng akan mendapat nilai plus dari anaknya, sehingga kedekatan emosional itu menjadi sebuah manfaat yang secara tidak langsung diperoleh dari aktifitas mendongeng. Tak dapat dipungkiri penulis sebagai contohnya merasakan begitu hangatnya seorang ibu waktu dulu menceritakan dongeng, sehingga pada saat ini sosok ibu menjadi seorang yang angat dirindukan.

Kelima, memicu daya kreatifitas dan memancing wawasan luas bagi orang tua. Daya kreatifitas berfikir anak yang telah diberikan dongeng, bisa memicu dan menimbulkan rasa keingin-tahuan yang begitu banyak. Maka orang tua senantiasa dituntut untuk mencari jawaban atas semua pertanyaannya. Selain itu orang tua juga akan diasah kreatifitasnya dalam penyampaian jawaban, karena baik kosakata maupun kejadian yang berlangsung tidak bisa diterima/dimengerti oleh anak pada beragam usianya. Sehingga orang tua akan mengalami perkembangan wawasan dan kreatifitas yang drastis.

2.7 Pengertian Terjemahan

Pengertian terjemahan menurut Munday (2001:5)adalah peralihan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dalam bentuk teks tulis. “...as changing of an original written text in the original verbal language into a written text in a different verbal language”.


(53)

Translation is the replacement of textual material in one language (SL) by equivalent textual material in another language (TL). (Catford, 1969:20) “Terjemahan adalah penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa (bahasa sumber) dengan padanan materi tekstual dalam bahasa lain (bahasa sasaran)”. Sementara Savory (1969:13) mengungkapkanTranslation is made possibly by an equivalence of thought that lies behind its different verbal expressions. Nida dan Taber (1969:12) mengatakan : “Terjemahan itu mungkin dibuat dengan kesamaan ide yang ada dibalik ungkapan verbalnya yang berbeda”.Translation consists of reproducing in the receptor language the closest natural equivalence of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style. Disisi lain Newmark, 1981:7) mengungkapkan “Terjemahan adalah menghasilkan padanan natural yang paling dekat dari pesan bahasa sumber ke dalam bahasa penerima, pertama dari segi makna dan kedua dari segi gaya. “Translation is a craft consisting in the attempt to replace a written message and/or statement in one language by the same message and/or statement in another language”. “Terjemahan yaitu suatu keahlian yang meliputi usaha mengganti pesan atau pernyataan tertulis dalam suatu bahasa dengan pesan atau pernyataan yang sama dalam bahasa lain”.

Roger T. Bell (1993:5), menyatakan bahwa translating the definition of translation according to Dubois, states that,“Translation is the expression in another language (or target language) of what has been expressed in another, source language, preserving semantic and stylistic equivalences.”.Bell (1993:5), menerjemahkan pengertian terjemahan menurut Dubois, menyatakan bahwa


(54)

“terjemahan adalah ekspresi dari bahasa sumber dari apa yang diekspresikan dari bahasa sasaran, dengan mempertahankan padanan semantik dan stilistiknya”. Di sisi lain Venuti(1991:1) mengatakan: “I see translation as the attempt to produce a text so transparent that it does not seem to be translated”. “Saya memahami terjemahan sebagai sebuah usaha untuk menghasilkan suatu teks yang transparan sehingga teks tersebut tidak kelihatan sebagai terjemahan”.

Berdasarkan definisi terjemahan diatas, terlihat adanya kesepakatan bahwa penerjemahan adalah suatu pekerjaan yang menyangkut keterkaitan antara dua bahasa atau lebih (multy-language) yang menekankan suatu kesamaan, yakni ekuivalensi. Dalam penerjemahan, yang kemudian terjadi adalah transfer makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, dengan keakuratan pesan, keterbacaan, dan keberterimaan produk (Nababan:2010).

Sementara, Larsson (1984:3) mendefenisikan penerjemahan sebagai pengalihan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran melalui tiga langkah yakni: 1) mempelajari leksikon, struktur gramatikal,situasi komunikasi, dan konteks budaya dari teks bahasa sumber; 2) menganalisa teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya; dan 3) mengungkapkan kembali makna yang sama dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran.

Pada sisi lain Bell (1991) memberikan satu tabel yang berisikan tahapan-tahapan dalam proses terjemahan yang sudah lazim dilakukan oleh para


(55)

penerjemah dalam menghasilkan satu terjemahan.Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa dalam proses penerjemahan, pertama sekali penerjemah dihadapkan pada sebuah teks bahasa sumber. Selanjutnya,penerjemah melakukan analisis terhadap aspek semantikyang diungkapkan melalui satuan-satuan lingual (kata,frasa,klausa dan kalimat), untuk memahami makna yang terkandung dalam teks bahasa sumber. Tahapan berikutnya melakukan proses sintesa. Analisis tersebut bertujuan untuk mengungkapkan makna yang terkandung di dalamnya. Apabila penerjemah sudah dapat memahami makna tersebut, dia kemudian mensintesakannya. Selanjutnya, dia mengalihkannya ke dalam bahasa sasaran. Hasil pensintesaan itu berupa teks bahasa sasaran.

