Ciri Sastra Anak Genre Naratif

sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpuh dan bermula pada penyajian nilai dan himbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan. Wahidin, 2009. Perkembangan anak akan berjalan wajar dan sesuai dengan periodenya bila disugui bahan bacaan yang sesuai pula. Sastra yang akan dikonsumsikan bagi anak harus mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit- belit, menggunakan setting yang ada di sekitar mereka atau ada di dunia mereka, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak Puryanto, 2008:2. Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa dan puisi dalam sastra anak sangat menonjol. Berdasarkan kehadiran tokoh utamanya, sastra anak dapat dibedakan atas tiga hal, yaitu: 1 sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama benda mati, 2 sastra anak yang mengetengahkan tokoh utamanya makhluk hidup selain manusia, 3 sastra anak yang menghadirkan tokoh utama yang berasal dari manusia itu sendiri Wahidin, 2008.

2.2 Ciri Sastra Anak

Menurut Puryanto 2008:7 secara garis besar, ciri dan syarat sastra anak adalah cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia anak, Universitas Sumatera Utara tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak. Sejalan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian sekarang ini, pembicaraan teoritis tentang folklor berkisar sekitar cerita prosa rakyat meliputi dongeng. Dongeng adalah cerita pendek kolektif kesusastraan lisan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pada hakekatnya dongeng merupakan cerita prosa rakyat rekaan yang dianggap tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga cerita yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran moral, atau bahkan sindiran. Dalam pikiran orang, dongeng sering dianggap sebagai cerita mengenai peri. Namun, kenyataannya banyak dongeng yang tidak menceritakan mengenai peri, melainkan isi cerita atau plotnya kadangkala berupa kisah atau pengalaman hidup yang dituangkan melalui cerita fiktif dengan tokoh binatang ataupun manusia yang memiliki sifat-sifat tertentu.

2.3 Jenis Dongeng

Aarne dan Thompson 1964:19-20 dalam bukunya berjudul The Types of the Folktale membagi jenis-jenis dongeng ke dalam empat golongan besar, yakni:

1. Dongeng binatang

Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi oleh binatang peliharaan dan binatang liar, seperti binatang menyusui, burung, binatang melata reptilia, Universitas Sumatera Utara ikan dan serangga. Binatang-binatang ini dalam cerita jenis ini dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia.

2. Dongeng biasa

Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seseorang yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang menarik dan bermuatan moral. Dongeng klasik yang biasa diceritakan adalah seperti dongeng bawang putih dan bawang merah. Manfaat dari dongeng ini biasanya memiliki kisah retorika dalam cerita yang bisa ditemukan pada kehidupan sehari hari. Sebagai contoh rasa saling sayang menyanyangi antara sahabat, keluarga dan seluruh lingkungan yang ada. Dalam dongeng ini kecenderungan kemiripan dengan realita yang ada memang lebih besar daripada dongeng binatangfabel.

3. Lelucon dan anekdot

Lelucon dan anekdot adalah dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati, sehingga menimbulkan tawa bagi orang yang mendengarnya maupun yang menceritakannya, seperti dongeng sikabayan Jawa Barat yang lugu dan penuh dengan akal dalam kehidupannya sehari hari. Manfaat dongeng ini selain hiburan bisa juga disisipkan nilai nilai moral yang ada dari tokoh didalamnya, dan pendongeng dalam hal ini harus bisa mengolahnya sedemikian rupa sehingga dongeng tersebut tidak hanya memiliki manfaat sebagai hiburan saja. Universitas Sumatera Utara Dari deskripsi pembagian folklor menurut Danandjaya di atas, berdasarkan ciri bahasa dan struktur generiknya, fabel dapat diklasifikasikan ke dalam folklor lisan berbentuk dongeng. Sedangkan menurut Aarne dan Thompson, fabel dapat diklasifikasikan ke dalam animal tales. Penulis sendiri cenderung sependapat dengan pengklasifikasian yang dilakukan Aarne dan Thompson dalam Danandjaya,2002:86 yang memasukkan fabel ke dalam animal tales.

2.4 Genre Naratif

Sinar 2003: 70 mengatakan “genre naratif adalah tulisan kreatif dan imaginatif yang tujuannya untuk memberikan kesenangan, yaitu untuk mendapatkan perhatian pembaca dan memupuk imajinasi pembaca terhadap cerita. Narasi juga mempunyai nilai pengajaran dan informasi serta merupakan perwujudan refleksi pengarang terhadap pengalaman-pengalamannya”. Selanjutnya Sinar 2003: 71 melanjutkan jenis-jenis narasi adalah mitos, legenda, cerita peri, misteri, advonturir, roman, horor, hero, parabel, fabel, dan kisah moral. Dari pembahasan Sinar di atas, cerita fabel termasuk ke dalam genre naratif. Sebagaimana pendapat Sinar di atas bahwasanya teks-teks naratif fabel tidak hanya berfungsi sebagai teks cerita biasa yang pada umumnya berorientasi menghibur,tetapi juga memiliki kekuatan tersendiri yang mampu berperan ganda, yaitu sebagai bahan bacaan menarik tentang kisah-kisah tertentu dan sebagai media efektif dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan dan sikap dalam pergaulan sesama manusia. Universitas Sumatera Utara Pada hakikatnya jenis cerita ini mengusung tema yang sama yaitu membawa nilai-nilai moralitas. Fabel menggunakan karakter binatang sebagai tokoh sentral alur cerita. Nilai-nilai moralitas tergambar pada karakter cerita tersebut. Menurut Hann, eHow Contributor, mengatakan fabel adalah literatur rakyat yang pada dasarnya termasuk ke dalam tradisi tuturan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sedangkan mengenai tujuan utama penceritaan fabel, Hann menambahkan “They were originally used in a didactic sense: storytelling to teach a lesson as opposed to entertain”.Artinya, fabel digunakan untuk mengajarkan nilai-nilai pelajaran didaktik di samping sebagai sarana hiburan. http:www.ehow.comabout_6612445_difference-between-fable-parable.html, diakses 20 April 2012. Knapp dan Watkins 2005: 220—221 dalam buku Genre, Text, Grammar: Technologies for Teaching and Assessing Writing, mengatakan We cannot say that narrative is simply about entertaining a reading audience, although it generally always does so. Narrative also has a powerful social role beyond that of being a medium for entertainment. Narrative is also a powerful medium for changing social opinions and attitudes.Think about the way that some soap operas and television dramas use narrative to raise topical social issues and present their complexities and different perspectives in ways that are not possible in news reports and current affairs programs. Dari ungkapan Knapp dan Watkins di atas, dapat ditarik suatu simpulan bahwasanya teks naratif tidak sekedar berfungsi sebagai media hiburan bagi pembaca tetapi jauh dari itu, teks naratif termasuk fabel memiliki kekuatan untuk mengubah opini dan sikap sosial suatu komunitas terhadap sesuatu hal. Universitas Sumatera Utara Untuk dapat memahami lebih jauh, kiranya perlu dijelaskan secara lebih detil mengenai teks fabel.

2.5 Fabel