bahasa, dialek sosial, dialek geografis. Teknik ini lazim diterapkan dalam menerjemahkan naskah drama.
2.11 Metode Penerjemahan
Molina dan Albir 2002:507-508 menyatakan bahwa,“Translation method refers to the way of a particular translation process that is carried out in terms of
the translator’s objective, i’e., a global option that affects the whole texts”. Dari referensi tersebut kita menyimpulkan bahwa metode penerjemahan lebih kepada
sebuah cara yang digunakan oleh penerjemah dalam proses penerjemahan sesuai dengan tujuannya, sehingga metode penerjemahan sangat mempengaruhi hasil
terjemahan. Artinya hasil terjemahan teks sangat ditentukan oleh metode penerjemahan yang dipakai oleh penerjemah itu sendiri karena maksud, tujuan
dan kehendak penerjemah akan mempengaruhi hasil terjemahan teks secara keseluruhan.
Hal lain yang menjadi pertimbangan dalam penerjemahan adalah dua model penekanan yang bersifat teknis dari dua sisi, yakni penekanan pada bahasa
sumber source Language Emphasis dan penekanan pada bahasa sasaran Target Language Emphasis.
SL Emphasis TL Emphasis
. Word-for-word translation
Adaptation .
Literal translation Free translation
. Faithful translation
Idiomatic translation . .
Semantic translation Communicative translation Diagram 2.1 : Diagram V Metode Penerjemahan Newmark, 1998:45
Universitas Sumatera Utara
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa terjemahan dapat diklasifikasikan dalam dua kategori besar dan masing-masing kategori memiliki empat metode.
Kategori pertama terjemahan yang lebih berorientasi pada bahasa sumber, dalam hal ini penerjemahan berupaya mewujudkan kembali dengan setepat-tepatnya
makna kontekstual penulis, meskipun dijumpai hambatan sintaksis dan semantik yakni hambatan bentuk dan makna. Kategori kedua, terjemahan yang lebih
berorientasi pada bahasa sasaran. Dalam hal ini penerjemah berupaya menghasilkan dampak yang relatif sama dengan yang diharapkan oleh penulis
asli terhadap pembaca versi bahasa sasaran. Dilihat dari orientasinya terhadap bahasa sumber, terjemahan dapat
diklasifikasikan dalam:
2.11.1 Penerjemahan Kata-demi-kata
Penerjemahan kata-demi-kata. Metode penerjemahan ini sangat terikat pada tataran kata, sehingga penerjemah sangat mempertahankan susunan kata.
Biasanya, penerjemah hanya mencari padanan kata Bsu dalam Bsa sehingga susunan kata dalam kalimat terjemahan sama persis dengan susunan kata dalam
kalimat Bsu. Setiap kata diterjemahkan satu-satu berdasarkan makna umum atau di luar konteks, sedangkan kata-kata yang berkaitan dengan budaya diterjemahkan
secara harfiah. Metode terjemahan ini memang terkadang bahkan menghasilkan hasil terjemahan yang ambigu. Umumnya metode ini hanya pada saat penerjemah
menerjemahkan teks yang sukar atau untuk memahami mekanisme teks Bsu. Biasanya metode ini digunakan pada tahap analisis atau tahap awal pengalihan
Universitas Sumatera Utara
dan juga digunakan untuk penerjemahan tujuan khusus, akan tetapi biasanya tidak lazim digunakan untuk penerjemahan yang umum. Karena hasilnya akan rancu
dan kadang maknanya sering kabur. contoh hasil terjemahan kata-demi-kata
1. BSu : Look, little guy, you-all shouldn’t be doing that.
BSa : Lihat, kecil anak, kamu semua harus tidak melakukan ini. terjemahannya rancu dan janggal karena susunan frase “kecil anak” tidak
berterima dalam tatabahasa Indonesia dan makna frase “harus tidak” itu kurang tepat. Seharusnya kedua frase tersebut menjadi “anak kecil” dan “seharusnya
tidak”. Demikian pula dengan kata “that” yang sebaiknya diterjemahkan menjadi “itu” bukan “ini”. Sehingga alternatif terjemahan dari kalimat tersebut menjadi:
‘Lihat, anak kecil, kamu semua seharusnya tidak melakukan itu.’ 1.
BSu : I like that clever student. BSa : Saya menyukai itu pintar anak.’ seharusnya: ”Saya menyukai anak
pintar itu.” 2.
BSu : Lina will go to Bandung tomorrow. BSa : Lina akan pergi ke Bandung besok.
