BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik observasional dengan desain case control dengan memilih penderita baru DM Tipe II sebagai kasus dan
bukan penderita DM Tipe II sebagai kontrol. Adapun alasan menggunakan desain ini karena studi kasus kontrol merupakan studi observasional yang menilai hubungan
paparan penyakit dengan membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya Murti, 2003.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan retrospektif dimana efek diidentifikasi pada saat ini kemudian faktor risiko diidentifikasi terjadinya pada
waktu yang lalu Notoatmodjo, 2010. Rancangan penelitian case control ini diajukan sebagai berikut:
Gambar 3.1. Skema Rancangan Case Control
Kontrol: Responden yang tidak
menderita DM Faktor Risiko +
Faktor Risiko -
Faktor Risiko +
Faktor Risiko - Retrospektif
Kasus: Responden dengan
DM
Retrospektif
49
Universitas Sumatera Utara
Tujuan dari desian penelitian case control adalah untuk mencari seberapa jauh faktor risiko memengaruhi terjadinya penyakit cause-effect relationship. Untuk
menghindari terjadinya bias dalam penelitian dibentuk kelompok kontrol dimana pasien tidak menderita DM diikutsertakan guna membandingkan status keterpaparan
dengan kelompok kasus.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe, dengan pertimbangan tingginya kasus DM Tipe II di Puskesmas tersebut dan setiap
bulan ditemukan kasus baru yang mencapai rata rata 30 orang perbulan dari rata rata 230 kunjungan DM Tipe II perbulan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dengan pengusulan judul, penelusuran kepustakaan, konsultasi judul, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian dan analisis data
serta penyusunan laporan akhir, yaitu mulai bulan Januari 2014 sampai dengan selesai.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Menurut Arikunto 2006 populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi aktual pada penelitian ini adalah seluruh pasien DM Tipe II yang
mengunjungi Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
a. Populasi kasus adalah seluruh pasien baru DM Tipe II yang mengunjungi
Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2014. b.
Populasi kontrol adalah seluruh pasien tetapi bukan penderita DM Tipe II yang berkunjung ke Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2014.
3.3.2. Sampel
a. Sampel Kasus
Sampel kasus adalah penderita baru DM Tipe II yang didiagnosa yang berkunjung ke Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe pada bulan April dan
Mei 2014 sebanyak 34 orang. b.
Sampel Kontrol Sampel kontrol adalah pasien bukan penderita DM Tipe II yang berkunjung ke
Puskesmas Banda Sakti sebanyak 34 orang. Kriteria dalam pemilihan sampel pada penelitian ini terdiri dari:
1. Kriteria Inklusi
a. Kriteria Kasus
Kriteria kasus merupakan kriteria yang harus dipenuhi oleh subjek agar dapat diikutsertakan ke dalam penelitian sebagai kelompok kasus, kasus dalam
penelitian ini terdiri dari: 1.
Tercatat sebagai penderita baru DM Tipe II pada bulan April dan Mei tahun 2014 berdasarkan laporan Puskesmas Banda Sakti.
Universitas Sumatera Utara
2. Bertempat tinggal di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe dan
minimal sudah 2 bulan. 3.
Bersedia menjadi responden dalam penelitian. b.
Kriteria Kontrol Kriteria kontrol merupakan keadaan yang menyebabkan subjek diikutsertakan
dalam penelitian ini sebagai kelompok kontrol. Kriteria kontrol dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Tidak menderita DM Tipe II berdasarkan laporan Puskesmas Banda Sakti
Kota Lhokseumawe dalam 1 satu bulan terakhir. 2.
Bertempat tinggal di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. 3.
Bersedia menjadi responden dalam penelitian. 2.
Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek yang tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian, kriteria eksklusi dalam penelitian ini terdiri
dari: 1.
Menderita DM tetapi tidak didiagnosis oleh dokter di Puskesmas Banda Sakti dalam 1 satu bulan terakhir.
