Keempat, dongeng menjadi sebuah jembatan spiritual yang mengarah pada kedekatan emosional antara pendongeng dan penyimaknya. Dalam hal ini orang
tua sebagai pendongeng akan mendapat nilai plus dari anaknya, sehingga kedekatan emosional itu menjadi sebuah manfaat yang secara tidak langsung
diperoleh dari aktifitas mendongeng. Tak dapat dipungkiri penulis sebagai contohnya merasakan begitu hangatnya seorang ibu waktu dulu menceritakan
dongeng, sehingga pada saat ini sosok ibu menjadi seorang yang angat dirindukan.
Kelima, memicu daya kreatifitas dan memancing wawasan luas bagi orang tua. Daya kreatifitas berfikir anak yang telah diberikan dongeng, bisa memicu dan
menimbulkan rasa keingin-tahuan yang begitu banyak. Maka orang tua senantiasa dituntut untuk mencari jawaban atas semua pertanyaannya. Selain itu orang tua
juga akan diasah kreatifitasnya dalam penyampaian jawaban, karena baik kosakata maupun kejadian yang berlangsung tidak bisa diterimadimengerti oleh
anak pada beragam usianya. Sehingga orang tua akan mengalami perkembangan wawasan dan kreatifitas yang drastis.
2.7 Pengertian Terjemahan
Pengertian terjemahan menurut Munday 2001:5adalah peralihan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dalam bentuk teks tulis. “...as changing of an
original written text in the original verbal language into a written text in a different verbal language”.
Universitas Sumatera Utara
Translation is the replacement of textual material in one language SL by equivalent textual material in another language TL. Catford, 1969:20
“Terjemahan adalah penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa bahasa sumber dengan padanan materi tekstual dalam bahasa lain bahasa sasaran”.
Sementara Savory 1969:13 mengungkapkanTranslation is made possibly by an equivalence of thought that lies behind its different verbal expressions. Nida dan
Taber 1969:12 mengatakan : “Terjemahan itu mungkin dibuat dengan kesamaan ide yang ada dibalik ungkapan verbalnya yang berbeda”.Translation consists of
reproducing in the receptor language the closest natural equivalence of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style.
Disisi lain Newmark, 1981:7 mengungkapkan “Terjemahan adalah menghasilkan padanan natural yang paling dekat dari pesan bahasa sumber ke dalam bahasa
penerima, pertama dari segi makna dan kedua dari segi gaya. “Translation is a craft consisting in the attempt to replace a written message andor statement in
one language by the same message andor statement in another language”. “Terjemahan yaitu suatu keahlian yang meliputi usaha mengganti pesan atau
pernyataan tertulis dalam suatu bahasa dengan pesan atau pernyataan yang sama dalam bahasa lain”.
Roger T. Bell 1993:5, menyatakan bahwa translating the definition of translation according to Dubois, states that,“Translation is the expression in
another language or target language of what has been expressed in another, source language, preserving semantic and stylistic equivalences.”.Bell 1993:5,
menerjemahkan pengertian terjemahan menurut Dubois, menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
“terjemahan adalah ekspresi dari bahasa sumber dari apa yang diekspresikan dari bahasa sasaran, dengan mempertahankan padanan semantik dan stilistiknya”. Di
sisi lain Venuti1991:1 mengatakan: “I see translation as the attempt to produce a text so transparent that it does not seem to be translated”. “Saya memahami
terjemahan sebagai sebuah usaha untuk menghasilkan suatu teks yang transparan sehingga teks tersebut tidak kelihatan sebagai terjemahan”.
http:www.englishindo.com201101definisi-terjemahan.html Berdasarkan definisi terjemahan diatas, terlihat adanya kesepakatan bahwa
penerjemahan adalah suatu pekerjaan yang menyangkut keterkaitan antara dua bahasa atau lebih multy-language yang menekankan suatu kesamaan, yakni
ekuivalensi. Dalam penerjemahan, yang kemudian terjadi adalah transfer makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, dengan keakuratan pesan, keterbacaan, dan
keberterimaan produk Nababan:2010. Sementara, Larsson 1984:3 mendefenisikan penerjemahan sebagai
pengalihan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran melalui tiga langkah yakni: 1 mempelajari leksikon, struktur gramatikal,situasi komunikasi, dan
konteks budaya dari teks bahasa sumber; 2 menganalisa teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya; dan 3 mengungkapkan kembali makna yang sama
dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran.
Pada sisi lain Bell 1991 memberikan satu tabel yang berisikan tahapan- tahapan dalam proses terjemahan yang sudah lazim dilakukan oleh para
Universitas Sumatera Utara
penerjemah dalam menghasilkan satu terjemahan.Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa dalam proses penerjemahan, pertama sekali penerjemah dihadapkan pada
sebuah teks bahasa sumber. Selanjutnya,penerjemah melakukan analisis terhadap aspek semantikyang diungkapkan melalui satuan-satuan lingual kata,frasa,klausa
dan kalimat, untuk memahami makna yang terkandung dalam teks bahasa sumber. Tahapan berikutnya melakukan proses sintesa. Analisis tersebut bertujuan
untuk mengungkapkan makna yang terkandung di dalamnya. Apabila penerjemah sudah dapat memahami makna tersebut, dia kemudian mensintesakannya.
Selanjutnya, dia mengalihkannya ke dalam bahasa sasaran. Hasil pensintesaan itu berupa teks bahasa sasaran.
Gambar 2.1. Proses Penerjemahan menurut Bell 1991:21
Target Language Text
Analysis
Synthesis Source
Language Text
Memory Analysis
Synthesis Semantic
Representation
Universitas Sumatera Utara
2.8 Kompleksitas Penerjemahan