Teknik, metode, ideologi dan kualitas terjemahan Cerita anak serial erlangga for kids Novalinda

(1)

commit to user

TEKNIK, METODE, IDEOLOGI DAN KUALITAS TERJEMAHAN CERITA ANAK SERIAL ERLANGGA FOR KIDS

Tesis

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik

Minat Utama Linguistik Terapan Bidang Penerjemahan

Oleh :

Novalinda

S130908010

PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011 


(2)

commit to user

i   

ANALISIS TEKNIK, METODE, IDEOLOGI DAN KUALITAS TERJEMAHAN CERITA ANAK SERIAL ERLANGGA FOR KIDS

Disusun oleh:

Novalinda S130908010

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing Pada tanggal: 22 Februari 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana 1963.0328.199201.1001 1944.06021.196511.2001

Mengetahui

Ketua Program Studi Linguistik

Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D 1963.0328.199201.1001


(3)

commit to user

iii

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Novalinda NIM : S130908010

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Teknik, Metode,

Ideologi dan Kua lita s Terjemahan Cerita Ana k Seria l Erla ngga for Kids adalah

benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya yang terdapat dalam tesis ini diberi tanda citasi dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di kemudian hari pernyataan saya tersebut terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang diperoleh dari tesis tersebut.

Surakarta, April 2011 Yang membuat pernyataan,


(4)

commit to user

iv

PERSEMBAHAN

Untuk papa , ma ma da n adikku tercinta

Sua mi da n Putri ku tersa ya ng

Ma lse Yulivestra da n Ha nifa Ra yya Novestra


(5)

commit to user

v

MOTTO

If you want something you have never had,


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan anugrah dan karunia-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penelitian ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan tulus kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D, Ketua Program Studi Linguistik Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai pembimbing I yang telah memberikan kesempatan, kemudahan serta bimbingan dan saran untuk menyelesaikan tesis ini. 3. Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana yang juga selaku pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan saran dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Havid Ardi, S.Pd, M.Hum, Lusi Susilawati, S.S, M.Hum. dan Sonneza Ladyanna S.S, M.A yang telah bersedia untuk menjadi rater disela-sela kesibukan mereka dalam melakukan aktivitas dan telah memberikan penilaian serta saran yang kritis terhadap data-data yang disediakan.

5. Semua dosen Program Pascasarjana UNS yang mengampu mata kuliah pada Program Studi Linguistik Minat Utama Penerjemahan.

6. Semua karyawan perpustakaan dan biro administrasi yang telah memberi bantuan demi kelancaran penulisan tesis ini.


(7)

commit to user

vii

7. Aphien, yang telah meluangkan waktu untuk berdiskusi disela-sela kegiatannya yang padat.

8. Teman – teman angkatan 2008 Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan semangat dan saran kepada penulis agar segera menyelesaikan tesis ini.

9. Malse Yulivestra, suami dan juga merupakan teman hidup yang selalu memberikan bantuan, dorongan dan semangat dalam menyelesaikan studi dan tesis ini.

10.Hanifa Rayya Novestra, putriku tersayang yang sering harus ditinggalkan namun selalu memberikan senyum untuk bundanya.

Hanya ucapan terima kasih dan doa yang tulus dapat penulis sampaikan pada kesempatan ini. Semoga Allah senantiasa melimpahkan pahala dan rahmat-Nya kepada mereka semua atas kebaikan dan pertolongan yang diberikan kepada penulis. Akhirnya, penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap dunia penerjemahan, khususnya penerjemahan cerita anak.

Surakarta, April 2011


(8)

commit to user viii DAFTAR ISI

PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

PENGESAHAN PENGUJI ……… ii

PERNYATAAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ……… xii

DAFTAR TABEL ……….. xiii

ABSTRAK ……….. xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………. 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 7

1.3 Rumusan Masalah ……….. 8

1.4 Tujuan Penelitian ………. 8

1.5 Manfaat Penelitian……… 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Kajian Teori ………. 10


(9)

commit to user ix

2.1.1.1 Pengertian Penerjemahan ………....……… 10

2.1.1.2 Prinsip-prinsip Penerjemahan ……….……… 12

2.1.1.3 Proses Penerjemahan ………...……….. 14

2.1.1.4 Ideologi Penerjemahan ……… 16

2.1.1.5 Metode Penerjemahan ………. 24

2.1.1.6 Teknik Penerjemahan ……….. 31

2.1.1.7 Sekilas tentang Cerita Anak dan Penerjemahannya ... 38

2.2 Penilaian Kualitas Terjemahan ………. 41

2.2.1 Keakuratan (Accuracy) ………..……… 44

2.2.2 Keterbacaan (Readability) ... . 44

2.2.3 Keberterimaan (Acceptability) ... 47

2.3 Penelitian yang Relevan ... 47

2.4 Kerangka Pikir... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ………. 51

3.2 Data dan Sumber Data ……… 52

3.2.1 Dokumen ……….. 52

3.2.2 Nara sumber atau Informan ……….……….. 54

3.3 Teknik Pengumpulan Data ………. 54

3.3.1 Mengkaji Dokumen ……… 55

3.3.2 Memberikan Kuesioner kepada Informan …………..…………. 55


(10)

commit to user x

3.4 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data……… 58

3.4.1. Triangulasi Sumber Data ……… 59

3.4.2. Triangulasi Metode ……….. 59

3.5 Teknik Analisis Data ……… 60

3.5.1 Reduksi Data ... 60

3.5.2 Sajian Data ... 61

3.5.3 Penarikan Simpulan dan Verifikasi ... 61

3.6 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ……… 64

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis... 66

4.1.1 Teknik-teknik Penerjemahan dalam Cerita Anak Serial Erlangga for Kids ... 66

4.1.1.1 Adaptation ... 67

4.1.1.2 Amplification/Addition... 68

4.1.1.3 Borr owing ... 69

4.1.1.4 P articular ization ... 70

4.1.1.5 Esta blished Equivalence ... 71

4.1.1.6 Gener alization... 72

4.1.1.7 Liter al ... 73

4.1.1.8 Modulation ... 74

4.1.1.9 Reduction ... 76


(11)

commit to user xi

4.1.2 Metode Penerjemahan ... 78

4.1.3 Ideologi Penerjemahan ... 79

4.1.4 Analisis Tingkat Keakuratan ... 79

4.1.5 Analisis Tingkat Keberterimaan ... 84

4.1.6 Analisis Tingkat Keterbacaan ... 88

4.2 Pembahasan ... 89

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 101

B. Saran ... 104

Daftar Pustaka ………. 107

Lampiran 1 Data Penelitian

Lampiran 2 Daftar Data yang Termasuk ke Dalam Masing-masing Teknik Lampiran 3 Tabel Keakuratan Terjemahan

Lampiran 4 Tabel Keberterimaan Terjemahan Lampiran 5 Kuesioner Rater

Lampiran 6 Kuesioner Keberterimaan Lampiran 7 Kuesioner Keakuratan


(12)

commit to user xii Daftar Gambar

Gambar 1. Proses Penerjemahan (Nida, 1975:80) ……….. 14

Gambar 2. Metode Penerjemahan (Newmark, 1988:45) ………. 25

Gambar 3. Diagram Kerangka Pikir ……… 50

Gambar 4. Skema Trianggulasi Sumber Data (Sutopo, 2006:94)……… 59

Gambar 5. Skema Trianggulasi Metode (Sutopo, 2006:96)………. 60

Gambar 6. Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2006:120)……… 61


(13)

commit to user xiii Daftar Tabel

Tabel 1. Contoh Terjemahan Dengan Ideologi Foreinisasi……….……… 21

Tabel 2. Contoh Terjemahan Dengan Ideologi Domestikasi………..…………. 22

Tabel 3. Daftar Bilingua l Books yang Digunakan Sebagai Sumber Data. ………… 53

Tabel 4. Skala dan Indikator Penilaian Tingkat Keakuratan Terjemahan …………. 57

Tabel 5. Skala dan Indikator Penilaian Tingkat Keberterimaan Terjemahan ……….. 57

Tabel 6. Contoh Klasifikasi Teknik ……….. 62

Tabel 7. Contoh Analisis Komponen ………... 63

Tabel 8. Prosentase Jenis-jenis Teknik Penerjemahan ………. 67

Tabel 9. Analisis Komponen ……….. 90


(14)

commit to user

xiv

Novalinda. S130908010. 2010. Teknik, Metode, Ideologi dan Kualita s

Terjema ha n Cerita Anak Serial Erlangga for Kids. Tesis. Program Magister

Linguistik Penerjemahan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini adalah penelitian tentang jenis-jenis teknik penerjemahan, metode penerjemahan, ideologi penerjemahan dan kualitas terjemahan yang terdapat dalam cerita anak dwi bahasa Serial Erlangga for Kids. Tujuan penelitian ini adalah: pertama untuk mengidentifikasi teknik-teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan cerita anak, kemudian menganalisis metode dan ideologinya. Tujuan kedua adalah untuk mengidentifikasi dampak penerapan teknik-teknik penerjemahan pada kualitas terjemahan cerita anak yang dilihat berdasarkan keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan. Tujuan terakhir adalah mengidentifikasi teknik mana yang memiliki tingkat keakuratan dan keberterimaan paling tinggi.

Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah buku cerita anak yang berupa

bilingual book dan juga para informan. Dari data tersebut diidentifikasi

teknik-teknik penerjemahannya, kemudian berdasarkan teknik-teknik penerjemahan yang digunakan dapat disimpulkan metode penelitian dan ideologi penerjemahannya. Untuk menilai keakuratan dan keberterimaan data tersebut dinilai oleh tiga orang rater yang sudah terbiasa dengan bidang penerjemahan dan Bahasa Indonesia, sedangkan untuk keterbacaan penulis meminta lima orang anak yang duduk di kelas 3 dan 4 sekolah dasar.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat sepuluh teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah yaitu literal sebanyak 169 data dari 464 data atau 36,4 %, padanan tetap yang 121 data atau 26,1%, transposisi sebanyak 59 data atau 12,7%, reduksi sebanyak 38 data atau 8,2%, amplifikasi sebanyak 42 data atau 9,2%, modulasi sebanyak 8 data atau 1,7 %, adaptasi sebanyak 14 data atau 3%, peminjaman 4 data atau 0,9 %, Partikularisasi 5 data atau 1,2%, dan generalisasi 3 buah data atau 0,6%. Terdapat banyak data yang diterjemahkan menggunakan lebih dari 1 teknik. Berdasarkan mayoritas teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dapat ditarik simpulan bahwa metode penerjemahannya adalah metode penerjemahan komunikatif dengan kecenderungan mempertahankan bentuk bahasa sasaran atau ideologi domestikasi.