3. BSu : Agus bought me a fan. BSa : Agus membelikan saya sebuah kipas.
Universitas Sumatera Utara
Hasil terjemahan kalimat ini masih bisa berterima karena susunannya tidak terlalu jauh berbeda dengan bahasa kita. Tetapi tidak semua. teks bisa diterjemahkan
dengan cara word for word.
2.11.2 Penerjemahan Harfiah
Penerjemahan harfiah berada di antara penerjemahan kata-demi-kata dan penerjemahan bebas. Dalam proses penerjemahannya, penerjamah mencari
konstruksi gramatikal BSu yang sepadan atau dekat dengan BSa. Contoh:
1. BSu : Look, little guy, you-all shouldn’t be doing that.
BSa : Lihat, anak kecil, kamu semua seharusnya tidak berbuat seperti itu. 2.
BSu : It’s raining cats and dogs. BSa : Hujan kucing dan anjing.
Terjemahannya masih terasa janggal sebaiknya diterjemahkan “Hujan lebat” atau “Hujan deras”.
1. BSu : His hearth is in the right place.
BSa : Hatinya berada di tempat yang benar. sebaiknya diterjemahkan menjadi “Hatinya tenteram”.
2. BSu : The Sooner or the later the weather will change.
BSa : Lebih cepat atau lebih lambat cuaca akan berubah. sebaiknya diterjemahkan menjadi “Cepat atau lambat cuacanya akan berubah”.
Universitas Sumatera Utara
2.11.3 Penerjemahan Setia
Dalam penerjemahan setia, penerjemah berupaya mereproduksi makna kontekstual dari teks asli dengan tepat dalam batasan-batasan struktur gramatikal
teks sasaran. Di sini kata-kata yang bermuatan budaya diterjemahkan, tetapi penyimpangan tata bahasa dan pilihan kata masih tetap ada atau dibiarkan.
Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan TSu, sehingga hasil terjemahan kadang-kadang masih terasa kaku dan seringkali asing.
Contoh: 1.
BSu : Ben is too well aware that he is naughty. BSa : Ben menyadari terlalu baik bahwa ia nakal.
Sebaiknya diterjemakan menjadi “ Ben benar benar menyadari bahwa ia nakal 1.
BSu : I have quite a few friends. BSa : Saya mempunyai samasekali tidak banyak teman.
Sebaiknya diterjemahkan menjadi “Teman-teman saya tidak sedikit” karena terjemahan quite a few tidak sedikit
2.11.4 Penerjemahan Semantis
Penerjemahan semantis biasanya lebih luwes daripada penerjemahan setia. Penerjemahan setia lebih kaku dan tidak kompromi dengan kaidah BSa atau lebih
terikat dengan BSu, sedangkan penerjemahan semantis lebih fleksibel dengan
Universitas Sumatera Utara
BSa. Penerjemahan semantis biasanya mempertimbangkan unsur estetika teks Bsu dengan cara mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran.
Contoh: 1.
BSa :He is a book-worm. BSu :Dia laki-laki adalah seorang yang suka sekali membaca.
Frase book-worm diterjemahkan secara fleksibel sesuai dengan konteks budaya dan batasan fungsional yang berterima dalam BSa. Tetapi terjemahan di atas
kurang tepat dan seharusnya diterjemahkan menjadi: ’Dia seorang kutu buku’.
2.11.5 Penerjemahan Adaptasi
Adaptasi oleh Newmark 1988:46 disebut dengan metode penerjemahan yang paling bebas the freest form of translation dan paling dekat dengan BSa.
Istilah ”saduran” dapat diterima di sini, asalkan penyadurannya tidak mengorbankan tema, karakter atau alur dalam TSu.
Memang penerjemahan adaptasi ini banyak digunakan untuk menerjemahkan puisi dan drama.
Di sini terjadi peralihan budaya BSa ke BSu dan teks asliditulis kembali serta diadaptasikan ke dalam TSa. Jika seorang penyair menyadur atau
mengadaptasi sebuah naskah drama untuk dimainkan, maka ia harus tetap mempertahankan semua karakter dalam naskah asli dan alur cerita juga tetap
dipertahankan, namun dialog TSu sudah disadur dan disesuaikan dengan budaya
Universitas Sumatera Utara
BSa. Berikut adalah contoh lirik lagu dari sebuah yang disadur dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia http:anotherfool.wordpress.com:
1. BSu: Hey Jude, don’t make it bad Take a sad song and make it better
Remember to let her into your heart Then you can start to make it better Hey Jude-The Beatles, 196
2. BSa: Kasih, dimanakah Mengapa kau tinggalkan aku Ingatlah-ingatlah
kau padaku Janji setiamu tak kan kulupa.