2. Tidak tinggal di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.
3. Tidak bersedia dijadikan sebagai responden dalam penelitian.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk sampel kasus dan kontrol adalah purposive sampling yang diambil berdasarkan data rekam medis yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel kasus sebanyak 34 orang berdasarkan data rekam medik yang berkunjung ulang ke Puskesmas Banda Sakti Kota
Lhokseumawe, yang tidak berkunjung ulang dilakukan home visit ke rumah pasien tersebut dan Sampel kontrol sebanyak 34 orang yang didapat dari pasien yang
berkunjung ke puskesmas yang bukan penderita DM Tipe II.
3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui pengukuran langsung dengan alat untuk mengetahui berat badan, tinggi badan dan tekanan darah, wawancara dengan
menggunakan kuesioner untuk mengetahui umur, jenis kelamin, riwayat keluarga aktivitas fisik pola makan, perilaku merokok responden, riwayat penyakit jantung,
faktor budaya dan akses ke pelayanan kesehatan.
3.5.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yang meliputi laporan Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe, laporan Puskesmas Banda Sakti, data dari desa di
kecamatan Banda Sakti dan data tentang kecamatan itu sendiri mengenai situasi kependudukan serta data lainnya yang relevan dengan tujuan dan permasalahan
penelitian.
Universitas Sumatera Utara
3.5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap 20 responden yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Mon Geudong kecamatan Banda Sakti
dimana responden memiliki karakteristik yang sama dan pada responden yang telah ikut dalam uji validitas dan reabilitas tidak dibenarkan lagi menjadi sampel
penelitian. a.
Uji Validitas Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau skor
yang menunjukan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor variabel yang ditunjukan
dengan skor variabel yang ditunjukkan dengan skor item correct correlation pada analisis reability statistics dengan ketentuan nilai koefisien korelasi r 0,444. Jika
skor r hitung r tabel maka dinyatakan valid dan jika skor r hitung r tabel maka dinyatakan tidak valid Riduwan, 2010.
b. Uji Reliabilitas
Pertanyaan dinyatakan reliabel jika jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu reabilitas menunjukkan
pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik.
Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya bila data sudah sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali pun
Universitas Sumatera Utara
diambil tetap akan sama. Teknik yang digunakan dalam pengujian reliabilitas instrumen adalah menggunakan cronbach alpha. Jika hasil uji memberikan nilai
cronbach alpha 0,60 maka variabel tersebut dikatakan reliabel. Hasil uji validitas dan reabilitas yang dilakukan terhadap 20 responden yang
berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Mon Geudong kecamatan Banda Sakti diperoleh variabel budaya dan akses pelayanan kesehatan valid dan reliabel.
3.6. Variabel dan Definisi Operasional 3.6.1. Variabel
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen, yaitu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan
diabetes, faktor risiko yang dapat dimodifikasi IMT, aktivitas fisik, tekanan darah tinggi, pola makan dan kebiasaan merokok dan faktor lain yang terkait dengan risiko
DM riwayat penyakit kardiovaskuler, faktor budaya dan akses saranaprasarana pelayanan kesehatan. Variabel dependen, yaitu kejadian Diabetes Mellitus Tipe II.
3.6.2. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah: 1.
Faktor Risiko yang tidak dapat Dimodifikasi a.
Umur adalah masa hidup responden dari lahir sampai ulang tahun terakhir pada saat dilakukan wawancara.
b. Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dan laki-laki secara
biologis sejak responden lahir.
Universitas Sumatera Utara
c. Riwayat keluarga dengan diabetes adalah kondisi keluarga yang dinyatakan
positif menderita DM Tipe II dengan diagnosis oleh dokter baik orang tua responden maupun saudara kandung.