Penerapan teknik penerjemahan juga berdampak terhadap kualitas terjemahan seperti keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan. Hal ini dibuktikan bahwa dari 464 data sebanyak 351 data (75,6%) termasuk kategori terjemahan yang akurat, sebanyak 98 data (21,1%) dikategorikan terjemahan kurang akurat dan sebanyak 15 data (3,2%) termasuk kategori tidak akurat. Untuk tingkat keberterimaan sebanyak 392 data (84,5%) masuk kategori terjemahan berterima, 63 data (13,6%) termasuk kategori terjemahan kurang berterima dan sebanyak 9 data (2%) termasuk kategori terjemahan tidak berterima. Dalam hal keterbacaan menurut kebanyakan pembaca sasaran pada umumnya terbaca. Terjemahan cerita anak Serial Erlangga for Kids dapat dikategorikan terjemahan yang bagus karena dapat dimengerti oleh pembaca sasaran dan dapat membantu mereka dalam menambah pengetahuan tentang budaya asing serta menambah pengetahuan mereka terhadap kosa kata Bahasa Inggris.


(15)

commit to user

xv

Novalinda. S 130908010. 2011. Technique, Method, Ideology a nd Tra nslation’s

Quality of Children Literature in Erlangga for Kids Series. Thesis. Master Degree

Program in Translation. Post Graduate Program Sebelas Maret University of Surakarta.

This is a research about technique, method, ideology and translation’s quality of children literature in Erlangga for Kids Series. The aims of this research are first to identify the translation techniques applied by the translators in translating children literature. Then to analyze the method and ideology of translation. The second purpose of the research is to identify the effects of translation technique applied by the translators toward the translation’s quality in the matters of accuracy, acceptability, and readability. The last purpose is to identify which technique is better to the accuracy, acceptability and readability.

The method applied in the research is descriptive qualitative. The sources of the data in this research are texts of children literature and informers. Then the tecniques applied from the data are identified. From those techniques can be identified the method of translation and ideology of the translator. Meanwhile, to assess the accuracy and acceptability, the data were read by three raters who are experts in translation and Indonesian language. The writer asked five children who sit in third and fourth grade of elementary school for the readability

The results of this research show that there are ten translation techniques applied by the translators. They are: literal about 169 data from 464 data or 36,4%, established equivalence about 121 data or 26,1%, transpotition about 59 data or 12,7%, reduction about 38 data or 8,2%, amplification about 42 data or 9,2%, modulation about 8 data or 1,7%, adaptation 14 data or 3 %, pure borrowing 4 data or 0,9, particularization about 5 data atau 1,2% and generalization 3 data or 0,6%. There are many data translated using more than one techniques. Based on the majority of technique being used by the translator it can be concluded that the method of the translation is communicative method. Thus the ideology of the translator is domestication.

The application of translation’s technique gives some impacts toward translation’s quality, specially, to the accuracy, acceptability, and readability. Related to the accuracy, the research results show that from 464 data 351 data (75,6%) are accurate, 98 data (21,1%) less accurate and 15 data (3,2%) not accurate. For the acceptability from 464 data 392 data (84,5%) are acceptable, 63 data (13,6%) are less acceptable and 9 data (2%) are not acceptable. In terms of readability, based on the opinion of the target readers most of the data are quite readable. The books of children literature Erlangga for Kids series can be categorized as good translation books since it can be understood by the target reader and may broad their knowledge about foreign culture and English vocabularies.


(16)

commit to user

1 BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Beberapa tahun belakangan ini banyak kita temukan karya terjemahan di toko-toko buku di Indonesia seperti teks ilmiah, non ilmiah ataupun karya sastra berupa novel, puisi, legenda, cerita anak dan lain sebagainya. Hal ini merupakan kemajuan yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Banyaknya karya terjemahan membuktikan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang kurang menguasai bahasa asing. Kondisi ini juga membuktikan semakin tingginya minat baca masyarakat akan karya-karya asing karena banyak karya terjemahan tersebut yang menjadi best seller seperti serial Harry Potter, Novel The Davinci Code dan lain-lain. Karya terjemahan tersebut berasal dari berbagai bahasa seperti Bahasa Inggris, Bahasa Jepang, Bahasa Jerman, Bahasa Prancis dan lain-lain. Akan tetapi mayoritas karya terjemahan yang sering kita jumpai dipasaran berasal dari bahasa sumber Bahasa Inggris

Kehadiran karya terjemahan ini memberikan banyak kontribusi kepada kajian penerjemahan di Indonesia. Banyak penelitian tentang penerjemahan sudah dilakukan oleh para akademisi, baik penelitian tentang penerjemahan tulis

(translation) ataupun penerjemahan lisan (Interpretation). Penelitian tersebut ada

yang difokuskan kepada proses penerjemahan dan ada juga yang difokuskan pada produk atau karya terjemahan itu sendiri. Hasil dari penelitian penerjemahan ini dapat memberikan masukan positif bagi perkembangan ilmu penerjemahan dan praktisi penerjemahan di Indonesia sehingga para penerjemah dapat menghasilkan


(17)

commit to user

2 karya terjemahan yang lebih baik dan lebih berkualitas untuk masa yang akan datang.

Menurut para ahli, penerjemahan merupakan suatu proses pengalihan pesan dari satu bahasa ke bahasa lain. Menurut orang yang awam tentang ilmu penerjemahan menerjemahkan merupakan pekerjaan yang mudah, cukup dengan bisa berbahasa sumber dan bisa berbahasa sasaran seseorang akan dapat menerjemahkan. Akan tetapi untuk mereka yang mendalami ilmu penerjemahan dan mengerti seluk beluk penerjemahan akan mengatakan bahwa menerjemah itu sulit. Semakin dalam seseorang memahami ilmu penerjemahan maka semakin takut dia menerjemahkan namun akan semakin bagus terjemahannya. Hal ini disebabkan banyaknya faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kegiatan penerjemahan, mulai dari aspek kemampuan berbahasa, tata bahasa, atau aspek linguistik, non-linguistik, kompetensi budaya, dan kompetensi penerjemahan itu sendiri. Selain itu mempertimbangkan siapa pembaca sasaran dan apa tujuan penerjemahan juga merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam menerjemah.

Penerjemahan berperan penting dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar sumber informasi ditulis dalam bahasa asing yang sama sekali berbeda dengan Bahasa Indonesia. Selain itu perbedaan kebutuhan dan kepentingan setiap orang juga membuat penerjemahan menjadi penting. Indonesia sebagai negara berkembang sangat tergantung pada sumber informasi tersebut sehingga suka atau tidak suka kita harus dapat menguasai bahasa pengantar dari informasi yang kita butuhkan agar kita tidak


(18)

commit to user

3 tertinggal semakin jauh dari bangsa yang sudah maju. Namun, sampai sekarang masih banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa menguasai bahasa pengantar dari sumber informasi yang mereka inginkan. Untuk inilah diperlukan jembatan yang dapat menghubungkan masyarakat dengan informasi yang mereka butuhkan. Salah satu jembatan tersebut adalah penerjemah. Seorang penerjemah dibutuhkan untuk menerjemahkan informasi yang ditulis dalam bahasa asing kedalam bahasa yang dimengerti oleh masyarakat sehingga masyarakat dapat memahami dan menggunakan informasi tersebut dalam berbagai aspek kehidupan.

Novel merupakan salah satu jenis teks atau bacaan yang sudah banyak diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Novel-novel tersebut ada yang berupa kisah nyata dan ada juga yang berupa khayalan penulis belaka. Membaca novel dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi mereka yang gemar membaca karena dari membaca banyak hal yang bisa didapat oleh seseorang seperti pengetahuan budaya bangsa lain, gaya hidup, kebiasaan dan lain-lain. Bahkan sering kita mendengar bahwa lebih asyik membaca novelnya daripada menonton filmnya untuk novel-novel yang sudah difilmkan. Akan tetapi untuk memenuhi kebutuhan untuk membaca juga tidak mudah. Untuk pembaca yang tidak punya akses kedalam bahasa sumber atau tidak bisa memahami bahasa asing cenderung memilih novel terjemahan untuk dibaca. Dengan demikian mereka tetap dapat memperoleh pengetahuan mengenai berbagai hal yang mereka butuhkan. Novel, sebagai salah satu karya sastra juga mempunyai pembaca sasaran yang berbeda seperti adanya novel khusus untuk orang dewasa, semua umur, dan anak-anak. Proses penerjemahan untuk berbagai target pembaca pun membutuhkan


(19)

commit to user

4 penerapan teknik yang berbeda dan harus mempertimbangkan bahasa yang digunakan, gender, tingkat kesulitan bahasa, dan lain sebagainya.

Biasanya seseorang yang membutuhkan jasa seorang penerjemah akan memberikan beberapa instruksi atau yang lebih dikenal dengan translation brief

kepada penerjemah berkaitan dengan teks yang akan diterjemahkan seperti untuk siapa terjemahan ini ditujukan, latar belakang pembaca, dan lain sebagainya. Apabila orang yang membutuhkan jasa penerjemah tidak memberikan instruksi atau penjelasan maka penerjemah harus menanyakan hal tersebut kepada konsumennya. Hal ini berguna untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan yang tidak diinginkan dalam karya terjemahan karena berbeda target pembaca dan latar belakang pembaca dapat mempengaruhi teknik yang digunakan dalam penerjemahan. Karya terjemahan yang diperuntukkan untuk pembaca umum membutuhkan penerapan teknik yang berbeda dengan karya terjemahan yang ditujukan untuk pembaca khusus. Untuk pembaca umum semua istilah ataupun konsep-konsep dari bidang tertentu harus diterjemahkan atau dijelaskan sementara untuk pembaca khusus yang sudah mempunyai latar belakang bidang tertentu tidak semua istilah harus diterjemahkan. Nababan (2008:22) mengatakan bahwa, “Apabila suatu terjemahan ditujukan kepada para pembaca yang bukan ahli dalam suatu disiplin ilmu yang diterjemahkan, penerjemah perlu menyederhanakan kalimat terjemahan yang berkonstruksi rumit tanpa mengaburkan atau menghilangkan pesan yang terkandung dalam teks bahasa sumber”.

Begitu juga dalam hal penerjemahan karya sastra, penerjemah harus mempertimbangkan berbagai hal sebelum menerjemahkan. Untuk penerjemahan


(20)

commit to user

5 cerita yang ditujukan kepada anak-anak atau yang juga disebut sastra anak penerjemah hendaknya menggunakan kalimat-kalimat yang sederhana, meminimalisir penggunaan istilah asing dan jumlah kata dalam satu kalimat tidak terlalu banyak. Hal ini ditujukan agar cerita terjemahan mudah dimengerti oleh pembaca anak-anak.

