Perencanaan Kebutuhan Distribusi Dengan Metode Distribution Requirement Planning (DRP) untuk Menentukan Luas Gudang Produk Jadi di PT. Mabar Feed Indonesia

(1)

PERENCANAAN KEBUTUHAN DISTRIBUSI DENGAN

METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING

(DRP) UNTUK MENENTUKAN LUAS GUDANG

PRODUK JADI DI PT. MABAR FEED

INDONESIA

T U G A S S A R J A N A

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Teknik

Oleh

RIKA DESWANTI GINTING

NIM. 050403102

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Penulis melakukan penelitian di PT. Mabar Feed Indonesia, dengan judul penelitian ”Perencanaan Kebutuhan Distribusi

Dengan Metode Distribution Requirement Planning (DRP) untuk Menentukan Luas Gudang Produk Jadi di PT. Mabar Feed Indonesia”.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan luas gudang yang optimum, tingkat persediaan yang harus ada di Central Supply Fasility (CSF), dan juga jumlah safety stock yang ada di masing-masing Distribution Center (DC). Melalui penelitian ini akan diperoleh permintaan konsumen berdasarkan peramalan, persediaan yang ada di gudang berdasarkan perhitungan DRP (Distribution

Requirement Planning) dan juga luas gudang yang optimum yang dapat

menampung persediaan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam melakukan penelitian dan penyusunan laporan Tugas Sarjana ini, karena pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan penelitian dan penyusunan laporan Tugas Sarjana ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, Medan PENULIS.


(5)

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus

Kristus yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk merasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan Tugas Sarjana ini.

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua penulis (S. Ginting dan M Br Pinem) dan saudara-saudara penulis

(Evariana Br Ginting, Jhon Prendi Ginting dan Jeni Br Ginting) yang telah mendukung penulis dalam doa, dana dan semangat.

2. Bapak Ir. Danci Sukatendel, selaku Dosen Pembimbing I atas waktu,

bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

3. Ibu Tuti Sarma, ST,MT, selaku Dosen Pembimbing II atas waktu, bimbingan,

pengarahan, dan masukan yang diberikan penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

4. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini dan dukungan serta perhatian yang diberikan kepada penulis.


(6)

5. Bapak Ir.Ukurta Tarigan, MT, Selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini dan dukungan serta perhatian yang diberikan kepada penulis.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M. Eng, selaku Ketua Bidang

Rekayasa Sistem Manufaktur atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

7. Bapak Aulia Ishak, ST. MT. dan Bapak Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM.

selaku Koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik Industri USU.

8. Bapak Hamdan, SH sebagai Manajer Umum di PT. Mabar Feed Indonesia

yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian.

9. Bapak Ir. Mbela Ginting selaku pembimbing lapangan yang telah membantu

dan membimbing penulis dalam melakukan penelitian dan pengumpulan data.

10.Staff pengajar Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, yang

telah membimbing penulis selama di bangku perkuliahan.

11.Staff pegawai Teknik Industri Bang Bowo, Bang Mino, Kak Dina, Bang

Nurmansyah, Bang Kumis, Kak Rahma dan Ibu Ani, terimakasih atas bantuannya dalam masalah administrasi untuk melaksanakan Tugas Sarjana ini.

12.Rasdiana Br Tarigan selaku rekan peneliti dalam penelitian di PT. Mabar Feed Indonesia, sebagai teman diskusi dan berbagi informasi.

13.Sahabat-sahabat terkasih (Lamriama Panjaitan dan Ruth ES Br Tarigan) yang

selalu memberikan dukungan dan doa serta tidak henti-hentinya memberikan nasehat positif kepada penulis untuk tetap semangat.


(7)

14.Rekan-rekan Stambuk’05 atas dukungan dan kerjasama yang baik.

15.Rekan – rekan Marakas ’57 yang selalu memberikan semangat dan dukungan


(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-3 1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-5

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-6

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Lokasi Perusahaan ... II-3


(9)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.3. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-3 2.4.Organisasi dan Manajemen Perusahaan... II-5 2.4.1. Struktur Organisasi ... II-5 2.4.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-8 2.4.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-19

2.4.3.1. Jumlah Tenaga Kerja ... II-19 2.4.3.2. Jam Kerja ... II-21 2.4.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-22 2.4.4.1. Sistem Pengupahan ... II-22 2.4.4.2. Fasilitas Pendukung ... II-23 2.5. Proses Produksi ... II-26 2.5.1. Standar Mutu Produk ... II-26 2.5.2. Bahan Yang Digunakan... II-26 2.5.2.1. Bahan Baku ... II-28 2.5.2.2. Bahan Tambahan ... II-30 2.5.2.3. Bahan Penolong ... II-31 2.5.3. Uraian Proses ... II-31 2.5.3.1. Pengeringan (Drying) ... II-31 2.5.3.2. Penggilingan (Milling) ... II-32 2.5.3.3. Pencampuran (Mixing) ... II-33


(10)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.5.3.4. Pembutiran (Pelleting) ... II-33 2.5.3.5. Pendinginan (cooler) ... II-34 2.5.3.6. Penghancuran (Crumbling)... II-34 2.5.3.7. Pengayakan (Screening) ... II-34 2.5.3.8. Pengemasan (Packing) ... II-35 2.6. Mesin dan Peralatan ... II-35 2.6.1. Mesin Produksi ... II-35 2.6.2. Peralatan Produksi... II-42 2.7. Utilitas (Utility) ... II-44 2.8. Safety and Fire Protection ... II-45

2.9. Waste Treatment ... II-46

III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Persoalan Umum Dalam Sistem Distribusi Barang ... III-1

3.1.1. Logika Dasar Distribution

Requirement Planning (DRP) ... III-3

3.1.2. Persediaan ... III-4 3.1.3. Jenis-jenis Persediaan Fisik ... III-6 3.1.4. Fungsi-fungsi Persediaan ... III-7


(11)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.1.5. Economy Order Quantity(EOQ) ... III-8 3.2. Gudang ...III-10

3.2.1. Fungsi Gudang ...III-10 3.2.2. Macam-macam Gudang ...III-11 3.2.3. Kapasitas ...III-14

3.2.3.1. Kapasitas Desain dan Kapasitas Efektif ...III-15

3.3. Peramalan ...III-15 3.3.1. Metode Peramalan ...III-18 3.3.1.1. Singel Moving Average ...III-18 3.3.1.2. Moving Average With Linear Trend ...III-19 3.3.1.3. Weigted Moving Average ...III-20 3.3.1.4. Singel Exponential Smoothing ...III-21 3.3.1.5. Double Exponential Smoothing

With Linier Trend ...III-22

3.3.1.6. Adaptive Exponential Smoothing ...III-22

3.3.1.7. Pemulusan (smoothing) Eksponensial


(12)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.3.1.8. Pemulusan Eksponensial Ganda

: Metode Dua Parameter dari Holt. ...III-24

3.3.2.Menghitung Kesalahan yang Terjadi

pada Metode Peramalan ...III-24

3.3.3. Memilih Metode Peramalan Terbaik ...III-25 3.3.4. Verifikasi Metode Peramalan ...III-26

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1.Objek Penelitian dan Subjek penelitian ... IV-1

4.2.Metode Penelitian ... IV-1

4.2.1. Jenis Penelitian ... IV-1

4.2.2. Metode Pengumpulan Data ... IV-1

4.2.2.1. Data primer ... IV-2 4.2.2.2. Data sekunder ... IV-3 4.3.Metode Pengolahan Data ... IV-4 4.4.Metode Analisis Data... IV-5


(13)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Distribution Requirements Planning ... V-1 5.1.2. Data Penjualan ... V-2 5.1.3. Lead Time Distribusi... V-2 5.1.4. Biaya Order... V-4 5.1.5. Data Harga Pokok dan Harga Penjualan ... V-4 5.1.6. Biaya Penyimpanan Persediaan ... V-5 5.1.7. Data Dimensi Gudang Produk Jadi dan Peralatan ... V-6 5.2. Pengolahan Data ... V-7

5.2.1. Peramalan Terhadap Data Penjualan Produk Pakan Ternak Jenis Konsentrat Tepung Untuk

Masing-masing DC ... V-7 5.2.1.1. Prosedur Peramalan ... V-7 5.2.1.2. Hasil Peramalan ... V-20 5.2.2. Perhitungan Safety Stock ... V-20 5.2.3. Perhitungan EOQ pada Distribution Center ... V-23 5.3. Penyelesaian Permasalahan DRP ... V-25


(14)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.3.1. Penyelesaian Permasalahan DRP Untuk

Produk MCL-328 ... V-25 5.3.2. Nilai POH Pada Tiap Jenis Produk Pakan Ternak ... V-26 5.4. Perhitungan Luas Gudang Produk Jadi ... V-26

5.4.1. Perhitungan Jumlah Tumpukan Untuk

Setiap Jenis Produk ... V-26 5.4.2. Perhitungan Luas Area Untuk Slot ... V-29 5.4.3. Perhitungan Luas Area Gudang ... V-31

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisis Peramalan Penjualan Produk ... VI-1 6.2. Analisis Hasil Safety Stock ... VI-1 6.3. Analisis Hasil EOQ... VI-3 6.4. Analisis Hasil DRP ... VI-3 6.5. Analisis Luas Gudang Produk Jadi Hasil Rancangan ... VI-4

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-2 7.2. Saran ... VII-


(15)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Alokasi Tenaga Kerja ... II-21 2.2. Standar Mutu Bagi Makanan Ternak Ayam Sesuai SNI... II-27 5.1. Data Penjualan Pakan Ternak Jenis Konsentrat Selama 2 Tahun ... V-3 5.2 Lead Time Distribusi ... V-2 5.3. Biaya Order Untuk Masing –masing DC ke CSF

(Untuk Sekali Pemesanan) ... V-4 5.4. Harga Pokok dan Harga Penjualan Untuk Tiap

Jenis Produk Konsentrat Tepung. ... V-5 5.5. Biaya Penyimpanan Persediaan ... V-6 5.6 . Perhitungan Peramalan Untuk Produk MCL-328

Daerah Distribusi Sumut Dengan Metode Winters... V-13 5.7. Hasil Peramalan Setiap Jenis Produk Untuk Setiap

Jenis Daerah Distibusi Dengan Metode Pemulusan

(Smoothing) Eksponensial Tripel (Winters) ... V-14 5.8. Perhitungan Peramalan Untuk Produk MCL-328

Daerah Distribusi Sumut Dengan Metode Pemulusan


(17)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.9. Hasil Peramalan Setiap Jenis Produk Untuk Setiap Jenis Daerah Distibusi Dengan Metode Metode Pemulusan Eksponensial Ganda :

Metode Dua Parameter dari Holt ... V-17 5.10. Kesalahan Metode Peramalan Pada Metode Winters

dan Metode Holt Untuk Semua Jenis Produk dan

Untuk Semua Daerah Distribusi. ... V-19 5.11. Perhitungan Moving Range Untuk Metode Holt Pada

Produk MCL-328 Daerah Distribusi Sumut... V-20 5.12. Hasil Peramalan Setiap Jenis Produk Untuk Setiap Jenis

Daerah Distibusi Periode April 2010 s/d Maret 2011 ... V-22 5.13. Perhitungan Safety Stock Pakan Ternak Untuk Semua

Jenis Pakan Ternak Konsentrat Tepung Pada Setiap DC ... V-24 5.14. Perhitungan EOQ Untuk Masing-masing DC ... V-26 5.15. Hasil Perhitungan EOQ untuk Setiap Jenis Produk

