Waste Treatment GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2. Melakukan perawatan mesin berupa : a.Perawatan rutin yaitu memeriksa dan membersihkan mesin setiap hari setengah jam sebelum dioperasikan. b. Perawatan periodik terdiri dari : - Perawatan mingguan yaitu memeriksa mesin setiap hari minggu dan hari libur, seperti memeriksa spare part, oli dan bahan bakar. - Perawatan tahunan yaitu memeriksa mesin pada dua minggu terakhir bulan Desember selama lima hari berturut-turut. c. Perawatan korektif yaitu memeriksa dan memperbaiki mesin jika mesin tiba- tiba rusak pada saat proses produksi berlangsung. 3. Memasang hydrant air di tempat yang rawan kebakaran. 4. Memasang pengaman pada tangga-tangga curam dan tinggi. 5. Melakukan pelatihan bagi satpam setiap dua bulan. 6. Memasang pagar pengaman bagi mesin dan sarana pendukung yang rawan bahaya seperti generator, ruang boiler, dryer dan gardu listrik.

2.10. Waste Treatment

Limbah yang dihasilkan PT. Mabar Feed Indonesia dan cara penanggulangannya adalah : 1. Limbah Padat Limbah padat berwujud kayu, kertas, potongan benang dan karung plastik dikumpulkan pada temapat yang telah ditetapkan dan ditumpuk pada bak sampah. Bak sampah tersebut diangkut ke tempat pembuangan sementara di Universitas Sumatera Utara lokasi pabrik dan diangkut oleh Dinas Kebersihan setempat dengan membayar retribusi. Limbah padat dari bahan baku pakan ternak yang masih bisa diolah digunakan lagi sebagai campuran bahan baku. 2. Limbah Udara Pemeliharaan mesin-mesin penghasil limbah gas buang secara rutin termasuk perangkat pembantu seperti cerobong asap dipertahankan di ketinggian 12 meter. Dengan cerobong tersebut, udara diharapkan dapat terdispersi ke udara. Limbah bau yang dihasilkan pada saat pembongkaran bahan baku dan proses produksi pencampuran bahan baku seperti tepung ikan dan tepung daging yang tercium pada ruangan produksi. Untuk penanggulangan limbah bau tersebut, pihak pabrik mengusahakan kedisiplinan para pekerja yang bekerja di ruangan produksi untuk memakai masker dan agar mengurangi bau tersebut sampai ke luar lokasi pabrik, pihak pabrik menanam pepohanan di sekitar lokasi pabrik. 3. Limbah Debu Pengolahan terhadap cemaran partikel debu adalah dengan meningkatkan pemeliharaan dust collector dan cyclone pada proses suplai bahan baku, proses pencamuran dan pengemasan. Selain itu, pihak pabrik mengusahakan kesiplinan para pekerja yang bekerja di ruangan produksi untuk memakai masker. 4. Kebisingan Suara bising berasal dari genset, boiler, dryer dan mesin-mesin di lantai produksi. Upaya –upaya yang dilakukan oleh pihak pabrik untuk mengurangi kebisingan adalah: Universitas Sumatera Utara - Menyediakan ruang tersendiri dan tertutup untuk genset, boiler dan dryer. - Melakukan perawatan dan pemeliharaan genset, boiler, dryer dan mesin- mesin produksi dan bengkel. - Selalu mengontrol efesiensi alat peredam suara dari genset, boiler, dryer, mesin-mesin produksi dan bengkel. - Mewajibkan siapa saja yang berada di lokasi sumber kebisingan untuk mengenakan pelindung telinga. - Pemanfaatan ruang dan halaman sekeliling pabrik yang terbuka sebagai lahan penghijauan yang diharapkan dapat mengurangi tingkat kebisingan terhadap lingkungan sekitar. Universitas Sumatera Utara

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Persoalan Umum Dalam Sistem Distribusi Barang

1 1. Kebanyakan persediaan barang Kebanyakan lokasi pelanggan atau pengguna barang berada jauh bahkan sering kali jauh dari pabrik pembuatan barang. Oleh karena itu, sering kali diperlukan sistem penyimpanan yang bertingkat ganda Supply Chain dengan persediaan yang bertingkat pula multi level inventory. Dipandang dari segi distribusi atau penjualan, hal ini disebut distribusi bertingkat ganda multi level atau multiechelon distribution system. Persoalan –persoalan yang paling banyak ditemui dalam sistem distribusi barang adalah : 2. Barang berada di tempat yang salah 3. Layanan pelanggan yang jelek 4. Kehilangan penjualan karena kehabisan persediaan. Pengendalian persediaan tradisional umumnya hanya mengatur dan mengendalikan persediaan barang dalam satu gudang atau satu tempat penyimpanan saja atau dalam satu entitas independen atau disebut juga tititk pemesanan tunggal singel stocking point. Sistem pengendalian persediaan seperti ini kurang atau tidak memadai untuk sistem pergudangan ganda atau jaringan pergudangan multiechelon distribution network, sebab sistem tersebut tidak mengindahkan kemungkinan saling mengisi antara gudang atau keperluan 1 Freddy Rangkuti. Manajaemen Persediaan, Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.1996. hal.243-246 Universitas Sumatera Utara