Gambar 2.1. Proses Penerjemahan menurut Bell (1991:21) Target Language Text Analysis

Synthesis Source

Language Text

Memory

Analysis

Synthesis Semantic Representation


(56)

2.8 Kompleksitas Penerjemahan

Penerjemahan adalah suatu pekerjaan yang komplek dan bukan merupakan sesuatu yang sederhana. Hal ini dikarenakan banyak hal yang memiliki keterkaitan dengan penerjemahan antara lain budaya. Hal ini senada dengan ucapan Hatim (2001:10), bahwa dalam proses penerjemahan tidak hanya menyangkut kosa kata dan tata bahasa semata, melainkan juga melibatkan unsur-unsur budaya. (A translation work is a multy-faceted activity; it is not a simple matter of vocabulary and grammar only but that it can never be separated from the culture).

Seorang penerjemah disamping memiliki kemahiran dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran, harus juga memiliki keluwesan, dan memiliki wawasan yang luas mengenai berbagai displin ilmu dari bahasa sasaran. Hal ini menunjukkan bahwa proses penerjemahan mengharuskan penerjemah memiliki profesionalisme dalam kerja dan hal ini mutlak. Seorang yang profesional harus memiliki beberapa kompetensi, yakni:

1) Kompetensi dalam dua bahasa (ideal bilingual competence)

2) Memiliki keahlian (expertise) dalam pengetahuan dasar genre teks serta terampil menyimpulkan (inference), dan

3) Kompetensi dalam komunikasi (Bell, 1991:38-41)

Keahlian dan kompetensi yang dimiliki oleh seorang penerjemah merupakan penanda bahwa penerjamah ideal akan berhasil dalam melaksanakan


(57)

dan menerapkan teknik-teknik dan yang lainya dalam melakukan tugasnya dengan baik dan benar.

2.9 Ekuivalensi dalam Penerjemahan

Bahasa sasaran adalah bahasa yang menjadi hasil dari suatu terjemahan, hasil terjemahan idealnya merupakan hasil yang memiliki ekuivalensi dengan kebahasa sasaran, dan memiliki kebaikan hasil terjemahan. Hasil terjemahan yang baik harus memiliki keakuratan pesan dari bahasa sumber, memiliki keterbacaan dan keberterimaan produk. Kebaikan ekuivalensi itu terletak pada tataran kata, frasa, gramatikal, tekstual sampai pada tataran pragmatik. Mona Baker (1992:24) menyatakan bahwa keseluruhan tataran tersebut digunakan dengan syarat bahwa meskipun ekuivalensi dapat dipraktikkan, hal itu tetap dipengaruhi oleh berbagai faktor linguistik dan budaya; karena itu sifatnya adalah relatif. “It is used here with the proviso that although equivalance can usually be obtained to some extent, it is influenced by a variety of linguistic and cultural factors and is therefore always relative”.

Sementara itu Mary Snell dan Hornby (1998:86). tidak menggunakan istilah ekuivalen melainkan istilah paralel teks. Hasil terjemahan diperoleh dari teks lain; teks paralel, yang merupakan hasil dari dua teks independen dari sisi linguistik dan berasal dari situasi yang sangat identik. “A translation is always derived from another text. Parallel texts are two linguistically independent product arising from identical situation”. Ekuivalen dan paralel merupakan terminologi yang bersinomin yakni keduanya memiliki tugas untuk


(58)

menyampaikan pesan yang dikandung oleh bahasa sumber dapat sampai kepada pembaca melalui bahasa sasaran.

Ketidak-akuratan dalam penerjemahan ditandai oleh ketidak-ekuivalenan atau ketidak-paralelan antara bahasa sumber dengan bahasa sasaran, yang akhirnya hasil tersebut adalah produk terjemahan yang tidak baik sebab baik bahasa sumber maupun bahasa sasaran tidak mengandung ide yang sama. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Halliday (2001:16) “That translation equivalance is define in ideational terms; if a text doesnot match its source text idetionally, it does not quality as a translation, so the question whether it is a good translation does not arise”.