Pakan Ternak Jenis Konsentrat Pada setiap DC. ... V-25 5.16. Perhitungan DRP untuk Produk MCL- 328 DC Sumut


(18)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.27. Jumlah Produk yang Akan Disimpan di Gudang

Selama Seminggu ... V-37 5.28. Jumlah Produk yang Akan Disimpan di Gudang

Selama 3 Hari ... V-37 5.29. Jumlah Produk yang Akan Disimpan di Gudang

Untuk Waktu Sementara ... V-37

5.30. Jumlah Slot Yang Akan Disimpan di Gudang ... V-37 2.2. Block Diagram Proses Produksi di

PT. Mabar Feed Indonesia ... II-37 4.1. Flow Chart Pengolahan Data ... IV-5 4.2. Block Diagram Metodologi Penelitian ... IV-6 5.1 Jaringan Distribusi pada PT. Mabar Feed Indonesia

Untuk Produk Konsentrat Tepung ... V-1 5.2. Prosedur Peramalan ... V-8 5.3. Diagram Pencar untuk Produk MCL-328

Daerah Distribusi Sumut. ... V-9 5.4. Peta Kontrol Tracking Signal ...V-21 5.5. Tampak Depan Slot Pakan Ternak ...V-28 di PT. Mabar Feed Indonesia. ...V-36


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Gambar Scatter Diagram Untuk Masing-masing Daerah Distribusi ... L-1 2. Perhitungan Peramalan Dengan Metode Winters Untuk

Produk Lainnya ... L-2 3. Perhitungan Peramalan Dengan Metode Holt Untuk

Produk Lainnya ... L-3 4. Perhitungan DRP ... L-4 5. Grafik Perbandingan Permintaan Masa Lalu Dengan

Hasil Peramalan ... L-5 6. Perhitungan Biaya Persediaan ... L-6 7. Kelengkapan Tugas Akhir

- Formulir Tugas Akhir - Surat Penjajakan Pabrik - Surat Balasan Pabrik

- Surat Keputusan Tugas Akhir - Lembar Asistensi


(20)

ABSTRAK

Gudang produk jadi merupakan tempat penyimpanan produk jadi sebelum produk jadi dikirim kepada konsumen. Luas gudang dapat ditentukan dengan melihat tingkat produksi perusahaan, jenis produk yang akan diproduksi, lead time distribusi produk jadi dan sebagainya. PT. Mabar Feed Indonesia merupakan suatu perusahaan yang memiliki sistem distribusi bertingkat. PT. Mabar Feed Indonesia bertindak sebagai Central Supply Facility (CSF) berfungsi memenuhi permintaan masing-masing DC yang ada di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Jambi. Saat ini di gudang produk jadi CSF sering terjadi penumpukkan, hal ini menyebabkan kurangnya ruangan untuk menampung produk jadi. Kondisi inilah yang menyebabkan perlunya perencanaan luas gudang produk jadi, sehingga dapat mengintegrasikan jumlah produksi, persediaan, luas gudang produk jadi dan juga kebutuhan distribusi yang diperlukan, sehingga melalui penelitian ini akan dirancang berapa luas gudang produk jadi yang optimal dengan melihat kebutuhan distribusi yang menggunakan sistem DRP (Distribution Requirement Planning)

Pada penelitian ini hendaknya diperoleh ukuran gudang produk jadi yang optimal, yang sesuai dengan jumlah kebutuhan distribusi produk ke Distribution

Center (DC) setiap periodenya, agar tidak terjadi lagi penumpukkan produk jadi

yang sering sekali mengakibatkan kerusakan pada produk jadi, seperti sekarang ini.

Untuk mengetahui jumlah permintaan periode yang akan datang, maka dilakukan pengumpulan data permintaan tahun lalu, dimensi produk dan gudang dari perusahaan PT. Mabar Feed Indonesia, dan akan dilakukan peramalan untuk mendapatkan permintaan yang akan datang. Metode peramalan yang digunakan ialah metode Winters dan Holt. Setelah itu akan ditentukan safety stock dan juga EOQ untuk masing-masing DC.

Setelah kebutuhan distribusi diperoleh dengan cara DRP, maka dapat ditentukan seberapa luas gudang yang optimum dengan cara menghitung luas area setiap slot dan material handling ditambah allowance-allowance yang dibutuhkan. Pada penelitian ini jumlah ton dalam 1 slot ditambah menjadi 6 ton per slot, dan untuk perhitungan persediaan diperoleh 33 slot yang akan digunakan sebagai perhitungan luas gudang. Jumlah ini diperoleh dari POH yang tertinggi dan juga banyak produk yang disimpan dalam waktu sementara di gudang,

sehingga diperoleh luas gudang yang optimum sebesar 387,6 m2, dimana hasil

rancangan ini mempunyai nilai yang lebih kecil 9,3% dibanding gudang yang ada sekarang.


(21)

ABSTRAK

Gudang produk jadi merupakan tempat penyimpanan produk jadi sebelum produk jadi dikirim kepada konsumen. Luas gudang dapat ditentukan dengan melihat tingkat produksi perusahaan, jenis produk yang akan diproduksi, lead time distribusi produk jadi dan sebagainya. PT. Mabar Feed Indonesia merupakan suatu perusahaan yang memiliki sistem distribusi bertingkat. PT. Mabar Feed Indonesia bertindak sebagai Central Supply Facility (CSF) berfungsi memenuhi permintaan masing-masing DC yang ada di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Jambi. Saat ini di gudang produk jadi CSF sering terjadi penumpukkan, hal ini menyebabkan kurangnya ruangan untuk menampung produk jadi. Kondisi inilah yang menyebabkan perlunya perencanaan luas gudang produk jadi, sehingga dapat mengintegrasikan jumlah produksi, persediaan, luas gudang produk jadi dan juga kebutuhan distribusi yang diperlukan, sehingga melalui penelitian ini akan dirancang berapa luas gudang produk jadi yang optimal dengan melihat kebutuhan distribusi yang menggunakan sistem DRP (Distribution Requirement Planning)

Pada penelitian ini hendaknya diperoleh ukuran gudang produk jadi yang optimal, yang sesuai dengan jumlah kebutuhan distribusi produk ke Distribution

Center (DC) setiap periodenya, agar tidak terjadi lagi penumpukkan produk jadi

yang sering sekali mengakibatkan kerusakan pada produk jadi, seperti sekarang ini.

Untuk mengetahui jumlah permintaan periode yang akan datang, maka dilakukan pengumpulan data permintaan tahun lalu, dimensi produk dan gudang dari perusahaan PT. Mabar Feed Indonesia, dan akan dilakukan peramalan untuk mendapatkan permintaan yang akan datang. Metode peramalan yang digunakan ialah metode Winters dan Holt. Setelah itu akan ditentukan safety stock dan juga EOQ untuk masing-masing DC.

Setelah kebutuhan distribusi diperoleh dengan cara DRP, maka dapat ditentukan seberapa luas gudang yang optimum dengan cara menghitung luas area setiap slot dan material handling ditambah allowance-allowance yang dibutuhkan. Pada penelitian ini jumlah ton dalam 1 slot ditambah menjadi 6 ton per slot, dan untuk perhitungan persediaan diperoleh 33 slot yang akan digunakan sebagai perhitungan luas gudang. Jumlah ini diperoleh dari POH yang tertinggi dan juga banyak produk yang disimpan dalam waktu sementara di gudang,

sehingga diperoleh luas gudang yang optimum sebesar 387,6 m2, dimana hasil

rancangan ini mempunyai nilai yang lebih kecil 9,3% dibanding gudang yang ada sekarang.


(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Gudang produk jadi merupakan tempat penyimpanan produk jadi sebelum produk jadi dikirim kepada konsumen. Luas gudang dapat ditentukan dengan melihat tingkat produksi perusahaan, jenis produk yang akan diproduksi, lead time distribusi produk jadi dan sebagainya.

PT. Mabar Feed Indonesia merupakan suatu perusahaan yang memiliki sistem distribusi bertingkat. PT. Mabar Feed Indonesia yang bertindak sebagai Central

Supply Facility (CSF) berfungsi memenuhi permintaan masing-masing DC

(Distribution Center) yang ada di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Jambi. Produk dari setiap Distribution Center akan didistribusikan lagi ke agen distributor ke kota-kota yang ada di setiap provinsi yang tersebut di atas, setelah dari agen yang ada di setiap kota akan distribusikan lagi ke peternak yang ada di setiap kota dan ada juga yang didistribusikan ke toko pakan ternak.

Kondisi persediaan yang ada pada PT. Mabar Feed Indonesia selalu

berlebih dan ini disebabkan karena permintaan konsumen yang tidak menentu. Hal ini menyebabkan terjadinya beberapa permasalahan di gudang produk jadi, seperti penumpukkan produk di sembarang tempat, kesemerautan di area penyimpanan dan juga luas gudang yang tidak optimal. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada produk jadi, seperti yang pernah terjadi produk jadi terkontaminasi dengan air dan rusak sehingga tidak dapat dijual dan


(23)

harus diproduksi ulang kembali. Apabila luas gudang penyimpanan produk jadi tidak optimal, dapat menimbulkan kerugiaan bagi pihak perusahaan, baik yang berhubungan dengan investasi dan biaya pemeliharaan gudang semakin tinggi. Kondisi inilah yang menyebabkan perlunya perencanaan jumlah persediaan yang sesuai dengan kebutuhan distribusi dengan metode Distribution Requirement

Planning (DRP) dan juga perancangan luas gudang produk jadi yang optimal.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti tersebut di atas, yang menjadi fokus permasalahan pada penelitian ini ialah bagaimana rancangan luas gudang produk jadi yang optimal, yang dapat menampung persediaan produk jadi di PT. Mabar Feed Indonesia yang digunakan untuk mendukung distribusi produk jadi ke setiap

Distribution Center (DC).

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut :

a. Untuk mendapatkan ukuran gudang produk jadi yang optimal, yang sesuai

dengan jumlah kebutuhan distribusi produk ke Distribution Center (DC) setiap periodenya.

b. Untuk mengetahui tingkat persediaan yang ada di Central Supply Facility

(CSF).

c. Mendapatkan safety stock dan Economy Order Quantity (EOQ) yang nantinya


(24)

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi pihak perusahaan

• Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak perusahaan dalam

merencanakan luas gudang penyimpanan produk jadi berdasarkan kebutuhan distribusi produk (DRP) dan tepat waktu akan kedatangan produk kepada setiap konsumen.

• Memberikan masukan kepada perusahaan untuk mengetahui luas gudang

yang optimal sehingga perusahaan dapat meminimkan biaya penyimpanan.

• Menjadi bahan masukan bagi perusahaan dalam menyusun rencana

peningkatan produktivitas. b. Bagi peneliti

• Meningkatkan keterampilan bagi penulis untuk menyelesaikan masalah

yan berkaitan dengan perencanaan luas gudang penyimpanan produk jadi berdasarkan kebutuhan distribusi produk (DRP).

• Memperoleh pengalaman untuk dapat memecahkan permasalahan

mengenai perencanaan kebutuhan akan luas gudang yang optimal dengan menerapkan ilmu yang telah diperoleh seama menjalani perkuliahan.