2.11.6 Penerjemahan Bebas
Penerjemahan bebas merupakan penerjemahan yang lebih mengutamakanisi dari pada bentuk teks BSu. Biasanya metode ini berbentuk
parafrase yang lebih panjangdaripada bentuk aslinya, dimaksudkan agar isi atau pesan lebih jelas diterima oleh penggunaBSa. Terjemahannya bersifat bertele-tele
dan panjang lebar, bahkan hasil terjemahannyatampak seperti bukan terjemahan Newmark, 1988:46; Machali, 2003:53. Soemarno2001:33-37 memberi contoh
sebagai berikut: 1.
BSu : The flowers in the garden. BSa : Bunga-bunga yang tumbuh di kebun.
2. BSu : How they live on what he makes?
BSa : Bagaimana mereka dapat hidup dengan penghasilannya? Dalam contoh nomor 1 terjadi pergeseran yang disebut dengan shunt up langsir
ke atas, karena dari frase preposisi in the garden menjadi klausa ’yang tumbuh di kebun’. Sedangkan pada nomor 2 terjadi pergeseran yang disebut dengan shunt
Universitas Sumatera Utara
down langsir ke bawah, karenaklausa on what he makes menjadi frase ’dengan penghasilannya’. Contoh-contoh lainnya adalah:
3. BSu : Tatik is growing with happiness.
BSa : Tati, hatinya berbunga-bunga. 4.
BSu :Look, little guy, you-all shouldn’t be doing this. BSa : Dengar nak, mengapa kamu semua melakukan hal-hal seperti
ini. Ini tidak baik.
Berikut adalah sebuah contoh terjemahan bebas yang tampak sangat ekstrim yangdikemukakan oleh Moentaha 2006:52:
5. BSu : I kissed her.
BSa : Saya telah mencetak sebuah ciuman pada bibirnya yang merah. Terjemahan di atas tampak lebih radikal, sekalipun tetap mempertahankan isi atau
pesan.Padahal terjemahannya bisa saja menjadi ’Saya telah menciumnya’.
2.11.7 Penerjemahan Idiomatik
Larson dalam Choliludin 2006:23 mengatakan bahwa terjemahan idiomatik menggunakan bentuk alamiah dalam teks BSa-nya, sesuai dengan
konstruksi gramatikalnya dan pilihan leksikalnya. Terjemahan yang benar-benar idiomatik tidak tampak seperti hasil terjemahan. Hasil terjemahannya seolah-olah
seperti hasil tulisan langsung dari penutur asli. Maka seorang penerjemah yang baik akan mencoba menerjemahkan teks secara idiomatik. Newmark 1988:47
menambahkan bahwa penerjemahan idiomatik mereproduksi pesan dalam teks
Universitas Sumatera Utara
BSa dengan ungkapan yang lebih alamiah dan akrab daripada teks BSu.Choliludin 2006:222-225 memberi beberapa contoh terjemahan idiomatik sebagai berikut:
1. BSu : Salina, Excuse me, Salina
BSa : Salina, Permisi, Salina 2.
BSu : I can relate to that. BSa : Aku mengerti maksudnya.
3. BSu : You’re cheery mood.
BSa : Kamu kelihatan ceria. 4.
BSu : Tell me, I am not in a cage now. BSa : Ayo, berilah aku semangat bahwa aku orang bebas.
5. BSu : Excuse me?
BSa : Maaf, apa maksud Anda?
2.11.8 Penerjemahan Komunikatif
Menurut Newmark 1988:47, penerjemahan komunikatif berupaya untuk menerjemahkan makna kontekstual dalam teks BSu, baik aspek kebahasaan
maupun aspek isinya, agar dapat diterima dan dimengerti oleh pembaca. Machali 2000:55menambahkan bahwa metode ini memperhatikan prinsip-prinsip
komunikasi, yaitu mimbar pembaca dan tujuan penerjemahan. Contoh dari metode penerjemahan ini adalah penerjemahan kata spine dalam frase.
‘thorns spines in old reef sediments.’
http:english314jtw.blogspot.com201004metode-terjemahan.html
Universitas Sumatera Utara
2.12 Ideologi Penerjemahan