2.10 Teknik Penerjemahan

Di dalam Collins English Dictionary, technique is a practical method, skill, or art applied to a particular task. (Teknik adalah suatu metode, keahlian atau seni praktis yang tugas diterapkan pada suatu tugas tertentu). Ada dua hal yang penting pada definisi tersebut yakni: 1) teknik sebagai hal yang bersifat praktis dan 2) teknik di berlakukan terhadap tugas tertentu; dan dalam hal ini tugas penerjemahan yang secara langsung berkaitan dengan masalah penerjemahan dan pemecahannya. ( Machali, 2000:77)

Sementara itu Molina Albir (2002:509) mendefinisikan teknik penerjemahan sebagai prosedur untuk menganalisa dan mengklarifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada


(59)

berbagai satuan lingual. Berikut ini akan dikemukakan teknik penerjemahan menurut Molina dan Albir

2.10.1 Adaptasi

Teknik ini dikenal dengan teknik adaptasi budaya. Teknik ini dilakukan dengan mengganti unsur-unsur budaya yang ada BSu dengan unsur budaya yang mirip dan ada pada BSa. Hal tersebut bisa dilakukan karena unsur budaya dalam BSu tidak ditemukan dalam BSa, ataupun unsur budaya pada BSa tersebut lebih akrab bagi pembaca sasaran. Teknik ini sama dengan teknik padanan budaya,contoh: frasa as white as snow dapat dipadankan dengan seputih kapas, karena kapas dikenal baik di Indonesia, tidak demikian halnya dengan salju, karena salju tidak dikenal dalam bahasa sasaran.

2.10.2 Amplifikasi

Teknik penerjemahan dengan mengeksplisitkan atau memparafrase suatu informasi yang implisit dalam BSu. Teknik ini sama dengan eksplisitasi, penambahan, parafrasa eksklifatif. Catatan kaki merupakan bagian dari amplifikasi. Teknik reduksi adalah kebalikan dari teknik ini, contoh: Idul Fitri dapat diparafrasekan menjadi hari raya umat Islam.

2.10.3 Peminjaman

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan meminjam kata atau ungkapan dari BSu. Peminjaman itu bisa bersifat murni (pure borrowing) tanpa penyesuaian atau peminjaman yang sudah dinaturalisasi (naturalized borrowing)


(60)

dengan penyesuaian pada ejaan ataupun pelafalan. Kamus resmi pada BSa menjadi tolok ukur apakah kata atau ungkapan tersebut merupakan suatu pinjaman atau bukan, contoh dari pure borrowing adalah Mixer yang diterjemahkan menjadi Mixer, sedangkan contoh naturalized borrowing adalah mixer yang diterjemahkan menjadi Mikser.

2.10.4 Kalke

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menerjemahkan frasa atau kata BSu secara literal. Teknik ini serupa dengan teknik penerimaan (acceptation), contoh: Directorate General diterjemahkan menjadi Direktorat Jendral.

2.10.5 Kompensasi

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menyampaikan pesan pada bagian lain dari teks terjemahan. Hal ini dilakukan karena pengaruh stilistik (gaya) pada BSu tidak bisa di terapkan pada BSa. Teknik ini sama dengan teknik konsepsi, contoh: A pair of scissors diterjemahkan menjadi sebuah gunting.

2.10.6 Deskripsi

Teknik penerjemahan yang diterapkan dengan menggantikan sebuah istilah atau ungkapan dengan deskripsi bentuk dan fungsinya, contoh: Capati diterjemahkan menjadi roti panggang yang merupakanmakanan utama pengganti nasi bagi orang India.


(61)

2.10.7 Kreasi Diskursif

Teknik penerjemahan dengan penggunaan padanan yang keluar konteks. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian calon pembaca. Teknik ini lazim diterapkan dalam menerjemahkan judul buku atau judul film. Teknik ini serupa dengan teknik proposal, contoh: The Godfather diterjemahkan menjadi Sang Godfather.

2.10.8 Padanan Lazim

Teknik dengan penggunaan istilah atau ungkapan yang sudah lazim baik berdasarkan kamus atau penggunaan sehari-hari. Teknik ini mirip dengan penerjemahan harfiah, contoh: Snack lebih dikenal daripada kudapan, handphone lebih dikenal daripada telepon genggam.

2.10.9 Generalisasi

Teknik ini menggunakan istilah yang lebih umum pada BSa untuk BSu yang lebih spesifik. Hal tersebut dilakukan karena BSa tidak memiliki padanan yang spesifik. Teknik ini serupa dengan teknik penerimaan (acceptation), contoh: Penthouse, Mansion diterjemahkan menjadi tempat tinggal.

2.10.10 Amplifikasi Linguistik

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menambahkan unsur-unsur linguistik dalam BSa. Teknik ini lazim diterapkan pada pengalihbahasaan


(62)

konsekutif dan sulih suara, contoh: no way diterjemahkan menjadi De ninguna de las maneras dalam bahasa Spanyol.

2.10.11 Kompresi Linguistik

Teknik yang dilakukan dengan mensintesa unsur-unsur linguistik pada BSa. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik amplifikasi linguistik. Teknik ini lazim digunakan pada pengalihbahasaan simultan dan penerjemahan teks film.