1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian

Faktor yang selalu menjadi penghalang dan tidak dapat dihindari dalam melakukan penelitian adalah faktor waktu, dana, keterbatasan fasilitas dan mengingat akan luasnya kondisi perusahaan dan prasyarat DRP tersebut, maka


(25)

agar dapat memecahkan permasalahan dibuat pembatasan masalah dalam merencanakan luas gudang penyimpanan produk jadi yang terdiri dari :

1. Perencanaan luas gudang yang dilakukan, hanya pada tingkat Central Supply

Facility (CSF).

2. Data yang digunakan April 2008 - Maret 2010 pada tingkat Distribution

Center (DC), sebagai acuan perhitungan peramalan jumlah permintaan yang

akan datang.

3. Perencanaan jumlah persediaan yang ada di gudang produk jadi dilakukan

dengan metode DRP.

4. Penelitian dilakukan hanya untuk produk pakan ternak ayam jenis pakan

konsentrat tepung.

5. Penelitian hanya terbatas pada masalah kebutuhan luas gudang produk jadi yang optimal untuk menampung kebutuhan distribusi produk jenis konsentrat tepung dan tidak membahas masalah biaya.

Asumsi yang digunakan untuk mendukung dan memudahkan pembatasan masalah adalah sebgai berikut :

1. Tidak terjadi fluktuasi permintaan yang besar selama penelitian berlangsung. 2. Tidak terjadi perubahan spesifikasi produk selama penelitian berlangsung. 3. Tidak terjadi perubahan biaya-biaya selama penelitian berlangsung.

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:


(26)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah serta sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisi sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi dan manajemen serta proses produksi.

BAB III LANDASAN TEORI

Bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam analisis pemecahan masalah.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan tugas akhir.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi data-data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian serta pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Bab ini berisi analisis hasil pengolahan data dan pemecahan masalah.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.


(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Mabar Feed Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di

bidang industri pakan ternak ayam petelur dan daging. Produk lain yang dihasilkan oleh PT. Mabar Feed Indonesia berupa pakan ternak udang dan hewan lainnya. PT. Mabar Feed Indonesia mulanya merupakan bentuk usaha perorangan yang didirikan oleh Bapak Rachman pada tanggal 15 Maret 1976. Perusahaan ini didirikan sesuai dengan surat izin dari Kantor Dinas Perindustrian Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Medan untuk mendirikan dan menjalankan perusahaan makanan ternak dengan No.14 / PERIND / IV / 76 dengan nomor kode 3121 / 14 / 2A tertanggal 27 Mei 1976.

Pada awalnya perusahaan ini hanya memproduksi beberapa jenis pakan ternak untuk ayam potong dan ayam pedaging yang bentuk produk yang dihasilkan berbentuk pellet. Sejak awal berdirinya perusahaan ini hingga tahun 1980, perusahaan ini menggunakan mesin dan peralatan yang sederhana dalam proses produksinya. Sejak tahun 1980, perusahaan ini mulai menggunakan mesin-mesin yang lebih canggih. Pada tanggal 23 Mei 1985, perusahaan ini berubah nama dari bentuk usaha perseorangan menjadi bentuk Persekutuan Komenditer (CV) dengan nama CV Mabar. Seiring dengan kemajuan perusahaan, CV Mabar pun berubah bentuk menjadi Perseroan Terbatas (PT) dengan nama PT. Shrimp Feed Indonesia dan berstatus Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tanggal 6


(28)

Juli 1988. Pada tanggal 29 Juli 1988 PT. Shrimp Feed Indonesia akhirnya berubah nama menjadi PT. Mabar Feed Indonesia. Perubahan status badan hukum perusahaan pada perusahaan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman RI dengan dikeluarkannya Surat Keputusan No. C2-175.HT.1.TH 1990 pada tanggal 19 Januari 1990. Pada tahun 2001, asset (aktiva) perusahaan ini sebesar Rp. 111,72 miliar. Asset (aktiva) per 31 Desember 2005 sebesar 236,40.

Produk yang dihasilkan oleh PT. Mabar Feed Indonesia, dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifinikan. Hal ini dapat dilihat dari volume penjualan dari tahun ke tahun. Tahun pertama produksi yang dihasilkan oleh PT. Mabar Feed Indonesia mencapai 7.200 ton per tahun. Pada tahun 1988, produksi PT. Mabar Feed Indonesia sebesar 40.000 ton per tahun meningkat 150 % menjadi 100.000 ton per tahun pada tahun 1996, kemudian karena pengaruh krisis moneter produksi turun menjadi 36.000 ton pada tahun 1998. hal ini disebabkan karena tingginya harga bahan baku dan rendahnya permintaan. Seiring dengan pulihnya perekonomian nasional maka volume penjualan juga meningkat menjadi 97.000 ton per tahun. Pada tahun 2001 jumlah produksi yang dihasilkan sebesar 145.000 ton per tahun.

Program jangka panjang PT. Mabar Feed Indonesia adalah meningkatkan volume penjualan hingga mencapai 20.000 ton per-bulan, dengan melaksanakan diversifikasi produk, penambahan fasilitas produksi dan laboratorium yang modern serta melakukann aktivitas benchmarking sehingga kualitas pakan ternak tetap tinggi dan terjaga. Sebagai komitmen terhadap kualitas produksi maka pada


(29)

tanggal 11 Desember 2003, perusahaan ini mendapatkan sertifikat ISO 9001 : 2000 dari Tuvreinahld.

2.2. Lokasi Perusahaan

PT. Mabar Feed Indonesia berlokasi di Jl. Rumah Potong Hewan No. 44 (Jl. Medan- Belawan KM 9) Desa Mabar Kec. Deli, Medan.

Sejak awal didirikannya hingga tahun 1993 luas tanah perusahaan seluas

11.253,5 m2, termasuk luas tanah untuk rumah pemilik yang terletak

berdampingan dengan pabrik. Namun seiring dengan perkembangan perusahaan maka sejak tahun 1994 hingga saat ini, luas tanah PT. Mabar Feed Indonesia mencapai 38.116,5 m2.

2.3. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Mabar Feed Indonesia memproduksi 2 jenis produk pakan ternak utama yaitu pakan komplit dan pakan konsentrat. Dimana dua jenis produk pakan ternak ini diklasifikasikan berdasarkan jenis ayam petelur dan pedaging serta umur ayam tersebut. Adapun produk yang dihasilkan antaranya :

1. Pakan komplit

Pakan ternak jenis komplit adalah pakan ternak yang dapat diberikan langsung kepada ternak tanpa bahan tambahan dan jenis pakan ternak ini dibagi adalam dua jenis, yaitu :


(30)

a. Jenis pakan komplit tepung terdiri dari :

- BR S-06, yaitu pakan ternak untuk ayam petelur broiler starter super yang umurnya 1-20 hari.

- S-20, yaitu pakan ternak untuk ayam starter petelur yang umurnya 1-45 hari. - G-16 S, yaitu pakan ternak untuk ayam grower petelur yang umurnya 1,5-4

bulan.

- L-18, yaitu pakan ternak untuk ayam layer petelur super yang umurnya 4 bulan – dst.

- L-17 S, yaitu pakan ternak untuk ayam layer petelur yang umurnya 4 bulan-dst. b. Jenis pakan komplit butiran (Crumbles dan Pelet).

- SUPER -1, yaitu pakan ternak untuk ayam broiler starter super yang umurnya 1-20 hari.

- SUPER -2, yaitu pakan ternak untuk ayam broiler finisher super yang umurnya 21 hari s.d. dijual.

- BR I-01, yaitu pakan ternak untuk ayam broiler starter yang umurnya 1- 20 hari. - BR II-02, yaitu pakan ternak untuk ayam broiler finisher yang umurnya 21 hari

s.d. dijual.

- CA-03, yaitu pakan ternak untuk ayam starter petelur yang umurnya 1-45 hari. - PB-04, yaitu pakan ternak untuk ayam grower petelur yang umurnya 1,5 – 4

bulan.


(31)

2. Pakan konsentrat

Pakan konsentrat merupakan pakan ternak yang harus ditambahkan lagi dengan jagung, dedak dan tepung batu dengan komposisi tertentu. Pakan ternak jenis konsentrat ini berbentuk tepung. Pakan ternak yang termasuk jenis konsentrat yaitu :

- B-422, yaitu pakan ternak untuk ayam grower yang umurnya 1.5-4 bulan. - C-424, yaitu pakan ternak untuk ayam layer petelur yang umurnya 4 bulan –dst. - C-138, yaitu pakan ternak untuk ayam layer petelur yang umurnya 4 bulan –dst. - MCL- 496, yaitu pakan ternak untuk ayam layer petelur super untuk semua

umur.

- MCL-338, yaitu pakan ternak untuk layer petelur untuk semua umur. - MCL- 328, yaitu pakan ternak untuk layer petelur untuk semua umur.

Setiap jenis pakan ternak diatas memiliki kandungan nutrisi tersendiri sesuai dengan formula yang telah ditentukan.

2.5. Organisasi dan Manajemen Perusahaan 2.5.1. Struktur Organisasi

Organisasi merupakan sekumpulan orang yang bekerja untuk mencapai satu tujuan yang sama dan diantara mereka diberikan pembagian tugas untuk pencapaian tujuan tersebut. Struktur organisasi merupakan gambaran skematis tentang hubungan-hubungan dan kerjasama diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuan.


(32)

Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perusahaan yang terdiri dari beberapa bagian aktivitas yang berbeda-beda harus dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai target dan sasaran perusahaan. Dalam hal pengorganisasian dari bagian-bagian yang berbeda diperlukan suatu struktur organisasi yang dapat mempersatukan sumber daya dengan cara yang teratur. Struktur organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang fleksibel dalam arti hidup, berkembang, bergerak sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi oleh perusahaan.

Struktur organisasi bagi suatu perusahaan mempunyai peranan yang penting di dalam menentukan dan memperlancar jalannya roda perusahaan. Pendistribusian tugas, wewenang dan tanggung jawab serta keselarasan hubungan satu bagian dengan bagian yang lain dapat digambarkan dalam suatu struktur organisasi. Dengan demikian diharapkan adanya suatu kejelasan arah dan koordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan dan masing-masing karyawan dapat mengetahui dengan jelas darimana perintah itu datang dan kepada siapa harus dipertanggungjawabkan hasil pekerjaannya.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Mabar Feed Indonesia adalah hubungan campuran yaitu berbentuk hubungan garis dan fungsional. Dalam menjalankan struktur organisasinya ada pembagian tugas yang jelas antara pimpinan, staff dan pelaksana dan dalam melakukan pengambilan keputusan lebih mudah dicapai


(33)

karena anggota-anggota staff yang ahli dalam bidangnya yang dapat memberi nasehat dan mengerjakan perencanaan yang teliti, koordinasi dapat dengan mudah dikerjakan karena sudah ada pembidangan masing-masing. Struktur organisasi PT. Mabar Feed Indonesia dapat dilihat pada gambar 2.1.

Struktur organisasi yang berbentuk hubungan campuran antara garis dan staf dan fungsional dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Dalam hubungan garis dan staf, bawahan hanya mengenal seorang atasan.

Bawahan tersebut hanya menerima tugas, tanggung jawab, wewenang serta haknya dari atasannya tersebut. Bentuk staf dapat dilihat antara Direktur dengan skretari direksi dan internal auditor dan bentuk garis dapat dilihat antara Direktur dengan Kepala-Kepala Bagian (Logistik, Teknik,Pengawasan Mutu, Desain PengembanganProduk, Produksi, PPIC, Marketing, Keuangan, Akuntansi dan Umum).

