besar dari ibu. Jika saudara kandung menderita DM maka risiko untuk menderita DM adalah 10 dan 90 jika yang menderita adalah saudara kembar identik Diabetes
UK, 2010. Bagi masyarakat yang memiliki riwayat keluarga yang menderita DM, diharapkan secara rutin memeriksakan kadar gula darahnya dan melakukan pola
perilaku hidup sehat karena memiliki risiko menjadi penderita DM termasuk melakukan aktivitas fisik sekurang kurangnya 30 menit setiap hari atau 3-4 kali
seminggu yang waktunya disesuaikan dengan kesibukan pekerjaan sehari-hari. Keluarga sebagai salah satu lingkungan sosial terdekat dengan penderita DM
merupakan satu faktor yang potensial untuk mempengaruhi dan membentuk motivasi yang sehat bagi penderita DM dalam menjalankan penatalaksanaan DM untuk
pengendalian kadar gula darah penderita, sehingga faktor sikap, perilaku dan partisipasi keluarga penderita DM merupakan faktor penting untuk menentukan
keberhasilan penatalaksanaan DM.
5.2. Pengaruh Indeks Massa Tubuh terhadap Kasus Diabetes Melitus Tipe II
Pada analisis multivariat diperoleh IMT berpengaruh terhadap kasus DM Tipe II dengan OR=18,418 95CI 3,225-105,191, yaitu IMT merupakan faktor risiko
paling dominan terhadap kasus DM Tipe II artinya penderita DM Tipe II berpeluang 18,418 kali memiliki IMT berisiko 18,5 dan
≥ 25,0 dibandingkan yang bukan penderita DM.
Sejalan dengan penelitian Trisnawati dan Setyorogo 2013 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012, menunjukkan umur, riwayat
Universitas Sumatera Utara
keluarga, aktifivitas fisik, tekanan darah, stres dan kadar kolestrol berhubungan dengan kejadian DM Tipe II. Variabel yang sangat memiliki hubungan dengan kasus
DM Tipe II adalah Indek Massa Tubuh p:0,006, OR= 7,14. Orang yang memiliki obesitas lebih berisiko 7,14 kali untuk menderita DM Tipe II dibandingkan dengan
orang yang tidak obesitas. Sejalan dengan hasil penelitian Manik 2012, menunjukkan faktor risiko
yang bisa dimodifikasi mempunyai hubungan yang bermakna terhadap DM, hubungan IMT terhadap DM p:0,000 dan OR=5,2. Faktor risiko IMT berpengaruh
terhadap DM Tipe II adalah IMT ≥ 23 kgm². Pada penelitian Kaban, dkk 2005 juga
terdapat hubungan obesitas dengan DM diperoleh nilai p;0,000 dengan nilai OR=4,6 yang artinya orang yang obesitas kemungkinan 4,6 kali menderita DM Tipe
II dibandingkan dengan yang tidak. Pada penelitian National Health and Nutrition haminations Surveys
NHANES tahun 1992-2002 didapatkan 80 dari responden dengan IMT ≥ 18,5
kgm
2
menderita DM dibanding dengan responden dengan IMT 18,5 kgm
2
Berdasarkan hasil di lapangan dari 34 orang penderita DM ditemukan 18 orang dengan IMT 25,0 atau dapat kita artikan sebagian besar penderita memiliki
berat badan lebih kegemukan dan IMT 18,0 sebanyak 6 orang dengan berat badan kurang kurus. Adanya pengaruh indeks masa tubuh terhadap DM tipe II ini
ADA, 2007. DM Tipe II cenderung meningkat seiring dengan peningkatan lemak yang
diukur dengan IMT, setiap peningkatan 1 kg berat badan meningkatkan risiko sebesar 4,5 untuk menderita DM Tipe II Webber, 2004.
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh kurangnnya aktivitas fisik karena sebagian besar responden berprofesi sebagai wiraswasta dimana tidak pekerjaannya tidak menentu, begitu juga
yang berprofesi sebagai Guru dan Pegawai Negeri Sipil dikarenakan kesibukannya sehingga tidak sempat melakukan olahraga secara teratur. mengkonsumsi makanan
yang berkalori tinggi seperti fast food yang sangat mudah didapatkan di Kota Lhokseumawe saat ini, sehingga mengakibatkan glukosa tidak berubah menjadi
energi dan tertimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula yang merupakan faktor risiko dari obesitas.
Peningkatan berat badan yang dilihat dari timbunan lemak diakibatkan oleh jumlah energi yang dikonsumsi melebihi energi yang dikeluarkan sehingga
menimbulkan ketidakseimbangan energi yang dikeluarkan, keadaan ini akan mengakibatkan resistensi insulin yang berkembang menjadi DM Tipe II. Sehingga
perlu upaya penurunan berat badan dengan mengubah gaya hidup efektif dalam mencegah DM Tipe II, tetapi sulit untuk dipertahankan oleh karena itu diperlukan
intervensi yang efektif. Dalam rangka mengantisipasi ledakan jumlah pasien DM, diperlukan tenaga
terampil untuk memberikan penyuluhan tentang DM. Konselor DM sebaiknya memberikan pelayanan secara terpadu dalam suatu instansi, dalam hal ini melayani
konseling pasien DM terutama tentang pola makan DM, Olahraga DM dan komplikasi penyakitnya. Perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang berkaitan
dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Hal ini mencakup
Universitas Sumatera Utara
makan dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, istirahat cukup dan mengendalikan stress.
DM Tipe II dapat dicegah dan ditunda dengan deteksi dini dan pengelolaan yang baik terhadap mereka yang menderita DM dan mempunyai faktor risiko DM.
pencegahan dan pengobatan hendaknya dilakukan bersama baik pemerintah maupun masyarakat secara luas. Edukasi sangat diperlukan untuk kesadaran orang-orang
dengan faktor risiko DM untuk mengubah gaya hidup.
5.3. Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Kasus Diabetes Melitus Tipe II