Newmark, (1988:5) mengatakan bahwa penerjemahan merupakan

“rendering the meaning of a text into a nother language in the way that the a uthor

intended the text”. Definisi tersebut mengandung arti bahwa penerjemahan ialah

penyampaian makna dari suatu teks bahasa ke bahasa lain sesuai dengan maksud penulis teks aslinya. Di sini dapat kita lihat salah satu faktor penyebab sulitnya menerjemah adalah penerjemah harus mempunyai pikiran yang setidaknya mendekati sama dengan apa yang dimaksud penulis teks yang akan diterjemahkan. Sementara penerjemah tidak dapat dengan leluasa berkomunikasi secara langsung dengan penulisnya karena berbagai alasan, seperti sulitnya bertemu dengan penulis teks sumber yang disebabkan perbedaan negara tempat tinggal antara penulis teks bahasa sumber dengan penerjemah, adanya penulis teks sumber yang sudah meninggal dan lain sebagainya.

Berdasarkan alasan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap penerjemahan cerita anak karena bagaimanapun juga penerjemahan cerita anak membutuhkan latar belakang pemahaman dan keahlian tertentu terutama yang berkaitan dengan dunia anak-anak, faktor psikologis anak-anak dan bagaimana mengeksplorasikan imajinasi-imajinasi yang terdapat dalam cerita anak. Hal inilah yang memberikan perbedaan penerjemahan cerita anak dengan


(21)

commit to user

6 dengan penerjemahan yang ditujukan untuk pembaca dewasa. Penelitian ini mengkaji mengenai teknik, metode, dan ideologi pada terjemahan cerita anak dalam buku serial Erlangga for Kids kemudian menganalisis tingkat kesepadanan makna akibat pemilihan atau penerapan teknik tersebut.

Buku cerita anak ini merupakan bilingual book atau buku dwi-bahasa yang di dalamnya terdapat cerita dalam bahasa Inggris dan terjemahannya langsung dalam bahasa Indonesia. Penulis tertarik untuk meneliti cerita anak ini karena menurut pihak Toko buku Gramedia sebagai penjual, cerita anak ini sangat diminati oleh anak sehingga laris terjual. Para orang tua membelikan anak-anak mereka buku cerita ini karena dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan anak-anak. Selain itu buku cerita anak ini juga dapat menambah pengetahuan anak-anak terhadap kosa kata Bahasa Inggris. Buku cerita ini juga dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran bagi anak-anak karena dilengkapi dengan gambar-gambar yang menarik sehingga tidak membosankan untuk dibaca. Di samping itu penelitian tentang terjemahan karya sastra seperti novel sudah banyak dilakukan akan tetapi yang berhubungan dengan penerjemahan cerita anak masih sedikit.

Buku bilingual ini pada umumnya dibaca oleh anak usia SD di Indonesia, sedangkan untuk negara asalnya yaitu Inggris buku ini ditujukan untuk anak usia pra-sekolah. Akan tetapi hal yang sama tidak dapat diterapkan di Indonesia. Anak-anak usia pra-sekolah belum akan dapat mengerti tentang cerita yang terdapat dalam buku ini melainkan kalau dibacakan dan dijelaskan apa maksud yang


(22)

commit to user

7 terkandung dalam buku cerita ini oleh orang tua mereka. Hal ini disebabkan bahasa Inggris bukanlah bahasa ibu untuk masyarakat Indonesia.

Penulis mengambil enam buah cerita anak yang ditulis oleh berbagai penulis namun diterjemahkan oleh dua orang penerjemah yang diterbitkan oleh penerbit Erlangga yang merupakan percetakan yang bergerak dalam penerbitan buku-buku sekolah.

Dalam menerjemahkan cerita anak seorang penerjemah harus mempertimbangkan usia pembaca, karena berbeda usia akan berbeda pula tingkat penguasaannya akan bahasa. Anak usia 6 – 9 tahun yang baru duduk di bangku kelas 1-3 SD akan berbeda tingkat penguasaan bahasanya dengan anak yang sudah duduk dibangku kelas 4-6 SD. Untuk itu diperlukan perhatian yang khusus dalam menerjemahkan cerita untuk anak-anak usia tersebut.

1.2 Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini penulis fokus pada pemilihan teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan buku cerita anak serial

Erlangga for Kids. Dari teknik tersebut tergambar metode serta kecenderungan

atau ideologi penerjemahnya. Kemudian penelitian ini mengkaji bagaimana dampak penerapan teknik pernerjemahan ini terhadap kualitas terjemahan dalam hal keakuratan (a ccuracy) pesan, keberterimaan (acceptability) dan keterbacaan


(23)

commit to user

8 1.3 Rumusan Masalah

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teknik-teknik penerjemahan apakah yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan cerita anak serial Erlangga for Kids?

2. Bagaimanakah kecenderungan metode dan ideologi penerjemahan yang diterapkan?

3. Bagaimanakah kualitas terjemahan cerita anak serial Erlangga for Kids

dalam hal keakuratan pesan, keberterimaan dan keterbacaan.

1.4 Tujuan Penelitian

Merujuk pada rumusan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi, mendeskripsikan dan mengklasifikasikan bentuk-bentuk teknik penerjemahan cerita anak Erlangga for Kids

2. Menganalisis metode dan ideologi yang cendrung digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan cerita anak Erlangga for Kids

3. Menunjukkan kualitas terjemahan dalam hal keakuratan pesan, keberterimaan dan keterbacaan.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi akademisi maupun praktisi penerjemahan dalam melakukan praktik penerjemahan. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat membantu praktisi penerjemah dalam melakukan


(24)

commit to user

9 penelitian penerjemahan khususnya yang berhubungan dengan penerjemahan cerita anak. Adapun manfaat yang dimaksud adalah:

1. Dapat memberikan gambaran mengenai teknik-teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan cerita anak Serial Erlangga

for Kids

2. Dapat memberikan gambaran mengenai metode dan ideologi penerjemah dalam menerjemahkan cerita anak Serial Erlangga for Kids.

3. Dapat memberikan gambaran mengenai dampak pemilihan teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan cerita anak Serial Erlangga for

Kids yang dilihat dari aspek keakuratan pesan, keberterimaan dalam


(25)

commit to user

10 BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

2.1 Kajian Teori

Menerjemahkan bukan hanya mengalihkan teks yang ada dalam Bsu ke dalam Bsa tetapi yang terpenting adalah menyampaikan makna yang terdapat dalam Bsu ke dalam Bsa. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal seperti faktor linguistik dan non-liguistiknya, budaya, masyarakat dan kebiasaan yang berlaku dalam dua bahasa yang terlibat.

Pada bab ini penulis mengkaji teori-teori yang terkait dengan masalah yang diteliti dengan tujuan agar diperoleh konsep yang jelas dalam menganalisis data penelitian ini. Adapun teori-teori tersebut berkaitan dengan penerjemahan dan bagian-bagiannya, penilaian kualitas terjemahan serta cerita anak itu sendiri. 2.1.1. Penerjemahan

2.1.1.1 Pengertian Penerjemahan

Banyak pendapat mengenai pengertian penerjemahan yang dapat kita temukan. Pendapat-pendapat tersebut ada yang saling mendukung satu dan lainnya namun ada juga yang berbeda. Seperti yang dikemukakan oleh Catford (1965:20) mendefinisikan penejemahan sebagai “The replacement of textual material in one language (SL) by equivalent textual material in another language

(TL)”. Pemikiran Catford ini merupakan langkah awal bagi perkembangan teori

penerjemahan. Dapat kita lihat bahwa pemikiran Catford masih belum menyentuh tataran makna yang merupakan hal paling penting dalam penerjemahan karena


(26)

commit to user

11 menurut Catford penerjemahan hanya mengalihkan materi teks yang terdapat dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran tanpa memperhatikan aspek makna yang terdapat di dalamnya. Dalam proses penerjemahan seorang penerjemah tidak hanya mengalihkan teks yang terdapat dalam Bsu ke Bsa tetapi juga mengalihkan maknanya dan akan sulit memahami sebuah terjemahan apabila terjemahan tersebut masih mempertahankan bentuk struktur bahasa sumber karena setiap bahasa mempunyai struktur dan kaidahnya masing-masing.

Menurut Larson (1989:1) penerjemahan adalah pengalihan makna dari Bsu ke dalam Bsa. Makna merupakan hal yang harus tetap dipertahankan sedangkan bentuk bahasa atau cara penyampaiannya bisa diubah. Larson membatasi penerjemahan sebagai pengalihan makna yang tidak selalu berusaha mempertahankan bentuk Bsu tetapi maknalah yang harus disampaikan dalam bentuk yang berterima dalam Bsa.

Sementara itu Brislin (1976:1) memberikan pengertian yang lebih lengkap tentang penerjemahan yaitu :

...The general term referring to the transfer of thoughts and ideas from one language (source) to another (target), whether the languages are written or oral form; whether the language have established orthographies or do not have such standardization; or whether one or both languages are based on signs, as with sign languages of the deaf. Pengertian penerjemahan menurut Brislin selain menekankan pada pengalihan pikiran dan gagasan yang berarti mengacu pada makna, juga dijelaskan bahwa penerjemahan tidak hanya terbatas pada bahasa tulis dan lisan tetapi juga pada bahasa-bahasa yang belum mempunyai standar ejaan dan bahkan


(27)

commit to user

12 bahasa isyarat yang digunakan oleh mereka yang tidak bisa berbicara pun bisa dialihkan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penerjemahan bukan hanya pengalihan teks yang terdapat dalam Bsu ke Bsa tetapi juga pengalihan makna yang terdapat dalam Bsu ke Bsa dengan bentuk yang berterima dan mudah dipahami. Di samping itu bentuk kewajaran juga harus dipertimbangkan karena sering terjemahan yang mempertahankan bentuk Bsu kurang berterima dikalangan pembaca karena sulit memahami maknanya.

Bassnett-McGuire (1991:2) memberikan pengertian penerjemahan yang lebih luas dengan menyatakan bahwa penerjemahan merupakan usaha menyampaikan sebuah teks yang terdapat dalam Bsu ke dalam Bsa dengan mengupayakan agar makna lahir dari kedua teks sama dan struktur dari Bsu juga sedapat mungkin dipertahankan, namun tidak begitu dekat untuk menghindari penyimpangan serius pada Bsa.

2.1.1.2 Prinsip-prinsip Penerjemahan

Ada beberapa prinsip dalam penerjemahan yang harus menjadi perhatian penerjemah. Konsep kesepadanan makna antara teks Bsu dan teks Bsa harus diutamakan. Prinsip-prinsip ini merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh seorang dalam melakukan penerjemahan. Tytler dalam Hatim dan Mason (1990:16) menegaskan bahwa terjemahan yang baik harus memenuhi beberapa syarat berikut ini:


(28)

commit to user

13 1. That the translation should give a complete transcript of the ideas of

the original

2. That the style and manner of the writing should be of the same character with that of the original

3. That the translation should have all the ease of original composition Dengan memahami prinsip penerjemahan dengan baik maka seorang penerjemah dapat menghasilkan terjemahan yang baik dan berterima dikalangan pembacanya. Dengan demikian penerjemah tidak boleh asal-asalan menambahkan atau mengurangi makna yang terdapat dalam Bsu ketika menerjemahkannya atau mengalihkannya kedalam Bsa. Penambahan dan pengurangan boleh dilakukan setelah memperhatikan faktor linguistik dan non-linguistiknya dan selama penambahan dan pengurangan yang dilakukan tidak mengubah makna yang terdapat dalam Bsu.