Contoh: Yes so what? Diterjemahkan menjadi Y? Dalam bahasa spanyol

2.10.12 Penerjemahan Harfiah

Teknik yang dilakukan dengan cara menerjemahkan kata demi kata dan penerjemah tidak mengaitkan dengan konteks, contoh: killing two birds with one stone diterjemahkan menjadi membunuh dua burung dengan satu batu.

2.10.13 Modulasi

Teknik penerjemahan yang diterapkan dengan mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan BSu. Perubahan sudut pandang tersebut dapat bersifat leksikal atau struktural, contoh:Nobody doesn’t like it diterjemahkan menjadi semua orang menyukainya.

2.10.14 Partikularisasi

Teknik penerjemahan dimana penerjemah menggunakan istilah yang lebih konkrit, presisi atau spesifik, dari superordinat ke subordinat. Teknik ini


(63)

merupakan kebalikan dari teknik generalisasi, contoh:air transportation diterjemahkan menjadi pesawat.

2.10.15 Reduksi

Teknik yang diterapkan dengan penghilangan secara parsial, karena penghilangan tersebut dianggap tidak menimbulkan distorsi makna. Dengan kata lain, mengimplisitkan informasi yang eksplisit. Teknik ini kebalikan dari teknik amplifikasi, contoh: SBY the president of republic of Indonesia diterjemahkan menjadi SBY.

2.10.16 Subsitusi

Teknik ini dilakukan dengan mengubah unsur-unsur linguistik dan paralinguistik (intonasi atau isyarat), contoh: Bahasa isyarat dalam bahasa Arab, yaitu dengan menaruh tangan di dada diterjemahkan menjadi Terima kasih.

2.10.17 Transposisi

Teknik penerjemahan dimana penerjemah melakukan perubahan kategori gramatikal. Teknik ini sama dengan teknik pergeseran kategori, struktur dan unit. Seperti kata menjadi frasa, contoh: adept diterjemahkan menjadi sangat terampil.

2.10.18 Variasi

Teknik dengan mengganti elemen linguistik atau paralinguistik (intonasi, isyarat) yang berdampak pada variasi linguistik: perubahan tona tekstual, gaya


(64)

bahasa, dialek sosial, dialek geografis. Teknik ini lazim diterapkan dalam menerjemahkan naskah drama.

2.11 Metode Penerjemahan

Molina dan Albir (2002:507-508) menyatakan bahwa,“Translation method refers to the way of a particular translation process that is carried out in terms of the translator’s objective, i’e., a global option that affects the whole texts”. Dari referensi tersebut kita menyimpulkan bahwa metode penerjemahan lebih kepada sebuah cara yang digunakan oleh penerjemah dalam proses penerjemahan sesuai dengan tujuannya, sehingga metode penerjemahan sangat mempengaruhi hasil terjemahan. Artinya hasil terjemahan teks sangat ditentukan oleh metode penerjemahan yang dipakai oleh penerjemah itu sendiri karena maksud, tujuan dan kehendak penerjemah akan mempengaruhi hasil terjemahan teks secara keseluruhan.

Hal lain yang menjadi pertimbangan dalam penerjemahan adalah dua model penekanan yang bersifat teknis dari dua sisi, yakni penekanan pada bahasa sumber (source Language Emphasis) dan penekanan pada bahasa sasaran (Target Language Emphasis).

SL Emphasis TL Emphasis

. Word-for-word translation Adaptation

. Literal translation Free translation

. Faithful translation Idiomatic translation

. .Semantic translation Communicative translation Diagram 2.1 : Diagram V Metode Penerjemahan (Newmark, 1998:45)


(65)

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa terjemahan dapat diklasifikasikan dalam dua kategori besar dan masing-masing kategori memiliki empat metode. Kategori pertama terjemahan yang lebih berorientasi pada bahasa sumber, dalam hal ini penerjemahan berupaya mewujudkan kembali dengan setepat-tepatnya makna kontekstual penulis, meskipun dijumpai hambatan sintaksis dan semantik yakni hambatan bentuk dan makna. Kategori kedua, terjemahan yang lebih berorientasi pada bahasa sasaran. Dalam hal ini penerjemah berupaya menghasilkan dampak yang relatif sama dengan yang diharapkan oleh penulis asli terhadap pembaca versi bahasa sasaran.