2. Faktor Risiko yang dapat Dimodifikasi
a. Indeks Massa Tubuh IMT adalah pembagian berat badan dalam kilogram
dibagi dengan tinggi badan dalam meter kuadrat yang dihitung berdasarkan metode Antropometri.
b. Aktivitas fisik adalah seluruh kegiatan yang biasa dilakukan pasien DM setiap
hari selama 24 jam. c.
Tekanan darah tinggi adalah bila hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥140 mmhg dan diastolik ≥90 mmhg.
d. Pola makan adalah kebiasaan makan makanan pokok, konsumsi sayuran
buah dan jumlah konsumsi gula pasir. e.
Kebiasaan merokok adalah orang yang menghisap semua jenis rokok secara aktif dan rutin atau pernah merokok sebelumnya.
3. Faktor lain yang terkait dengan Risiko DM
a. Riwayat penyakit kardiovaskuler adalah kondisi pasien yang dinyatakan
positif menderita penyakit kardiovaskuler oleh dokter. b.
Faktor budaya adalah konsumsi makanan dan minuman pasien di Kota Lhokseumawe sesuai dengan kebiasaan masyarakat Aceh.
c. Akses saranaprasarana pelayanan kesehatan adalah kemudahan pelayanan
kesehatan yang dijangkau oleh pasien.
Universitas Sumatera Utara
3.7. Metode Pengukuran
1. Faktor Risiko yang tidak dapat Dimodifikasi
a. Umur pasien, yang dikategorikan berdasarkan kelompok umur :
0 = ≥45 tahun
1 = 45 tahun Skala : Ordinal
b. Jenis kelamin, Pengukuran jenis kelamin dikelompokkan menjadi dua kategori
yaitu : 0 = Perempuan
1 = Laki-laki Skala : Nominal
c. Riwayat keluarga DM
0 = Ya, jika bila salah seorang orang tuanya atau saudara kandung menderita DM 1 = Tidak, jika tidak ada orang tua atau saudara kandung yang menderita DM
Skala : Ordinal 2.
Faktor Risiko yang dapat Dimodifikasi a.
Indeks Massa Tubuh IMT, diukur dengan menggunakan metode antropometri yaitu membandingkan berat badan kg dengan tinggi badan kuadrat m.
Selanjutkan nilai IMT dikategorikan menjadi 2 yaitu : 0 = IMT berisiko, jika IMT pasien 18,5 dan
≥ 25,0 1 = IMT tidak berisiko, jika IMT pasien 18,5-25,0
Universitas Sumatera Utara
Skala : Ordinal b.
Aktivitas fisik, menurut WHO adalah aktivitas fisik sedang sampai berat selama 30 menit atau lebih secara terus menerus dan dilakukan sekurang kurangnya
3tiga kali seminggu yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani. Yang dibagi menjadi 2 kategori, berisiko dan tidak berisiko yaitu :
0 = Aktivitas fisik tidak teratur, jika pasien tidak pernah olahraga atau olahraga ringan jika dilakukan 1-2 kali per minggu dan atau durasi kurang dari 30
menit setiap melakukan olahraga atau melakukan pekerjaan seperti pegawai kantor, guru, ahli hukum, sekretaris kantor, memancing atau supir.
1 = Aktivitas fisik teratur, jika pasien melakukan aktivitas baik olahraga rutin 3 kali seminggu dan tidak ada jeda lebih dari 3 hari atau melakukan salah satu
pekerjaan di industry ringan, mahasiswa, militer yang tidak sedang berperang, kerja rumah tangga, bersepeda, bowling, jalan cepat, berkebun,
golf atau sepatu roda atau pekerjaan rumah yang dilakukan minimal 30 menit dalam sehari secara teratur.
Skala : Ordinal c.