Baker (1992) mengatakan bahwa “Most languages are likely to have equivalents for the more general verbs of speech such a s say a nd speak, but many may not have equivalents for the specific ones. La ngua ges understanda bly tend to make only those distinctions in mea ning which are releva nt to their particular

environtment,”. Dari kutipan ini dapat diperoleh pengertian bahwa ada unit

linguistik yang mempunyai padanan antara satu bahasa dengan bahasa lain akan tetapi juga ada juga yang tidak. Disinilah kemampuan seorang penerjemah sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan permasalahan ini.


(29)

commit to user

14 2.1.1.3 Proses Penerjemahan

Proses merupakan rangkaian yang harus dilalui selama kegiatan berlangsung mulai dari awal hingga akhir. Dengan demikian proses penerjemahan merupakan langkah-langkah atau tahapan yang dilakukan seorang penerjemah mulai dari tahap menganalisis makna yang terdapat dalam Bsu sampai terciptanya sebuah terjemahannya dalam Bsa. Nida menggambarkan proses penerjemahan dalam tiga tahap sebagai berikut:

A ( Source ) B ( Receptor )

( Analysis ) ( Restructuring )

X ( Transfer ) Y Gambar 1. Proses Penerjemahan (Nida, 1975:80)

Pada diagram di atas terlihat bahwa langkah pertama yang dilakukan adalah menganalisis sebuah teks. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca teks yang akan diterjemahkan dengan tujuan untuk mengetahui apa yang ingin disampaikan oleh si penulis asli dan untuk mengidentifikasi kata-kata sulit dan istilah teknis dari kalimat kompleks. Sebagai contoh, garis bawahi kata-kata yang sulit lalu carilah padanan katanya di kamus. Analisis juga dilakukan terhadap hubungan kata secara gramatikal, kolokasi-kolokasi, idiom dan sebagainya. (Soemarmo, 1997:2).


(30)

commit to user

15 Tahap selanjutnya adalah proses transfer atau pengalihan makna dari Bsu ke Bsa. Proses ini terjadi dalam pikiran penerjemah sehingga kecerdasan seorang penerjemah untuk mengikuti alur pemikiran penulis teks Bsu sangat berperan dalam tahap ini. Dalam proses ini seorang penerjemah harus menjaga kesetaraannya dengan maksud kesetaraan dalam hal makna, nuansa, dan gaya yang menjadi ciri dari teks yang diterjemahkan. Dalam tahap inilah dimungkinkan adanya penghilangan dan penambahan makna atau penjelasan yang sebenarnya tidak terdapat dalam Bsu tetapi terdapat dalam Bsa. Penghilangan dan penambahan dapat dilakukan sejauh tidak mengubah makna yang terdapat dalam Bsu karena dalam dua bahasa yang berbeda sudah pasti terdapat perbedaan konsep dan istilah yang mana dalam bahasa yang satu terdapat suatu istilah sedangkan dalam bahasa lain tidak ditemukan padanannya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti faktor sosial, budaya, masyarakat dan lain sebagainya. Basnett (1991:30) mengatakan “once the principle is accepted that sa meness cannot exist between two la ngua ges, it becomes possible to a ppr oach the question

of loss a nd gain.” Menurut Bassnet tidak ada kesamaan mutlak yang terdapat

antara dua bahasa sehingga terjadinya loss and gain mungkin saja terjadi dalam penerjemahan. Dari pendapatnya di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penerjemahan terjadinya penghilangan dan penambahan makna bisa saja terjadi karena dalam penerjemahan akan sangat sulit menemukan padanan makna yang benar-benar sama antara kedua bahasa yang terlibat.

Selanjutnya yang harus dilakukan penerjemah apabila telah selesai dengan analisisnya adalah penyusunan kembali kalimat dalam Bsa (Restr ucturing).


(31)

commit to user

16 Kalimat-kalimat yang dihasilkan pada tahap analisis tentunya belum tertata dengan baik, oleh karena itu perlu dilakukan penyusunan kembali kalimat-kalimat tersebut sesuai dengan struktur Bsa yang baku, kata-kata yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan, serta gaya bahasa yang sesuai, apakah itu bahasa formal, informal, sastra atau puisi sehingga dihasilkan terjemahan yang tidak kaku, mudah dipahami dan akurat.

Larson (1984:3-4) juga menggambarkan proses penerjemahan menurut versinya. Menurut Larson proses penerjemahan dimulai dari adanya teks yang akan diterjemahkan, kemudian yang harus dilakukan penerjemah adalah:

1. Mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi dan konteks budaya dari teks bahasa sumber

2. Menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya

(discovering the meaning)

3. Mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks budayanya (re-express the meaning)

2.1.1.4 Ideologi Penerjemahan

Ideologi dapat diartikan sebagai pandangan umum atau kebenaran yang dianut oleh seseorang atau komunitas. Barthez dalam Hoed (2004:1) mengatakan bahwa ideologi adalah mitos yang sudah mantap dalam suatu komunitas. Mitos di sini merujuk pada pemaknaan atas suatu gejala budaya. Ideologi yang dianut seseorang akan mengarahkan tindakannya sesuai dengan prinsip kebenaran yang dianutnya tersebut. Bassnett & Lefevere dalam Venuti (1995:vii) mengatakan


(32)

commit to user

17 bahwa: “Translation is, of cour se, a rewriting of a n original text. All rewritings, whatever their intention, reflect a certain ideology and a poetics a nd as such manipulate literature to function in a given society in a given way.”

Pandangan Bassnett dan Lefevere menegaskan bahwa dalam proses penerjemahan, apapun tujuannya, tidak luput dan merupakan cerminan dari ideologi yang dimiliki dan berfungsi dalam masyarakat. Dalam penerjemahan

ideologi berarti prinsip atau keyakinan tentang “betul-salah” atau “baik-buruk” (Hoed, 2006:83). Lebih lanjut Hoed juga mengatakan bahwa ideologi muncul sebagai keyakinan mengenai seperti apa bentuk terjemahan yang terbaik dan cocok bagi pembaca Bsa. Ideologi inilah yang nantinya akan mempengaruhi metode seperti apa yang akan digunakan oleh seorang penerjemah dalam melakukan praktek penerjemahan.Di sisi lain kita juga sering menemukan kasus penerjemah menghilangkan kata-kata tertentu (misalnya yang berkaitan unsur seksualitas karena masih dianggap tabu untuk dituliskan) atau modulasi makna. Hal ini dipengaruhi oleh ideologi yang dianut oleh suatu negara atau masyarakat yang bersangkutan.

Secara umum ada dua ideologi dalam penerjemahan yaitu penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber dan penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran. Kedua ideologi ini saling bertentangan satu sama lain karena penerjemah yang lebih memiliki orientasi ke bahasa sumber (foreignization) cenderung mempertahankan bentuk asli bahasa sumber dalam terjemahan seperti struktur Bsu sehingga terjemahannya terasa tidak alamiah lagi atau seperti karya terjemahan. Penerjemah yang lebih berorientasi pada bahasa sasaran


(33)

commit to user

18

(domestication) lebih mengupayakan agar terjemahannya terasa sebagai teks asli

bukan karya terjemahan. Nida (dalam Hamerlain, 2005:55) juga menyatakan pendapatnya berkaitan dengan ideologi ini:

Language is not used in a context less vacuum, rather, it is used in a host of discourse contexts; contexts which are impregnated with the ideology of social systems and institutions. Because language operates within this social dimension it must, of necessity reflect, and some would argue, construct ideology.

Berdasarkan uraian ini tersirat bahwa ideologi yang ada dalam suatu masyarakat tentu sangat berpengaruh pada penerjemahan, mengingat penerjemah itu adalah bagian dari anggota masyarakat dan terjemahan itu juga ditujukan pada masyarakat. Selain itu, dalam penerjemahan tentu ideologi ini juga berperan dalam proses penerjemahan, karena terjemahan berasal dari bahasa berbeda dengan latar budaya berbeda yang tentu memiliki banyak perbedaan terhadap kelompok kelompok lainnya.

Venuti dalam Hoed (2006:84-88) mengamati adanya dua ideologi yang mengarah kedua kutub yang berlawanan. Yang pertama berorientasi pada bahasa sasaran yakni bahwa terjemahan yang betul, berterima dan baik adalah yang sesuai dengan selera dan harapan sidang pembaca yang menginginkan teks tejemahan sesuai dengan kebudayaan masyarakat bahasa sasaran, sehingga terjemahan tersebut tidak dirasa sebagai sebuah karya terjemahan. Ideologi yang lain adalah yang berorientasi pada bahasa sumber, yakni bahwa penerjemahan yang betul, berterima dan baik adalah yang sesuai dengan selera dan harapan sidang pembaca, serta penerbit yang menginginkan kehadiran kebudayaan bahasa


(34)

commit to user

19 sumber atau yang menganggap kehadiran kebudayan asing bermanfaat bagi masyarkat.

Simpulan ini relevan dengan pendapat Nida dan Taber (1982:1) bahwa

“ Correctness must be determined by the extent to which the aver age reader for

which a translation is intended will be likely to under sta nd it correctly.” Bahwa

terjemahan yang baik dan benar itu adalah terjemahan yang mempertimbangkan pembaca sasarannya (target reader). Pembaca yang berbeda akan memerlukan terjemahan yang berbeda, sehingga penerjemah harus menyesuaikan metode dan teknik penerjemahannya. Maka terkait dengan hal diatas, dapat ditarik simpulan bahwa benar-salahnya sebuah terjemahan terkait dengan untuk siapa terjemahan tersebut ditujukan.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa ideologi berada pada tataran yang bersifat makro karena ideologi merupakan kecendrungan seperti apa terjemahan yang ingin dihasilkan terkait dengan keinginan masyarakat. Berikutnya, berdasarkan ideologi atau pandangan tersebut akan melahirkan metode penerjemahan yang diaplikasikan oleh seorang penerjemah dan teknik penerjemahan seperti apa yang digunakan. Hal ini merupakan bagaimana seorang penerjemah menyelesaikan masalah pada tataran mikro penerjemahan (translation unit). Sesuai pendapat Machali (2000) bahwa ideologi muncul sebagai keyakinan mengenai seperti apa bentuk terjemahan yang terbaik dan cocok bagi pembaca Bsa. Ideologi ini nantinya akan mempengaruhi pemilihan metode yang digunakan oleh penerjemah dalam proses penerjemahan.