Dilihat dari orientasinya terhadap bahasa sumber, terjemahan dapat diklasifikasikan dalam:

2.11.1 Penerjemahan Kata-demi-kata

Penerjemahan kata-demi-kata. Metode penerjemahan ini sangat terikat pada tataran kata, sehingga penerjemah sangat mempertahankan susunan kata. Biasanya, penerjemah hanya mencari padanan kata Bsu dalam Bsa sehingga susunan kata dalam kalimat terjemahan sama persis dengan susunan kata dalam kalimat Bsu. Setiap kata diterjemahkan satu-satu berdasarkan makna umum atau di luar konteks, sedangkan kata-kata yang berkaitan dengan budaya diterjemahkan secara harfiah. Metode terjemahan ini memang terkadang bahkan menghasilkan hasil terjemahan yang ambigu. Umumnya metode ini hanya pada saat penerjemah menerjemahkan teks yang sukar atau untuk memahami mekanisme teks Bsu. Biasanya metode ini digunakan pada tahap analisis atau tahap awal pengalihan


(66)

dan juga digunakan untuk penerjemahan tujuan khusus, akan tetapi biasanya tidak lazim digunakan untuk penerjemahan yang umum. Karena hasilnya akan rancu dan kadang maknanya sering kabur.

contoh hasil terjemahan kata-demi-kata

1. BSu : Look, little guy, you-all shouldn’t be doing that.

BSa : Lihat, kecil anak, kamu semua harus tidak melakukan ini.

terjemahannya rancu dan janggal karena susunan frase “kecil anak” tidak berterima dalam tatabahasa Indonesia dan makna frase “harus tidak” itu kurang tepat. Seharusnya kedua frase tersebut menjadi “anak kecil” dan “seharusnya tidak”. Demikian pula dengan kata “that” yang sebaiknya diterjemahkan menjadi “itu” bukan “ini”. Sehingga alternatif terjemahan dari kalimat tersebut menjadi:

‘Lihat, anak kecil, kamu semua seharusnya tidak melakukan itu.’

1. BSu : I like that clever student.

BSa : Saya menyukai itu pintar anak.’ seharusnya: ”Saya menyukai anak pintar itu.”

2. BSu : Lina will go to Bandung tomorrow. BSa : Lina akan pergi ke Bandung besok. 3. BSu : Agus bought me a fan.


(67)

Hasil terjemahan kalimat ini masih bisa berterima karena susunannya tidak terlalu jauh berbeda dengan bahasa kita. Tetapi tidak semua. teks bisa diterjemahkan dengan cara word for word.

2.11.2 Penerjemahan Harfiah

Penerjemahan harfiah berada di antara penerjemahan kata-demi-kata dan penerjemahan bebas. Dalam proses penerjemahannya, penerjamah mencari konstruksi gramatikal BSu yang sepadan atau dekat dengan BSa.

Contoh:

1. BSu : Look, little guy, you-all shouldn’t be doing that.

BSa : Lihat, anak kecil, kamu semua seharusnya tidak berbuat seperti itu.

2. BSu : It’s raining cats and dogs. BSa : Hujan kucing dan anjing.

Terjemahannya masih terasa janggal sebaiknya diterjemahkan “Hujan lebat” atau “Hujan deras”.

1. BSu : His hearth is in the right place. BSa : Hatinya berada di tempat yang benar.

sebaiknya diterjemahkan menjadi “Hatinya tenteram”.

2. BSu : The Sooner or the later the weather will change. BSa : Lebih cepat atau lebih lambat cuaca akan berubah.


(68)

2.11.3 Penerjemahan Setia

Dalam penerjemahan setia, penerjemah berupaya mereproduksi makna kontekstual dari teks asli dengan tepat dalam batasan-batasan struktur gramatikal teks sasaran. Di sini kata-kata yang bermuatan budaya diterjemahkan, tetapi penyimpangan tata bahasa dan pilihan kata masih tetap ada atau dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan TSu, sehingga hasil terjemahan kadang-kadang masih terasa kaku dan seringkali asing.

Contoh:

1. BSu : Ben is too well aware that he is naughty. BSa : Ben menyadari terlalu baik bahwa ia nakal.

Sebaiknya diterjemakan menjadi “ Ben benar benar menyadari bahwa ia nakal

1. BSu : I have quite a few friends.

BSa : Saya mempunyai samasekali tidak banyak teman.

Sebaiknya diterjemahkan menjadi “Teman-teman saya tidak sedikit” karena terjemahan quite a few tidak sedikit

2.11.4 Penerjemahan Semantis

Penerjemahan semantis biasanya lebih luwes daripada penerjemahan setia. Penerjemahan setia lebih kaku dan tidak kompromi dengan kaidah BSa atau lebih terikat dengan BSu, sedangkan penerjemahan semantis lebih fleksibel dengan


(69)

BSa. Penerjemahan semantis biasanya mempertimbangkan unsur estetika teks Bsu dengan cara mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran.

Contoh:

1. BSa :He is a book-worm.

BSu :Dia (laki-laki) adalah seorang yang suka sekali membaca.

Frase book-worm diterjemahkan secara fleksibel sesuai dengan konteks budaya dan batasan fungsional yang berterima dalam BSa. Tetapi terjemahan di atas kurang tepat dan seharusnya diterjemahkan menjadi: ’Dia seorang kutu buku’.