2. Bentuk hubungan fungsional dijumpai pada Kelompok, Staff, dan Karyawan.

Untuk urusan kepegawaian/personalia, karyawan dapat berhubungan langsung dengan Kepala Sub Bagian Personalia dan untuk urusan perawatan fasilitas produk, karyawan dapat berhubungan langsung dengan Kepala Sub Bagian Perawatan (maintenance). Begitu juga dengan urusan Administrasi, Keuangan dan Akuntansi, Marketing, PPIC, Pengawasan Mutu, Desain Pengembangan Produk, Teknik, dan lain-lain, telah ditetapkan pejabat-pejabat yang mengurusi dan bertanggung jawab atas fungsi yang dipikulnya. Setiap tingkat dapat saling berhubungan langsung sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.


(34)

DEWAN KOMISARIS DIREKTUR

UTAMA SEKRETARIS

DIREKSI INTERNAL AUDITOR DIREKTUR OPERASIONAL WK. DIREKTUR OPERASIONAL DIREKTUR KOMERSIAL MANAJER LOGISTIK MANAJER TEKNIK MANAJER PENGAWASAN MUTU MANAJER DESAIN PENGEMBANGAN PRODUK MANAJER

PRODUKSI MANAJER PPIC

MANAJER MARKETING MANAJER KEUANGAN MANAJER AKUNTANSI MANAJER UMUM KABAG GUDANG BAHAN BAKU KABAG GUDANG NON BAHAN BAKU STAF LOGISTIK STAF IMPOR KABAG PERAKITAN & PEMELIHARAAN KABAG PEMELIHARAN OTOMOTIF KABAG LISTRIK & KOMUNIKASI STAF LABORATORIUM KABAG PRODUKSI P.UDANG & IKAN

KABAG PRODUKSI P. TERNAK KABAG GUDANG PRODUK JADI

STAF PPIC COUNTER SALES STAF MARKETING KREDIT KONTROL LINGKUNGAN HIDUP STAF

KEUANGAN AKUNTANSISTAF STAF PERPAJAKAN KABAG HUMAS RUMAH TANGGA KEAMANAN KASIR KABAG PERSONALIA KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT.Mabar Feed Indonesia

Keterangan gambar :

= Memiliki derajat hubungan yang sama

= Menyatakan adanya hubungan


(35)

2.5.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Organisasi perusahaan merupakan wadah perusahaan yang mendayagunakan sumber-sumbernya. Wadah ini menetapkan kegiatan yang perlu dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam menjalankan suatu organisasi diperlukan personil-personil yang menduduki jabatan tertentu di dalam organisasi tersebut, dimana masing-masing personil diberi tugas dan tanggungjawab sesuai dengan jabatannya. Dalam melaksanakan tugasnya, setiap jabatan diberi gambaran dan batasan tugas serta tanggung jawab pada masing-masing struktur organisasi.

Pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan dalam struktur organisasi PT. Mabar Feed Indonesia, diantaranya:

1. Direktur Utama

a. Memimpin direktur-direktur lain dan mengkoordinir pekerjanya dalam

memajukan perusahaan.

b. Merencanakan strategi perusahaan, memimpin aktivitas-aktivitas

pembelian, pemasaran, administrasi, serta pengkoordiniran tugas-tugas tersebut.

c. Mewakili Dewan Komisaris di dalam dan luar perusahaan, berwenang

untuk mengarahkan serta menjalankan perusahaan dengan manajemen yang baik.

d. Mengesahkan rencana kerja perusahaan secara keseluruhan.


(36)

f. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja/operasi perusahaan pada bidang PPIC.

g. Bertanggung jawab atas perkembangan dan kemajuan perusahaan.

2. Sekretaris Direksi

a. Mengurus jadwal pertemuan/kegiatan pimpinan

b. Menerima panggilan sebelum disampaikan kepada pimpinan ataupun

karyawan lainnya

c. Menyusun jadwal pertemuan perusahaan

d. Bertanggung jawab kepada Direktur Utama

3. Internal Auditor

a. Bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama atas implementasi

tentang penerapan ISO 9001-2000

b. Melaksanakan aktivitas untuk memelihara dan meningkatkan standar

ransum mutu.

4. Direktur Operasional

a. Mengadakan perencanaan terhadap pencapaian tujuan perusahaan pada

Departemen Logistik, Teknik, Pengawasan Mutu, Desain Pengembangan Produk dan Produksi.

b. Mengangkat dan mengganti setiap kepala bagian, staff, pegawai dan

karyawan pada Departemen Logistik, Teknik, Pengawasan Mutu, Desain Pengembangan Produk dan Produksi.


(37)

c. Mengawasi pelaksanaan rencna kerja/operasi perusahaan pada Departemen Logistik, Teknik, Pengawasan Mutu, Desain Pengembangan Produk dan Produksi.

d. Meminta dan menilai pertanggungjawaban tiap kepala bagian atas

tugas-tugas yang dibebankan kepada Departemen Logistik, Teknik, Pengawasan Mutu, Desain Pengembangan Produk dan Produksi.

e. Bertanggung jawab atas perkembangan dan kemajuan perusahaan.

f. Bertanggungjawab kepada Direktur Utama.

5. Direktur Komersial

a. Mengadakan perencanaan terhadap pencapaian tujuan perusahaan pada

Departemen Marketing, Keuangan, Akuntansi dan Umum.

b. Mengangkat dan mengganti setiap kepala bagian, staff, pegawai dan

karyawan pada Departemen Marketing, Keuangan, Akuntansi dan Umum.

c. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja/operasi perusahaan pada

Departemen.

d. Meminta dan menilai pertanggungjawaban tiap kepala bagian atas

tugas-tugas yang dibebankan kepada Departemen Marketing, Keuangan, Akuntansi dan Umum.

e. Bertanggung jawab atas perkembangan dan kemajuan perusahaan.


(38)

6. Wakil Direktur Operasional

a. Membantu Direktur Operasional untuk mengadakan perencanaan terhadap

pencapaian tujuan perusahaan pada Departemen Logistik, Teknik, Pengawasan Mutu, Desain Pengembangan Produk dan Produksi.

b. Membantu Direktur Operasional untuk mengangkat dan mengganti setiap

kepala bagian, staff, pegawai dan karyawan pada Departemen Logistik, Teknik, Pengawasan Mutu, Desain Pengembangan Produk dan Produksi.

c. Membantu Direktur Operassional untuk mengawasi pelaksanaan rencana

kerja/operasi perusahaan pada Departemen Logistik, Teknik, Pengawasan Mutu, Desain Pengembangan Produk dan Produksi.

d. Membantu Direktur Operasional untuk meminta dan menilai

.pertanggungjawaban tiap Kepala Bagian atas tugas-tugas yang dibebankan kepada Departemen Logistik, Teknik, Pengawasan Mutu, Desain Pengembangan Produk dan Produksi.

e. Bertanggung jawab atas perkembangan dan kemajuan perusahaan.

f. Bertanggungjawab kepada Direktur Utama.

7. Manajer Logistik

a. Membuat penjadwalan pemesanan bahan baku.

b. Menentukan jumlah bahan baku yang dipesan.

c. Bertanggung jawab kepada Direktur Komersial.

8. Manajer Teknik

a. Memperhitungkan dan merencanakan kebutuhan suku cadang (spare part)


(39)

b. Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan perbaikan mesin dan peralatan untuk kegiatan produksi.

c. Menetapkan jadwal perawatan (maintenance) mesin dan peralatan

produksi.

d. Bertanggung jawab kepada Direktur Komersial.

9. Manajer Pengawasan Mutu

a. Memeriksa dan mengawasi kondisi bahan-bahan sebelum diolah, pada saat

proses produksi berlangsung sampai pada produk jadi agar didapatkanproduk yang memenuhi standar.

b. Memantau dan mengawasi kegiatan laboratorium dan bertanggung jawab

atas pengembangan dan kelangsungan kegiatan laboratorium.

c. Membuat laporan hassil pemeriksaan dan pengujian bahan baku seperti

kadar protein, lemak, air dan debu dan juga produk jadi secara periodik.

d. Bertanggung jawab kepada Direktur Operasional.

10.Manajer Desain Pengembangan Produk

a. Mengembangkan dan meningkatkan penampilan produk dengan

memperbaiki desain dan warna sesuai dengan selera konsumen.

b. Melakukan diversifikassi produk.

c. Bertanggung jawab kepada Direktur Operasional.

11.Manajer Produksi

a. Merencanakan dan mengatur kegiatan produksi perusahaan agar sesuai


(40)

b. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan yang terjadi.

c. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan produksi sesuai dengan

jadwal produksi.

d. Bertanggung jawab kepada Direktur Operasional.

12.Manajer PPIC

a. Bertugas dalam mengendalikan proses produksi yang berlebih.

b. Bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama.

13.Manajer Marketing

a. Menganalisis kegiatan pasar guna mendapatkan tingkat kebutuhan

konsumen dan tingkat persaingan serta melakukan pengembangan pemasaran dari hasil riset pasar yang telah ditetapkan.

b. Menentukan rencana kebijakan dan bekerja sama dengan distributor dalam

menentukan strategi pemasaran yang mencakup jumlah dan jenis produk yang akan dipasarkan, melakukan penetapan harga, distribusi dan promosi.

c. Menentukan rencana anggaran biaya pemasaran.

d. Bertanggung jawab kepada Direktur Komersial.

14.Manajer Keuangan

a. Menyiapkan dan mengelola sumber-sumber keuangan yang ada secara

efektif.

b. Mengelola keuangan perusahaan untuk menjamin provosi atas dana untuk


(41)

c. Memelihara hubungan kerja yang baik dengan bank atau badan-badan lain yang berhubungan dengan aspek keuangan perusahaan.

d. Bertanggung jawab kepada Direktur Komersial.

15.Manajer Akuntansi

a. Merumuskan dan mengevaluasi pelaksanaan rencana keuangan dan

anggaran belanja, pelaporan akuntansi perusahaan, pengolahan dana dan penaksiran, serta pajak dan asuransi.

b. Menyiapkan data aplikasi untuk kebutuhan kredit.

c. Meminta pertanggungjawaban bagian kas dan pembukuan atas tugas-tugas

yang dilimpahkan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan kas dan pembukuan.

d. Bertanggung jawab kepada Direktur Komersial.

16.Manajer Umum

a. Melaksanakan kebijaksanaan perusahaan dalam bidang umum dan

personalia.

b. Menyeleksi dan menempatkan para pegawai sesuai dengan kemampuan

dan kebutuhan perusahaan.

c. Mewakili perusahaan dalam menghadapi masalah perburuhan.

d. Bertanggung jawab kepada Direktur Komersial.

17.Kepala Bagian Gudang Bahan Baku

a. Melakukan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang di gudang.

b. Melakukan perencanaan order pembelian barang yang diketahui oleh


(42)

c. Bertanggung jawab atas keamanan barang-barang yang ada dalam gudang.

d. Bertanggung jawab langsung kepada Manajer Logistik.

18.Kepala Bagian Gudang Non Bahan Baku

a. Melakukan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang di gudang.

b. Melakukan perencanaan order pembelian barang yang diketahui oleh

Manajer Logistik dan Pembelian.

c. Bertanggung jawab atas keamanan barang-barang yang ada dalam gudang.

d. Bertanggung jawab langsung kepada Manajer Logistik.

19.Kepala Bagian Perakitan dan Pemeliharaan Mesin

a. Mengkoordinir dan menjadwalkan pelaksanaan pemeliharaan mesin-mesin

produksi dan fasilitas lainnya.

b. Bertanggung jawab atas pemeliharaan mesin-mesin dan faslitas lainnya.

c. Bertanggung jawab kepada Manager Teknik.