(35)

commit to user

20 Pada praktiknya, kedua ideologi tersebut muncul dalam masyarakat. Disadari atau tidak, cara kita saat mengemukakan ulang ide, gagasan, terikat dengan ideologi (keyakinan) kita pada konsep yang lebih luas. Secara linguistik hal ini tercermin dari penggunaan bahasa saat mengemukakan ide tersebut yang menampilkan sikap, keyakinan, dan nilai yang dimiliki oleh suatu kelompok tertentu atau masyarakat (Hatim & Mason 1997:143–163). Penerjemah dengan ideologi foreignisasi cenderung mempertahankan gaya penulis asli, sehingga ia lebih cenderung menggunakan metode penerjemahan yang menekankan pada Tsu. Jika merujuk diagram V dari Newmark (1988:45) maka metode yang dipakai cenderung ke sebelah kiri.

Sementara penerjemahan dengan ideologi domestikasi cenderung mengusahakan keberterimaan dalam budaya dan bahasa sasaran. Tujuannya menurut Mazi-Leskovar (2003:254) agar teks terjemahan lebih mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca sasaran. Venuti (1995:21) menyebut kecenderungan ini dengan “transparansi” dan “domestication” karena proses penulisan ulang (penerjemahan) menjadi wacana yang transparan sehingga terjemahan mudah dan lancar dibaca dan dapat memahaminya dari sudut pandang budayanya. Penerjemahan dengan ideologi ini, merujuk diagram V Newmark, cenderung menggunakan metode yang di sebelah kanan. Mazi (dalam Leskovar, 2003:254) memberikan alasan kenapa penerjemahan menggunakan ideologi domestikasi dan foreinisasi. Ideologi domestikasi lahir dari pandangan yang menganggap bahwa keasingan atau keanehan yang tidak biasa dalam teks sumber dapat menjadi penghalang bagi pembaca sasaran untuk memahami teks tersebut. Sehingga perlu


(36)

commit to user

21 ditransparansikan dengan konteks budaya bahasa sasaran. Sementara, foreinisasi yang mempertahankan sejumlah hal yang asing dan tidak biasa dalam bahasa sasaran tersebut dilakukan untuk mempertahankan keeksotisan teks tersebut agar menjadi menarik untuk dibaca. Kedua pandangan ini terlihat memiliki alasan untuk menerapkan ideologi mereka. Berikut adalah contoh terjemahan yang memperlihatkan kecendrungan masing-masing.

Tabel 1. Contoh Terjemahan dengan Ideologi Foreinisasi

Bsu Bsa

I said if he wanted to take a br oa d view of the thing, it really bega n with Andrew Ja ckson. If General Ja ckson ha dn’t r un the Creek up the creek, Simon Finch would never have paddled up the Alaba ma . …

Aku berkata, jika Jem ingin mengambil sudut pandang yang lebih luas, masalahnya dimulai oleh Andrew Jackson. Andaikan Jendral Jackson tidak menggiring suku Indian Creek menjauhi hulu sungai, Simon Finch tak akan pernah mendayung ke hulu sungai Alabama. …

Dari contoh di atas jelaslah penerjemah mempertahankan suasana agar tercipta gambaran seperti pada teks sumber. Nama-nama tempat dengan jelas mengindikasikan bahwa seting cerita terjadi di luar dengan bahasa yang juga terpengaruh pola bahasa Inggris. Selain itu, nama-nama orang dan susunan kata dalam cerita fiksi ini juga dipertahankan sehingga pembaca merasakan karakter dalam cerita adalah orang-orang dari budaya yang berbeda dan terjemahannya terasa kaku sehingga terasa bahwa itu adalah karya terjemahan.


(37)

commit to user

22 Tabel 2. Contoh Terjemahan dengan Ideologi Domestikasi

Bsu Bsa

Strict regulations prevented alienation of the family’s harta pusa ka. Movable property, a nd of that usually only the

istems considered of a “personal”

nature such a s jewelry might be pa wned on a short term ba sis to raise money for almost any need, but still required prior consent from ma mak a nd anyone else thought to have rights over the item to be pa wned.

Only four situations were considered importa nt enough to warrant pa wning a parcel of family land: burial of family member; marriage of a spinster sister; repairs to the family house; a nd installation of the lineage penghulu.

Pengaturan-pengaturan adat yang ketat mencegah terjadinya pembagian-pembagian harta pusaka secara semena-mena. Harta bergerak, bisaanya hanya merupakan harta pencarian pribadi, sperti perhiasan misalnya, mungkin saja dapat digadaikan dalam keadaan terdesak karena tuntutan keperluan darurat tertentu, namun dalam keadaan begini sekalipun, orang masih harus bermusyawarah atau memperoleh persetujuan mamak dan seorang saksi dari pihak yang melakukan pegang gadai.

Dalam hal ini hanya ada empat jenis situasi yang dapat membenarkan terjadinya penggadaian harta-pusaka keluarga, yaitu apabila salah seorang anggota keluarga meninggal dunia (atau mayat terbujur yang belum dikuburkan); perkawinan perawan tua (perawan tua belum bersuami); memperbaiki rumah gadang yang rusak (rumah gadang ketirisan); dan akhirnya bertegak penghulu.

Teks di atas sangat penuh muatan budaya, pada Tsa, terlihat beberapa penjelasan yang dimunculkan oleh penerjemah untuk memunculkan suasana pada situasi yang ingin digambarkannya, sementara hal tersebut tidak terdapat dalam Bsu. Hal ini sesuai dengan prinsip penambahan yang diajukan Savory. Seperti kata “personal nature” dimodulasi dan dieksplisitkan menjadi “harta pencarian pribadi”. Hal ini juga pada kutipan keduanya yang banyak memuat tambahan


(38)

commit to user

23 Savory bagian ini menunjukkan ide yang sama disampaikan dengan gaya yang berbeda, bersifat lokalisasi, dari penerjemah.

Berkaitan dengan penerjemahan cerita anak, Venuti (dalam Oittinent, 2000:74) juga memberikan analisisnya terhadap penerjemahan cerita anak. Ia lebih memilih kecendrungan foreinisasi dari pada domestikasi dalam menerjemahkan cerita anak karena menurut Venuti, “there are several reasons why foreignization is desira ble a nd domestication to be rejected. He finds domestication ethnocentric racism a nd violence, which may only be attacked by

challenging the domina nt aesthetics a nd foreignizing texts”. Dalam hal ini Venuti

sepertinya mengabaikan beberapa faktor dari Bsa karena dengan kecendrungan foreingnisasi maka hasil yang didapat dalam Bsa bisa saja tidak terbaca, kurang keakuratannya dan lain sebagainya karena dua bahasa mempunya banyak perbedaan, baik dalam hal budaya maupun dalam hal tata bahasanya.

Menurut Oittinent, ada baiknya dalam menerjemahkan cerita anak dengan menggunakan kecendrungan domestikasi dengan beberapa adaptasi terutama yang berkaitan dengan unsur-unsur budaya. Dengan demikian cerita terjemahan dapat dimengerti oleh anak-anak dan unsur budaya yang terdapat dalam Bsu pun tidak hilang.

Sebenarnya seiring dengan perkembangan ilmu penerjemahan ada ideologi lain yang berkembang selain domestikasi dan foreinisasi. Ideologi yang berkaitan dengan isu kesetaraan gender, politik, kolonialisme, dan lain-lain. Hal ini banyak dibahas dalam Venuti. Ideologi gender (sexism ideology) misalnya, seperti yang terdapat dalam tulisan Lakoff (1975) yang menggambarkan adanya ideologi


(39)

commit to user

24 pembedaan jender yang merendahkan wanita dalam tataran kebahasaan (Machali, 2000:124). Secara sosiolinguistik hal ini juga disadari bahwa dalam masyarakat terbentuk suatu streotipe bahwa wanita cenderung memperoleh atribut lemah, penurut, pasif. Bahkan jika dilihat di kamus beberapa imej negatif juga lebih banyak dilekatkan pada wanita. Sementara laki-laki cenderung memperoleh atribut perkasa, aktif, pengambil inisiatif dan sederet imej positif lain. Pandangan yang terbentuk dalam masyarakat tersebut berbeda untuk masing-masing budaya.

Kemudian ada juga yang dinamakan ideologi agama. Teks yang mencederai agama sering ditolak oleh masyarakat. Perbedaan ideologi ini biasanya muncul pada teks yang bersinggungan dengan kepercayaan dan agama. Seperti tulisan Salman Rushdie “Satanic Verses” tidak akan diterima jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Selain itu, ideologi agama (religious idelogy) juga mewarnai bentuk terjemahan yang berfungsi dalam keagaaman. Misalnya, Nida & Taber 1982 dalam (Venuti, 1995:21). cenderung mendukung ideologi domestikasi karena bertujuan keberterimaan dan kepahaman pembaca terhadap Alkitab sebagai teks sakral. Hal yang sama juga dipercayai oleh teolog Prancis, Francis I yang menolak terjemahan literal Kitab Perjanjian Lama.

2.1.1.5. Metode Penerjemahan

Metode atau method dalam Cobuild English Dictionary berarti ”particular

way of doing something”. Sementara itu Molina and Amparo (2001:507)


(40)

commit to user

25

process is carried out in terms of the translators objective, i.e a global option that

effect the whole text.” Berdasarkan kamus dan pendapat kedua ahli tersebut dapat

diartikan bahwa metode penerjemahan merupakan pilihan cara penerjemahan pada tataran global yang terjadi dalam proses penerjemahan dan mempengaruhi teks secara keseluruhan terkait dengan tujuan penerjemah.

Berhubungan dengan metode penerjemahan ini, Newmark (1988:45) memberikan sebuah bentuk diagram V yang menggambarkan hubungan antara metode penerjemahan dengan ideologi yang memayungi metode-metode tersebut. Berikut adalah bentuk diagram V yang diajukan oleh Newmark :

SL Emphasis TL Emphasis

Word for word tr anslation Ada ptation Liter al Translation Free tra nslation F aithfull Translation Idiomatic Tra nslation Semantic Tr anslation Communicative Tra nslation

Gambar 2. Metode Penerjemahan (Newmark, 1988:45)

Dari diagram V diatas yang menggambarkan delapan metode penerjemahan yang pada dasarnya menganut dua ideologi penerjemahan yaitu empat metode yang terletak di sebelah kiri merupakan metode yang cenderung mempertahankan bentuk bahasa sumber (foreignization) sedangkan empat metode yang di sebelah kanan merupakan metode yang cenderung kearah bahasa sasaran

(domestication). Berikut penjelasan mengenai delapan metode penerjemahan yang

dikemukakan oleh Newmark melalui diagram V nya.