2.11.5 Penerjemahan Adaptasi

Adaptasi oleh Newmark (1988:46) disebut dengan metode penerjemahan yang paling bebas (the freest form of translation) dan paling dekat dengan BSa. Istilah ”saduran” dapat diterima di sini, asalkan penyadurannya tidak mengorbankan tema, karakter atau alur dalam TSu.

Memang penerjemahan adaptasi ini banyak digunakan untuk menerjemahkan puisi dan drama.

Di sini terjadi peralihan budaya BSa ke BSu dan teks asliditulis kembali serta diadaptasikan ke dalam TSa. Jika seorang penyair menyadur atau mengadaptasi sebuah naskah drama untuk dimainkan, maka ia harus tetap mempertahankan semua karakter dalam naskah asli dan alur cerita juga tetap dipertahankan, namun dialog TSu sudah disadur dan disesuaikan dengan budaya


(70)

BSa. Berikut adalah contoh lirik lagu dari sebuah yang disadur dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia

1. BSu: Hey Jude, don’t make it bad Take a sad song and make it better Remember to let her into your heart Then you can start to make it better (Hey Jude-The Beatles, 196)

2. BSa: Kasih, dimanakah Mengapa kau tinggalkan aku Ingatlah-ingatlah kau padaku Janji setiamu tak kan kulupa.

2.11.6 Penerjemahan Bebas

Penerjemahan bebas merupakan penerjemahan yang lebih mengutamakanisi dari pada bentuk teks BSu. Biasanya metode ini berbentuk parafrase yang lebih panjangdaripada bentuk aslinya, dimaksudkan agar isi atau pesan lebih jelas diterima oleh penggunaBSa. Terjemahannya bersifat bertele-tele dan panjang lebar, bahkan hasil terjemahannyatampak seperti bukan terjemahan (Newmark, 1988:46; Machali, 2003:53). Soemarno(2001:33-37) memberi contoh sebagai berikut:

1. BSu : The flowers in the garden.

BSa : Bunga-bunga yang tumbuh di kebun. 2. BSu : How they live on what he makes?

BSa : Bagaimana mereka dapat hidup dengan penghasilannya?

Dalam contoh nomor 1 terjadi pergeseran yang disebut dengan shunt up (langsir ke atas), karena dari frase preposisi in the garden menjadi klausa ’yang tumbuh di kebun’. Sedangkan pada nomor 2 terjadi pergeseran yang disebut dengan shunt


(1)

124 She quickly checked her skin and... Dengan segera dia melihat kulitnya dan...

125 Allahu Akbar... Allahu Akbar... 126 Allah is the Greatest! Allah Mahabesar! 127 Her skin was as brown as the

ground in the hole!

Kulitnya secoklat tanah yang ada di lubangnya!

128 She rushed to the grass outside and her skin became green!

Dia cepat-cepat menuju rerumputan di luar dan kulitnya pun menjadi hijau! 129 Indeed, Allah fulfilled the prayer of

His repented servant!

Sungguh, Allah mengabulkan do’a hamba-Nya yang bertobat!

130 “Mommy... Mommy... My skin has gone back to normal!”

“Ibu... Ibu... Kulitku sudah normal lagi!”

131 “Alhamdulillah “Alhamdulillah.... 132 ... Thank You Allah.” Terima kasih ya, Allah.” 133 Since then, Little Lhon Dhok was

always grateful for what had been given by Allah,

Sejak saat itu, Little Lhon Dhok selalu bersyukur atas apa yang telah

diberikan Allah,


(2)

LAMPIRAN IV

GURI’S INK SAVED THE DAY

No Bahasa Inggris Bahasa Indonesia

1 Long long time ago, Dulu,

2 deep under the sea. jauh di dasar lautan,

3 lived a grey octopus named Guri hiduplah seekor gurita abu-abu bernama Guri.

4 She lived in a cave near a big, brain coral.

Dia tinggal di dalam gua dekat batu karang otak yang besar.

5 There were also several ooctopuses Ada juga beberapa gurita

6 nearby. di sekitarnya.

7 There the pink octopus with rather big head.

Ada Olga, gurita merah muda berkepala agak besar.

8 the green octopus. si gurita hijau 9 the yellow octopus si gurita kuning 10 the blue octopus . si gurita biru 11 One day, Olga, Olla, Olgi, and Olli

visited Guri.

Suatu hari, Olga, Olla, Olgi, dan Olli mengunjungi Guri.

12 “Let’s play, Guri!” they asked. “Main yuk, Guri!” ajak mereka. 13 but what are we going to play? tapi main apa?”

14 “I know. Let’s play ink-spraying!” Olla suggested.

“Aku tahu. Yuk, main semprot tinta!” Olla menyarankan.

15 And they agreed. Dan mereka setuju.

16 Olga had the first turn. Olga mendapat giliran pertama. 17 He took a deep breath Dia menarik napas dalam-dalam

18 sprayed menyemprotkan

19 rose-smelling harum bunga mawar.

