Kerangka Berpikir Pengaruh kecerdasan emosional terhadap konsep diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta

Selain itu, Goleman 2006:268 menyatakan bahwa keluarga merupakan sekolah pertama untuk mempelajari emosi, dalam lingkungan yang akrab ini dipelajari bagaimana merasakan perasaan sendiri dan bagaimana orang lain menanggapi perasaan kita, bagaimana berpikir tentang perasaan-perasaan ini dan pilihan-pilihan apa yang kita miliki untuk bereaksi, serta bagaimana membaca dan mengungkapkan harapan dan rasa takut. Pembelajaran emosi ini bukan hanya melalui hal-hal yang diucapkan dan dilakukan oleh orangtua secara langsung kepada anak, melainkan juga melalui contoh-contoh yang mereka berikan sewaktu menangani perasaan mereka sendiri atau perasaan yang muncul antara suami dan istri. Karena anak adalah murid yang pintar, yang sangat peka terhadap transmisi emosi yang paling halus sekalipun dalam keluarga. Orangtua yang terampil secara emosional dapat sangat mambantu anak dengan memberikan dasar keterampilan emosional berikut: belajar bagaimana mengenali, mengelola, dan memanfaatkan perasaan-perasaan, berempati, dan menangani perasaan-perasaan yang muncul dalam hubungan-hubungan mereka. Keuntungan bagi anak-anak yang orangtuanya terampil secara emosional adalah serangkaian manfaat yang menakjubkan yang mencakup seluruh spektrum kecerdasan emosional Goleman, 2006:271

2.3. Kerangka Berpikir

Allah swt. Menciptakan setiap manusia sempurna disertai dengan emosi sebagai bekal guna kelangsungan hidupnya. Melalui emosi manusia terdorong untuk melakukan sesuatu dalam memenuhi keinginan atau pun kebutuhannya. Setiap individu dianugerahkan hati dan akal agar bisa mengontrol emosi yang muncul karena emosi dapat berakibat negatif bila tidak dikendalikan. Demikian juga mahasiswa adalah orang-orang yang sedang berjuang untuk mencapai kedudukan sosial yang diinginkan, dan bertarung dengan bermacam-macam problema hidup untuk memastikan diri, serta mencari pegangan untuk menentramkan batin dalam perjuangan hidup yang tidak ringan itu Zakiyah Darajat, :128. Krisis identitas, rasa ingin tahu yang tinggi, dan semangat serta energi besar pada mahasiswa akan menuju ke hal yang negatif apabila lingkungan gagal untuk mengontrol, mengarahkan, mengajarkan, dan memfasilitasinya dalam hal positif secara tepat. Berbagai macam kasus yang sering terjadi seperti tawuran antar mahasiswa, baik lintas kampus maupun lintas fakultas dalam satu kampus yang sebagian berawal dari kesalahpahaman antar personal, seks bebas, dan narkoba merupakan hasil dari letupan-letupan emosi yang tidak dapat dikendalikan oleh individu itu sendiri. Emosional datang dari berbagai faktor internal maupun eksternal individu. Seseorang akan mengalami berbagai macam persoalan, persoalan itu akan menjadi semakin kompleks seiring dengan berjalannya usia dan banyaknya ilmu serta pengalaman yang telah didapat. Setiap permasalahan baik dalam tingkat yang mudah atau cepat untuk diselesaikan maupun sampai pada masalah yang membutuhkan banyak waktu dan tenaga kesemuanya harus segera dihadapi. Menghadapi masalah dengan mencari-cari solusi agar permasalahan tersebut dapat terkendali hingga selesai membutuhkan pengendalian emosi. Pengendalian emosi hanya dilakukan oleh diri individu sendiri, ini sungguh dibutuhkan setiap manusia dalam kehidupannya karena dapat dipastikan bahwa seorang individu tidak bisa lepas dari emosi diri dan dihadapkan dengan emosi orang lain, yang apabila dikelola dengan tepat maka berakibat baik bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana mahasiswa mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyetarakan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif. Dalam membentuk kecerdasan emosional selain kemampuan yang bersifat internal; kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi, dan memotivasi diri,harus dilengkapi pula dengan kemampuan yang bersifat eksternal; mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain. Kemampuan eksternal ini hanya didapatkan melalui interaksi dengan orang. Kesan tersebut berkaitan dengan individu yang mempunyai konsep diri, karena konsep diri merupakan persepsi atau pandangan seorang individu terhadap dirinya sendiri secara menyeluruh. Mahasiswa yang mempunyai konsep diri yang baik akan dapat menilai diri secara internal dan eksternal. Secara internal, ia akan memandang, menerima, dan menilai diri dan perilakunya dengan baik, bisa memahami dirinya dengan demikian ia mengetahui emosi yang terjadi pada dirinya sehingga mampu untuk mengendalikan emosi yang muncul itu dan mengarahkannya dengan tepat. Dan secara eksternal, ia akan memandang, menerima, dan menilai dirinya berdasarkan kondisi fisik, moral, pribadinya, hubungan ia dengan keluarga dan hubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, setiap mahasiswa perlu untuk tetap menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan mahasiswa-mahasiswa yang lain walaupun tidak tergabung dalam satu organisasi dan kelompok yang sama. Dengan demikian adakah pengaruh dari kecerdasan emosional terhadap konsep diri pada mahasiswa? Berikut gambaran kerangka berpikir dalam penelitian ini:

2.4. Hipotesis Penelitian