1. Word for wor d tra nslation (Penerjemahan kata demi kata)

Penerjemahan kata demi kata merupakan penerjemahan yang masih terikat pada struktur Bsu tanpa penyesuaian sedikitpun terhadap struktur Bsa. Nababan


(41)

commit to user

26 (2008:31) menyatakan bahwa dalam menerjemahkan, penerjemah hanya mencari padanan kata Bsu dalam Bsa tanpa mengubah susunan kata dalam terjemahannya. Susunan kata dalam kalimat Bsa sama persis dengan susunan kata yang terdapat dalam kalimat Bsu. Metode ini bisa diterapkan apabila kedua bahasa memiliki kaidah dan struktur bahasa yang sama. Akan tetapi sangat tidak cocok apabila diterapkan dalam menerjemahkan teks bahasa Inggris kedalam Bahasa Indonesia karena kedua bahasa tesebut berbeda baik dalam kaidah maupun strukturnya. Akan tetapi masih menurut Newmark (1988:45) “The main use of word-for-word translation is either to understand the mecha nics of the source language or to

construe a difficult text as a pre-translation pr ocess”. Metode ini berguna bagi

seseorang yang ingin memahami struktur Bsu atau menguraikan teks yang sulit sebagai salah satu tahap sebelum menerjemahkan.

Adapun contoh dari penerjemahan ini dapat dilihat sebagai berikut: Bsu : a. I don’t have my eye on you

b. I’ve alrea dy buried my eye

Bsa :a. Saya tidak mempunyai mata pada mu b. Saya telah mengubur mataku

Dari dua contoh di atas dapat kita lihat bagaimana penerjemahan kata demi kata akan terasa tidak bermakna (mea ningless) bagi pembaca karya terjemahan karena ide atau gagasan yang terdapat dalam teks sumber tidak bisa dipahami oleh pembaca.

2. Literal Tr anslation (Penerjemahan Harfiah)

Pada metode penerjemahan ini penerjemah mengubah struktur kalimat. Bsu kedalam Bsa dengan mendekati sepadan. Metode ini juga merupakan “


(42)

pre-commit to user

27

translation process” dengan alasan untuk menrjemahkan kalimat yang panjang

dan sulit pada awalnya penerjemah menerjemahkan Tsu secara kata demi kata kemudian terjemahan tersebut disesuaikan dengan susunan kata dalam Tsa namun kata-kata dan gaya bahasa dalam Tsu masih dipertahankan dalam Tsa. Contoh penerjemahan yang menerapkan metode ini adalah sebagai berikut:

Bsu : Nowa days television pla ys a significant role not only in a social a nd

political life, acting a s a tool for spreading information a nd for ming people’s mentality, but also in the everyday life of individuals as a

source of entertainment. (Jurgita Venckute, Lithuania)

Bsa :Sekarang ini televisi memegang peran penting, tidak hanya dalam kehidupan sosial dan politik sebagai alat penyebaran informasi dan pembentukan mentalitas masyarakat tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber hiburan.

3. Faithful Translation (Penerjemahan Setia)

Penerjemahan setia merupakan metode penerjemahan yang mencoba untuk setia terhadap maksud dari penulis teks bahasa sumber. Penerjemahan ini dilakukan sebisa mungkin untuk mempertahankan aspek bentuk seperti dalam teks puisi, aspek format seperti dalam teks hukum sehingga pembaca masih secara lengkap melihat kesetiaan pada segi bentuknya. Hoed (2006:57) mengatakan bahwa tujuan melakukan penerjemahan dengan metode ini antara lain untuk memperkenalkan metafora asing, ungkapan dan istilah baru guna mengisi kekosongan ungkapan dan istilah dalam bahasa sasaran. Berikut merupakan contoh dari penerjemahan yang menggunakan metode penerjemahan setia

(faithfull translation).

Bsu : Ben is too well a ware that he is na ughty


(43)

commit to user

28 Contoh di atas memperlihat bahwa kalimat terjemahan atau Bsa maknanya sangat dekat dengan teks Bsu namun masih terasa kaku. Akan lebih wajar apabila dipoles lagi menjadi “Ben sangat sadar bahwa ia sangat nakal”. Di sini terjadi pergeseran bentuk dari frase too well menjadi “sangat” dan pergeseran nuansa makna penyangatan yang terkandung dalam frase too well tersebut.

4. Sema ntic Tra nslation (Penerjemahan Semantik)

Penerjemahan semantik masih merupakan metode penerjemahan yang berorientasi pada Bsu namun metode ini agak lebih luwes daripada penerjemahan setia. Newmark (1988:46) mengatakan:

Semantic translation must take more account of the aesthetic value (that is, the beautiful and natural sound) of the SL text, compromising on ‘meaning’ where appropriate so thatno assonance, word play or repetition jars in the finished version. It may translate less important cultural words by culturally functional terms but not by cultural equivalents and it may make othe small concessions to the readership. It is more flexible

Dari pernyataan tersebut dapat diambil simpulan bahwa penerjemahan semantik harus mempertimbangkan unsur estetika Tsu dengan tetap memperhatikan makna, seperti dalam teks ilmiah yang biasanya berbagai istilah sesuai dengan bidang ilmunya yang harus dipertahankan secara tepat segi semantisnya agar tidak terjadi salah penafsiran. Seperti istilah yang terdapat dalam bidang IT, komputer yang apabila tetap diterjemahkan akan terasa asing dan tidak bermakna.

5. Ada ptation

Metode adaptasi merupakan metode penerjemahan paling bebas karena latar belakang budaya, konteks sosial dan nama tokoh, tema, alur dan lain sebagainya dari sebuah karya sastra dapat diubah sesuai dengan keadaan Bsa.


(44)

commit to user

29 Contoh ini dapat kita lihat pada film yang diproduksi di Amerika dengan judul

“ Pride and Preujdice” yang berlatar belakang budaya Amerika diadaptasi oleh

orang India dan diproduksi ulang dengan judul “Bride and Prejudice”. Dalam film ini semua hal sudah berubah, baik tokohnya, alurnya, dan temanya karena adanya penyesuaian dengan budaya India. Hoed (2006:56) mengatakan bahwa pada penerjemahan yang memakai metode adaptasi nama jenis binatang seperti

ruba h yang merupakan binatang Eropa dapat diganti dengan kancil yang

merupakan binatang khas Indonesia walaupun kedua binatang tersebut mempunyai sifat licik yang berbeda. Nama orang seperti Thomas juga dapat diubah menjadi Tono sesuai dengan latar belakang budaya Indonesia.

6. Free Tr anslation (Penerjemahan Bebas)

Pada metode penerjemahan jenis ini memberikan penerjemah kebebasan dalam menerjemahkan Tsu ke Tsa walaupun masih dalam batasan tertentu, dengan maksud bahwa penerjemah tidak memiliki kebebasan dalam memodifikasi karya asli seperti penyesuaian budaya. Newmark (1988:46) “ Free translation reproduces the matter without the manner, or the content without the form of the original. Usually it is a para phra se much longer than the original a so-called

‘intralingual tra nslation’, often pr olix a nd pretentious, a nd not translation at all.”

Metode penerjemahan kata demi kata dan metode penerjemahan harfiah dianggap sebagai langkah awal penerjemahan (Nababan, 2008:32). Sementara itu, penerjemahan bebas mungkin diawali dengan menerjemahkan kata demi kata kemudian penerjemah menyesuaikan susunan kata dalam kalimat terjemahannya yang sesuai dengan susunan kata dalam kalimat bahasa sasaran.


(45)

commit to user

30

Bsu : Nowa days television plays a significant role not only in a social and

political life, acting a s a tool for spreading information a nd for ming people’s mentality, but also in the everyday life of individuals as a

source of entertainment. (Jurgita Venckute, Lithuania)

Bsa :Peran televisi dewasa ini sebagai alat penyampai informasi, pembentukan mental sekaligus sarana hiburan bagi masyarakat

7. Idiomatic Tra nslation (Penerjemahan idiomatik)

Pada penerjemahan idiomatik ini penerjemah berusaha untuk mengalihkan pesan dari teks asli tetapi nuansa maknanya cenderung sedikit menyimpang. Biasanya hal ini dilakukan melalui penggunaan kolokasi dan idiom yang tidak ditemukan di dalam teks sasarannya.

Bsu : a. The House of Commons ha s 650 members of parlia ments who each represent the particular part of the country.

b. I’ll do it wih my head

Bsa : a. Majelis Permusyawaratan Rakyat memiliki 650 anggota parlemen yang masing-masing dari mereka mewakili daerah tertentu.

b. Saya akan melakukannya dengan cara yang saya anggap pantas

8. Communicative Tra nslation (Penerjemahan Komunikatif)

Metode penerjemahan ini lebih menekankan efek yang ditimbulkan kepada pembacanya. Penerjemahan ini sangat memperhatikan unsur-unsur yang terdapat dalam Bsu dan Bsa seperti budaya dan penulis teks asli sehingga tidak menimbulkan kesulitan dalam membaca terjemahannya. Newmark (1988:47)

“Communicative translation attempts to render the exact contextual meaning of

the original in such a way that both content and language are readily acceptable

and comprehensible to the rea der ship”. Metode penerjemahan ini biasanya sering


(46)

commit to user

31 Sementara itu Larson (1991:16) yang menyebut metode penerjemahan dengan jenis penerjemahan hanya membaginya menjadi dua bagian yaitu penerjemahan harfiah dan penerjemahan idiomatis.

1. Penerjemahan yang berdasarkan bentuk berusaha mengikuti bentuk bahasa sumber dan dikenal dengan sebutan penerjemahan harfiah. 2. Penerjemahan yang berdasarkan makna berusaha menyampaikan

makna teks bahasa sumber dengan bentuk bahasa sasaran yang wajar. Penerjemahan semacam ini disebut penerjemahan idiomatis.

Akan tetapi dalam praktiknya Larson memberikan skala untuk dua jenis penerjemahan ini yang dimulai dengan penerjemahan sangat harfiah, harfiah, harfiah yang disesuaikan, campuran, acak, mendekati idiomatis, idiomatis, dan terlalu bebas.

2.1.1.6. Teknik Penerjemahan

Sesuai dengan maksud penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah pada terjemahannya maka pada sub bab ini penulis akan memberikan uraian tentang teknik penerjemahan.

Technique menurut Collins English Dictionary, is a practical method, skill, or art

applied to a particular task. Terdapat dua hal penting dalam definisi ini: (1)

teknik adalah hal yang bersifat praktis; (2) Teknik diberlakukan terhadap tugas tertentu (dalam hal ini penerjemahan). Jadi teknik secara langsung berkaitan dengan permasalahan teknis yang terdapat dalam penerjemahan dan pemecahannya (Machali, 2009:107). Teknik penerjemahan merupakan aplikasi dari strategi yang dipilih oleh penerjemah dalam menerjemahkan suatu teks.


(47)

commit to user

32 Teknik penerjemahan ini berada pada tataran mikro seperti penerjemahan kata, istilah, konsep dan kalimat. Pemilihan teknik ini tergantung kepada konteks, tujuan, jenis penerjemahan dan pembaca sasaran.