Tekanan darah tinggi, diukur menggunakan tensi meter dengan satuan mmhg. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam 2 kali pengukuran pada waktu yang
berbeda setelah responden relaks duduk atau berbaring selama 5 menit. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan bantuan perawat terlatih dari
Puskesmas Banda Sakti. Tekanan darah dibagi menjadi 4 kelompok dan
Universitas Sumatera Utara
dikatakan memiliki tekanan darah tinggi bila tekanan darah 14090 mmHg, pengelompokannya adalah sebagai berikut :
0 = Tekanan darah berisiko, jika sistolikdiastolik 11070 mmHg dan 14090 mmHg
1 = Tekanan darah tidak berisiko, jika sistolikdiastolik antara 11070 – 14090 mmHg
Skala : Ordinal d.
Pola makan, kebiasaan makan makanan pokok, mengkonsumsi sayuran buah dan jumlah konsumsi gula pasir yang di bagi menjadi 2 kategorikan sebagai
berikut : 0 = Tidak seimbang, jika pasien mengkonsumsi makanan pokok 3 atau 4 porsi
sayuran dan buah 3 atau 5 porsi dan konsumsi gula pasir 2 atau 3 porsi 1 = Seimbang, jika pasien mengkonsumsi makanan pokok 3-4 porsi, sayuran dan
buah 3-5 porsi dan konsumsi gula pasir 2-3 porsi Skala : Ordinal
e. Kebiasaan merokok, diukur dengan menanyakan pasien pada saat wawancara
pernah merokok sebelumnya untuk semua jenis rokok, Bustan 2007, Jumlah rokok yang dihisap dalam satuan batang perhari terbagi kedalam tiga kelompok,
yaitu : 6.
Perokok Ringan, apabila seorang menghisap kurang dari 10 batang rokok perhari untuk semua jenis rokok
7. Perokok Sedang, apabila seseorang menghisap 10-20 batang rokok perhari
Universitas Sumatera Utara
8. Perokok Berat, apabila seseorang merokok lebih dari 20 batang rokok perhari
untuk semua jenis rokok 9.
Satu kelompok lagi ditambahkan oleh peneliti yaitu kelompok bukan perokok dengan kriteria tidak pernah merokok atau sudah berhenti merokok lebih dari
3 bulan terakhir. Selanjutnya kelompok dikategorikan kedalam 2 kategorikan yaitu :
0 = Merokok, jika pasien merokok untuk semua jenis rokok 1 = Tidak merokok, jika pasien tidak merokok atau sudah berhenti merokok
sekurang-kurangnya 3 bulan terakhir Skala : Ordinal
3. Faktor lain yang terkait dengan Risiko DM
a. Riwayat penyakit kardiovaskuler
0 = Ya, jika pasien pernah atau sedang mengalami penyakit kardiovaskuler 1 = Tidak, jika pasien tidak mengalami penyakit kardiovaskuler
Skala : Ordinal b.
Faktor budaya Pengukuran budaya dengan memberikan 5 butir pertanyaan yang menggunakan
Skala Likert. yaitu jawaban tidak setuju diberi skor 1, kurang setuju diberi skor 2, setuju diberi skor 3 dan sangat setuju diberi skor 4, jadi skor tertinggi 20 dan skor
terendah 5. Kategori pengukuran budaya adalah sebagai berikut : 0 = Mengikuti, jika pasien memperoleh jawaban skor
≥50 dari total skor skor 13-20
Universitas Sumatera Utara
1 = Tidak mengikuti, jika responden memperoleh jawaban skor 50 dari total skor skor 5-13
Skala : Ordinal c.
Akses saranaprasarana pelayanan kesehatan, pengukuran akses pelayanan kesehatan dikategorikan menjadi 2 berdasarkan terjangkau dan tidak terjangkau
dari 3 pertanyaan yang diajukan menggunakan skala Guttman dengan skor sebagai berikut:
0 = Tidak terjangkau, jika pasien memperoleh jawaban 50 dari total skor skor 0-1
1 = Terjangkau, jika pasien memperoleh jawaban ≥50 dari total skor skor 2-3
Skala : Ordinal
3.8. Metode Analisis Data 3.8.1. Analisis Univariat