20.Kepala Bagian Pemeliharaan Otomotif

a. Melakukan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan untuk memelihara

alat-alat kendaraan.

b. Bertanggung jawab dalam pengurutan, pengangkatan, pemindahan dan

pemberhentian karyawan pada bagiannya.

c. Bertanggung jawab kepada Manajer Operasional.

21.Kepala Bagian Listrik dan Telekomunikasi

a. Merencanakan perawatan dan pemeliharaan berskala terhadap pembangkit


(43)

b. Memeriksa dan mengawasi pengadaan listrik untuk kelancaran seluruh kegiatan perusahaan.

c. Melaksanakan kegiatan perbaikan sarana perusahaan.

d. Bertanggung jawab kepada Manager Teknik.

22.Staff Laboratorium

a. Kepala Bagian Laboratorium bertanggung jawab atas segala hasil

penelitian sampel dari produk yang akan dipasarkan sehingga dapat diketahui apakah produk tersebut sesuai dengan standar mutu yang diinginkan dan para konsumen nantinya merasa puas.

23.Kepala Bagian Produksi Pakan Udang dan Ikan

a. Melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian

produksi pada produk pakan udang dan ikan.

b. Bertanggung jawab kepada Manajer Produksi.

24.Kepala Bagian Produksi Pakan Ternak

a. Melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian

produksi pada produk pakan ternak.

b. Bertanggung jawab kepada Manajer Produksi.

25.Kepala Bagian Gudang Produk Jadi

a. Melakukan penerimaan, pemeriksaan, penyimpanan dan pengeluaran

barang pada gudang produk jadi.

b. Bertanggung jawab kepada Manajer Produksi.

26.Staff Logistik


(44)

b. Merencanakan jumlah order permintaan bahan baku yang disetujui oleh Manajer Logistik.

c. Bertanggung jawab terhadapa Manajer Logistik.

27.Staff Impor

a. Bertanggung jawab terhadap jumlah bahan yang akan dibeli.

b. Bertanggung jawab terhadapa Manajer Logistik.

28.Staff PPIC

a. Membantu Manajer Produksi dalam mengendalikan proses produksi.

b. Bertanggung jawab terhadap Manajer PPIC.

29.Kasir

a. Membantu fungsi tugas Manajer Marketing seperti penerimaan order,

pengiriman barang dan pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan

marketing.

b. Bertanggung jawab kepada Manajer Marketing.

30.Staff Marketing

a. Melakukan hubungan dengan rumah tangga, keamanan dan lingkungan

hidup.

b. Bertanggung jawab terhadap Manajer Umum.

31.Staff Keuangan

a. Membukukan setiap transaksi dan mencatat seluruh penerimaan dann

pengeluaran untuk kegiatan perusahaan dalam catatan harian.


(45)

32.Kasir

a. Melakukan transaksi pembelian dengan konsumen.

b. Bertanggung jawab terhadapa Manajer Keuangan.

33.Kredit Kontrol

a. Menyiapkan data aplikasi untuk kebutuhan kredit.

b. Bertanggung jawab terhadapa Manajer Keuangan.

34.Staff Akuntansi

a. Membantu Manajer Akuntansi dalam mengadakan penerimaan dan

pengeluaran kas serta menutup kas setiap hari.

b. Menyimpan bukti-bukti transaksi dan dokumen-dokumen keuangan

perusahaan.

c. Bertanggung jawab terhadapa Manajer Keuangan.

35.Staff Perpajakan

a. Bertanggung jawab dalam menghitung pajak penghasilan perusahaan.

b. Bertanggung jawab langsung kepada Manajer Akuntansi.

36.Kepala Bagian Humas

a. Bertanggung jawab dalam menjalin hubungan baik dengan masyarakat,

rumah tangga dan keamanan perusahaan.

b. Bertanggung jawab kepada Manajer Umum.

37.Kepala Bagian Personalia

a. Bertanggung jawab dalam penerimaan karyawan.

b. Bertanggung jawab dalam melatih dan memberi pendidikan khusus kepada


(46)

c. Bertanggung jawab kepada Manajer Umum.

38. Bagian Rumah Tangga

a. Bertanggung jawab kepada Manajer Umum

39. Bagian Keamanan

Bertugas dalam mengawasi keamanan di kawasan pabrik. Memperhatikan keluar masuknya truk yang mengangkut pakan ternak serta tamu yang datang dari luar pabrik.

40. Bagian Lingkungan Hidup

Bertanggung jawab terhadap hubungan perusahaan dengan masyarakt setempat dengan memperhatikan kondisi lingkungan hidup setempat yang dipengruhi oleh perusahaan.

2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.5.3.1. Jumlah Tenaga Kerja

Dalam menjalankan tugasnya, PT. Mabar Feed Indonesia mempekerjakan tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang bekerja di lantai produksi pakan ternak di dalam pabrik. Tenaga kerja tidak langsung adalah pekerja yang bekerja di luar pabrik. Jumlah tenaga kerja pada PT. Mabar Feed Indonesia adalah 216 orang. Alokasi tenaga kerja di PT. Mabar Feed Indonesia pada Tabel 2.1.


(47)

Tabel 2.1. Alokasi Tenaga Kerja

No. Jabatan Jumlah(Orang)

1. Direktur Utama 1

2. Sekretaris Direksi 1

3. Internal Auditor 1

4. - Direktur Operasional 1

- Wakil Direktur Operasional 1

5. Direktur Komersial 1

6. Departemen Logistik 1

- Kabag Gudang Bahan Baku 1

- Kabag Gudang Non Bahan Baku 1

- Staff Logistik 1

- Staff Impor 1

- Karyawan 6

7. Departemen Teknik

- Kabag. Perakitan dan Pemeliharaan Mesin 1

- Kabag. Pemeliharaan Otomotif 1

- Kabag. Listrik dan Telekomunikasi 1

- Karyawan 12

8. Departemen Desain Pengembangan Produk

- Manajer Desain Pengembangan Produk 1

- Karyawan 5

9. Departemen Produksi

- Manajer Produksi 1

- Kabag. Produksi Pakan Udang dan Ikan 1

- Kabag. Produksi Pakan Ternak 1

- Kabag. Gudang Produk Jadi 1

- Karyawan 108

10. Departemen PPIC

- Manajer PPIC 1

- Staff PPIC 1

- Karyawan 9

11. Departemen Marketing

- Manajer Marketing 1

- Counter 1

- Staff Marketing 1

- Karyawan 15

12. Departemen Keuangan

- Manajer Keuangan 1

- Staff Keuangan 1

- Kasir 3

- Kredit Kontrol 2

- Karyawan 8


(48)

Tabel 2.1. Alokasi Tenaga Kerja (Lanjutan)

No. Jabatan Jumlah(Orang)

- Manajer Akuntansi 1

- Staff Akuntansi 1

- Staff Perpajakan 1

- Karyawan 5

14. Departemen Personalia dan Umum

- Manajer Umum 1

- Kabag. Humas Hubungan Rumah Tangga 1

- Kabag. Humas Hubungan Keamanan 1

- Kabag. Humas Hubungan Lingk. Hidup 1

- Kabag. Personalia 1

15. Keamanan/Satpam 8

Total 216

Sumber: PT. Mabar Feed Indonesia

2.5.3.2. Jam Kerja

Jam kerja di PT. Mabar Feed Indonesia untuk semua karyawan adalah sama, baik karyawan kantor, produksi dan petugas satpam/keamanan yang terdiri dari satu shift kerja. Adapun rician jam kerja tersebut sebagai berikut:

1. Hari Senin s/d Jumat

− Pukul 08.00-12.00 WIB : Kerja Aktif

− Pukul 12.00-13.00 WIB : Istirahat

− Pukul 13.00-16.00 WIB : Kerja Aktif

− Pukul 16.00-18.00 WIB : Jam Kerja Lembur

2. Hari Sabtu

− Pukul 08.00-12.00 WIB : Kerja Aktif

− Pukul 12.00-13.00 WIB : Istirahat


(49)

− Pukul 14.00-18.00 WIB : Jam Kerja Lembur.

2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya 2.5.4.1. Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan di PT. Mabar Feed Indonesia dibedakan atas tiga jenis, yaitu:

1. Upah Bulanan

Upah bulanan diberikan kepada karyawan kantor dan petugas keamanan/satpam. Dalam hal ini upah dibayar setiap akhir bulan.

2. Upah Harian

Upah harian diberikan kepada karyawan lantai produksi, kecuali bagian pencampuran (mixing). Upah dibayarkan setiap hari pada saat jam kerja aktif berakhir.

3. Upah Borongan

Upah borongan hanya diberikan kepada karyawan di bagian pencampuran (mixing). Para pekerja borongan membentuk kelompok-kelompok kerja terdiri dari sepuluh orang setiap kelompok. Upah dibayarkan dua kali sebulan yaitu, awal bulan dan pertengahan bulan. Jika terjadi hari libur maka upah dibayarkan sehari lebih cepat.


(50)

2.5.4.2. Fasilitas Pendukung

Fasilitas-fasilitas lainnya yang diberikan perusahaan kepada karyawan, diantaranya:

1. Upah Lembur

Upah lembur diberikan kepada karyawan kantor dan karyawan lantai produksi yang bekerja melebihi batas jam kerja aktif.

2. Tunjangan Jabatan

Tunjangan jabatan diberikan sebagai pelengkap gaji pokok untuk karyawan yang memiliki jabatan tertentu karena memegang peranan dan tanggung jawab yang khusus.

3. Tunjangan Hari Raya (THR)

THR (Tunjangan Hari Raya) diberikan setiap tahun kepada karyawan yang telah bekerja selama satu tahun dalam rangka merayakan hari raya dan tahun baru. THR (Tunjangan Hari Raya) dibayar sebesar gaji satu bulan.

4. Uang Transportasi

Uang transportasi diberikan kepada karyawan pada saat menerima gaji di akhir bulan. Besar uang transportasi tergantung kepada kedudukan karyawan di perusahaan.

5. Fasilitas Pengobatan

Bagi karyawan-karyawan yang mengalami kecelakaan kerja, maka pihak perusahaan menanggung segala biaya pengobatan selama karyawan sakit.


(51)

6. Cuti

Cuti diberikan kepada karyawan untuk menghilangkan rasa jenuh selama bekerja di perusahaan. Cuti dapat diambil setiap tahun dan jika cuti tidak diambil dalam setahun maka cuti tersebut akan dianggap hangus.

7. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)

Jaminan social tenaga kerja yang dikenal dengan Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK) merupakan suatu bentuk asuransi yang dibuat oleh pemerintah untuk melindungi tenaga kerja. ASTEK terdiri dari empat jenis jaminan, yaitu:

a. Jaminan Kecelakaan Kerja

Jaminan kecelakaan kerja diberikan jika tenaga kerja mengalami kecelakaan ketika sedang bekerja. Jaminan kecelakaan kerja diberikan dalam bentuk sumbangan oleh pemerintah sebesar 0,89% dari gaji satu bulan.

b. Jaminan Hari Tua

Jaminan hari tua diberikan kepada tenaga kerja yang pension pada umur 55 tahun. Besarnya dana pension yang diberikan tergantung kepada masa tenaga kerja di perusahaan.

c. Jaminan Kematian

Jaminan kematian diberikan apabila tenaga kerja meninggal dunia sewaktu melakukan pekerjaan atau tidak melakukan pekerjaan.

d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja dan keluarganya. Bagi tenaga kerja yang belum berkeluarga,


(52)

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan adalah 3% dari gaji satu bulan, sedangkan bagi yang sudah berkeluarga (maksimal tiga orang anak) adalah 6% darri gaji satu bulan. Pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja dilaksanakan di rumah sakit yang ditunjuk oleh perusahaan.

8. SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia)

Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) merupakan wadah untuk menampung keluhan dan aspirasi tenaga kerja, seperti tuntutan kenaikan gaji, masalah jam kerja yang tidak sesuai dengan besarnya gaji, kebijakan perusahaan yang merugikan tenaga kerja, dan lain-lain. SPSI akan menampung semua keluhan dan aspirasi tenaga kerja dan mengusahakan mencari solusinya dengan bekerja sama dengan pimpinan perusahaan dan Departemen Tenaga Kerja.

2.5. Proses Produksi

2.5.1. Standar Mutu Produk

Produk yang dihasilkan PT. Mabar Feed Indonesia harus mengikuti syarat yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian yaitu Standar Ransum berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar mutu bagi makanan ternak ayam sesuai SNI dapat dilihat pada tabel 2.2.


(53)

Tabel 2.2. Standar Mutu Bagi Makanan Ternak Ayam Sesuai SNI

No Jenis Komoditi Kadar

Air Maks (%) Protein Kasar (%) Lemak Kasar Maks (%) Serat Kasar Maks (%) Abu (%) Calsium (%) Phosphor (%) Altoksin Maks (ppb) ME Min (Kka/kg)

Asam Amino (Min %) Kode SNI

Total Tersedia Lisin Metionin Metionin

* Sistin A 1. 2. 3. B 1. 2. C 1. 2. 3. D 1. 2. 3. AYAM RASA PETELUR Anak (Layer Grower) Dewasa (Layer Grower) Layer AYAM RAS PEDAGING Anak (Boiler Starter) Broiler (Finisher) PUYUH PETELUR Pemula (Starter) Dara (Grower) Layer ITIK PETELUR Meri (Starter)

- Gol A

- Gol B

Dara (Grower) Layer 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 18.5-20.0 13.5-16.0 15.0-18.0 18.0-23.0 18.0-22.0 Min 24 Min 20 Min 22 Min 22 Min 18 Min 15 Min 18 2.5-7.0 2.5-7.0 2.5-7.0 2.5-7.0 2.0-7.0 Min 2.80 Min 2.80 Min 3.96 Min 3.50 Min 3.50 Min 3.50 Min 3.50 6.5 7.0 7.0 5.0 5.5 4.5 5.0 6.0 5.5 5.5 7.0 7.5 5.0-8.0 5.0-8.0 10.0-14.0 5.0-8.0 5.0-8.0 Maks 8.0 Maks 8.0 Maks 10.0 Maks 8.0 Maks 8.0 Maks 8.0 Maks 14.0 0.90-1.20 0.90-1.20 3.25-4.00 0.90-1.20 0.90-1.20 0.80-1.00 0.80-1.00 3.25-4.00 0.60-1.06 0.60-1.06 0.60-1.06 3.25-4.00 0.65-0.90 0.65-0.90 0.65-0.90 0.70-1.00 0.70-1.00 Min 0.60 Min 0.60 Min 0.60 Min 0.60 Min 0.60 Min 0.60 Min 0.60 - - - - - Min 0..40 Min 0..40 Min 0..40 Min 0..40 Min 0.35 Min 0..40 Min 0..40 50 50 60 50 60 40 40 40 20 20 20 20 - - - - - 2900 2700 2900 3000 3000 2700 2600 0.90 0.65 0.78 1.10 0.90 1.15 1.00 0.86 0.96 0.90 0.75 0.70 0.40 0.30 0.38 0.50 0.10 0.40 0.35 0.30 0.41 0.36 0.35 0.35 - - - - - 0.80 0.70 0.65 0.80 0.75 0.65 0.65 SNI 01-3927-1995 SNI 01-3928-1995 SNI 01-3930-1995 SNI 01-3931-1995 SNI 01-3905-1995 SNI 01-3906-1995 SNI 01-3907-1995 SNI 01-3908-1995 SNI 01-3909-1995 SNI 01-3910-1995 SNI 01-3911-1995 SNI 01-3912-1995


(54)

2.5.2. Bahan Yang Digunakan

Dalam menghasilkan produk pakan ternak ayam dengan mutu yang baik digunakan bahan-bahan yang mengandung zat-zat makanan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan ternak yang mengkonsumsinya. Untuk menghasilkan produk tersebut, dibutuhkan bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong. Bahan baku ialah bahan utama yang digunakan dalam proses produksi dan berperan dalam penentuan mutu produk. Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan untuk meningkatkan kualitas produk dan digunakan sebagai pelengkap pada produk akhir, biasanya untuk pengemasan produk. Bahan penolong digunakan untuk mendukung proses produksi agar proses produksi berjalan lancar, tetapi tidak tampak pada produk akhir.

2.5.2.1. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi pakanternak di PT. Mabar Feed Indonesia adalah :

1. Jagung

Jagung merupakan sumber bahan baku utama dalam pakan ternak karena memberikan energi metabolisme terbesar. Jenis jagung yang dipakai adalah jagung kuning. Jagung digunakan sekitar 40-50%.


(55)

2. Bungkil Kacang Kedelai

Bungkil Kacang Kedelai merupakan hasil ikutan dari proses pengambilan minyak kacang mengandung sumber protein nabati terbesar bagi hewan. Bungkil kacanng kedelai yang digunakan sebanyak 18-38%

3. Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa adalah hasil ikutan dari proses pengambilan minyak kelapa. Bungkil Kelapa sebagai bahan baku makanan ternak dapat menghasilkan energi yamg timggi. Diantara bahan baku, bungkil kelapa yang mempunyai kadar protein paling rendah dan kandungan serat kasar yang cukup tinggi sehingga diketahui bahan baku ini sangat potensial untuk meningkatkan kualitas ayam pedaging. Bungkil kelapa digunakan kurang dari 15%.

4. Dedak Halus

Dedak halus yang dimaksud adalah campuran pecahan kulit gabah/padi dan sedikit pecahan kulit beras. Dedak halus mengandung kalori yang cukup tinggi, serat kasar, dan sedikit protein. Dedak halus digunakan sekitar 10-20%.

5. Tepung Ikan

Tepung ikan mengandung protein, lemak, dan kalsium yang sangat tinggi. Bahan baku ini termasuk bahan baku yang diimpor karena di Indonesia sendiri masih belum mampu. Tepung ikan digunakan sekitar 4-11%.

6. Tepung Batu Kapur

Tepung batu kapur berfungsi sebagai alat pembantu didalam pencernaan dan sumber kalsium (Ca) bagi ternak. Bahan baku ini berasal dari kulit kerang atau batu – batuan gunung. Batu kapur yang dibutuhkan sekitar 2-5%.


(56)

7. Dikalsium Fospat (Dicalsium Phospate / DPC)

DCP merupakan bahan untuk melengkapi kebutuhan kalsium dan phosphate bagi ternak. DCP yang dibutuhkan adalah 1-2%.

8. Corn Gluten Meal

Corn Gluten Meal merupakan hasil fermentasi jagung, dimana kadar proteinnya sangat tinggi mencapai 61%. Corn Gluten Meal yang digunakan sekitar 2-4%. 9. CPO (Crude Palm Oil)

CPO digunakan sebagai bahan pembantu untuk menambah kalori bagi ternak. 10.Tepung Bulu

Bulu unggas memiliki kandungan sebagai sumber protein hewani dan kaya akan asam amino esensial. Bulu unggas yang digunakan dalam peroses produksi disuplasi dalam bentuk tepung dan siap digunakan.

11. Tepung Daging

Tepung daging di gunakan sebagai pengganti tepung ikan karena memiliki kandungan protein kasar yang sebanding dengan tepung ikan. Tepung daging juga disuplai dalam bentuk tepung dan siap digunakan.

12. Tepung Sawi

Tepung sawi mengandung protein yang cukup tinggi. Tepung sawi digunakan sekitar 2-5%.

13. Vitamin dan Mineral

Vitamin ditambahkan untuk meningkatkan kualitas pakan ternak. Vitamin yang digunakan yaitu vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, D3, E, K, biotin, asam folat, niasin, asam pantotenat, kolin klorida, metionim, dan 1ysin. Mineral


(57)

yang digunakan mangan, besi sulfat, tembaga, magnesium, seng, iodine, selenium dan kolbalt.

14. Obat-obatan seperti anti oksidan, anti jamur dan toksin serta antibiotik.

15. CPO (Crude Palm Oil) yang akan ditambahkan bersamaan dengan obat-obatan.

2.5.2.2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan yang digunakan dalam proses produksi pakan ternak di PT. Mabar Feed Indonesia adalah karung plastik untuk membukus produk jadi dan benang jahit untuk menutup kemasan produk jadi.

2.5.2.3. Bahan Penolong

Bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi pakan ternak di PT. Mabar Feed Indonesia adalah air yang dipanaskan menjadi uap panas dan dialirkan untuk mengepres bahan hasil pencampuran agar padat untuk selanjutnya dibentuk menjadi pellet.

2.5.3. Uraian Proses

Urutan proses pembuatan pakan ayam yang terjadi PT. Mabar Feed Indonesia adalah pengeringan (drying), penggilingan (milling), pencampuran

(mixing), pembutiran (pelleting), pendinginan (cooling), penghancuran


(58)

2.5.3.1. Pengeringan (Drying)

Dari semua jenis bahan baku yang ada, yang mengalami proses pengeringan hanya jagung. Bahan baku lain tidak mengalami proses pengeringan karena dipasok dengan kadar air yang telah sesuai dengan yang dibutuhkan. Dalam keadaan normal, umumnya jagung memiliki kadar air 17-20 %.

Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air jagung ≤ 16%. Jagung

berkadar air ≥ 16% tidak tahan lama disimpan karena terjadi proses penjamuran. Untuk jagung memiliki proses yang lain dari jika dibandingkan dengan bahan baku yang lain sebelum masuk ke dalam penampungan sementara pada proses produksi di lantai produksi. Sebelum dikeringkan, terlebih dahulu jagung ditimbang di bagian penerimaan (receiving), untuk mengetahui berapa jumlah bahan baku jagung yang masuk dan petugas pengawas mutu (quality control) mengambil sampel yang akan diperiksa kadar airnya di laboratorium. Selanjutnya jagung diayak di mesin pengayak jagung basah untuk memisahkan biji jagung dengan sampah-sampah, seperti tungkul jagung, batu, pasir, tali plastik dan kotoran lainnya. Kemudian diteruskan ke penampungan jagung basah (chamber) sementara dengan conveyor dan elevator untuk selanjutnya dikeringkan.

Pengeringan dapat berlangsung karena adanya udara panas yang disemburkan oleh blower secara merata di dalam mesin pengering PT. Mabar Feed Indonesia menggunakan mesin pengering yang semi otomatis dan terkomputerisasi sehingga suhu dan waktu dapat diatur untuk memperoleh kadar air jagung yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Setelah dikeringkan,


(59)

jagung dibawa ke silo jagung kering sebagai tempat penyimpanan sementara agar kadar air tetap terjaga.