20 She took a deep breath Dia mengambil napas dalam-dalam 21 and sprayed his ink towards his

friends and....

dan menyemprotkan tintanya ke arah teman-temannya dan....

22 jasmine-smelling harum bunga melati 23 “It’s beautiful!” Guri and Olga

shouted.

“Indahnya!” teriak Guri dan Olga. 24 She took a deep breath Dia mengambil napas dalam-dalam 25 and squirted his ink upward and.... dan menyemburkan tintanya ke atas

dan....

26 grass-smelling harum rerumputan.

27 the smell Baunya


(3)

29 I love it!” shouted Olga. Aku suka sekali!” teriak Olga. 30 “I feel like I am on the grassy hill.”

Olli commented.

“Aku seakan-akan berada di padang rumput.” Olli berkomentar.

31 Olli had the fourth turn. Olli mendapat giliran keempat. 32 She took a deep breath and squirted

her ink and....

Dia menarik napas dalam-dalam dan menyemburkan tintanya dan.... 33 Out flowed her rainbow-colored,

fruit-smelling liquid!

Mengalirlah cairan warna-warni, dengan keharuman buah-buahan! 34 “Masya Allah.... “Masya Allah....

35 It’s amazing!” Mengagumkan!”

36 “Breathtaking!” “Menakjubkan!”

37 “Awesome!” “Hebat!”

38 “Unbelievable!” “Tak dapat dipercaya!” 39 Olli was delighted to see her friends

so amazed.

Olli senang sekali melihat teman-temannya terkagum-kagum.

40 It seemed that her ink was the best. Kelihatannya, tintanyalah yang paling baik.

41 How about Guri? Bagaimana dengan Guri? 42 What kind of ink would she spray? Tinta macam apa yang akan dia

semprotkan?

43 Guri’s friends waited for her. Teman-teman Guri menunggu. 44 “Now, it’s finally my turn.” Guri

said.

“Sekarang giliranku.” Guri berkata. 45 “Eew.... its stinks!” “Aagh.... Memuakkan!”

46 “Hey, stop it Guri, I can’t see a thing!”

“Hei, hentikan Guri, aku tak bisa melihat apa-apa!”

47 the worst ink tinta yang paling buruk

48 shocked. kaget.

49 wouldn’t mind tidak akan keberatan

50 her black and fishy smelled ink. tintanya yang hitam dan berbau amis.

51 She was wrong. Ternyata dia salah.

52 “We don’t want to play with you anymore

“Kami tak mau main denganmu lagi

53 screamed. Teriak

54 Angrily dengan marah.

55 scuttled off and pergi

56 left Guri in tears. meninggalkan Guri yang tengah menangis.

57 Since then, Guri didn’t have a friend to play with.

Sejak saat itu, Guri tidak memiliki teman bermain.

58 She could only see her friends playing happily form a distance.

Dia hanyabisa melihat teman-temannya bermain dari kejauhan.


(4)

60 she could hear them chatting and laughing cheerfully.

dia mendengar mereka bercakap-cakap dan tertawa dengan gembira.

61 Guri was always alone and sad everyday.

Setiap hari Guri selalu sendiri dan bersedih.

62 Patty the limpet Patty si keong batu

63 that clung to the brain coral said, yang menempel di karang otak berkata,

64 “Your friend are mean to you, Guri. “Teman-temanmu jahat padamu, Guri. 65 They should’ve accepted the way

you are!”

Seharusnya mereka menerima dirimu apa adanya!”

66 “Oh, my God.... Why do I have such black and putrid ink...?” she sighed.

“Ya Tuhan.... Kenapa aku memiliki tinta hitam berbau amis...?” Guri menghela napas.

67 “Surely, there is something good about your ink!”

“Pasti ada hal yang baik mengenai tintamu itu!”

68 Patty the limpet Patty

69 cheered her up. menghiburnya.

70 “Allah the Creator creates everything for a purpose.

“Allah Sang Maha Pencipta

menciptakan segala sesuatunya dengan tujan tertentu.

71 You just haven’t known yet, Guri.” Kamu belum tahu saja, Guri.” 72 One afternoon, as usual, Olga, Olla,

and Olli were playing not far from Guri’s cave.

Suatu sore, seperti biasanya, Olga, Olla, dan Olli sedang bermain-main tak jauh dari gua Guri.

73 They danced and sang happily. Mereka menari-nari dan bernyanyi dengan gembira.

73 Meanwhile, Guri just looked at them sadly.

Sementara itu, Guri hanya bisa melihat mereka dengan sedih.

74 She really wanted to join them. Dia inigin sekali bergabung dengan mereka.

75 Suddenly, there was something swimming towards the octopuses.

Tiba-tiba, ada sesuatu yang berenang ke arah para gurita itu.