Menurut Molina dan Albir (2002:499) “translation technique that allows us to describe the actual steps taken by the translators in each textual micro-unit and obtain clear data about the general methodological option chosen” .

Newmark (1988:81) menggunakan istilah prosedur penerjemahan untuk teknik penerjemahan “…translation procedure are used for sentences a nd the smaller

units of langua ge.” Kedua pernyataan ini “ translation technique and Translation

procedure” memiliki persamaan yaitu sama-sama berada pada tataran mikro dari

suatu teks.

Molina dan Albir (2002:509) merumuskan teknik sebagai prosedur untuk menganalisa dan mengklasifikasi masalah kesepadanan dalam penerjemahan. Mereka memberikan lima karakteristik dasar teknik penerjemahan, yaitu:

1. They affect the result of the translation

2. They are classified by comparison with the original 3. They affect micro units of text

4. They are by nature discursive and contextual 5. They are functional

Dengan kata lain penggunaan teknik penerjemahan dapat mempengaruhi teks terjemahan, teknik penerjemahan dapat diidentifikasi setelah dibandingkan antara Bsu dan Bsa, teknik penerjemahan berpengaruh pada tataran mikro, dan lain sebagainya.


(48)

commit to user

33 Teknik penerjemahan diklasifikasikan menjadi 18 macam:

1. Ada ptation

Teknik ini bertujuan untuk mengganti unsur budaya yang ada pada Bsu ke dalam budaya Bsa

Bsu : baseball (E) Bsa : futbol (Sp)

2. Amplification

Teknik ini digunakan untuk mengungkapkan detail pesan secara eksplisit atau memparafrasekan informasi yang implicit dari Bsu ke dalam Bsa. Bsu : syahru ramadhan (A)

Bsa : ramadhan, the muslim month of fasting (E)

3. Borrowing

Teknik penerjemahan yang meminjam kata atau ungkapan dari Bsu baik sebagai peminjaman murni (pure borrowing) ataupun peminjaman yang sudah dinaturalisasikan (naturalized borrowing) baik dalam bentuk morfologi ataupun pengucapan yang disesuaikan dalam Bsa.

a. pure borrowing

Bsu : lobby (E) Bsa : lobby (Sp)

b. natur alized borrowing

Bsu : meeting (E) Bsa : mitin (Sp)

4. Calque

Teknik ini merujuk pada penerjemahan secara literal, baik kata maupun frasa dari Bsu ke dalam Bsa.


(49)

commit to user

34 Bsu : echole normale (F)

Bsa : normal school (E)

5. Compensation

Teknik penerjemahan yang memperkenalkan unsur-unsur pesan atau informasi yang terdapat dalam Bsu yang mengandung unsur stilistika ke dalam Bsa.

Bsu : enter, stanger, but take heed of what awaits the sin of greed Bsa : masuklah, orang asing, tetapi berhati-hatilah terhadap dosa yang

harus ditanggung orang serakah.

6. Description

Teknik ini diterapkan untuk mengganti sebuah istilah atau ungkapan dengan deskripsi baik dalam bentuk maupun fungsinya.

Bsu : panettone (I)

Bsa : the traditional italian cake eaten on new year’s Eve (E)

7. Discur sive Creation

Teknik ini dimaksudkan untuk menampilkan kesepadanan sementara yang tidak terduga atau keluar kontek. Teknik ini biasa dipakai untuk menejemahkan judul buku atau judul film.

Bsu : rumblefish (E)

Bsa : la ley de la calle (Sp) padanan sementara yang kadang-kadang tidak terprediksi.


(50)

commit to user

35

8. Esta blished Equivalence

Teknik ini cenderung menggunakan istilah atau ekspresi yang sudah dikenal baik dalam kamus atau penggunaan bahasa sehari-hari dari Bsa. Bsu : they are as like as two poas (E)

Bsa : se parecen como dos gotas de aqua (Sp) padanan tetap

9. Generalization

Teknik ini diterapkan dengan cara merubah istilah asing yang bersifat khusus menjadi istilah yang lebih dikenal umum dan netral dalam Bsa. Bsu : chalet (Sw)

Bsa : pondok peristirahatan (Indo)

10.Linguistic Amplification

Teknik ini digunakan untuk menambah unsur-unsur linguistik dalam teks Bsa agar lebih sesuai dengan kaidah Bsa. Teknik ini bisaa digunakan dalam consecutive interpreting atau dubbing (sulih suara)

Bsu : shall we? (E)

Bsa : bisakah kita berangkat sekarang? (Indo)

11.Linguistic Compression

Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan cara mensintesa unsur-unsur linguistik dalam teks Bsu yang biasanya diterapkan dalam simultaneous

interpreting atau penerjemahan teks film (subtitling)

Bsu : yes, so what? (E) Bsa : ¿ Y ? (Sp)


(51)

commit to user

36 Dalam Bahasa Spanyol Tsu “Yes, so what? yang berasal dari Bahasa Inggris lebih cendrung diterjemahkan dengan mengunakan simbol ¿ Y ? daripada menerjemahkannya dengan jumlah kata yang sama ¿Sí, y qué?

12.Literal Tra nslation

Teknik ini digunakan untuk menerjemahkan sebuah kata atau ekspresi secara kata perkata.

Bsu : she is reading (E) Bsa : ella esta leyendo (Sp)

13.Modulation

Dalam teknik ini penerjemah mengubah sudut pandang, focus, kategori kognitif dalam kaitannya dengan Bsu.

Bsu : satasiru aban (A)

Bsa : you are going to have a child (E)

14.Particularization

Teknik ini merupakan kebalikan dari generalization dimana istilah yang lebih konkrit atau lebih jelas dituliskan dalam Bsa bila dalam Bsu hanya terdapat istilah umum.

Bsu : window (E)

Bsa : guichet, fenetre, devanture (F)

15.Reduction

Teknik ini focus pada pemadatan dari tek Bsu kedalam Bsa. Teknik ini biasa disebut sebagai kebalikan dari amplification


(52)

commit to user

37 Bsa : Syahru ramadhan (A)

16.Substitution

Teknik ini dilakukan dengan cara mengubah unsur-unsur linguistik ke dalam paralinguistik atau sebaliknya. Teknik ini biasanya digunakan dalam pengalih-bahasaan.

Bsu : Put your hand on heart (A) Bsa : Thank you (E)

17.Tra nsposition

Dalam teknik ini penerjemah mengubah kategori gramatikal Bsu ke dalam Bsa yang dianggap lebih sesuai.

Bsu : Would you like to come in or you just passing through? (E) Bsa : Kau mau masuk sebentar? (Indo)

18.Variation

Pada teknik ini penerjemah mengubah unsur-unsur linguistik dan paralinguistik yang mempengaruhi variasi linguistik, perubahan tone

secara tekstual, gaya bahasa, dialek sosial, dan juga dialek geografis. Teknik ini biasanya ditemukan dalam penerjemahan teks drama.

Bsu : Hi, Love (E) Bsa : Halo, Say (Indo)

Masih banyak ahli penerjemahan yang mengemukan teknik-teknik penerjemahan seperti Machali yang menyebutnya dengan prosedur penerjemahan, Benny H Hoed menamakannya dengan teknik penerjemahan. Akan tetapi dalam penelitian ini penulis memakai teknik penerjemahan yang diusulkan oleh Molina


(53)

commit to user

38 dan Albir (2002:509-511) karena teknik penerjemahan ini dianggap yang paling lengkap dibanding teknik penerjemahan yang diusulkan oleh ahli lain.

2.1.1.7 Sekilas tentang Cerita Anak dan Penerjemahannya

Cerita untuk anak berbeda karakteristiknya dengan cerita yang ditulis untuk pembaca remaja ataupun dewasa karena anak-anak mempunyai dunianya sendiri dengan pemikirannya sendiri. Riitta Oittinent (2000:61) “Children’s literature ca n be seen either a s literature produced and intended for children or

as literature read by children”. Menurut Riitta, sastra anak merupakan karya

sastra yang dihasilkan dan ditujukan kepada anak-anak atau karya sastra yang dibaca oleh anak-anak. Pendapat lain datang dari Lennart Hellsing dalam (Oittinent, 2000:62) yang melihat sastra anak dari sisi sosiologi atau psikologi anak-anak. Ia mengatakan bahwa sastra anak adalah semua yang dibaca atau didengar oleh anak-anak, baik itu berupa Koran, cerita bersambung, tayangan televisi dan radio. Masih menurut Riitta Oittinent (2000:4-5) juga mengatakan bahwa cerita anak mempunyai ciri-ciri khusus yaitu:

Children’s books are often illustrated and often meant to be read aloud. Illustrations are of major importance in children’s literature, especially in books written for illiterate children. The illustrations in picture books may often be even more important than the words, and sometimes there are no words at all.

Dikatakan bahwa cerita anak pada umumnya dilengkapi dengan gambar-gambar karena gambar-gambar tersebut mempunyai peranan penting yang bahkan lebih penting daripada kata-kata yang ada dalam cerita tersebut.


(54)

commit to user

39 1. Cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak. 2. Puisi anak mengandung tema yang menyentuh, ritme yang meriangkan anak, tidak terlalu panjang, ada rima dan bunyi yang serasi dan indah, serta isinya bisa menambah wawasan pikiran anak.

Penerjemahan cerita anak sudah terjadi sejak lama, seperti cerita anak yang sudah melegenda Alice in Wonderland dan sudah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa di dunia, begitu juga dengan cerita-cerita anak lainnya seperti

Cinderella dan lain sebagainya. Banyak ahli sudah melakukan penelitiannya akan

penerjemahan cerita anak tersebut dan mendapatkan temuan-temuan penting dalam penelitian mereka.

Penerjemahan karya sastra seperti novel terasa lebih sulit karena memerlukan syarat-syarat sebagai bagai berikut, Nida dan Savory dalam

http://doenia devi.wor dpress.com/2009/10/20/proses-penerjema ha n-puisi :

1. Memahami dan menguasai bahasa sumber

2. Menguasai dan mampu memakai bahasa sasaran dengan baik, benar dan efektif

3. Mengetahui dan memahami sastra, apresiasi sastra dan teori penerjemahan


(55)

commit to user

40 5. Memiliki keluwesan kongnitif dan keluwesan sosiokultural

6. Memiliki keuletan dan motivasi yang kuat

Thomson (2003:241-248) menemukan bahwa penerjemahan cerita anak dalam kondisi negara yang tidak aman atau perang sangat berpengaruh pada terjemahan itu sendiri, karena dalam situasi ini karya terjemahan dipengaruhi oleh banyak hal seperti faktor ekonomi, faktor ideologi, dan propaganda. Hal ini dia temukan dalam penelitiannya terhadap penerjemahan cerita anak dimasa rezim Jerman ketika berperang sampai akhirnya terjadi perpecahan antara Jerman Barat dan Jeman Timur.