2.5.3.2. Penggilingan (Milling)

Proses penggilingan dilakukan terhadap bahan baku berbentuk butiran, yaitu jagung, bungkil kelapa dan bungkil kacang kedelai untuk diolah menjadi tepung halus. Sebelum digiling bahan disaring dengan scanner yang di dalamnya dipasang magnet untuk memisahkan bahan dari benda-benda logam halus yang dapat mengakibatkan rusaknya mesin giling.

Bahan-bahan halus hasil penggilingan kemudian disimpan sementara di dalam Bin (chamber) dengan conveyor dan elevator untuk proses selanjutnya.

2.5.3.3. Pencampuran (Mixing)

Pencampuran bertujuan untuk mencampur semua bahan baku dan bahan tambahan dengan komposisi tertentu untuk menjadi pakan. Pencampuran dilakukan berdasarkan formula atau ramuan pakan ternak yang akan diproduksi. Sebelum dicampur semua bahan ditimbang dengan timbangan otomatis yang terdapat diatas mesin pencampur dan kemudian dicurahkan ke dalam mesin pencampur (mixer) untuk dicampur dan diaduk dengan CPO (Crude Palm Oil), obat-obatan, vitamin dan mineral.


(60)

2.5.3.4. Pembutiran (Pelleting)

Pembutiran bertujuan untuk membetuk hasil pencampuran menjadi bentuk

pellet, hasil pencampuran terlebih dahulu dipanaskan dengan uap panas bersuhu

980 yang dialirkan ke dalam chamber pellet sehingga bentuk bahan tersebut

menajadi bubur panas. Bubur panas ini kemudian dialirkan menuju hygieneser

yang suhunya 920 dan bertujuan untuk menghigieniskan pakan, kemudian

dialirkan menuju cetakan berbentuk lingkaran dengan saringan berdiameter 3-5 mm disisinya yang terdapat di ujung mesin pellet dan ditekan/dipress keluar melalui saringan tersebut. Hasil pengepresan adalah pakan berbentuk bulat memanjang dengan diameter yang sesuai dengan diameter saringan pellet. Selanjutnya, pakan dipotong sesuai ukuran oleh pisau-pisau yang bergerak secara otomatis. Hasil dari proses ini berbentuk butiran-butiran yang disebut pellet.

Pellet kemudian dialirkan melalui pipa ke mesin pendinginan (cooler).

2.5.3.5. Pendinginan (cooler)

Pendinginan bertujuan untuk mendinginkan pellet dan mengurangi kelembaban pada pellet akibat dipanaskan dengan uap panas di chamber pellet. Karena pellet yang masih panas dan mengandung kadar air tinggi akan mudah terserang jamur sehingga produk tidak tahan lama.

Pellet didinginkan di mesin pendingin (cooler) dengan bantuan dua

blower, blower pertama mengalirkan udara dingin ke pellet, sedangkan blower kedua menghisap dan mengalirkan udara panas ke udara bebas. Serpihan atau debu halus dari pellet yang telah dingin akan dihisap oleh suatu alat penghisap


(61)

debu (cyclone) yang terdapat pada mesin pendingin dan dialirkan kembali ke chamber pellet untuk diproses ulang.

2.5.3.6. Penghancuran (Crumbling)

Proses ini khusus digunakan untuk produk crumble. Penghancuran bertujuan untuk menghancurkan pellet menjadi butiran-butiran yang lebih kecil dan halus yang disebut crumble. Selanjutnya crumble dibawa ke mesin pengayak dengan elevator.

2.5.3.7. Pengayakan (Screening)

Proses pengayakan untuk memisahkan crumble yang sesuai dengan ukuran dengan yang melebihi ukuran. Ukuran saringan yang digunakan pada mesin pengayak adalah 4 dan 6 mesh. Pakan yang sesuai ukurannya langsung dicurahkan ke penampungan untuk dikemas, sedangkan yang melebihi ukuran dibawa kembali ke chamber pellet untuk diproses ulang.

2.5.3.8. Pengemasan (Packing)

Produk jadi, baik berupa tepung maupun butiran (pellet), dicurahkan dari tempat penampungan (bin) masing-masing ke dalam karung plastik sambil ditimbang di timbangan manual dengan berat 50kg tiap karung. Kemasan produk jadi kemudian dijahit dengan mesin jahit secara otomatis dan diangkut ke gudang produk jadi dengan forklift.


(62)

Block diagram proses produksi PT. Mabar Feed Indonesia dapat dilihat pada gambar 2.2.

2.6. Mesin dan Peralatan 2.6.1. Mesin Produksi

Mesin mesin yang digunakan dalam proses produksi adalah :

1.Mesin Pengayak Jagung

a. Fungsi : Memisahkan jagung basah dari sampah-sampah, seperti tungkul

jagung, batu, pasir, tali plastik dan kotoran lain. b.Spesifikasi Teknik

-Kapasitas : 15 ton/jam -Ukuran mesh :

Spesifikasi Pendukung - Elektromotor

Daya : 2 hp

Tegangan : 380 v

Arus : 3 A

2.Mesin Pengering

a. Fungsi : Menurunkan kadar air jagung hingga ≤ 16%. b. Spesifikasi Teknik :

Merek : Hitaci

Type : batch


(63)

Pengeringan

Penggilingan

Pencampuran

Pembutiran

Pendinginan

Penghancuran

Pengayakan

Pengemasan


(64)

c. Spesifikasi Pendukung : - Elektromotor

Daya : 22 kw Tegangan : 43 A Kecepatan : 1450 rpm

Arus : 380 V

Jumlah : 1 unit

3.Mesin Penggiling

a Fungsi : Menggiling jagung, bungkil kelapa dan bungkil kacang kedelai menjadi tepung halus.

b. Spesifikasi teknik :

. - Merek : Muyang Shuidi King 968 Kecepatan: 1468 rpm

Kapasitas : 10 ton/ jam Jumlah : 2 unit

- Merek : Qing Jiang Kecepatan : 2970 rpm Kapasitas : 10 ton/ jam Jumlah : 2 unit

c. Spesifikasi pendukung - Elektromotor

- Daya : 132 kw


(65)

Tegangan : 235 A - Daya : 75 kw

Arus : 380 V

Tegangan : 140 A

4.Mesin Pencampur

a. Fungsi : Mencampur/mengaduk semua bahan baku dan tambahan menjadi pakan.

b. Spesifikasi teknik : Merek : LOCAL Kapasitas : 40 ton/ jam

Waktu yang dibutuhkan : ±3 menit

c. Spesifikasi pendukung : - Elektromotor

Daya : 37 kw

Tegangan : 380 v

Arus : 56,2 A

Jumlah : 2 unit

5.Mesin Pembutiran

a. Fungsi : Membentuk hasil pencampuran menjadi pellet. b. Spesifikasi teknik :

Merek : CPM dan NORVIDAN Kapasitas : 10 ton/ jam


(66)

Ukuran saringan : 3-5 mm c. Spesifikasi pendukung : - Elektromotor

Daya : 160 kw

Tegangan : 380 v

Arus : 296 A

Jumlah : 3 unit

6.Mesin Pendingin

a. Fungsi : Mendinginkan pellet dan menghilangkan kelembaban pada pellet. b. Spesifikasi teknik :

Merek : -

Kapasitas : 40 ton/ jam c. Spesifikasi pendukung - Elektromotor

Daya : 2,2 kw

Tegangan : 220 v

Arus : 4,72 A

Jumlah : 3 unit

7.Mesin Penghancur

a. Fungsi : Memecahkan pellet menjadi butiran-butiran kecil (crumble). b. Spesifikasi teknik :

- Merek : CPM


(67)

- Merek : Roxwell Engineering Kecepatan : 1460 rpm

c. Spesifikasi pendukung : Elektromotor

- Daya : 15 kw

Arus : 380 V

Tegangan : 29 A - Daya : 18,5 kw

Arus : 380 V

Tegangan : 35,9 A Jumlah : 3 unit

8.Mesin Pengayak

a. Fungsi : Mengayak hasil penghancuran dan menyeragamkan bentuk dan ukuran

crumble.

b.Spesifikasi teknik :

Merek : ROTEX dan CPm Kapasitas : 15 ton/ jam Kecepatan: 955 rpm Dimensi : 90 x 80 x 110

Mesh : 4 dan 6

c. Spesifikasi pendukung : Elektromotor


(68)

Tegangan : 380 v

Arus : 4,04 A

Jumlah : 3 unit 9.Mesin Jahit

a. Fungsi : Menjahit kemasan produk jadi. b.Spesifikasi teknik :

Merek : MUYANG c. Spesifikasi pendukung : Elektromotor

Daya : 3 kw Arus : 0,52 A Tegangan : 220 v

2.6.2. Peralatan Produksi

Peralatan yang digunakan dalam proses produksi adalah :

1. Buccket Elevator

a. Fungsi : digunakan untuk memindahkan bahan dalam arah/aliran vertikal.

b. Spesifikasi

Merek : LOCAL

Kapasitas : 40 ton/ jam.


(69)

2. Conveyor

a. Fungsi : digunakan untuk memindahkan bahan dalam arah/aliran horizontal

dengan sedikit atau tanpa kemiringan. b.Spesifikasi

Merek : LOCAL

Kapasitas : 40 ton/jam.

Jumlah : 13 unit

3. Forklift

Forklift digunakan untuk memindahkan produk jadi yang telah dikemas dari

gudang bahan jadi ke atas truk dan memindahkan bahan baku dari truk ke gudang bahan baku.

4. Hygineser

a. Fungsi : untuk menghieniskan pakan.

b. Spesifikasi Type : 36LLJ3ST Jumlah : 3 unit

5. Silo Penyimpanan

Silo penyimpanan sebagai tempat penyimpanan sementara jagung yang akan dikeringkan dan yang telah dikeringkan.

6. Bin

a. Fungsi : digunakan untuk menampung sementara bahan baku dan bahan

tambahan sebelum diolah. b.Jumlah 49 unit


(70)

7. Blower

a. Fungsi : sebagai sumber udara saat pengeringan b.Spesifikasi

Merek : NANFANG VENTILATOR Type : 4-72 NO.8

Total tekanan : 3143-3032 pa Kapasitas : 19646-25240 m3/h Jumlah : 3 unit

8. Timbangan

PT.Mabara Feed Indonesia menggunakan 2 jenis timbangan, yaitu :

a. Timbangan truk (30 ton)

Timbangan ini berjumlah 1 unit dan digunakan untuk menimbang truk yang mengangkut bahan baku maupun produk jadi.

b. Timbangan manual (50 ton)

Timbangan ini berjumlah 4 unit dan digunakan untuk menimbang produk jadi sesuai dengan massa yang telah ditetapkan untuk tiap karung. Dan kecepatan sebesar 200 karung/jam.

2.7. Utilitas (Utility)

Untuk membantu kelancaran proses produksi dan kerja perusahaan, digunakan unit- unit pendukung antara lain :


(71)

1. Sumber Air

Untuk kebutuhan air, penyediannya diperoleh dari PAM Tirtanadi Medan dan sumur bor.

2. Bengkel

Bengkel adalah tempat melakukan perbaikan terhadap mesin atau peralatan yang dapat dipindahkan.

3. Pembangkit Tenaga Listrik

Sebagai sumber energi listrik diperoleh dari PLN dan bila aliran listrik PLN terputus digunakan generator dengan daya 590 KW.

4. Boiler

Boiler digunakan untuk menghasilkan uap panas yang digunakan dalam proses pemanasan bahan pada proses produksi.

