Kekuatan Hukum Fatwa Metodologi Fatwa MUI 1. Ruang Lingkup Fatwa MUI

38

BAB III KEBIJAKAN PEMERINTAH

A. Pengertian Kebijakan Pemerintah

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kebijakan pemerintah, terlebih dahulu akan diuraikan pengertian kebijakan dan pemerintah. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kebijakan dartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana di pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak pemerintahan, organisasi. 1 Kebijakan policy adalah sebuah instrument pemerintah, bukan saja dalam arti government, dalam arti hanya menyangkut aparatur Negara, melainkan pula governace yang menyentuh berbagai bentuk kelembagaan, baik swasta, dunia usaha, maupun masyarakat madani civil society. Kebijakan pada intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan- pilihan tindakan yang secara langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial dan manusia demi kepentingan publik, yakni rakyat banyak, masyarakat atau warga Negara. Kebijakan merupakan hasil dari adanya sinergi, kompromi atau bahkan kompetisi antara berbagai gagasan, teori, idiologi, dan kepentingan-kepentingan yang mewakili sistem politik suatu Negara. Sedangkan pemerintah adalah “pengurus harian” negara, yaitu kese- luruhan dari pada jabatan-jabatan pejabat-pejabat di dalam suatu negara yang 1 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indoesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 149 mempunyai tugas dan wewenang politik negara dan pemerintahan. 2 Pemerintah ialah semua lembaga yang menyelenggarakan tugas dan kewenangan negara, pembuatan peraturan, penerapan peraturan dan menegakkan peraturan keputusan politik. Salah satu ciri khas pemerintah ialah kewenangannya membuat dan melaksanakan kebijakan umum. Dalam hal ini, pemerintah merupakan mekanisme penetapan aturan-aturan berperilaku bagi anggota masyarakat, yang semuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan masyarakat-negara. 3 Dengan demikian, dalam arti luas pemerintah mencakup semua badan-badan negara, 4 yakni lembaga legislatif, lembaga eksekutif dan lembaga yudikatif. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kebijakan pemerintah merupakan wahana dari suatu pemerintah untuk secara rasional menguasai dan mengemudikan aktivitas-aktivitas sosial. Kegiatan-kegiatan dari kebijakan pemerintahan berwujud dalam kegiatan mengatur dan mengarahkan masyarakat, antara lain dengan melalui pembuatan peraturan perundang-undangan, perencanaan, aneka intervensi oleh pemerintah terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan lain-lain kegiatan yang sifatnya fundamental. 5 2 S. Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994, cet. X, h. 11 3 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999, cet. IV, h. 11 4 M. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000, cet. IV, h. 112 5 Johannes Rudolf Ger on Djopari, Kebijakan Pemerintah, Artikel diakses dari http: pustaka.t.ac.idwebsiteindex.php?option=com_contentview=articleid=66:ipem4538kebijakan- pemerintahItemid=74catid=29:fisip, pada tanggal 3 April 2011 Kebijakan pemerintah erat kaitannya dengan kehidupan politik negara, oleh karena itu kebijakan pemerintah biasanya disebut juga dengan keputusan politik atau kebijakan politik. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kebijakan politik, perlu kiranya dijelaskan tentang pengertian politik terlebih dahulu. Kata politik berasal dari kata politic Inggris yang menunjukkan sifat peribadi atau perbuatan. Secara leksikal, asal kata tersebut berarti acting or judging wisely, well judged, prudent. Kata ini terambil dari kata Latin politicus dan bahasa Yunani Greek politicos yang berarti relating to a citizen. Kedua kata tersebut juga berasal dari kata polis yang bermakna city “kota”, politic kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan tiga arti, yaitu: Segala urusan dan tindakan kebijaksanaan, siasat dan sebagainya mengenai pemerintahan sesuatu negara atau terhadap negara lain, tipu muslihat atau kelicikan dan juga dipergunakan sebagai nama bagi sebuah disiplin pengetahuan, yaitu ilmu politik. 6 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia politik diartikan sebagai ilmu pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan, segala urusan dan tindakan kebijakan, siasat dan sebagainya mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain, kebijakan cara bertindak dalam menghadapi atau menangani suatu masalah. 7 Menurut Miriam Budiardjo, politik adalah 6 Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran, cet. II, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995, h. 34 7 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indoesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. III, edisi ke-III, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h. 886 bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. 8 Selanjutnya sebagai suatu sistem Munawir Sa ali menerang- kan, bahwa poltik adalah suatu konsepsi yang berisikan ketentuan-ketentuan siapa sumber kekuasaan negara; siapa pelaksana kekuasaan tersebut; apa dasar dan bagaimana cara untuk menentukan serta kepada siapa kewenangan melaksanakan kekuasaan itu diberikan; kepada siapa pelaksana kekuasaan itu bertanggung jawab dan bagaimana bentuk tanggung jawabnya. 9 Istilah politik di dalam literatur Arab dikenal dengan istilah siyâsah yang berarti cerdik atau bijaksana. 10 Siyâsah berasal dari kata sâsa-yasûsu-siyâsatan, yang berarti mengurus kepentingan seseorang. Dalam kamus al-Muhîth dikata- kan: sustu al-ra’iyyata siyâsatan: amartuhâ wa nahaituhâ saya mengatur rakyat dengan mengunakan politik: ketika saya memerintah dan melarangnya. 11 Politik atau siyâsah mempunyai makna mengatur urusan umat, baik secara dalam maupun luar negeri. Politik dilaksanakan baik oleh negara pemerintah maupun umat rakyat, negara adalah institusi yang mengatur urusan tersebut secara praktis, sedangkan umat atau rakyat mengoreksi muhasabah pemerintah dalam 8 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, cet. XXVII, Jakatra: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005, h. 8 9 Munawir Sya ali, Islam dan Tata Negara, Jakarta:UI Press, 1990, h. 41 10 Rifyal Ka’bah, Politik dan Hukum dalam Al-Qur’an, Jakarta: Khairul Bayan, 2005, cet. I, h. 111 11 Muhammad bin Ya’qub al-Fairu Abadi, al-Qâmûs al-Muhîth, Bairut: Dâr al-Fikir, 1995, h. 496