76 It swam nearer and nearer and it was....

Sesuatu itu berenang mendekat dan makin mendekat dan ternyata itu adalah....

77 Hammer, the vicious hammer-head shark!

Hammer si hiu kepala martil yang ganas!

78 “Allahu Akbar.... “Allahu Akbar... 79 Allah is the Greatest Allah Mahabesar!


(5)

81 the cruel shark si hiu kejam

82 in deep fright. ketakutan.

83 “Run... Run...!” shouted Olla. “Lari... Lari...!” teriak Olla. 84 “But he is too fast for us!” said Olgi

and Olli anxiously.

“Tetapi dia terlalu cepat buat kita!” kata Olgi dan Olli dengan bingung. 85 “Let’s just spray our ink together,

all at once!” Olga suggested.

“Ayo, semprotkan tinta kita bersama-sama sekaligus!” saran Olga.

86 So they sprayed their ink as much as possible towards Hammer.

Maka mereka pun menyemprotkan tintanya sebanyak-banyaknya ke arah Hammer.

87 Pink, yellow, and green liquid surrounded Hammer.

Cairan merah muda, kuning, dan hijau meliputi Hammer.

88 But what happened? Tapi apa yang terjadi?

89 Hammer just kaughed and laughed! Hammer Cuma tertawa dan tertawa! 90 “Ha... ha... ha... do you think you

silly ink can send me away??”

“Ha... ha... ha... Kalian pikir tinta bodoh kalian ini bisa membuatku pergi??”

91 Hammer showed up his big and sharp teeth,

Hammer memamerkan gigi-giginya yang besar dan tajam,

92 “I am going to gobble all of you up!”

“Aku akan menelan kalian semua!” 93 Hammer opened up his mouth

widely to eat them.

Hammer membuka mulutnya lebar-lebar siap memakan mereka. 94 The four octopuses were terrified. Keempat gurita tersebut ketakutan. 95 “Help... help us... please help!!” “Tolong... tolong kami... tolong!!”

96 Whhooooshsh.... Whhooooshsh

97 all of sudden, Mendadak,

98 everything around Hammer the shark went black.

Hammer dikelilingi oleh cairan hitam. 99 “Hey, what’s this? I can’t see

anything!” Hammer got panicked.

“Hei, apa ini? Aku tidak bisa melihat apa-apa!” Hammer menjadi panik.

100 “Ew.... Yuck! “Agh.... Iihh!

101 It is stinks. Memuakkan.

102 I can’t stand the smell! Aku tak tahan baunya! 103 I am off.... I am off...!” Aku pergi.... Aku pergi...!”

104 swam away berenang pergi.

105 dizzily kepala pusing

106 nauseously. dan perut mual

107 When the black liquid had

dissapeared, Olga, Olla, Olgi, and Olli were surprised as they saw Guri just right in front of them.

Ketika cairan hitam itu menghilang Olga, Olla, Olgi dan Olli sangat kaget waktu melihat Guri berada tepat di depan mereka.


(6)

109 The four octopuses were embarassed.

Keempat gurita tersebut merasa malu. 110 They remembered how they

mocked at her and left her.

Mereka teringat bagaimana mereka mengolok-olok Guri dan

meninggalkannya.

111 Anyway, they apologized to Guri. Lalu, mereka meminta maaf kepada Guri.

112 “Please forgive us, Guri!” begged Olgi and Olga.

“Maafkanlah kami, Guri!” Olgi dan Olga memohon.

113 “Your ink saved our lives. Thank you very much.” Added Olli and Olla.

“Tintamu telah menyelamatkan jiwa kami. Terima kasih banyak.” Sambung Olli dan Olla.

114 “You’re welcome.... Don’t worry, apology accepted.

“Terima kasih kembali.... Jangan khawatir, maafnya diterima 115 And the most important thing is

that all of you have to be grateful to Allah.

Dan yang paling penting, kalian semua harus berterima kasih kepada Allah. 116 He is the one who had saved your

lives.”

Dialah yang telah menyelamatkan kalian!”

117 “Alhamdulillah.... “Alhamdulillah.... 118 Thank You Allah.” Segala puji bagi Allah.” 119 It was getting dark. Hari mulai gelap. 120 It was time for the four octopuses

to go home.

Waktunya untuk Olga, Olla, Olgi dan Olli pulang.

121 They waved their tentacles at Guri. Mereka melambaikan tangan-tangan mereka ke Guri.

122 “See you tomorrow, Guri! “Sampai jumpa besok ya, Guri. 123 Assalamu’alaikum.” Assalamu’alaikum Guri.” 124 “Wa’alaikumsalam.... “Wa’alaikumsalam....

125 see you, my dear friends!” Sampai jumpa teman-temanku sayang!”

126 Guri got into the cave Guri masuk ke gua

127 and smiled sembari tersenyum

128 Patty the limpet Patty si keong batu