2.8. Safety and Fire Protection

Keselamata kerja merupakan salah satu bagian yang penting untuk

diperhatikan setiap perusahaan. Perusahaan bertanggung jawab menyediakan fasilitas untuk menunjang tingkat keselamatan kerja dan perlindungan bahaya kebakaran.

PT. Mabar Feed Indonesia telah memperhatikan kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja serta perlindungan terhadap bahaya kebakaran melalui beberapa langkah berikut :

1. Setiap orang, baik pekerja maupun bukan pekerja harus mengenakan masker penutup mulut dan hidung selama berada di dalam pabrik.


(72)

2. Melakukan perawatan mesin berupa :

a.Perawatan rutin yaitu memeriksa dan membersihkan mesin setiap hari setengah jam sebelum dioperasikan.

b. Perawatan periodik terdiri dari :

- Perawatan mingguan yaitu memeriksa mesin setiap hari minggu dan hari libur, seperti memeriksa spare part, oli dan bahan bakar.

- Perawatan tahunan yaitu memeriksa mesin pada dua minggu terakhir bulan Desember selama lima hari berturut-turut.

c. Perawatan korektif yaitu memeriksa dan memperbaiki mesin jika mesin tiba-tiba rusak pada saat proses produksi berlangsung.

3. Memasang hydrant air di tempat yang rawan kebakaran. 4. Memasang pengaman pada tangga-tangga curam dan tinggi. 5. Melakukan pelatihan bagi satpam setiap dua bulan.

6. Memasang pagar pengaman bagi mesin dan sarana pendukung yang rawan bahaya seperti generator, ruang boiler, dryer dan gardu listrik.

2.10. Waste Treatment

Limbah yang dihasilkan PT. Mabar Feed Indonesia dan cara penanggulangannya adalah :

1. Limbah Padat

Limbah padat berwujud kayu, kertas, potongan benang dan karung plastik dikumpulkan pada temapat yang telah ditetapkan dan ditumpuk pada bak sampah. Bak sampah tersebut diangkut ke tempat pembuangan sementara di


(73)

lokasi pabrik dan diangkut oleh Dinas Kebersihan setempat dengan membayar retribusi. Limbah padat dari bahan baku pakan ternak yang masih bisa diolah digunakan lagi sebagai campuran bahan baku.

2. Limbah Udara

Pemeliharaan mesin-mesin penghasil limbah (gas buang) secara rutin termasuk perangkat pembantu seperti cerobong asap dipertahankan di ketinggian 12 meter. Dengan cerobong tersebut, udara diharapkan dapat terdispersi ke udara.

Limbah bau yang dihasilkan pada saat pembongkaran bahan baku dan proses produksi pencampuran bahan baku seperti tepung ikan dan tepung daging yang tercium pada ruangan produksi. Untuk penanggulangan limbah bau tersebut, pihak pabrik mengusahakan kedisiplinan para pekerja yang bekerja di ruangan produksi untuk memakai masker dan agar mengurangi bau tersebut sampai ke luar lokasi pabrik, pihak pabrik menanam pepohanan di sekitar lokasi pabrik.

3. Limbah Debu

Pengolahan terhadap cemaran partikel debu adalah dengan meningkatkan pemeliharaan dust collector dan cyclone pada proses suplai bahan baku, proses pencamuran dan pengemasan. Selain itu, pihak pabrik mengusahakan kesiplinan para pekerja yang bekerja di ruangan produksi untuk memakai masker.

4. Kebisingan

Suara bising berasal dari genset, boiler, dryer dan mesin-mesin di lantai produksi. Upaya –upaya yang dilakukan oleh pihak pabrik untuk mengurangi kebisingan adalah:


(74)

-Menyediakan ruang tersendiri dan tertutup untuk genset, boiler dan dryer.

-Melakukan perawatan dan pemeliharaan genset, boiler, dryer dan

mesin-mesin produksi dan bengkel.

-Selalu mengontrol efesiensi alat peredam suara dari genset, boiler, dryer,

mesin-mesin produksi dan bengkel.

-Mewajibkan siapa saja yang berada di lokasi sumber kebisingan untuk

mengenakan pelindung telinga.

-Pemanfaatan ruang dan halaman sekeliling pabrik yang terbuka sebagai lahan penghijauan yang diharapkan dapat mengurangi tingkat kebisingan terhadap lingkungan sekitar.


(75)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Persoalan Umum Dalam Sistem Distribusi Barang1

1. Kebanyakan persediaan barang

Kebanyakan lokasi pelanggan atau pengguna barang berada jauh bahkan sering kali jauh dari pabrik pembuatan barang. Oleh karena itu, sering kali diperlukan sistem penyimpanan yang bertingkat ganda (Supply Chain) dengan persediaan yang bertingkat pula (multi level inventory). Dipandang dari segi distribusi atau penjualan, hal ini disebut distribusi bertingkat ganda (multi level atau multiechelon distribution system). Persoalan –persoalan yang paling banyak ditemui dalam sistem distribusi barang adalah :

2. Barang berada di tempat yang salah

3. Layanan pelanggan yang jelek

4. Kehilangan penjualan karena kehabisan persediaan.

Pengendalian persediaan tradisional umumnya hanya mengatur dan mengendalikan persediaan barang dalam satu gudang atau satu tempat penyimpanan saja atau dalam satu entitas independen atau disebut juga tititk pemesanan tunggal (singel stocking point). Sistem pengendalian persediaan seperti ini kurang atau tidak memadai untuk sistem pergudangan ganda atau jaringan pergudangan (multiechelon distribution network), sebab sistem tersebut tidak mengindahkan kemungkinan saling mengisi antara gudang atau keperluan

1

Freddy Rangkuti. Manajaemen Persediaan, Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.1996. hal.243-246


(76)

kebutuhan gudang lain dan seterusnya. Untuk itu diperlukan suatu sistem lain, yaitu antara lain Perencanaan Kebutuhan Distribusi atau Distribution Requirement

Planning (DRP).

3.1.1. Distribution Requierement Planning (DRP)

DRP adalah salah satu bentuk aplikasi lebih lanjut dari Material

Requirement Planning (MRP). PDU (Pusat Distribusi Utama) adalah tingkat atau

level tertinggi dari sistem distribusi yang langsung berhubungan dengan pemasok/ pabrik produk, sedangkan PDL (Pusat Distribusi Lokal) adalah tingkat atau level terendah dari sistem distribusi yang langsung berhubungan dengan pelanggan atau pemakai barang.

Kebanyakan, produk yang dimaksud disini adalah produk jadi atau barang jadi yang disalurkan dari pabrik ke para pelanggan. Namun, dalam prakteknya cukup banyak juga dimana pusat distribusi juga melakukan pekerjaan penyelesaian seperti pembentukan, perakitan, pembungkusan, dan pekerjaan sejenis itu.

Dalam sistem distribusi bertingkat ganda, kebutuhan nyata pelanggan tidak langsung diketahui oleh pabrik pembuat produk, tetapi disalurkan melalui berbagai tingkat sistem distribusi tersebut. Ini mencakup waktu dan pengolahan data sekunder. Kalau ini menyangkut waktu yang pendek, maka perencanaan dan perhitungan kebutuhan, pemesanan kembali, dan sebagainya menjadi sangat krusial. Oleh karena itu diperlukan metode perhitungan yang memadai untuk pengendalian distribusi bertingkat ganda ini. Tujuan dari pengaturan sistem


(77)

distribusi bertingkat ganda adalah untuk mengurangi biaya angkutan dan memenuhi kebutuhan pelanggan yang banyak dan berada di berbagi tempat. Tidak mungkin misalnya satu pusat distribusi saja yang melayani jutaan pelanggan yang berada di seluruh dunia. Biasanya dalam sistem distribusi semacam ini biaya angkutan merupakan biaya yang cukup besar.

Oleh karena itu, dalam merencanakan dan menentukan sistem distribusi, beberapa pertanyaan krusial perlu dipertimbangkan dan diperhitungkan dengan matang, antara lain:

1. Dimana pusat distribusi akan didirikan.

2. Produk apa yang perlu disimpan di setiap pusat distribusi tersebut. 3. Bagaimana prosedur penggantian persediaan di setiap pusat distribusi. Dalam penjelasan di atas disebutkan bahwa sistem ini terutama layak dipergunakan untuk pengelolaan distribusi barang jadi, namun tidak selalu demikian. Sistem ini juga berlaku dan dapat digunakan untuk barang MRO (Material, Maintenance, Repair and Operation), apabila ada jaringan pergudangan dan distribusi bertingkat.

3.1.2. Logika Dasar Distribution Requirement Planning (DRP)2

Logika dasar DRP, yang pada hakikatnya sama dengan logika dasar MRP (Material Requirement Planning), cukup sederhana, yakni sebagai berikut. Sebagai dasar, perhitungan dimulai dari pusat distribusi tingkat lokal, karena pada tingkat inilah ada kontak langsung dengan pelanggan sesungguhnya, sehingga

2


(78)

perkiraan kebutuhan pada tingkat ini dapat dianggap perhitungan yang paling tepat.

1. Pertama-tama dihitung perkiraan kebutuhan produk di tingkat PDL untuk setiap kurun waktu tertentu yang akan datang, yaitu kebutuhan bruto.

2. Dari perkiraan di tingkat PDL, dihitung kebutuhan netto berdasarkan rentang atau jadwal waktu yang akan datang.

3. Kebutuhan netto adalah kebutuhan bruto dikurangi dengan persediaan yang ada dan pesanan yang sudah dilakukan, ditambah dengan persediaan pengaman apabila ada.

4. Hanya nilai kebutuhan netto positif yang dicatat dan dihitung.

5. Dari sini dapat dihitung dari seberapa yang kurang pada setiap rentang atau jadwal waktu tertentu, dan kekurangan ini haruslah merupakan kedatangan pesanan yang direncanakan. Perlu diingat dan dicatat juga pada jumlah minimum pemesanan atau ukuran lot yang ditentukan oleh pemasok barang. 6. Dari sini, dengan mengingat waktu pemesanan, dapat dihitung mundur kapan

dan berapa pesanan yang perlu dilakukan.

7. Jumlah dan waktru pesanan yang dilakukan PDL merupakan jumlah dan waktu kebutuhan bruto dari pusat distribusi satu tingkat diatasnya.

3.1.3. Persediaan3

Persediaan adalah bagian yang sangat penting dalam satu bisnis. Alasannya adalah persediaan cenderung menyembunyikan persoalan. Dengan


(79)

memecahkan masalah persediaan membuat permasalahan menjadi sederhana, namun demikian permasalahan yang sering muncul adalah persediaan sangat mahal dikelola. Akibatnya kebijakan operasi yang bijaksana sangat diperlukan dalam mengelola persediaan dapat ditekan sekecil mungkin.

Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting adalah pengendalian persedian. Apabila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan, hal ini akan menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin mempunyai opportunity cost. Demikian pula apabila perusahan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat mengakibatkan biaya dari terjadinya kekurangan bahan (stockout cost).

Persediaan (inventory) ditunjukkan untuk mengantisipasi kebutuhan permintaan. Permintaan ini meliputi, persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau barang produk akhir, bahan–bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen-komponen lain yang menjadi keluaran produk perusahaan. Jenis persediaan ini sering disebut dengan istilah persediaan keluaran produk (product output)

Sistem persediaan diartikan sebagai serangkaian kebijakan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus disediakan dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya sumber dana yang tepat, dalam kualitas yang tepat dan pada waktu yang tepat. Atau dengan kata lain, sistem dan model persediaan bertujuan untuk


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)