Maria-Eva Metcalff (2003:322-326) juga melakukan penelitiannya terhadap pentingnya pengetahuan budaya dalam menerjemahkan cerita anak. Maria memilih lima orang mahasiswa German yang sedang belajar Bahasa Inggris disebuah universitas di Amerika untuk menerjemahkan cerita anak yang Bsu nya Bahasa German kedalam Bsa Bahasa Inggris. Penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut tidak berani mempublikasikan terjemahannya karena merasa banyak hal masih kurang, mereka hanya mem-posting terjemahan tersebut diwebsite dan meminta tanggapan para pemirsa. Mereka menerima banyak masuk terkait dengan banyak faktor seperti politik, moral, sosial, ekonomi, agama, ideologi, psikolologi yang harus dipertimbangkan. Hal ini disebabkan cerita anak bertujuan untuk mendidik anak makanya penerjemah dengan latar belakang faktor-faktor tersebut sangat diperlukan.


(56)

commit to user

41 2. 2 Penilaian Kualitas Terjemahan

Penilian kualitas karya terjemahan yang mulai ilmiah dan objektif diajukan oleh Nida (1964) akan tetapi hasilnya masih dipertanyakan tingkat keobjektifannya Newmark (dalam Al-Qinal, 2000:498). Menurut Nida & Taber (1969:169-173) ada beberapa cara untuk mengukur kualitas terjemahan yaitu:

Cloze technique (teknik cloze tes), reaction to alternatives (meminta respon

pembaca dengan alternatif jawaban/terjemahan), explaining the contents (meminta penjelasan kerekan tentang sebuah terjemahan), reading text aloud (membaca teks dengan suara keras, publication of sa mple material (mempublikasikan karya terjemahan dengan tujuan meminta pendapat pembaca terhadap sebuah karya terjemahan).

Selanjutnya Brislin (1976:15-16) mengajukan tiga teknik mengevaluasi kualitas terjemahan, yaitu: back translation (terjemahan balik), knowledge testing

(uji pengetahuan), performance testing (uji performansi). Namun teknik ini mempunyai kelemahan pada standar nilai karena hanya terbatas pada satu jenis teks dan hanya melihat dari sisi responden.

Larson (1984:489-503) juga memberikan beberapa cara untuk menguji kualitas produk terjemahan yaitu dengan cara: comparison with the source

langua ge (membandingkan karya terjemahan dengan bahasa sumber), back

translation (meminta seseorang yang menguasai bahasa sumber dan bahasa

sasaran untuk melakukan penerjemahan balik), comprehension test (tes pemahaman dengan tujuan melihat apakah pembaca mengerti dengan baik sebuah karya terjemahan atau tidak), Naturalness test (tes kealamiahan), readability test


(1)

commit to user

101 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis, peneliti menarik simpulan akhir penelitian, yaitu:

1. Terdapat sepuluh teknik penerjemahan yang diaplikasikan penerjemah dalam menerjemahkan cerita anak serial Erlangga for Kids yaitu literal sebanyak 169 data dari 464 data atau 36,4 %, padanan tetap sebanyak 121 data atau 26,1%, transposisi sebanyak 59 data atau 12,7%, Amplifikasi sebanyak 42 data atau 9,2%, reduksi sebanyak 38 data atau 8,2%, adaptasi 14 data atau 3 %, Modulasi 8 data atau 1,7 %, partikularisasi 6 data atau 1,3%, peminjaman murni 4 data atau 0,9% dan generalisasi 3 buah data atau 0,6%. Terdapat banyak data yang diterjemahkan menggunakan lebih dari 1 teknik sehingga dari 262

kalimat yang terdapat dalam enam buah cerita anak Serial Erlangga for

Kids didapat sebanyak 464 data. Teknik penerjemahan literal merupakan teknik yang paling banyak muncul, penulis berasumsi bahwa menurut penerjemah karya terjemahannya akan dapat dipahami walaupun diterjemahkan menggunakan teknik literal karena sesuai dengan target pembacanya yaitu anak-anak yang memiliki pola kalimat sederhana dan pendek dengan alur yang lurus dan tidak berbelit-belit sehingga walaupun diterjemahkan secara literal pun tidak berpengaruh


(2)

commit to user

102

pada tingkat keterbacaan dan keberterimaannya. Alasan lain menurut peneliti, untuk kalimat-kalimat yang pendek terdapat beberapa

kesamaan struktur bahasa antara Bsu dan Bsa. Misalnya, One egg

hatched, tha n two, then three, deep inside a willow tree yang

diterjemahkan Satu telur meneta s, kemudia n dua, lalu tiga, ja uh di

dala m sebua h pohon dedalu. Kalimat ini diterjemahkan secara literal dan secara kualitas terjemahan ini akurat dan berterima menurut rater. Selanjutnya teknik padanan tetap, transposisi, amplifikasi/addition, pengurangan merupakan teknik-teknik yang cukup sering muncul. Penerjemah memilih untuk menggunakan teknik-teknik tersebut agar terjemahannya terasa lebih alami dan berterima dalam Bsa. Begitu juga dengan teknik adaptasi, generalizasi, partikularisasi dipilih agar terjemahan tidak terasa kaku dan menyenangkan untuk dibaca karena kesemua teknik-teknik tersebut merupakan teknik penerjemahan yang lebih mempertahankan bentuk bahasa sasaran. Berdasar jumlah teknik penerjemahan yang digunakan dapat disimpulkan bahwa delapan teknik yaitu padanan tetap, adaptasi, reduksi, transposisi, modulasi, partikularisasi, amplifikadi/penambahan dan generalisasi merupakan teknik-teknik yang berorientasi untuk mempertahan bentuk bahasa sasaran, sedangkan teknik literal dan peminjaman murni adalah teknik yang cenderung mempertahan bentuk bahasa sumber. Berdasarkan

prosentase kemunculannya, delapan teknik yang cenderung


(3)

commit to user

103

teknik lainnya yaitu 62,7 % dan 37,3%. Dapat disimpulkan bahwa metode penerjemahan cerita anak serial Erlangga for Kids adalah metode penerjemahan komunikatif dengan ideologi penerjemahan domestikasi.

2. Dari penilaian yang diberikan oleh tiga orang rater, peneliti menarik simpulan bahwa: sebanyak 351 data (75,6%) diterjemahkan dengan akurat dengan skor 3; 98 data (21,1%) diterjemahkan dengan kurang akurat dengan skor 2 dan 15 data (3,2%) diterjemahkan dengan tidak akurat dengan skor 1. Secara umum data diterjemahkan secara akurat oleh penerjemah. Keakuratan tersebut berkaitan dengan teknik yang digunakan oleh penerjemah. Teknik penerjemahan literal dan padanan tetap merupakan teknik yang paling sering muncul dan mempunyai tingkat keakuratan tinggi. Sedangkan data yang tergolong dalam terjemahan kurang akurat adalah data yang diterjemahkan dengan teknik pengurangan (reduction), dan peminjaman (pure borrowing), sedangkan teknik lain umumnya mempunyai tingkat keakuratan cukup tinggi.

3. Untuk tingkat keberterimaan simpulan yang didapat oleh peneliti adalah sebagai berikut: sebanyak 392 data (84,5%), merupakan terjemahan yang berterima dengan skor 3, kemudian sebanyak 63 data (13,6%) merupakan terjemahan kurang berterima dengan skor 2 dan 9 data (2%) merupakan terjemahan yang tidak berterima dengan skor 1. Bila dilihat berdasarkan teknik yang digunakan oleh penerjemah pada umumnya


(4)

commit to user

104

masing-masing teknik mempunyai tingkat keberterimaan tinggi seperti teknik penerjemahan literal sebanyak 169 data hanya 21 data yang masuk dalam kategori terjemahan kurang berterima dan 3 data masuk dalam kategori tidak berterima. Begitu juga dengan teknik penerjemahan yang lainnya pada umumnya mempunyai tingkat keberterimaan yang tinggi.

4. Untuk tingkat keterbacaan pada umumnya semua cerita dapat dimengerti oleh anak-anak atau responden yang dimaksud khususnya anak-anak yang duduk di kelas empat sedangkan untuk mereka yang duduk di kelas tiga masih belum begitu mengerti. Hal ini disebabkan karena cerita anak pada umumnya mempunyai pola kalimat yang sederhana, mudah dipahami dan tidak berbelit-belit. Ketidakterbacaan hanya terdapat pada istilah-istilah Bsa yang dipinjam (borrowing). Hal ini disebabkan istilah tersebut tidak familiar bagi anak-anak atau sebenarnya istilah itu ada padanannya dalam Bsa tetapi karena yang dipakai istilah Bsa sehingga menjadi tidak terbaca. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terjemahan cerita anak yang terdapat dipasaran dapat dikategorikan bagus karena kebanyakan pembaca sasaran dapat memahami dan mengerti alur ceritanya.


(5)

commit to user

105 B. SARAN

1. Bagi akademisi atau peneliti lain

Penelitian ini terfokus pada teknik, metode, ideologi penerjemahan dan kualitas terjemahan yang dilihat berdasarkan keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna sehingga penelitian lebih lanjut dan mendalam perlu dilakukan. Penelitian ini masih terbatas pada tataran mikro unit bahasa seperti kata dan frase serta kajian mengenai teknik dan kualitas. Selanjutnya dapat juga dilakukan penelitian mengenai peranan gambar dalam penerjemahan cerita anak mengingat anak-anak sangat menyukai buku cerita yang dipenuhi oleh gambar-gambar karena gambar-gambar tersebut dapat membantu mereka dalam memahami sebuah cerita.

2. Bagi praktisi penerjemahan

Kegiatan menerjemahkan merupakan kegiatan yang menantang, seorang penerjemah harus mengerahkan semua kemampuannya dalam bidang bahasa terutama yang berkaitan dengan bahasa sumber dan bahasa sasaran. Sebagai seorang penterjemah cerita anak hendaknya perlu mempunyai kompetensi yang lebih tentang dunia anak-anak karena dunia anak-anak sangat jauh berbeda dengan dunia orang dewasa sehingga diperlukan kompetensi yang lebih agar karya terjemahan dapat dengan mudah di pahami oleh anak-anak. Di samping itu pengetahuan dibidang budaya juga tidak kalah penting karena suatu cerita biasanya sarat akan muatan-muatan budaya. Banyak orang menganggap cerita


(6)

commit to user

106

anak itu mudah untuk diterjemahkan akan tetapi setelah dilakukan penelitian masih terdapat beberapa masalah dalam hal penerjemahannya sehingga berpengaruh terhadap tingkat keakuratan dan keberterimaannya. Semoga penelitian ini bisa menjadi masukan bagi penerjemah sehingga dapat meningkatkan kualitas terjemahannya untuk masa yang akan datang.